Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini di Indonesia berada dalam fase transisi epidemologis yang

mengakibatkan pergeseran pola penyakit dari infeksi menjadi penyakit tidak

menular. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan sosial ekonomi penduduk,

lingkungan, dan perubahan struktur penduduk . Dimana masyarakat telah

mengadopsi dan berpraktek gaya hidup dan pola makan tidak sehat. Pola

makan mengarah ke sajian siap santap yang mengandung lemak dan garam

tinggi serta didukung dengan kurang aktivitas, tingkat stress yang tinggi, dan

dapat memberikan konstribusi berkembangnya penyakit kardiovaskuler yakni

hipertensi (Alhuda, Prastiwi, & Dewi,2018)

Sistem kardiovaskuler merupakan bagian dari sisten sirkulasi darah yang

bertugas mengedarkan darah ke seluruh tubuh dan mengembalikan kembali

ke jantung. Darah membawa oksigen dan nutrisi yang diperlukan sel-sel pada

berbagai jaringan tubuh untuk keperluan metabolisme. Dalam melaksanakan

fungsinya sistem kardiovaskuler melibatkan organ jantung, pembuluh darah,

dan darah. (Manurung, 2018)

Penyakit kardiovaskuler (PKV) adalah penyakit yang disebabkan

gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah seperti penyakit jantung

koroner, hipertensi, dan stroke. Setiap tahunnya lebih dari 36 juta orang

meninggal karena Penyakit Tidak menular (PTM) (63% dari seluruh

kematian). Secara global, PTM menjadi penyebab kematian nomor satu setiap

tahunnya. Kematian dini yang disebabkan oleh penyakit jantung terjadi

Akper Pangkalpinang | 1
berkisar sebesar 4% di negara berpenghasilan tinggi sampai dengan 42% di

negara berpengasilan rendah. ( Martiningsih & haris, 2019).

Hipertensi terjadi jika tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Hipertensi

adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara

abnormal dan terus-menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah

yang disebabkan satu atau beberapa factor risiko yang tidak berjalan

sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal.

(Majid, 2018)

Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu hipertensi

esensial(primer) yang penyebabnya secara pasti belum diketahui dan

hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh kelainan ginjal seperti

obesitas, retensi insulin, hipertiroidisme, dan pemakaian obat-obatan seperti

kontrasepsi oral dan kortikosteroid. Faktor risiko hipertensi di bagi menjadi

dua yaitu faktor risiko yang dapat dikendalikan seperti obesitas, kurang

aktivitas fisik, konsumsi tembakau, diet yang tidak sehat, alcohol, stress,

diabetes, dan lain-lain. Sedangkan faktor yang tidak dapat dikendalikan

seperti usia , ras, dan riwayat keluarga. (Majid, 2018)

Pravelensi hipertensi saat ini secara global sebesar 22% dari total

penduduk dunia. Wilayah Afrika memiliki pravelensi hipertensi tertinggi

sebesar 27%. Asia tenggara berada di posisi ke-3 tertinggi dengan pravelensi

sebesar 25% terhadap total penduduk. WHO juga memperkirakan 1 di antara

5 orang perempuan di seluruh dunia memiliki hipertensi. Jumlah ini lebih

besar diantara besar kelompok laki-laki, yaitu 1 diantara 4 WHO (2019)

dalam Kemenkes RI (2019).

Akper Pangkalpinang | 2
Pravalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada

penduduk usia >18 tahun sebesar 34,11%. Hasil rikesdas 2018 menunjukkan

bahwa provinsi Kalimantan Selatan memiliki prevalensi tertinggi sebesar

44,13% , sedangkan Bangka Belitung sebesar 29,90% , menduduki peringkat

ke-17 dari 34 provinsi yang ada di Indonesia . Dan provinsi Papua memiliki

prevalensi terendah sebesar 22,22% di ikuti oleh Maluku Utara sebesar

24,65% dan Sumatera Barat sebesar 25,16%. (Kemenkes RI, 2019)

Prevalensi hipertensi di Bangka Belitung tahun 2019, dari jumlah estimasi

penderita hipertensi berusia >15 tahun sebanyak 299.371 orang (laki-laki

153.167 dan perempuan 146.204). Tertinggi di Kabupaten Bangka sebanyak

64.396 (86,8%), sedangkan di Kota Pangkalpinang penderita hipertensi

sebanyak 38.760, Bangka Barat (45.160), Belitung (44.719, Bangka tengah

(41.734), Bangka Selatan (37,331), Belitung timur (27.271) . (Dinkes Babel,

2019)

Hipertensi merupakan faktor resiko utama penyakit vaskuler seperti gagal

jantung, stroke, gagal ginjal, mata, otak, dan dapat menyebabkan kematian

jika tidak segera dilakukan pengobatan. Melihat angka kejadian hipertensi

yang tinggi dan pentingnya peran perawat sebagai educator (pendidik) yang

membantu pasien mengenal kesehatan dan prosedur asuhan keperawatan

yang perlu pasien dan keluarga lakukan guna memulihkan atau memelihara

kesehatannya. Maka penulis tertarik untuk mengangkat kasus hipertensi dan

melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien hipertensi.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran Asuhan Keperawatan pada pasien Hipertensi ?

Akper Pangkalpinang | 3
1.3 Tujuan Studi Kasus

1.3.1 Tujuan Umum

Agar mahasiswa mengetahui dan mampu melakukan asuhan

keperawatan pada pasien hipertensi

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Agar mahasiswa mampu mengumpulkan semua data yang

dibutuhkan untuk menilai keadaan pasien secara keseluruhan

pada pasien hipertensi

1.3.2.2 Agar mahasiswa mampu menginterpretasikan data untuk

mengidentifikasi diagnose masalah pada pasien hipertensi

1.3.2.3 Agar mahasiswa mampu merencanakan tindakan

keperawatan pada pasien hipertensi

1.3.2.4 Agar mahasiswa mampu dalam melakukan tindakan

keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan pada pasien

hipertensi

1.3.2.5 Agar mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan

berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan dan

mendokumentasikan semua kegiatan asuhan keperawatan

pada pasien hipertensi

Akper Pangkalpinang | 4
1.4 Manfaat Studi Kasus

1.4.1 Bagi pasien dan keluarga

Memberikan pengetahuan dalam meningkatkan kemandirian

kepada pasien dan keluarga untuk lebih memahami tentang

penyakit hipertensi

1.4.2 Bagi Perawat

Diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan serta

pedoman dalam meningkatkan kualitas pelayanan asuhan

keperawatan pada pasien hipertensi

1.4.3 Bagi Rumah Sakit

Dapat meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan di rumah sakit

khususnya dalan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi

1.4.4 Bagi perkembangan ilmu keperawatan

Menambah informasi, wawasan, dan pengetahuan serta sebagai

referensi mahasiswa mahasiswi Akademi Keperawatan

Pangkalpinang untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

khususnya keperawatan medical bedah

1.4.5 Bagi Penulis

Sebagai sarana belajar, menambah pengetahuan dan pengalaman

dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi

Akper Pangkalpinang | 5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar

2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Jantung

Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi Jantung

Jantung terletak pada rongga dada (vacum thorax) tepatnya pada

rongga mediastinum diantara paru-paru kiri dan kanan. Jantung adalah

satu organ berdinding musculous tebal dengan 4 ruangan di dalamnya.

