Anda di halaman 1dari 32

“Komunikasi teraupetik pada pasien dengan

masalah fisik”
Ns. Neli Husniawati, S.Kep., M. Kep

Adinda Putri Egi Salsabillah 1032201062


Nuraini Dwi Ambarwati 1032201063
Ananda Chrisman 1032201064
Agatha Claristha 1032201065
Sekar Siwi Andaru 1032201066
Anissa Fitrah Wahyuni 1032201068
KOMUNIKASI
TERAUPETIK
komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan
secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien

—Fatmawati, 2010
Definisi Gangguan fisik
Gangguan fisik adalah suatu keadaan dimana seseorang
mempunyai kekurangan pada anggota tubuh atau
terganggunya sistem organ dalam tubuh, sensorik, dan
motorik pada tubuh. Gangguan fisik yang dari kekurangan
anggota tubuh sering kali membuat pergerakan terganggu.
Gangguan dari sistem organ membuat pasien berasa tidak
enak badan dan harus mendapatkan pengobatan medis.
Gangguan fisik ini bisa dialami oleh semua orang baik
orang dewasa maupun anak kecil. Untuk orang
dewasa gangguan fisik ini dimungkinkan karena
faktor eksternal seperti : kecelakaan yang
menyebabkan rusaknya anggota tubuh atau organ
tubuh, sehingga menimbulkan keterbatasan dalam
beraktivitas.
Adapun gangguan fisik yang dialami oleh anak kecil
dikarenakan oleh faktor bawaan seperti :
01
Kelainan pada sistem cerebral (sistem syarat pusat)

gangguan fisik ini disebabkan oleh luka pada otak yang mempengaruhi
kemampuan menggerakkan bagian-bagian tubuh manusia (gangguan
motorik), disebut juga cerebral palsy (CP). Menurut letak kelainan otak
dan fungsi geraknya, cerebral palsy dibedakan atas : spastic (kekakuan
sebagian atau seluruh otot karena kerusakan pada cortex cerebri),
athetoid (gerakan kaki tangan di luar kemauan karena kerusakan pada
basal ganglia). Ataxia (hambatan keseimbangan kerema kerusakan pada
otak kecil/cerebellum), rigid (kekuatan seluruh anggota gerak karena
kerusakan pada basal ganglia), tremor (gerakan kecil yang terus-
menerus karena kerusakan pada basal ganglia).
02
Kelainan pada sistem musculus skeletal (sistem otot dan
rangka)

gangguan fisik ini dialami oelh anak-anak yang memiliki cacat fisik
akibat kelemahan atau penyakit pada otot atau tulang, disebut
juga gangguan orthopedic. Jenis kelainan yang berkaitan dengan
sistem ototdan rangka meliputi : polio (kelumpuhan tangan dan
kaki karena virus polio), muscular dystrophy (kelumpuhan yang
bersifat progresif karena otot tidak dapat berkembang),
osteogenesis imperfect (tulang mudah patah karena pertumbuhan
kerangka tulang tidak normal), spina bifida (kelumpuhan
anggota tubuh bagian bawah karena sebagian ruas tulang
belakang tidak menutup), hambatan fisik motorik karena bawaan
lahir (bentuk kaki tangan seperti tongkat, tubuh kerdil,
hydrocephalus atau micrcephalus, jari kurang atau lebih dari
lima, dilahirkan tanpa anggota tubuh tertentu, dan lain-lain)
03
Gangguan kesehatan yang mempengaruhi kemampuan fisik

asma (penyempitan pembuluh tenggorokan) dan hemophilia


(kelainan/kurangnya produksi factor pembekuan darah).
Gangguan fisik sebelum lahir

 Pada masa sebelum lahir, dapat disebabkan oleh :


infeksi atau penyakit, kelainan kandungan bayi
dalam kandungan terkena radiasi, atau ibu
mengalami trauma (kecelakaan).
Gangguan fisik sesudah lahir

Pada masa sesudah lahir, hal-hal yang dapat


menyebabkan kecacatan antara lain :
kecelakaan.trauma pada kepala, amputasi,
infeksi/penyakit yang menyerang otak, dan
malnutrisi.
Komunikasi Pada
Gangguan Fisik
1. Pasien dengan gangguan pendengaran

