Anda di halaman 1dari 27

Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Pada Dewasa dan Lansia

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas


mata kuliah Keperawatan Jiwa I

Dosen Pengampu: Ns. Duma Lumban Tobing, M.Kep, Sp.Kep.J

Disusun Oleh:

Fenny Andriani 1710711077

Refiana Gunawan 1710771083

Siti Luthfia Awanda 1710711084

Annisa Hilmy Nurarifah 170711087

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap individu memiliki usia dan karakter yang berbeda karena setiap orang adalah
unik. Dan disepanjang daur kehidupannya, individu akan mengalami fase kehidupannya.
Mulai dari fase perinatal, bayi, toddles, preschool, sekolah, remaja, hingga fase dewasa
muda menengah dan tua. Masing-masing dari semua fase itu memiliki tahap pertumbuhan
dan perkembangan yang berbeda pula. Laju pertumbuhan bervariasi pada tahap
pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda pula karena perkembangan merupakan
aspek perilaku dari pertumbuhan.
Adapun dari fase-fase yang terjadi terdapat tugas-tugas perkembangan yang
diharapkan dapat dicapai oleh individu pada setiap tahap perkembangannya. Tugas-tugas
ini harus dicapai sebelum seorang individu melangkah ke tahapan perkembangan
selanjutnya. Apabila seseorang individu gagal dalam memenuhi tugas perkembangannya,
maka ia akan sulit untuk memenuhi dan melaksanakan tugas perkembangan pada fase
selanjutnya.
Sebagai seorang perawat, kita dituntut untuk mengerti proses tumbuh kembang
manusia mulai dari masa perinatal hingga masa dewasa tua itu. Oleh karena keunikan yang
dimiliki setiap individu berbeda-beda dan fase kehidupan yang juga bertahap-tahap
sehingga dalam menangani kasus yang samapun tindakan yang di berikan akan sangat
berbeda.
Berdasarkan uraian di atas, penulis hanya menfokuskan pembahasan dalam hal-
hal yang terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan pada dewasa muda, menengah,
dan tua pada makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa sajakah konsep pertumbuhan dan perkembangan orang dewasa?
2. Bagaimanakah tahap perkembangan pada dewasa muda, menengah, dan tua?
3. Apakah tugas perkembangan dari masing-masing fase dewasa itu?

2
4. Bagaimana tahap pengkajian perkembangan dari masing-masing fase dewasa itu?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk menjelaskan konsep pertumbuhan dan perkembangan orang dewasa.
2. Untuk mengetahui tahap perkembangan dewasa muda, menengah, dan tua.
3. Untuk mengetahui tugas perkembangan dari masing-masing fase dewasa itu.
4. Unutk menjelaskan tahap pengkajian perkembangan dari masing-masing fase dewasa.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan


1. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan fisik dan peningkatan ukuran yang dapat diukur
secara kuantitatif.
Indicator pertumbuhan meliputi tinggi badan, berat badan, ukuran tulang, dan
pertumbuhan gigi. Pola pertumbuhan fisiologis sama untuk semua orang. Akan tetapi,
laju pertumbuhan bervariasi pada tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda.
2. Perkembangan
Perkembangan adalah peningkatan kompleksitas fungsi dan kemajuan
keterampilan. Perkembangan adalah kemampuan dan keterampilan yang dimiliki
individu untuk beradaptasi dengan lingkungan. Perkembangan merupakan aspek
perilaku dari pertumbuhan.

B. Dewasa
1. Karakteristik Perkembangan Orang Dewasa
Karakteristik perkembangan orang dewasa adalah sebagai berikut:
a. Perkembangan fungsi aspek-aspek fisik orang dewasa terus berjalan sesuai dengan
jenis pekerjaan, pendidikan dan latihan serta hobi-hobi aktivitas fisik. Usia dewasa
merupakan usia yang secara fisik sangat sehat, kuat, dan cekatan dengan tenaga
yang cukup besar. Kekuatan dan kesehatan ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan
ekonomi, kebiasaan hidup, kebiasaan makan, dan pemeliharaan kesehatan.
b. Kualitas kemampuan berpikir kelompok dewasa muda terus berkembang lebih
meluas atau komprehensif dan mendalam. Perkembangan ini tergantung pada
pengetahuan dan informasi yang dikuasai. Semakin tinggi dan luas ilmu
pengetahuan, dan informasi yang dimiliki, semakin tinggi kualitas kemampuan
berpikir.