Jantung ini menempati Mediastinum Medius, rongga di dada kiri dan

berada di dalam kantong Pericardium. (Manurung, 2018).

Jantung merupakan organ tubuh yang paling berat pada embrio 5

bulan. Kerjanya harus tetap berkontraksi sejak dalam kandungan

sampai orang meninggal. Bentuk jantung sepert kerucut dengan

ouncak (Apex) kedepan lateral kiri dan basis posterior. Beratnya (tanpa

darah) adalah 300gr. Kapasitas ruangannya adalah 300cc (dilatasi)

dimana 120cc masing-masing untuk bilik kiri/kanan. Besar jantung

Akper Pangkalpinang | 6
sewaktu Cositractie adalah tinju (12,5 x 3,5 x 2,5 cm) (Manurung,

2018).

Jantung berbentuk seperti buah pir atau kerucut terletak seperti

piramida terbalik dengan apeks (puncak) berada di bawah dan basis

(alas) berada di atas. Beratnya 250-350 gram pada orang dewasa. Ada

pendapat yang mengatakan bahwa jantung sebesar kepalan tangan

orang dewasa atau Panjang sekitar 12 cm dan lebar sekitar 9 cm

(Manurung, 2018).

2.1.1.1 Lapisan Jantung

Menurut Manurung (2018), Dinding jantung terdiri dari tiga

lapisan yaitu :

1. Epikardium (Lapisan luar)

Lapisan epikardium merupakan lapisan paling atas dari

dinding jantung. Selanjutnya adalah lapisan miokardium yang

merupakan lapisan fungsional jantung yang memungkinkan

jantung bekerja sebagai pompa. Miokardium mempunyai sifat

istimewa yaitu bekerja secara otonom (miogenik), durasi

kontraksi lebih lama dari otot rangka dan mampu berkontraksi

secara ritmik.

Ketebalan lapisan miokardium pada setiap ruangan jantung

berbeda-beda. Ventrikel kiri mempunyai lapisan miokardium

yang paling tebal karena mempunyai beban lebih berat untuk

memompa darah ke sirkulasi sistemik yang mempunyai

tahanan aliran darah lebih besar.

Akper Pangkalpinang | 7
2. Myokardium (Lapisan tengah)

Miokardium terdiri dari dua berkas otot yaitu sinsitium

atrium dan sinsitium ventrikel. Setiap serabut otot dipisahkan

diskus interkalaris yang berfungsi mempercepat hantaran

implus pada setiap sel otot jantung. Antara sintisium atrium dan

sintisium ventrikel terdapat lubang yang dinamakan anoulus

fibrosus yang merupakan tempat masuknya serabut internodal

dari atrium ke ventrikel.

3. Endocardium (Lapisan dalam)

Lapisan endokardium merupakan lapisan yang membentuk

bagian dalam jantung dan merupakan lapisan endotel yang

sangat licin untuk membantu aliran darah.

2.1.1.2 Ruang-ruang Jantung

Menurut Manurung (2018), Jantung terdiri atas 4 ruang, yaitu 2

ruang yang berdinding tipis disebut atrium (serambi) dan 2 ruang

yang berdinding tebal disebut vertikel (bilik).

a. Atrium

1. Atrium kanan berfungsi sebagai penampung (reservior)

darah yang rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah

tersebut mengalir melalui vena kava superior, vena kava

interior, serta sinus koronarius yang berasal dari jantung

sendiri. Kemudian darah dipompakan ke ventrikel dan

selanjutnya ke paru.

Akper Pangkalpinang | 8
2. Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari kedua

paru melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah

mengalir ke ventrikel kiri, dan selanjutnya ke seluruh tubuh

melalui aorta. Kedua atrium tersebut dipisahkan oleh sekat,

yang disebut septum atrium.

b. Ventrikel

Permukaan dalam ventrikel memperlihatkan alur-alur otot yang

disebut trabekula. Beberapa alur tampak menonjol, yang

disebut muskulus papilaris. Ujung muskulus papilaris

dihubungkan dengan tepi daun katup atrioventriluler oleh serat-

serat yang disebut korda tendinae.

2.1.1 Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan

dipompakan ke paru melalui arteri pulmonalis.

2.1.2 Ventrikel menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan

ke seluruh tubuh melalui aorta.

Kedua ventrikel ini dipisahkan oleh sekat yang disebut septum

ventrikel.

2.1.1.3 Katup Jantung

Manurung (2018) menjelaskan bahwa ada 2 jenis katup jantung

sebagai berikut :

1. Katup Atrioventrikuler

Katup yang terletak antara atrium kanan dan ventrikel

kanan mempunyai 3 buah katup disebut katup tricuspid.

Sedangkan katup yang letaknya diantara atrium kiri dan

Akper Pangkalpinang | 9
ventrikel kiri mempunyai dua buah katup mitral. Katup

atrioventikuler memungkinkan darah mengalir dari masing-

masing atrium ke ventrikel pada fase diastole ventrikel, dan

mencegah alirab balik pada sistol ventrikel (kontraksi).

2. Katup Semilunar

Katup pulmonal - terletak pada arteri pulmonalis, memisahkan

pembuluh ini dari ventrikel kanan.

Katup aorta - terletak antara ventrikel kiri dan aorta.

Kedua katup semilunar ini mempunyai bentuk yang sama,

terjadi dari 3 daun katup yang simetris disertai penonjolan

menyerupai corong yang dikaitkan dengan sebuah cincin

serabut. Adanya katup semilunar memungkinkan darah

mengalir masing-masing ventrikel ke arteri pulmonalis atau

aorta selama sistol ventrikel, dan mencegah aliran balik waktu

diastole ventrikel.

Pembukaan katup terjadi pada waktu masing-masing

ventrikel berkontraksi, dimana tekanan ventrikel lebih tinggi

daripada tekanan di dalam pembuluh-pembuluh arteri.

Disebelah atas daun katup aorta terdapat tiga buah penonjolan

dinding aorta, yang disebut “sinus valsava”. Muara arteri

koronaria terletak pada tonjolan-tonjolan ini. Sinus-sinus ini

berfungsi melindungi muara coroner dari penyumbatan oleh

daun katup pada waktu aorta terbuka.