Pada pasien dengan gangguan pendengaran, media komunikasi


yang paling sering digunakan ialah media visual. Pasien
menangkap pesan bukan dari suara yang dikeluarkan orang
lain, tetapi dengan mempelajari gerak bibir lawan bicaranya.
Kondisi visual menjadi sangat penting bagi pasien ini
sehingga dalam melakukan komunikasi, diusahakan supaya
sikap dan gerakan kita dapat ditangkap oleh indra visual si
pasien.
Lanjutan
Teknik-teknik komunikasi yang dapat digunakan pada pasien
dengan gangguan pendengaran, antara lain:
● Orientasikan kehadiran kita dengan cara menyentuh pasien
atau memposisikan diri di hadapan yang terlihat oleh pasien.
● Gunakan bahasa dan kalimat yang sederhana dan bicaralah
dengan perlahan untuk memudahkan pasien membaca gerak
bibir kita.
● Usahakan berbicara dengan posisi tepat di hadapan atau di
depan pasien dan pertahankan sikap tubuh dan mimik wajah
yang lazim.
Lanjutan
● Jangan melakukan pembicaraan ketika kita  sedang
mengunyah sesuatu, misalnya permen karet.
● Bila mungkin gunakan bahasa pantomim dengan gerakan
yang sederhana dan wajar.
● Jika diperlukan gunakanlah bahasa jari atau jika kita
menguasai bahasa isyarat, dapat menggunakannya.
● Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan,
cobalah sampaikan pesan dalam bentuk tulisan, gambar atau
simbol yang mudah dimengerti.
2. Pasien dengan keaadaan tidak sadar

Ketidaksadaran mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik


pasien mengalami penurunan sehingga seringkali stimulus
dari luar tidak dapat diterima pasien dan pasien tidak dapat
merespons kembali stimulus tersebut.Keadaaan tidak sadar
dapat terjadi akibat gangguan organik pada otak, trauma otak
yang berat, syok, pingsan, kondisi tidur dan narkose, ataupun
gangguan berat yang terkait dengan penyakit tertentu.
Seringkali timbul pertanyaan tentang perlu tidaknya pengobat
berkomunikasi dengan pasien yang mengalami gangguan
kesadaran ini. Bagaimanapun, secara etika penghargaan
terhadap nilai nilai kemanusiaan mengharuskan penerapan
komunikasi pada pasien dengan gangguan kesadaran.
Lanjutan
Pada saat berkomunikasi dengan pasien dengan gangguan
kesadaran, hal hal berikut perlu diperhatikan:
■ Berhati – hati ketika melakukan pembicaraan
verbal dekat pasien ada keyakinan bahwa organ
pendengaran merupakan organ terakhir yang
mengalami penurunan dan penerimaan rangsang
pada individu yang tidak sadar dan yang menjadi
pertama kali berfungsi pada waktu sadar. Maka
perawat harus berhati – hati tidak mengatakan
sesuatu pada pasien yang tidak sadar atau pada
dalam jarak pendengaran pasien. Jaga selalu
untuk tidak mengatakan hal – hal yang tidak
akan mereka katakan pada pasien yang
sepenuhnya sadar.
Lanjutan
● Ambil asumsi bahwa pasien  dapat mendengar pembicaraan
kita. Usahakan mengucapkan kata dengan menggunakan nada
normal dan memperhatikan materi ucapan yang kita
sampaikan di dekat klien.
●  Ucapkan kata – kata sebelum menyentuh pasien . Sentuhan
diyakini dapat menjadi salah satu bentuk komunikasi yang
sangat efektif pada pasien dengan penurunan kesadaran.
● Upayakan untuk mempertahankan lingkungan sekitar pasien
setenang mungkin untuk membantu pasien pada komunikasi
yang dilakukan.
3. Pasien dengan gangguan perkembangan

Berbagai kondisi dapat mengakibatkan gangguan perkembangan


kognitif pada pasien, antara lain akibat penyakit : retardasi
mental, syndrome down, ataupun situasi sosial, misal,
pendidikan yang rendah, kebudayaan primitif, dan
sebagainya. Dalam berkomunikasi dengan klien yang
mengalami gangguan kematangan kognitif, sebaiknya kita
memperhatikan prinsip komunikasi bahwa komunikasi
dilakukan dengan pendekatan komunikasi efektif, yaitu
mengikuti kaidah sesuai kemampuan audience (capability of
audience) dengan demikian  komunikasi dapat berlangsung
lebih efektif.
Lanjutan
Berbagai kondisi dapat mengakibatkan gangguan perkembangan
kognitif pada pasien, antara lain akibat penyakit : retardasi
mental, syndrome down, ataupun situasi sosial, misal,
pendidikan yang rendah, kebudayaan primitif, dan
sebagainya. Dalam berkomunikasi dengan klien yang
mengalami gangguan kematangan kognitif, sebaiknya kita
memperhatikan prinsip komunikasi bahwa komunikasi
dilakukan dengan pendekatan komunikasi efektif, yaitu
mengikuti kaidah sesuai kemampuan audience (capability of
audience) dengan demikian  komunikasi dapat berlangsung
lebih efektif.
Lanjutan
Cara – cara berkomunikasi dengan pasien yang mengalami
gangguan kematangan kognitif / perkembangan kognitif :
● Berbicaralah dengan menggunakan tema yang jelas dan
terbatas.
● Hindari menggunakan istilah yang membingungkan pasien,
usahakan menggunakan kata pengganti yang lebih mudah
dimengerti dengan menggunakan contoh atau gambar dan
simbol yang mudah dimengerti oleh pasien.
Lanjutan
● Berbicaralah dengan menggunakan nada yang relatif datar
dan Nada tinggi seringkali di terima oleh pasien sebagai
sesuatu yang tidak menyenangkan.
● Selalu lakukan pengulangan dan tanyakan kembali pesan
yang diutarakan untuk memastikan kembali maksud pesan
sudah diterima dengan baik oleh pasien.
● Berhati – hatilah dalam menggunakan teknik komunikasi non
verbal karena dapat menimbulkan interprestasi yang berbeda
pada pasien dan menimbulkam sesuatu yang tidak di
inginkan.
Kasus
Nn. S, umur 18 tahun, baru saja melakukan operasi amputasi
pada kakinya. Klien tampak murung, mengatakan tidak
ingin hidup, dan merasa tidak punya harga diri.
Fase perkenalan
a. Salam teraupetik
P : PERAWAT
K : klien