4
c. Pada masa dewasa, berlangsung pengalaman moral. Melalui pengalaman moral,
orang dewasa mengubah pemikiran-pemikiran moral menjadi perbuatan moral.
d. Bekerja untuk pengembangan karier merupakan tuntutan dan karakteristik utama
dari masa dewasa.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang


Beberapa faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang orang dewasa adalah
sebagai berikut:
a) Faktor genetik
 Faktor keturunan — masa konsepsi;
 Bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan;
 Menentukan beberapa karakteristik seperti jenis kelamin, ras, rambut, warna
mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan beberapa keunikan psikologis seperti
temperamen.
b) Faktor eksternal / lingkungan
Faktor eksternal mempengaruhi individu setiap hari mulai konsepsi sampai akhir
hayatnya, dan sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Faktor
eksternal yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan,
sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya.
 Keluarga
Fungsi keluarga yaitu sebagai tempat bertahan hidup, rasa aman, perkembangan
emosi dan sosial, penjelasan mengenai masyarakat dan dunia, dan membantu
mempelajari peran dan perilaku.
 Kelompok teman sebaya
Lingkungan yang baru dan berbeda, memberi pola dan struktur yang berbeda
dalam interaksi dan komunikasi, dan memerlukan gaya perilaku yang berbeda.
Fungsi kelompok teman sebaya adalah sebagai tempat belajar kesuksesan dan
kegagalan, memvalidasi dan menantang pemikiran dan perasaan, mendapatkan
penerimaan, dukungan dan penolakan sebagai manusia unik yang merupakan
bagian dari keluarga serta untuk mencapai tujuan kelompok dengan memenuhi
kebutuhan dan harapan.
5
 Pengalaman hidup
Pengalaman hidup dan proses pembelajaran membiarkan individu berkembang
dengan mengaplikasikan apa yang telah dipelajari.
 Kesehatan
Tingkat kesehatan merupakan respon individu terhadap lingkungan dan respon
orang lain pada individu. Kesehatan prenatal (sebelum bayi lahir) mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan dari fetal (janin). Ketidakmampuan untuk
melaksanakan tugas-tugas perkembangan karena kesehatan terganggu akan
mengakibatkan tumbuh kembang juga terganggu.
 Lingkungan tempat tinggal
Musim, iklim, kehidupan sehari-hari dan status sosial ekonomi juga
mempengaruhi perkembangan seseorang.

3. Perbedaan Individual Orang Dewasa


a. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan individual orang dewasa adalah faktor
lingkungan, pembawaan dan pengalaman.
b. Unsur-unsur perbedaan individu yang disebabkan oleh perbedaan lingkungan dan
pembawaan adalah perbedaan dalam minat, kepribadian, dan kecakapan
(kecerdasan).
c. Penerimaan orang dewasa terhadap pengaruh lingkungan (pengalaman) ditentukan
oleh:
 Kekuatan daya pendukung The IQ dan daya kendali dari super ego
 Cita-cita dan hasrat (Alfred Adler);
 Kadar rasa harga diri (Kunkel);
 Kesadaran pribadi dalam mempertahankan dan mengembangkan dirinya
(Stern) dangan subjektif terhadap partisipasinya dengan lingkungan (Rullo
May);
 Kemampuan membaca situasi atau kerangka berpikir (Lewin), serta
 Hubungan sosial di masa lalu (Rotter & Sullivan).
 Hubungan sosial di masa lalu (Rotter & Sullivan)

6
C. Dewasa Muda (20-40 tahun)
1. Tugas Perkembangan
Adapun tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa awal adalah sebagai berikut:
a. Mencari dan menemukan calon pasangan hidup
Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki
kematangan fisiologis (seksual) sehingga mereka siap melakukan tugas
reproduksi, yaitu mampu melakukakn hubungan seksual denga lawan jenisnya,
asalkan memnuhi persyaratan yang sah (perkawinan yang resmi). Untuk
sementara waktu, dorongan biolohid tersebut mungkin akan ditahan terlebih
dahulu.
Mereka akan beruapaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk
dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan
rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan,
pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai persyaratan pasangan hidupnya.
Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda.