2.1.1.4 Bunyi Jantung

Akper Pangkalpinang | 10
Manurung (2018) Menjelaskan bahwa ad beberapa bunyi jantung

yaitu:

I Pada permulaan systole ventrikel, menutupnya katup mitral dan

trikuspidal. Bunyi “lup” yang rendah.

II Pada permulaan relaksasi ventrikel, menutupnya katup

pulmona dan aorta. Bunyi “dup” yang lebih pendek dan

nyaring.

III Bunyi lemah dan rendah. Pada individu mud aini bertepatan

dengan masa pengisian cepat ventrikel.

IV Terkadang dapat didengar segera sebelum bunyi pertama bila

tekanan atrium atau ventrikel kaku seperti pada

hipertropiventrikel.

2.1.1.5 Frekuensi Jantung

Jantung ialah sebuah pompa berotot yang berdenyut secara ritmis

dan berulang 60-100 kali per menit, normalnya berkisar 70 kali per

menit. Jika jantung berdenyut kurang dari 60 kali per menit disebut

bradikardi, sedangkan jantung berdenyut lebih dari 100 kali per

menit disebut takikardi. Setiap denyut menyebabkan darah

mengalir dari jantung, ke seluruh tubuh dalam suatu jaringan

tertutup yang terdiri atas arteri, arteriol, dan kapiler kemudian

Kembali ke jantung melalui venula dan vena (Manurung, 2018)

2.1.1.6 Fase-fase Siklus Jantung

Akper Pangkalpinang | 11
Manurung (2018) menjelaskan bahwa Peristiwa mekanis dari

siklus jantung terdiri dari 5 fase:

a. Mid Diastole

Atrium dan ventrikel dalam keadaan istirahat. Darah yang

masuk ke dalam atrium melalui vena mengalir secara pasif ke

ventrikel melalui katup AV yang terbuka, sementara katup

semilunaris tertutup.

b. Diastole Lanjut

Depolarisasi menyebar melalui atrium dan berhenti sementara

pada nodus AV. Otot atrium berkontraksi. Memberikan

tambahan 20% sampai dengan 30% pada isi ventrikel.

c. Sistole Awal

Depolarisasi menyebar dari nodus AV menuju miokardium

ventrikel melalui cabang berkas his. Ketika ventrikel mulai

berkontraksi, tekanan dalam ventrikel meningkat melebihi

tekanan atrium sehingga katup AV menutup dan menimbulkan

bunyi jantung I. Tekanan dalam aorta dan arteri pulmonalis

meningkat lebih besar dari tekanan ventrikel menyebabkan

tertutupnya katup semilunaris.

d. Sistole Lanjut

Tekanan ventrikel lebih besar dari tekanan di dalam pembuluh

darah menyebabkan katup semilunaris terbuka dan terjadilah

ejeksi ventrikuler ke dalam sirkulasi pulmonal dan sistemik.

e. Diastole Awal

Akper Pangkalpinang | 12
Repolarisasi menyebar melalui miokardium ventrikel dan

ventrikel dalam keadaan istirahat. Tekanan ventrikel turun

lebih rendah dari tekanan atrium sehingga katup semilunaris

tertutup dan terdengar bunyi jantung II

2.1.1.7 Pembuluh Darah Pada Jantung

Manurung (2018) menjelaskan bahwa ada beberapa pembuluh

darah besar yang berdekatan dengan jantung yaitu :

a. Vena Cava Superior

Vena Cava Superior adalah vena besar yang membawa darah

kotor dari bagian tubuh bagian atas menuju atrium kanan.

b. Vena Cava Inferior

Vena Cava Inferior adalah vena cava besar yang membawa

darah kotor dari bagian bawah diafragma ke atrium kanan.

c. Sinus Conaria

Sinus Conaria adalah vena besar di jantung yang membawa

darah kotor dari jantung sendiri.

d. Trunkus Pulmonalis

Pulmonalis trunk adalah pembuluh darah besar yang membawa

darah kotor dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis. Arteri

pulmonalis dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang

membawa darah kotor dari pulmonari trunk ke kedua paru-

paru.

e. Vena Pulmonalis

Akper Pangkalpinang | 13
Vena Pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang

membawa darah bersih dari kedua paru-paru ke atrium kiri.

f. Aorta Asendens

Asending aorta, yaitu pembuluh darah besar yang membawa

darah bersih dari ventrikel kiri ke arkus aorta (lengkung

aorta)ke cabangnya yang bertanggung jawab dengan organ

tubuh bagian atas.

g. Aorta Desendens

Desending aorta, yaitu bagian aorta yang membawa darah

bersih dan bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian

bawah.

2.1.1.8 Arteri Koroner

Manurung (2018) menjelaskan bahwa Arteri coroner adalah

cabang pertama dari siklus sistemik. Sirkulasi coroner terdiri dari :

Arteri koronaria kanan dan arteri coroner kiri.

a. Arteri coroner kiri

Mempunyai 2 cabang besar, yaitu : LAD (Left Anterior

Desenden) dan ramus Cirkumplek (Left Circumpleks = LCx).

Arteri ini melingkari jantung dalam dua lekuk anatomis

ekterna, yaitu: Sulkus artrioventrikuler yang melingkari jantung

diantara atrium dan ventrikel, dan sulkus interventrikuler yang

memisahkan kedua ventrikuler.

Pertemuan kedua lekuk ini di bagian permukaan posterior

jantung merupakan bagian kritis dipandang dari sudut

Akper Pangkalpinang | 14
anatomis. Tempat ini dikenal dengan sebutan kruks jantung dan

merupakan salah satu bagian terpenting dari jantung. Nodus

Atrio Ventikuler ( Atrio Venticular Node-AVN) berlokasi pada

titik pertemuan ini, dan pembuluh darah yang melewati kruks

tersebut merupakan pembuluh yang memasuk nutrisi untuk

AVN.

b. Arteri coroner kanan

Berjalan ke sisi kanan jantung, pada sulkus atrio ventikuler

kanan. Pada dasarnya arteri koronaria kanan memberi nutrisi

pada atrium kanan, ventrikel kanan dan didinding sebelah

dalam dari ventrikel ventrikel kiri. Ramus sirkumpolek

memberi nutrisi pada atrium kiri dan dinding samping serta

bawah dari ventrikel kiri. Ramus desenden anterior memberi

nutrisi pada dinding depan ventrikel kiri yang masif.

2.1.1.9 Vena Jantung

Menurut Manurung (2018), Distribusi vena koroner sesungguhnya

pararel dengan distribusi arteri koroner. Sistem vena jantung

mempunyai 3 bagian, yaitu :

a. Vena tebesian merupakan system yang terkecil, menyalurkan

Sebagian darah dari miokardium atrium kanan dan ventrikel

kanan.

b. Vena kardiaka anterior mempunyai sungsi yang cukup berarti,

mengosongkan Sebagian besar isi vena ventrikel langsung ke

atrium kanan.

