MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Kenaikan Jabatan
Oleh :
Elief Yuniarti,Skep,Ns
NIP.19710619199 803 2007
PUSKESMAS DINOYO
DINAS KESEHATAN
KOTA MALANG
2018
HALAMAN PENGESAHAN
MAKALAH
Oleh :
Elief Yuniarti.Skep,Ns
NIP. 19710619199 803 2007
Mengetahui,
Ketua Tim Penilai Jabatan Fungsional Perawat
Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga
Penanganan Penyakit Jantung”
Selesainya penulisan makalah asuhan keperawatan ini tidak lepas dari berbagai pihak yang
telah membantu. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. dr. Asih Tri Rachmi Nuswantari, MM., selaku Kepala Dinas Kesehatan
Kota Malang.
2. Ibu dr. Rina Istarowati, selaku Kepala Puskesmas Dinoyo.
3. Ibu Suspiati Budi Santoso, S.Kep.Ns., selaku Ketua Tim Penilai Jabatan Fungsional
Perawat.
4. Ibu Endang Listyowati, S.Kep.Ns.M.MKes., selaku Tim Penilai Jabatan Fungsional
Perawat.
5. Ibu Sri Hidayati Merdekaningsih, Amd. Kep., selaku Tim Penilai Fungsional
Perawat.
6. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan
asuhan keperawatan ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan rahmat dan ridho-Nya
kepada semua pihak yang telah membantu menyusun makalah asuhan keperawatan
ini. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah keperawatan ini. Penulis
menyadari bahwa penulisan makalah keperawatan ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang membangun
agar tercipta asuhan keperawatan yang lebih baik. Akhirnya, semoga makalah
asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Perawat mampu mengenali dan mengamati keadaan kesehatan keluarga serta
mampu melakukan asuhan keperawatan keluarga guna meningkatkan
pengetahuan keluarga khususnya masalah kesehatan yang terkait dengan
penyakit jantung dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki.
1.2.2 Tujuan khusus
1. Perawat mampu berkomunikasi secara efektif dengan keluarga untuk
proses keperawatan.
2. Perawat mampu mengkaji data keluarga yang terkait dengan kesehatan
keluarga.
3. Perawat mampu menganalisa dan menetapkan masalah kesehatan
berdasarkan hasil pengkajian.
4. Perawat mampu menyusun perencanaan kegiatan dalam menanggulangi
masalah penyakit jantung yang terdapat pada keluarga.
5. Perawat mampu mengimplementasikan rencana asuhan dan melakukan
evalusi.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Perawat
1. Mengaplikasikan ilmu yang di miliki kepada keluarga tentang kesehatan
khususnya terkait penyakit jantung.
2. Meningkatkan cara mengenali masalah kesehatan dan menentukan
langkah penyelesaiannya.
3. Meningkatkan komunikasi, kerjasama dan koordinasi dengan keluarga
binaan untuk menyelesaikan masalah kesehatannya terkait penyakit
jantung.
1.3.2 Bagi Keluarga
1. Keluarga memahami permasalahan kesehatan terkait bahaya dari penyakit
jantung dan termotivasi untuk menyelesaikan masalahnya.
2. Keluarga dapat melakukan deteksi dini penyakit jantung, serta dapat
memahami penanganan anggota keluarga dengan penyakit jantung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Konsep Teori
2.1.1 Definisi
Jantung (bahasa Latin: cor) adalah sebuah rongga, rongga organ
berotot yang memompa darah lewat pembuluh darah oleh kontraksi berirama
yang berulang. Istilah kardiak berarti berhubungan dengan jantung, dari kata
Yunanicardia untuk jantung. Jantung adalah salah satu organ manusia yang
berperan dalam sistem peredaran darah. (Purwadianto, 2012)
Anatomi jantung dapat dibagi dalam 2 kategori, yaitu anatomi luar dan
anatomi dalam. Anatomi luar, atrium dipisahkan dari ventrikel oleh sulkus
koronarius yang mengelilingi jantung.Pada sulkus ini berjalan arteri koroner
kanan dan arteri sirkumfleks setelah dipercabangkan dari aorta. Bagian luar
kedua ventrikel dipisahkan oleh sulkus interventrikuler anterior di sebelah
depan, yang ditempati oleh arteri desendens anterior kiri, dan sulkus
interventrikularis posterior disebelah belakang, yang dilewati oleh arteri
desendens posterior.