b. Membina kehidupan rumah tangga


Sikap yang mandiri merupakan langkah positif bagi mereka karena
sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memaasuki kehidupan rumah
tangga yang baru. Namun, lebih dari itu, mereka juga harus dapat membentuk,
membina, danmengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik-
baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup.

c. Meniti karier dalam rangka memantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga


Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau
universitas, umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan
ilmu dan keahliannya, mereka berupaya menekuni karier sesuai dengan minat
dan bakat yang dimiliki, sertamemberi jaminan masa depan keuangan yang
baik.

d. Menjadi warga negara yang bertanggung jawab

7
Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin
hidup tenang, damai, dan bahagia ditengah-tengah masyarakat. Syarat-syarat
untuk menjadi warga negara yang baik harus dipenuhi oleh seseorang, sesuai
dengan norma sosial budaya yang berlaku di masyarakat.

2. Tahap Perkembangan
Dewasa muda disebut sebagai individu yang matur. Mereka sudah dapat memikul
tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dan mengharapkan hal uang sama dari
orang lain. Mereka menghadapi berbagai tugas dalam hidup dengan sikap realistis dan
dewasa, membuat keputusan dan bertanggung jawab atas keputusan tersebut.
a. Perkembangan Fisik
Individu berada pada kondisi fisik yang prima diawal usia 20a-an. Semua sistem
pada tubuh(seperi kardio vaskuler, pengelihatan, pendengaran dan reproduktif) juga
berfungsi pada efesiensi puncak. Perubahan fisik pada tahap ini minimal, berat
badan dan massa otot dapat berubah akikab diet dan olah raga.
b. Perkembangan Psikososial
Individu dewasa muda, menghadapi sejumlah pengalaman serta perubahan
gaya hidup yang baru saat beranjak dewasa, mereka harus membuat pilihan
mengenai pendidikan, pekerjaan, perkawinan, memulai rumah tangga, dan untuk
membesarkan anak. Tanggungjawab sosial meliputi membentuk hubungan
pertemanan yang baru dan menjelani beberapa kegiatan di masyarakat.
Tahap pertama dalam perkembangan kedewasaan ini biasanya terjadi pada
masa dewasa muda, yaitu merupakan tahap ketika seseorang merasa siap
membangun hubungan yang dekat dan intim dengan orang lain.
Jika sukses membangun hubungan yang erat, seseorang akan mampu
merasakan cinta serta kasih sayang. Pribadi yang memiliki identitas personal kuat
sangat penting untuk dapat menembangkan hubungan yang sehat. Sementara
kegagalan menjalin hubungan bisa membuat seseorang merasakan jarak dan
terasing dari orang lain.
Beberapa perkembangan psikososial pada dewasa muda, yaitu:

8
 Berada pada tahap genital, yaitu ketika energi diarahkan unutk mencapai
hubungan seksual yang matur (mengacu pada teori Freud)
 Memiliki tugas perkembangan berikut, mengacu pada pemikiran Havighurst:
Memilih pasangan, belajar untuk hidup bersama pasangan, membentuk sebuah
keluarga, membesarkan anak, mengatur rumah tangga, memulai suatu
pekerjaan, memikul tanggung jawab sebagai warga negara, menemukan
kelompok sosial yang cocok
c. Perkembangan Kognitif
Piaget meyakini bahwa struktur kognitif sempurna terjadi kurang lebih
sejak usia 11-15 tahun. Sejak periode tersebut, operasi formal(contoh: membuat
hipotesis) menandakan pemikiran selama massa dewasa, egosentrismenya terus
berkurang. Mereka mampu memahami dan menyeimbangkan argumen yang
diciptakan oleh logika dan emosi.
d. Perkembangan Moral
Pada periode ini, individu mampu memisahkan diri dari pengharapan dan
aturan-aturan orang lain, dan mendefinisikan moralitas terkait prinsip moral. Saat
mempersepsikan konflik dengan norma dan hukum masyarakat, mereka membuat
penilaian berdasarkan prinsip pribadi mereka.
e. Perkembangan Spiritual
Pada periode ini, individu berfokus pada realitas. Individu dewasa yang
berusia 27 tahun dapat mengemukakan pertanyaan yang bersifat filosofi mengenai
spiritualitas dan menyadari akan hal spiritual tersebut. Ajaran-ajaran agama yang
diperoleh semasa kecil, sekarang dapat diterima/didefenisikan kembali