Akper Pangkalpinang | 15
c. Sinus koronarius dan cabangnya merupakan system vena yang

paling besar dan paling penting, berfungsi menyalurkan

mengembalikan darah vena miokard ke dalam atrium kanan

melalui astium sinus koronarius yang bermuara di samping

vena kava inferior.

2.1.2 Definisi

Menurut WHO, hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang

bersifat abnormal, secara umum hipertensi terjadi apabila tekanan

darahnya ≥ 140 mmHg sistolik atau ≥ 90 mmHg diastolic. Tekanan

darah antara 100/70 mmHg – 140/80 mmHg yang biasa terjadi pada

orang dewasa normal, tekanan darah seperti ini dapat di alami kapan

pun.

Hipertensi terjadi jika tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.

Hipertensi adalah suatu keadaan di mana terjadi peningkatan tekanan

darah secara abnormal dan terus-menerus pada beberapa kali

pemeriksaan tekanan risiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya

dalam mempertahankan tekanan darah secara normal. (majid, 2018)

Hipertensi adalah suatu keadaan keadaan dimana tekanan darah

sistolik dan tekanan darah diastolic lebih dari 140/90 mmHg, dimana

sudah dilakukan pengukuran tekanan darah minimal dua kali untuk

memastikan keadaan tersebut dan hipertensi dapat menimbulkan

risiko terhadap penyakit stroke, gagal jantung, serangan jantung dan

kerusakan ginjal. (Manurung, 2018)

Akper Pangkalpinang | 16
2.1.3 Etiologi

Majid (2018), menjelaskan bahwa Hipertensi tergantung pada

kecepatan denyut jantung, volume sekuncup, dan total peripheral

resistance (TPR). Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat terjadi

akibat rangsangan abnormal saraf atau hormone pada nodus SA.

Peningkatan kecepatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung

kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme. Akan tetapi,

peningkatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh penurunan

volume sekuncup, sehingga tidak menimbulkan hipertensi.

Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi

apabila terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan

akibat gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi

garam yang berlebihan. Peningkatan pelepasan renin atau oldesteron

maupun penurunan aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan

air dan garam oleh ginjal. Peningkatan volume plasma akan

menyebabkan peningkatan volume diastolic akhir, sehingga terjadi

peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah. Peningkatan

preload biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik.

Peningkatan TPR yang berlangsung lama dapat terjadi pada

peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada atreriol atau

responsivitas yang berlebihan dari atreriol terdapat rangsangan

normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan

pembuluh darah. Pada peningkatan TPR, jantung harus memompa

Akper Pangkalpinang | 17
secara lebih kuat dan dengan menghasilkan tekanan yang lebih besar

untuk mendorong darah melintasi pembuluh darah yang menyempit.

Hal ini disebabkan peningkatan dalam afterload jantung dan biasanya

berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik.

Jika peningkatan afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri

mungkin mulai mengalami hipertropi (membesar). Dengan hipertropi,

kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat, sehingga

ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi untuk

memenuhi kebutuhan tersebut. Pada hipertrofi, saraf-saraf otot juga

mulai tegang melebihi Panjang normalnya yang pada akhirnya akan

menyebabkan penurunan kontratilitas dan volume sekuncup.

2.1.4 Patofisiologi

Menurut Majid (2018), Patofisiologi hipertensi belum diketahui.

Sejumlah kecil klien antara 2-5% memiliki penyakit dasar ginjal atau

adrenal yang menyebabkan peningkatan tekanan darah. Namun, masih

belum ada penyebab tunggal yang dapat diidentifikasi. Kondisi inilah

yang disebut sebagai “hipertensi esensial”. Sejumlah mekanisme

fisiologi terlibat dalam pengaturan tekanan darah normal, yang

kemudian dapat turut berperan dalam terjadinya hipertensi esensial.

Penyebab hipertensi primer tidak diketahui meskipun telah banyak

penyebab yang dapat diidentifikasi. Penyakit ini memungkinkan

banyak factor, termasuk :

1) Arterosklerosis

2) Meningkatnya pemasukan sodium

Akper Pangkalpinang | 18
3) Beroreseptor

4) Renin secretion

5) Renal exoretion

6) Faktor genetic dan lingkungan

Peningkatan cairan dan peningkatan resistensi peripheral

merupakan dua dasar mekanisme penyebab hipertensi. Banyak yang

menduga bahwa hipertensi memberatkan plaque berisi arteri

menyebabkan tekanan darah meningkat. Peranan ahli gizi dalam

pemasukan sodium dan hipertensi juga kontroversial. Studi empiris

menyatakan terdapat hubungan antara tingginya sodium pada individu

yang berdampak pada tingginya tekanan darah. Sebaliknya, turunnya

tekanan darah diikuti dengan pengurangan sodium dalam diet.

Baroreseptor (proses reseptor) mengontrol peregangan dinding

arteri dengan menghalangi pusat vaso kontriksi medulla.

Ketidakcocokan sekresi renin juga meningkatkan perlawanan

peripheral. Iskemia arteri ginjal menyebabkan pembebasan renin,

precusor dari angiostensen II. Precusor ini menyebabkan kontriksi

arteri dan meningkatnya tekanan darah, kelanjutan dari kontriksi

pembuluh-pembuluh darah menyokong terjadinya vascular sclerosis

dan merugikan pembuluh darah.

Di sini, terdapat penebalan intra-arteriolar dan penempatan

Kembali dari kelembutan otot dan garis jaringan elastis dengan

jaringan febriotik. Peredaran dan nekrosis (kematian jaringan),

Akper Pangkalpinang | 19
selanjutnya merusak pembuluh darah dan menggagalkan

meningkatnya perlawanan vascular.

Akper Pangkalpinang | 20
2.1.5 Klasifikasi

2.1.5.1 Klasifikasi berdasarkan etiologi Menurut Majid (2018):

(1) Hipertensi esensial(primer)

Sembilan puluh persen penderita hipertensi mengalami

hipertensi esensial(primer). Penyebabnya secara pasti belum

diketahui. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya

hipertensi esensial, yaitu factor genetic, stress dan psikologis,

factor lingkungan, dan diet (peningkatan penggunaan garam

dan berkurangnya asupan kalium atau kalsium)

(2) Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder lebih mudah dikendalikan dengan

penggunaan obat-obatan. Penyebab hipertensi sekunder di

antaranya adalah berupa kelainan ginjal seperti obesitas ,

retensi insulin, hipertiroidisme, dan pemakaian obat-obatan,

seperti kontrasepsi oral dan kortikosteroid.