P : “ Selamat pagi.”
K : “ Pagi, ners.”
P : “ Perkenalkan saya ners Ananda, apakah benar dengan
Nn. Sekar?”
K : “ Iya, benar.”
P : “ Baik, disini saya akan merawat Nn. Sekar dari
pukul 08.00- 14.00 siang. Boleh saya cek gelang
tangannya untuk mengecek kesesuaian identitas
dengan sekar punya?”
K : “ Boleh, silahkan ners.”
Fase Kerja
P : “ Baiklah Nn. Sekar, bagaimana jika kita bercakap
tentang apa yang sekar rasakan saat ini, mungkin
waktunya 10- 15 menit. Apakah sekar bersedia?”
K : “ Boleh, ners.”
P : “ Sekar mau berbincang- bincangnya disini atau
diluar?”
K : “ Disini saja ners, saya tidak percaya diri keluar
ruangan.
P : “ Kenapa Sekar tidak percaya diri?”
K : “ Saya malu & sedih ners dengan keadaan saya saat
ini, kaki saya sudah tidak ada sebelah ners.
Bagaimana orang- orang berpandangan dengan
saya? saya merasa sangat tidak berguna untuk
hidup.”
P : “ Maaf sebelumnya Nn. Sekar, saya mengerti
bagaimana perasaan sekar saat ini. Mengapa Sekar
harus malu?Seharusnya sekar bersyukur masih
diberi kesempatan hidup oleh Tuhan.
K : “ Iya juga sih ners, tapi bagaimana dengan masa
depan saya ners?”
P : “ Memangnya Sekar cita- citanya menjadi apa?”
K : “ Sekar mau jadi pengacara ners dan dulu saya juga
suka melukis.”
P : “ Waah, jadi pengacara yaa, hebat sekali Sekar. Nah,
Sekar kan mempunyai cita- cita dan hobi yang
bagus, Sekar bisa melakukannya tanpa harus
menggunakan kaki bukan?”
K : “ Benar, ners.”
P : “ Masa depan Sekar masih panjang, Sekar masih
bisa menggapai cita-cita dan melakukan hobi
Sekar seperti biasanya. Jadi, tidak perlu patah
semangat. Orang- orang seperti Sekar adalah
orang-orang yang kuat & hebat dan saya yakin
Sekar bisa menjadi pengacara yang Sekar inginkan
dan bisa dikembangkan hobi melukisnya.
K : “ Benar, ners. Saya benar- benar merasa hidup saya
kembali lagi.”
Fase Terminasi Akhir

a. Evaluasi
P : “ Nah, setelah kita berdiskusi, bagaimana perasaan
Sekar sekarang?”
K : “ Saya merasa menjadi lebih bersemangat untuk
hidup dan lebih percaya diri. Terima kasih ya
ners.”
P : “ Sama- sama Sekar. Saya juga senang karena Sekar
sudah bersemangat dan lebih percaya diri lagi.
Setelah ini, apa yang Sekar akan lakukan?.”
K : “ Saya ingin menggali kemampuan saya biar saya
bisa membuktikan ke orang- orang bahwa saya
mampu menjadi orang berhasil.”
P : “ Semangat ya Sekar, semoga sekar bisa menjadi
orang yang berhasil nantinya.”
K : “ Aamiin.”
P : “ Besok Sekar sudah bisa pulang.”
K : “ Baik, ners.”
b. Salam teraupetik
P : “ Baiklah, kalau begitu saya pamit terlebih dahulu,
jaga selalu kesehatan ya Nn. Sekar, jika merasa
keluhan & memerlukan bantuan Sekar bisa
memencet bel atau keluarga bisa datang ke ruang
perawat, saya permisi ya.”
K : “ Baik, terima kasih, ners.”

Anda mungkin juga menyukai