Atrium kiri, menerima darah dari empat vena pulmonal yang bermuara
pada dinding postero – superior atau postero-lateral, masing - masing
sepasang vena kanan dan kiri.Letak atrium kiri adalah di posterior-superior
ari ruang jantung lain, sehingga pada foto sinar tembus dada tidak
tampak.Tebal dindingnya 3 mm, sedikit lebih tebal daripada dinding atrium
kanan.Endokardiumnya licin dan otot pektinati hanya ada pada aurikelnya.
Ventrikel kiri, berbentuk lonjong seperti telur, dimana bagian ujungnya
mengarah ke antero- inferior kiri menjadi apeks kordis.Bagian dasar ventrikel
tersebut adalah anulus mitral. Tebal dinding ventrikel kiri adalah 2- 3 kali
lipat diding ventrikel kanan. Tebal dinding ventrikel kiri saat diastol adalah 8
– 12 mm.
Sirkulasi darah ditubuh ada dua yaitu sirkulasi paru dan sirkulasi
sistemis. Sirkulasi paru dimulai dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis,
arteri besar dan kecil, kapiler lalu masuk ke paru, setelah dari paru keluar
melalui vena kecil, vena pulmonalis dan akhirnya kembali ke atrium kiri.
Sirkulasi ini mempunyai tekanan yang rendah kira – kira 15 – 20 mmHg pada
arteri pulmonalis. Sirkulasi sistemik dimulai dari ventrikel kiri ke aorta lalu
arteri besar, arteri kecil, arteriol lalu ke seluruh tubuh lalu ke venule, vena
kecil, vena besar, vena cava inferior, vena cava superior akhirnya kembali ke
atrium kanan.
3. Kelainan Katup
Bising sistolik dapat ditemukan pada sekitar 60% lansia, dan ini jarang
sekali diakibatkan oleh kelainan katup yang parah. Pada katup aorta, stenosis
akibat kalsifikasi lebih sering ditemukan daripada regurgitasi aorta. Tapi
pada katup mitral, regurgitasi sangat sering dijumpai dan lebih banyak
terdapat pada wanita daripada pria. Pada lansia sering terdapat bising sistolik
yang tidak mempunyai arti klinis yang berarti. Tapi harus hati-hati
membedakan fisiologis dengan yang patologis. Bising patologis menandakan
adanya kelainan katup yang berat, yang bila tidak ditangani dengan benar
akan mengakibatkan hipertrofi ventrikel dan pada akhirnya berakhir dengan
gagal jantung.
Stenosis katup aorta etiologinya adalah akibat kalsifikasi/degeneratif.
Stenosis aorta akan berakibat pada pembesaran ventrikel kiri. Dapat terjadi
tanpa disertai gejala selama beberapa tahun. Tapi pada akhirnya kondisi ini
akan berakhir dengan kerusakan ventrikel permanen yang akhirnya
mengakibatkan komplikasi-komplikasi seperti pulmonary vascular
congestion (dengan sesak nafas), aritmia ventrikel dan heart block.
Sedangkan kelainan pada katup mitral juga dapat mengakibatkan terjadinya
Atrial fibrillation dan gagal jantung.
2.1.10 Penatalaksanaan
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk
menghindari atau menunda munculnya penyakit atau gangguan kesehatan.
Pencegahan primer penyakit jantung yang dapat dilakukan antara lain :
a. Stop merokok
b. Turunkan kolesterol
c. Obati tekanan darah tinggi
d. Latihan jasmani
e. Pelihara berat badan ideal
f. Konsumsi aspirin dosis rendah untuk pencegahan
g. Kelola dan kurangi stres.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk
deteksi dini adanya penyakit atau gangguan kesehatan agar dapat
dilakukan tatalaksana sedini mungkin pula. Pencegahan sekunder yang
dapat dilakukan :
a. Pemeriksaan kolesterol tiap 3-5 tahun.
b. Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG)
c. Pemeriksaan tekanan darah setiap 3 tahun sebelum usia 40 tahun
dan setiap tahun setelah berusia 40 tahun.
3. Pencegahan Tersier
Pengelolaan penyakit atau gangguan kesehatan secara seksama harus
dilakukan. Diperlukan kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dan
pasien serta keluarganya agar penyakit atau gangguan kesehatan yang
diderita pasien dapat terkelola dan terkendali dengan baik. Untuk itu amat
dibutuhkan kepatuhan pasien dalam mengontrol penyakit-penyakit yang
diderita agar tidak timbul komplikasi atau penyulit.