2.1.5.2 Klasifikasi berdasarkan derajat hipertensi

Tabel. 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC-8


Tekanan Darah Sistol Tekanan Darah Diastol
Derajat
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pre-Hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi derajat I 140-159 Atau 90-99
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) ≥160 Atau ≥100

Bell, dkk., (2015) dalam Majid (2018)

Akper Pangkalpinang | 21
2.1.6 Manifestasi Klinis

Pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apa pun selain tekanan

darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina,

seperti perdarahan eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh

darah, dan kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).

(Majid, 2018)

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan

gejala sampai bertahun-tahun. Gejala, bila ada, menunjukkan adanya

kerusakan vascular, dengan manifestasi yang khas yang sesuai system

organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.

Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nocturia

(peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma (peningkatan

nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin). (Majid, 2018)

Keterlibatan pembuluh darah otak mungkin terjadi (Stroke atau

serangan iskemik transien (misalnya, alterasi penglihatan dan

penuturan(speech), pusing, lemah, jatuh mendadak, hemiplegia

transien atau permanen) Smeltzer,dkk.,(2010) dalam Majid (2018)

Smeltzer, dkk. (2010) dalam majid (2018) menyatakan Sebagian

besar gejala klinis yang timbul, yaitu :

1. Pemeriksaan fisik mungkin tidak menunjukkan kelainan selain

tekanan darah tinggi

Akper Pangkalpinang | 22
2. Perubahan retina dengan pendarahan, eksudat, arteriol yang

menyempit, dan bitnik kapas-wol (infark kecil), dan papilledema

dapat dilihat pada hipertensi berat

3. Gejala biasanya menunjukkan kerusakan vascular yang

berhubungan dengan system organ yang difasilitasi oleh

pembuluh yang terlibat

4. Penyakit arteri koroner dengan angina atau infark miokard adalah

konsekuensi yang paling umum.

5. Hipertrofi vemtrikel kiri dapat terjadi gagal jantung bisa terjadi

kemudian.

6. Perubahan patologis dapat terjadi pada ginjal (nocturia dan

peningkatan kadar Blood Urea Nitrogen (BUN) dan kreatinin)

7. Adanya keterlibatan serebrovaskular (serangan iskemik atau

transein iskemik (TIA) yaitu, perubahan dalam penglihatan atau

ucapan, pusing, kelemahan, pingsan tiba-tiba, atau hemiplegia

sementara atau permanen.

2.1.7 Faktor Risiko

Menurut majid (2018), berikut ini merupakan factor risiko

berkembangnya hipertensi :

Tabel 2.2 Faktor Risiko Hipertensi


Faktor Risiko yang Dapat Faktor Risiko yang Tidak Dapat
Dikendalikan Dikendalikan
Kelebihan berat badan atau obesitas Usia
Kurang aktivitas fisik Ras
Konsumsi tembakau Riwayat keluarga
Diet yang tidak sehat

Akper Pangkalpinang | 23
Konsumsi alcohol berlebihan
Stress
Apnea tidur
Diabetes

2.1.8 Komplikasi

Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan ditanggulangi, maka

dalam jangka Panjang akan menyebabkan kerusakan arteri didalam

tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut

(Wijaya & Putri, 2013)

Wijaya & Putri (3013), menjelaskan bahwa Komplikasi hipertensi

dapat terjadi pada organ-organ sebagai berikut :

2.1.8.2 Jantung

Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal

jantung dan penyakit jantung koroner. Pada penderita

hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung

akan mengendor dan berkurangnya elastisitasnya, yang disebut

dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak mampu lagi

memompa sehingga banyak cairan tertahan di paru maupun

jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak nafas atau

oedema. Kondisi ini disebut gagal jantung.

2.1.8.3 Otak

Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan risiko stroke,

apabila tidak diobati risiko terkena stroke 7 kali lebih besar.

Akper Pangkalpinang | 24
2.1.8.4 Ginjal

Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal,

tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan system

penyaringan di dalam ginjal akibatnya lambat laun ginjal tidak

mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang

masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam

tubuh.

2.1.8.5 Mata

Pada mata hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya

retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan (Wijaya

dan putri, 2013)

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang

Manurung (2018) menjelaskan bahwa pemeriksaan penunjang

hipertensi sebagai berikut:

1. Pemeriksaan labpratorium awal :

1) Urinalis

2) Hb, Ht, ureum, kreatinin, gula darah, dam elektrolit

2. Pemeriksaan penunjang: Ekg, foto thoraks.

3. Pemeriksaan lain bila memungkinkan: CT scan kepala,

ekokardiogram

2.1.10 Penatalaksanaan

2.1.10.1 Penatalaksanaan Non Farmakologi

Akper Pangkalpinang | 25
Menurut Dalimartha, et al (2008) dalam Manurung (2018),

upaya pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan

pengobatan non farmakologis, termasuk mengubah gaya hidup

yang tidak sehat.

Wijaya dan putri (2013) menjelaskan bahwa ada tujuh cara

dalam perubahan gaya hidup yang sehat bagi para penderita

hipertensi yaitu :

1. Mempertahankan berat badan ideal

Mempertahankan berat badan ideal sesuai Body Mass

Index (BMI) dengan rentang 18,5-24,9 kg/m2. BMI dapat

diketahui dengan membagi berat badan anda dengan tinggi

badan yang telah dikuadratkan dalam suatu meter.

Mengatasi obesitas (kegemukan) juga dapat dilakukan

dengan melakukan diet rendah kolestrol namun kaya serat

dan protein, dan jika berhasil menurunkan berat badan 2,5-5

kg maka tekanan darah diastolic dapat di turunkan sebanyak

5 mmH

2. Kurangi Asupan Natrium ( Sodium)

Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan dengan cara

diet rendah garam yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari

(kira0kira 6gr NaCl atau 2,4 gr garam/hari). Jumlah yang

lain dengan mengurangi asupan garam sampai kurang dari

2300 mg (1 sendok teh) setiap hari. Pengurangan konsumsi

1
garam menjadi sendok teh/hari, dapat menurunkan
2

Akper Pangkalpinang | 26
tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolic

sekitar 2,5 mmHg.

3. Batasi Konsumsi Alkohol

Konsumsi alcohol harus diobati karena konsumsi alcohol

berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah. Para

peminum berat mempunyai risiko mengalami hipertensi

empat kali lebih besar dari pada mereka yang tidak

minumm minuman beralkohol.

4. Makan K dan Ca yang Cukup dari Diet

Pertahankan asupan diet potassium (>90 mmol (3500mg)

/ hari ) dengan cara konsumsi diet tinggi buah dan sayur dan

diet rendah lemak dengan cara mengurangi asupan lemak

jenuh dan lemak total. Kalium dapat menurunkan tekanan

darah dengan meningkatkan jumlah natrium yang terbuang

Bersama air kencing. Dengan setidaknya mengonsumsi

buah-buahan sebanyak 3-5 kali dalam sehari, seseorang bisa

mencapai asupan potassium yang cukup.

