Rata-rata bayi baru lahir memproduksi dua kali lebih banyak bilirubin
dibandingkan orang dewasa karena lebih tingginya kadar eritrosit yang beredar
dan lebih pendeknya lam hidup sel darah merah (SDM)(hanya 70-90 hari,
dibandingkan 120 hari pada anak yang lebih tua dan orang dewasa). Selain itu,
kemampuan hati untuk mengonjugasi bilirubin sangat rendah karena batasnya
produksi glukuronil transferase. Bayi baru lahir juga memiliki kapasitas
ikatan-plasma terhadap bilirubin yang lebih rendah karena rendahnya
konsentrasi albumin dibandingkan anak yang lebih tua. Perubahan normal
dalam sirkulasi hati setelah kelahiran mungkin berkontribusi terhadap
tingginya kebutuhan fungsi hati.
Jaundis ASI (jaundis awitan lambat) mulai pada usia 5-7 hari dan
terjadi pada 2%-3% bayiyang mendapat ASI . Puncak peningkatan kadar
bilirubin selama minggu kedua dan secara bertahap menghilang. Meskipun
begitu tingginya kadar bilirubin yang mungkin menetap selama 2- 12 minggu,
namun bayi ini tetap sehat. Jaundis ini mungkin disebabkan oleh faktor dalam
ASI (prenadiol, asam lemak, dan B-glucuronidase) yang menghambat
konjugasi atau menurunkan eksresi bilirubin. Frekuensi defekasi yang jarang
pada bayi yang mendapat ASI memungkinkan semakin lamanya waktu
reabsorbsi bilirubin dalam tinja.
Metabolisme Bilirubin
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Yetti. 2014. Jurnal Kesehatan, Volumr V, Nomor 2 Hubungan Antara Persalinan
Prematur Dengan Hiperbilitubin Pada Neonatus.
Biade, Dio R, dkk. 2016. Sari Pediatri Vol 18 No 1 Faktor Resiko Hiperbilirubinemia pada
Bayi Baru Lahir dari Ibu Diabetes Melitus.
Suriadi, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak Ed 2. Jakarta: Sagung Seto
Wong, Donna L dkk. 20009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Vol 1. Jakarta: EGC