Pada umumnya berbagai penyakit kronik degeneratif memerlukan
kedisiplinan dan ketekunan dalam diet atau latihan jasmani, demikian pula
di dalam pengobatan yang umumnya membutuhkan waktu bertahun-tahun
bahkan bisa seumur hidup.
2.1.11 Pengkajian
Pengkajian secara Umum
1. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur,
Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku,
Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi.
2. Riwayat atau adanya factor resiko
a. Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
b. Penggunaan obat yang memicu hipertensi
3. Aktivitas / istirahat
a. Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
b. Frekuensi jantung meningkat
c. Perubahan irama jantung
d. Takipnea
4. Integritas ego
a. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau
marah kronik.
b. Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan
dengan pekerjaan).
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan fisik umum dan khusus
pada jantung. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik khusus pada
jantung, maka penting terlebih dahulu melihat pasien secara
keseluruhan/keadaan umum termasuk mengukur tekanan darah,
denyut nadi, suhu badan dan frekuensi pernafasan.
Keadaan umum secara keseluruhan yang perlu dilihat adalah :
a. Bentuk tubuh gemuk/kurus
b. Anemis
c. Sianosis
d. Sesak nafas
e. Keringat dingin
f. Muka sembab
g. Oedem kelopak mata
h. Asites
i. Bengkak tungkai/pergelangan kaki
j. Clubbing ujung jari-jari tangan
Pada pasien khususnya penyakit jantung amat penting melakukan
pemeriksaan nadi adalah :
a. Kecepatan/menit
b. Kuat/lemah (besar/kecil)
c. Teratur atau tidak
d. Isi setiap denyut sama kuat atau tidak.
1. INSPEKSI
Lihat dan perhatikan impuls dari iktus kordis
Mudah terlihat pada pasien yang kurus dan tidak terlihat pada pasien
yang gemuk atau emfisema pulmonum. Yang perlu diperhatikan
adalah Titik Impuls Maksimum (Point of Maximum Impulse).
Normalnya berada pada ruang intercostals V pada garis midklavikular
kiri. Apabila impuls maksimum ini bergeser ke kiri berarti ada
pembesaran jantung kiri atau jantung terdorong atau tertarik kekiri.
Toraks/dada
Pasien berbaring dengan dasar yang rata. Pada bentuk dada “Veussure
Cardiac” dinding totaks di bagian jantung menonjolm menandakan
penyekit jantung congenital. Benjolan ini dapat dipastikan dengan
perabaan.
Vena Jugularis Eksterna (dileher kiri dan kanan)
Teknik :
• Posisi pasien setengah duduk dengan kemiringan ± 45º
• Leher diluruskan dan kepala menoleh sedikit kekiri pemeriksa di
kanan pasien
• Perhatikan vena jugularis eksterna yang terletak di leher ; apakah
terisi penuh/sebagian, di mana batas atasnya bergerak naik turun.
• Dalam keadaan normal vena jugularis eksterna tersebut
kosong/kolaps.
• Vena jugularis yang terisi dapat disebabkan oleh :
- Payah jantung kanan (dengan atau tanpa jantung kiri).
- Tekanan intra toraks yang meninggi.
- Tamponade jantung.
- Tumor mediastinum yang menekan vena cava superior.
2. PALPASI
Palpasi dapat mengetahui dan mengenal ukuran jantung dan denyut
jantung. Point of Maximum Impuls dipalpasi untuk mengetahui
getaran yang terjadi ketika darah mengalir melalui katup yang
menyempit atau mengalami gangguan.
Dengan posisi pasien tetap terlentang kita raba iktus kordis yang kita
amati pada inspeksi. Perabaan dilakukan dengan 2 jari (telunjuk dan
jari tengah) atau dengan telapak tangan.
Yang perlu dinilai adalah :
• Lebar impuls iktus kordis
• Kekuatan angkatnya
Normal lebar iktus kordis tidak melebihi 2 jari. Selain itu perlu pula
dirasakan (dengan telapak tangan) :
• Bising jantung yang keras (thrill)
• Apakah bising sistolik atau diastolic
• Bunyi murmur
• Friction rub (gesekan pericardium dengan pleura)
Iktus kordis yang kuat dan melebar tanda dari pembesaran/hipertropi
otot jantung akibat latihan/atlit, hipertensi, hipertiroid atau kelainan
katup jantung.