5. Menghindari Merokok

Merokok memang tidak berhubungan lansung dengan

timbulnya hipertensi, tetapi merokok dapat menimbulkan

risiko komplikasi pada pasien hipertensi seperti penyakit

jantung dan stroke, maka perlu dihindari mengkonsumsi

tembakau (rokok) karena dapat memperberat hipertensi.

Akper Pangkalpinang | 27
Nikotin dalam tembakau membuat jantung bekerja lebih

keras karena penyempitan pembuluh darah dan

meningkatkan frekuensi denyut jantung serta tekanan darah.

Maka penderita hipertensi dianjurkan untuk menghentikan

kebiasaan merokok.

6. Penurunan Stress

Stress memang tidak menyebabkan hipertensi yang

menetap namun jika episode stress sering terjadi dapat

menyebabkan kenaikan sementara yang sangat tinggi.

Menghindari stress dengan menciptakan berbagai metode

relaksasi seperti yoga atau meditasi yang mengontrol

system saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan

darah.

7. Terapi message (pijat)

Prinsip pijat yang dilakukan pada penderita hipertensi

adalah untuk memperlancar aliran energi dalam tubuh

sehingga gangguan hipertensi dan komplikasinya dapat

diminimalisir, Ketika semua jalur energi terbuka dan aliran

energi tidak lagi terhalang oleh ketegangan otot dan

hambatan lain maka risiko hipertensi dapat ditekan.

2.1.10.2 Penatalaksanaan Farmakologi

Menurut Wijaya & Putri (2018), penatalaksanaan hipertensi

sebagai berikut:

(1) Diuretik (Hidroklorotiazid)

Akper Pangkalpinang | 28
Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan

ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa

jantung lebih ringan.

(2) Penghambat Simpatetik (Metildopa, Klonidin, dan

Reserpin) Menghambat aktivitas saraf simpatik

(3) Betabloker (Metoprolol, Propanolol, dan Atenolol)

1. Menurunkan daya pompa jantung

2. Tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui

mengidap gangguan pernafasan seperti asma bronkial

3. Pada penderita diabetes militus: dapat menutupi

gejala hipoglikemia

(4) Vasodilator (Prasosin, Hidralasin)

Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi

otot polos pembuluh darah

(5) ACE Inhibitor (Captopril)

Menghambat pembentukan zat Angiotensin II

Efek samping : batuk kering, pusing, sakit kepala dan

lemas.

(6) Penghambat Reseptor Angiotensin II (Valsartan)

Menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada

reseptor sehingga memperingan daya pompa jantung.

(7) Antagonis kalsium (Diltiasem dan Verapamil)

Menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas)

Akper Pangkalpinang | 29
Akper Pangkalpinang | 30
2.2. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis

2.2.1 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian menurut Wijaya & Putri (2018) sebagai berikut:

2.2.1.1Data biografi

Nama, alamat, umur, tanggal MRS, diagnose medis, penanggung

jawab, catatan kedatangan.

2.2.1.2Riwayat Kesehatan

1. Keluhan utama: biasanya pasien dating ke RS dengan keluhan

kepala terasa pusing dan bagian kuduk terasa berat, tidak bisa tidur.

2. Riwayat Kesehatan sekarang: biasanya pada saat dilakukan

pengkajian pasien masih mengeluh kepala terasa sakit dan berat,

penglihatan berkunang-kunang, tidak bisa tidur.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu: biasanya penyakit hipertensi ini adalah

penyakit yang menahun yang sudah lama dialami oleh pasien, dan

biasanya pasien mengkonsumsi obat rutih Captopril.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga: Biasanya penyakit hipertensi ini

adalah penyakit turunan (Wijaya dan Putri, 2013)

2.2.1.3Data Dasar Pengkajian

Data dasar pengkajian menurut Majid (2018):

1. Aktivitas / istirahat

Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,

takipnea

Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton

Akper Pangkalpinang | 31
2. Sirkulasi

Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takikardi, perubahan

warna kulit, suhu dingin

Gejala : Riwayat hipertensi, arteriosclerosis, penyakit jantung

koroner, penyakit sebravaskular

3. Entegritas ego

Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu

perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang,

pernafasan menghela, peningkatan pola bicara

Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,

euphoria, factor stress multiplel

4. Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu

5. Makanan/cairan

Tanda : Berat badan normal atau obesitas, adanya edema.

Gejala : Makanan yang disukai dapat mencangkup makanan tinggi

garam, lemak, dan kolestrol

6. Neurosensori

Tanda : Perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman,

perubahan retinal optik.

Gejala : Keluhan pusing atau pening, sakit kepala, sakit kepala

berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis.

7. Nyeri atau ketidaknyamanan

Akper Pangkalpinang | 32
Gejala : Angina, nyeri yang hilang timbul pada tungkai, sakit

kepala oksipital berat, nyeri abdomen.

8. Pernafasan

Tanda : Distres respirasi atau penggunaan otot aksesoris

pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis

Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea,

ortopnea, dispnea nocturnal, proksimal, batuk dengan atau

tanpa sputum, Riwayat merokok.

9. Keamanan

Tanda : Episode parestesia, hipotensi postural.

Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan.

10. Pembelajaran / penyuluhan

Gejala :Faktor risiko keluarga: hipertensi, arterosklerosis, penyakit

jantung, diabetes militus, factor risiko etnik, penggunaan pil KB

atau hormon.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah

pasien yang nyata maupun potensial dan membutuhkan Tindakan

keperawatan sehingga masalah pasien dapat ditanggulangi atau

dikurangi. Diagnosa keperawatan ini diperoleh berdasarkan Analisa

data dan interpretasi data melalui pengkajian yang benar dan lengkap

yang telah dikelompokkan dan diprioritaskan (Haryani, Hardiani, &

Thoyibah, 2020)

Akper Pangkalpinang | 33
Menurut Manurung (2018), diagnosa keperawatan yang muncul

pada pasien hipertensi adalah:

2.2.2.1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung

berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi,

iskemia miokard, hipertropi/rigiditas ventikular, iskemia

miokard

2.2.2.2. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan

tekanan vaskular serebral.

2.2.2.3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fatigue

2.2.2.4. Risiko Cedera berhubungan dengan gangguan mekanisme

pertahanan primer

2.2.2.5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

2.2.2.6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya

informasi tentang proses penyakit dan merawat diri.