3. PERKUSI
Dengan posisi pasien tetap berbaring/terlentang kita lakukan
pemeriksaan perkusi. Tujuannya adalah untuk menentukan batas
jantung (batas atas kanan kiri). Teknik perkusi menuntut penguasaan
teknik dan pengalaman, diperlukan keterampilan khusus. Pemeriksa
harus mengetahui tentang apa yang disebut sonor, redup dan timpani.
4. AUSKULTASI
Pemeriksaan auskultasi untuk menentukan denyut jantung, irama
jantung, bunyi jantung, murmur dan gesekan (rub). Bunyi jantung
perlu dinilai kualitas dan frekuensinya. Bunyi jantung merupakan
refleksi dari membuka dan menutupnya katup dan terdengar di titik
spesifik dari dinding dada.
Bunyi jantung I (S1) dihasilkan oleh penutupan katup atrioventrikuler
(mitral dan trikuspidalis).
Bunyi jantung II (S2) disebabkan oleh penutupan katup semilunar
(aorta dan pulmonal).
Bunyi jantung III (S3) merupakan pantulan vibrasi ventrikuler
dihasilkan oleh pengisian ventrikel ketika diastole dan mengikuti S2.
Bunyi jantung IV (S4) disebabkan oleh tahanan untuk mengisi
ventrikel pada diastole yang lambat karena meningkatnya tekanan
diastole ventrikel atau lemahnya penggelembungan ventrikel.
Bunyi bising jantung disebabkan oleh pembukaan dan penutupan
katup jantung yang tidak sempurna. Yang perlu diperhatikan pada
setiap bising jantung adalah :
• Apakah bising sistolik atau diastolic atau kedua-duanya.
• Kenyaringan (keras-lemah) bising.
• Lokasi bising (yang maksimal).
• Penyebaran bising.
Adapun derajat kenyaringan bising jantung dipengaruhi oleh :
• Kecepatan aliran darah yang melalui katup.
• Derajat kelainan/gangguan katup.
• Tebal tipisnya dinding toraks.
• Ada tidaknya emfisema paru.
Tingkat kenyaringan bising jantung meliputi :
• Tingkat I : sangat lemah, terdengar pada ruangan amat sunyi.
• Tingkat II : lemah, dapat didengar dengan ketelitian.
• Tingkat III : nyaring, segera dapat terdengar/mudah didengar.
• Tingkat IV : amat nyaring tanpa thrill.
• Tingkat V : amat nyaring dengan thrill (getaran teraba)
• Tingkat VI : dapat didengar tanpa stetoskop.
Murmur adalah bunyi hasil vibrasi dalam jantung dan pembuluh darah
besar disebabkan oleh bertambahnya turbulensi aliran. Pada murmur
dapat ditentukan :
• Lokasi : daerah tertentu/menyebar
• Waktu : setiap saat, ketika sistolik/diastolic.
• Intensitas :
Tingkat 1 : sangat redup.
Tingkat 2 : redup
Tingkat 3 : agak keras
Tingkat 4 : keras
Tingkat 5 : sangat keras
Tingkat 6 : kemungkinan paling keras.
• Puncak : kecepatan aliran darah melalui katup dapat berupa rendah,
medium dan tinggi.
• Kualitas : mengalir, bersiul, keras/kasar, musical, gaduh atau serak.
Gesekan (rub) adalah bunyi yang dihasilkan oleh parietal dan visceral
oleh perikarditis. Bunyi kasar, intensitas, durasi dan lokasi tergantung
posisi klien.
BAB III
KONSEP DASAR KELUARGA
BAB IV
PENGKAJIAN KELUARGA
Genogram
Ny. A Ket:
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
: tinggal satu rumah
: klien
Ny. Y Ny. H
An. E
7. Tipe Keluarga: extended family
8. Latar Belakang Budaya (Etnis)
a. Latar Belakang Etnis Keluarga atau Anggota Keluarga
Suku jawa
b. Tempat Tinggal Keluarga (bagian dari sebuah lingkungan yang secara etnis
bersifat homogen).
Lingkungan mayoritas orang Jawa
c. Kegiatan-kegiatan Keagamaan, sosial, budaya, rekreasi, pendidikan (Apakah
kegiatan-kegiatan ini berada dalam kelompok kultur/budaya keluarga).
Klien mengatakan dulu sering ikut PKK, tetap selama sering sakit klien
sudah tidak ikut acara PKK lagi. Dulu klien rajin kegereja 1x/minggu tetapi
sekarang pendeta yang ke rumah tiap 1x/seminggu.
d. Kebiasan-kebiasan diet dan berbusana (tradisional atau modern).
Klien menggunakan baju modern
e. Struktur kekuasaan keluarga tradisional atau ”modern”.
Keluarga modern, karena kekuasaan keluarga dipegang oleh Ny. A
f. Bahasa (bahasa-bahasa) yang digunakan di rumah
Keluarga mengatakan memakai bahasa Jawa dan B.Indonesia
g. Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi. (Apakah
keluarga mengunjungi pelayanan praktisi, terlibat dalam praktik-praktik
pelayanan kesehatan tradisional, atau memiliki kepercayaan tradisional asli
dalam bidang kesehatan).
Klien selalu mengontrol kesehatannya setiap 1 bln/sekali, jika obat habis
klien ke puskesmas Dinoyo untuk meminta rujukan ke RSSA, diRSSA px
selalu cek kesehatannya.
9. Identifikasi Religius
a. Apakah anggota keluarga berbeda dalam praktik keyakinan beragamaan
mereka.
Terdapat anak klien yang beraga islam, melainkan klien tidak
mempermasalahkan perbedaan keyakinan, karena sejak kecil klien berada di
lingkungan orang berbeda keyakinan.
b. Seberapa aktif keluarga tersebut terlibat dalam kegiatan agama atau
organisasi-organisasi
keagamaan lain.
Semasa sehat kx sangat aktif mengikuti PKK dan rajin pergi ke gereja setiap
minggunya, sekarang kx sudah tidak lagi terlibat pada PKK dan ke gereja.
c. Keluarga menganut agama apa.
Keluarga menganut agama kristen protestan
d. Kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan yang dianut dalam
kehidupan keluarga
terutama dalam hal kesehatan.
Kx meyakini bahwa sakit yang diderita adalah ujian dari Tuhan yang
diberikan kepada keluarganya supaya lebih dekat dengan Tuhan
mandi
Kamar tidur Meja makan,
ruang tamu
R. tamu
Keadaan Umum Keadaan umum Keadaan umum Keadaan umum Keadaan umum
Ny.A baik Tn.S baik Tn.S baik Ny.E baik
Mulut Tidak ada lesi, Tidak ada lesi, Tidak ada lesi, Tidak ada lesi,
odema, stomatitis odema, stomatitis odema, odema,
(-) , bau (-) (-) , bau (-) stomatitis (-) , stomatitis (-) ,
bau (-) bau (-)
DO :
Ny H
- TD= 140/90 mmHg
- Nadi = 90 x/mnt
- Umur = 42 tahun
3. DS : Gangguan pola Mekanisme koping
- Ny A tidur jam 10 tidur pada anggota keluarga tidak efektif
terbangun jam 02.30 dan keluarga
Ny A kemudian tidak bisa
tidur sampai pagi.
- Ny A mengatakan tidak
cukup tidur karena selalu
terbangun saat dini hari
dan tidak bisa tidur lagi
- Ny A, sulit untuk tertidur
lagi. Biasanya jam 02.30
klien lebih memilih
membaca kitab supaya
tertidur tetapi tidak
tertidur.
- Ny A mengatakan dulu
mengkonsumsi obat tidur,
tetapi sekarang sudah tidak
lagi karena Ny A takut
ketergantungan dengan
obat tidur
DO :
- Kantong mata hitam
- TD Ny A= 130/70 mmHg
- Nadi Ny A= 89 x/mnt
- Umur Ny A= 70 tahun
- TB Ny A: 145 cm
- BB Ny A: 38kg
d. Menonjolnya masalah: 1
d. Bila tidak segera ditangani,
Segera akan ada dampak yang
2 2/2 x 1 1 berpengaruh secara
Tidak perlu segera langsung
Tidak dirasakan 1
TOTAL 5 2/3
Resiko 2
Potensial/weliness 1
d. Menonjolnya masalah:
TOTAL 1 1/3
3. Dx : Mekanisme koping keluarga tidak efektif b/d Gangguan pola tidur pada
anggota keluarga
Resiko 2
Potensial/weliness 1
Cukup 2 3/3 x 1 1
Rendah 1
Tidak dirasakan 0
TOTAL 2 1/3
DIAGNOSA KEPERAWATAN