2.2.3 Perencanaan Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan proses penyusunan berbagai

intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah,

menurunkan, mengurangi masalah-masalah klien (Haryani, Hardiani,

& Thoyibah, 2020)

Akper Pangkalpinang | 34
Akper Pangkalpinang | 35
Akper Pangkalpinang | 36
Akper Pangkalpinang | 37
Akper Pangkalpinang | 38
Akper Pangkalpinang | 39
Akper Pangkalpinang | 40
Akper Pangkalpinang | 41
Akper Pangkalpinang | 42
Akper Pangkalpinang | 43
Akper Pangkalpinang | 44
Akper Pangkalpinang | 45
Akper Pangkalpinang | 46
Akper Pangkalpinang | 47
Akper Pangkalpinang | 48
2.2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan

dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan

(Setiadi, 2012).

2.2.4.1 Fokus dari intervensi keperawatan antara lain adalah:

(1) Mempertahankan daya tahan tubuh

(2) Mencegah komplikasi

(3) Menemukan perubahan sistem tubuh

(4) Memantapkan hubungan klien dengan lingkungan

(5) Implementasi pesan dokter

2.2.4.2 Tahap-tahap Tindakan keperawatan

Ada 3 tahapan dalam Tindakan keperawatan , yaitu

(1) Tahap 1 : persiapan

Persiapan ini meliputi kegiatan-kegiatan:

a. Review antisipasi Tindakan keperawatan

b. Mengnalisis pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.

c. Mengetahui yang mungkin timbul.

d. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan.

e. Mempersiapkan lingkungan yang kondusif.

f. Mengidentifikasi aspek-aspek hukum dan etik.

(2) Tahap 2 : Intervensi

Tindakan keperawatan dibedakan berdasarkan kewenangan dan

tanggung jawab perawat secara professional antara lain adalah :

Akper Pangkalpinang | 49
a. Independen

Adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh perawat tanpa

petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga Kesehatan lainnya.

1. Mengkaji terhadap klien dan keluarga melalui riwayat

keperawatan dan pemeriksaan fisik untuk mengetahui status

Kesehatan klien .

2. Merumuskan diagnosa keperawatan

3. Mengidentifikasi Tindakan keperawatan

4. Melaksanakan perencanaan pengukuran

5. Merujuk kepada tenaga Kesehatan lainnya

6. Mengevaluasi respons klien

7. Partisipasi dengan consumer atau tenaga Kesehatan lainnya

delam meningkatkan mutu pelayanan Kesehatan.

b. Interdependent

Yaitu suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerja sama dengan

tenaga Kesehatan lainnya, tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi,

dan dokter

Misalnya dalam hal :

1. Pemberian obat-obatan sesuai dengan instruksi dokter. Jadi

jenis, dosis, dan efek samping menjadi tanggung jawab

dokter, tetapi pemberian obat sampai atau tidak menjadi

tanggung jawab perawat.

Akper Pangkalpinang | 50
2. Pemberian infus, kapan infus tersebut dipasang, akibat

sampingan yang mungkin timbul dari tindkan tersebut adalah

tanggung jawab perawat.

c. Dependent

Yaitu pelaksanaan rencana Tindakan medis. Misalnya dokter

menuliskan “perawatan kolostomi”. Tindakan keperawatan

adalah mendefinisikan perawatan kolostomi berdasarkan

kebutuhan individu dari klien.

2.2.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana

tentang Kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,

dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien,

keluarga dan tenaga Kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk

melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan

dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012)

2.2.5.1. Proses Evaluasi

Proses evaluasi terdiri dari 2 (dua) tahap, yaitu mengukur

pencapaian tujuan klien dan membandingkan data yang

terkumpul dengan kriteria hasil sesuai tujuan (Setiadi, 2012)

Setiadi (2012) menjelaskan bahwa factor yang dievaluasi ada

beberapa komponen, meliputi :

(1) Kognitif (Pengetahuan)

Akper Pangkalpinang | 51
Lingkup evaluasi pada kognitif adalah pengetahuan klien

mengenai penyakitnya, mengontrol gejala-gejalanya,

pengobatannya, diet, aktivitas, risiko komplikasi, gejala yang

harus dilaporkan, pencegahannya.

2.2.5.2. Penentuan Keputusan pada Tahap Evaluasi

Setiadi (2012), menjelaskan bahwa ada 3 kemungkinan

keputusan pada tahap ini, yaitu:

(1) Klien telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan

sehingga rencana mungkin dihentikan.

(2) Klien masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan

sehingga perlu penambahan waktu, resources, dan intervensi

sebelum tujuan berhasil.

(3) Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan

sehingga perlu :

1. Mengkaji ulang masalah atau respons yang lebih akurat

2. Membuat outcome yang baru, mungkin klien tidak

menghendaki terhadap tujuan yang disusun oleh perawat.

3. Intervensi keperawatan harus dievaluasi dalam hal

ketepatan untuk mencapai tujuan sebelumnya.

Akper Pangkalpinang | 52
2.2.5.3. Jenis Evaluasi

Setiadi (2012) menjelaskan bahwa evaluasi dapat dibagi dalam 2

jenis yaitu:

1) Evaluasi berjalan (Formatif)

Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisian format catatan

perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang dialami

klien.

Format yang dipakai adalah format SOAP

S : Data Subjektif

Adalah data perkembangan yang didasarkan pada apa yang

dirasakan, dikeluhkan, dan dikemukakan klien.

O : Data Objektif

Perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat

atau tim Kesehatan lain.

A : Analisis

Penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun

objektif apakan berkembang kea rah perbaikan atau

kemunduran.

P : Perencanaan

Rencana penanganan klien yang didasarkan pada hasil

analisis diatas yang berisi melanjutkan perencanaan

sebelumnya apabila keadaan atau masalah belum teratasi.

Akper Pangkalpinang | 53
2) Evaluasi Akhir (Sumatif)

Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara

tujuan yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantara

keduanya, mungkin semua tahap dalam proses keperawatan perlu

ditinjau Kembali, agar didapat data-data, masalah atau rencana

yang perlu dimodifikasi.

Format yang dipakai adalah SOAPIER

S : Data Subjektif

Adalah perkembangan keadaan yang didasarkan pada apa

yang dirasakan, dikeluhkan, dan dikemukakan klien.

O : Data Objektif

Perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat

atau tim Kesehatan lain.

A : Analisis

Penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun

objektif) apakah perkembangan kearah perbaikan atau

kemunduran.

P : Perencanaan

Rencana penanganan klien yang didasarkan pada hasil

analisi diatas yang berisi melanjutkan perencanaan

sebelumnya apabila keadan atau masalh belum teratasi.

Akper Pangkalpinang | 54
I : Implementasi

Tindakan yang dilakukan berdasarkan rencana

E : Evaluasi

Yaitu penilaian tentang sejauh mana rencana Tindakan dan

evaluasi telah dilaksanakan dan sejauh masalah klien

teratasi

R : Reassesment

Bila hasil evaluasi menunjukkan masalah belum teratasi,

pengkajian ulang perlu dilakukan Kembali melalui proses

pengumpulan data subjektif, objektif, dan proses analisis.

Akper Pangkalpinang | 55
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Studi Kasus

Rancangan studi kasus ini adalah deskriptif untuk mengeksplorasi masalah

asuhan keperawatan pada pasien hipertensi. Pendekatan yang digunakan

adalah pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa,

intervensi, inplementasi, dan evaluasi.

3.2. Subjek Studi Kasus

Subjek penelitian yang digunakan dalam penilitian dalam studi kasus

adalah individu dengan kasus yang diteliti secara rinci dan mendalam.

Adapun subjek penelitian yang diteliti berjumlah dua pasien dengan kasus

dan masalah Asuhan Keperawatan yang sama yaitu pasien Hipertensi.

3.3. Fokus studi

Fokus studi pada studi kasus ini pada pasien Hipertensi.

3.4. Definisi Operasional

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi persisten

dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas

90 mmHg , dimana sudah dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau

lebih untuk memastikan keadaan tersebut dan hipertenti dapat menimbulkan

risiko terhadap penyakit stroke, gagal jantung, serangan jantung, dan

kerusakan ginjal. (Manurung, 2018)

Risiko penurunan curah jantung adalah berisiko mengalami jantung yang

tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. (SDKI, 2017).

Akper Pangkalpinang | 56
Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan

berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau potensial, atau yang

digambarkan sebagai kerusakan (Internasional Association for the Study of

Rin) awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat,

dengan berakhirnya dapat diantisipasi atau diprediksi, dan dengan durasi

kurang dari 3 bulan. (NANDA, 2018)

Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi psikologis atau

fisiologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan

sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan. (NANDA, 2018).

Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur

akibat faktor eksternal (SDKI, 2017)

Risiko cedera adalah rentan mengalami cedera fisik akibat lingkungan

yang berinteraksi dengan sumber adaptif dan sumber defensive individu, yang

dapat mengganggu kesehatan (NANDA, 2018)

Kurang pengetahuan Ketiadaan atau kurang informasi kognitif yang

berkaitan dengan topik tertentu (SDKI, 2017)

3.5. Lokasi dan Waktu

Lokasi pada studi kasus ini yaitu di lingkungan tempat tinggal penulis.

Penulis mencari 2 pasien hipertensi dan dikelola selama 3 hari.

Akper Pangkalpinang | 57
3.6. Pengumpulan Data

Setiadi (2012) menyatakan bahwa ada beberapa teknik pengumpulan data

yaitu :

3.6.1. Teknik Pengumpulan data

3.6.1.1 Teknik wawancara / komunikasi yang efektif

Wawancara adalah menanyakan atau hanya tanya jawab

yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan

merupakan suatu komunikasi yang direncanakan. Dalam

wawancara, perawat mengajak klien dan keluarga untuk

bertukar pikiran dan perasaannya, yang diistilahkan sebagai

Teknik komunikasi terapeutik.

Hasil anamnesis berisi tentang identitas klien, keluhan

utama, Riwayat penyakit sekarang, Riwayat penyakit dahulu,

Riwayat penyakit keluarga, dan alergi. Sumber data dari

pasien, keluarga, kerabat dekat, tetangga, perawat , serta

tenaga medis lainnya.

3.6.1.2 Metode Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Menggunakan pendekatan IPPA (Inspeksi, Palpasi, Perkusi.

Auskultasi) pada pemeriksaan Head to toe.

3.6.1.3 Studi Dokumentasi

Hasil pemeriksaan rontgen dada, Ekg, CT scan kepala, hasil

laboratorium (Hb, Ht, ureum, gula darah, dan elektrolit).

Akper Pangkalpinang | 58
3.7. Instrumen Pengumpulan Data

Alat atau instrument pengumpulan data menggunakan format pengkajian

asuhan keperawatan medikal bedah sesuai dengan ketentuan yang berlaku di

Akademi Keperawatan Pangkalpinang.

3.8. Penyajian Data

Studi kasus ini menyajikan data secara terstruktur dan dapat disertai

dengan ungkapan verbal dari pasien atau keluarga pasien yang mengalami

pneumonia.

3.9. Etika Studi Kasus

Menurut Hidayat (2012), asalah etika penelitian keperawatan merupakan

masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian

keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika

penelitian harus diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara

lain adalah sebagai berikut:

3.9.1. Informed Consent

Sebelum peneliti memberikan informed consent peneliti harus

menjelaskan tujuan, maksud , seta manfaat dalam penelitian.

Kemudian peneliti meminta persetujuan kepada klien dan keluarga

klien. Jika klien dan keluarga setuju makan form informed consent di

berikan kepada klien untuk ditandatangani.

3.9.2. Anomity ( Tanpa Nama)

Peneliti tidak akan menuliskan / mencantumkan nama responden

pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulkan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

Akper Pangkalpinang | 59
3.9.3. Kerahasiaan ( Confidentiality)

Peneliti akan menjamin kerahasiaan hasil peneliti, baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya. Penulis tidak akan menceritakan

kepada siapapun juga dan tidak dipublikasikan.

Akper Pangkalpinang | 60
DAFTAR PUSTAKA

Alhuda, T.R., Prastiwi, S., & Dewi, N. (2018). Hubungan Antara Pola Makan
dan Gaya Hidup Dengan Tingkatan Hipertensi Pada Middle Age 45-59 Tahun Di
wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Kota Malang. Jurnal Nursing News, 3 (1).
http://www.unitri.ac.id
Haryani., Hardiani, S., & Thoyyibah, Z (2020). Asuhan Keperawatan Pada Bayi
Dengan Risiko Tinggi. Jakarta: Trans Info Media.
Hidayat, A.A. (2012). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika.
Herdman, T. H & Kamitsuru. 2018. NANDA-1 Diagnosis Keperawatan Definisi
dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: ECG
Infodatin Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2019.
Majid, A. (2018). Asuhan Keperawatn Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Manurung, N. (2018). Keperawatan Medikal Bedah Konsep, Mind Mapping dan
Nanda NIC NOC. Jakarta: Trans Info Media.
Martiningsih., & Haris, A. (2019). Risiko Penyakit Kardiovaskuler pada Peserta
Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) Di Puakesmas Kota Bima.
Jurnal Keperawatan Indonesia, 22 (3), 200-208. http://www.jki.ui.ac.id .
Nurarif, A.H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing
jogjakarta
Pokja SDKI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 2019.
Rahmayani, S.T. (2019, Agustus). Faktor-Faktor Risiko Kejadian Hipertensi
Primer pada Usia 20-55 Tahun Di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD 45
Kuningan. Syntax Idea, 01 (4). http://www.jurnal.syntax-idea.co.id .
Setiadi. (2012) Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wijaya, A.S., & Putri, Y.M (2013). Keperawtan Medikal Bedah Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.

Akper Pangkalpinang | 61

Anda mungkin juga menyukai