D. Dewasa Menengah/Paruh Baya (40-65 tahun)


1. Tugas Perkembangan
Menurut havighurst, individu paruh baya memiliki tugas perkembangan psikososial
sebagai berikut:
a). Memenuhi tanggung jawab sebagai warga negara dewasa dan tanggung jawab
sosial;

9
b) Membangun dan mempertahankan standar ekonomi hidup;
c) Membantu anak yang beranjakremaja untuk menjadi individu dewasa yang
bahagia dan bertanggung jawab;
d) Mengembangkan berbagai aktivitas untuk mengisi waktu luang;
e) Berinteraksi dengan pasangan sebagai seorang individu; Menerima dan
menyesuaikan perubahan fisk di masa paruh baya;
f) Menyesuaikan diri dengan orang tua yang mulai lansia.

2. Tahap Perkembangan
a. Perkembangan Fisik
Pada perkambangan ini, banyak berubahan fisik yang terjadi, antara lain
sebagai berikut:
 Penampilan
Rambut mulai tipis dan beruban, kelembapan kulit berkurang, muncul
kerutan pada kulit, jaringan lemak diretribusikan kembali sehingga
menyebabkan deposit lemak di area abdomen.
 Sistem muskuloskeletal
Massa otot skeletal berkurang sekitar usia 60-an. Penipisan diskus
interverbal menyebabkan penurunan tinggi badan sekitar 1 inci. Kehilangan
kalsium dari jaringan tulang lebih sering terjadi pada wanita pasca menstruasi.
Otot tetap tetap bertumbuh sesuai penggunaan.
 Sistem kardiovaskular
Pembuluh darah kehilangan elastisitasnya dan menjadi lebi tebal
 Presepsi sensori
Ketajaman visual menurun, seringkali terjadi diakhir usia 40-an, khususnya
untuk pengelihatan dekat(presbiopia). Ketajaman pendengaran untuk suara
frekuansi tinggijuga menurun(presbikusis), khususnya pada pria. Sensasi
perasa juga berkurang.
 Metabolisme
Metabolisme lambat, menyebabkan kenaikan berat badan
 Sistem pencernaan
10
Penurunan tonus usus besar secara bertahap dapat menyebabkan
kecendrungan terjadinya konstipasi pada individu.
 Sistem perkemihan
Unit nefron berkurang selama periode ini, dan laju filtrasi glomelurus
menurun.
 Seksualitas
Perubahan hormonal terjadi pada pria maupun wanita.

a. Perkembangan Psikososial
Ini adalah tahap kedua perkembangan kedewasaan. Normalnya seseorang
sudah mapan dalam kehidupannya. Kemajuan karir atau rumah tangga yang telah
dicapai memberikan seseorang perasaan untuk memiliki suatu tujuan.
Namun jika seseorang merasa tidak nyaman dengan alur kehidupannya,
maka biasanya akan muncul penyesalan akan apa yang telah dilakukan di masa
lalu dan merasa hidupnya mengalami stagnasi.
b. Perkembangan Kognitif
Kemampuan kognitif dan intelektual di masa paruh baya tidak banyak
mengalami perubahan. Proses kognitif meliputi waktu rekreasi, memori, persepsi,
pembelajaran, pemecahan masalah, dan kreativitas.
c. Perkembangan Moral
Pada tahap ini, individu perlu memiliki pengalaman yang luas tentang
pilihan moral personal serta tanggung jawab.
d. Perkembangan Spiritual
Pada tahap ini, individu dapat memandang “kebenaran” dari sejumlah sudut
pandang. Mereka cenderung tidak terlalu fanatik terhadap keyakinan agam, dan
agama seringkali membrikan lebih banyak kenyamanan pada diri individu di masa
ini dibandingkan sebelumnya. Individu kerap kali bergantung pad akeyakinan
spiritual untuk membantu mereka menghadapi penyakit, kematian, dan tragedi.

E. Lansia
1. Pengertian

11
Lanjut usia (lansia) merupakan periode penutup dalam rentang kehidupan seseorang,
yaitu suatu periode diman seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu (Papilia
dkk,2004). Lanjut usai merupakan tahap perkembangan terakhir (kedelapan) dalam
teori Erikson (yaitu tahap integritas ego vs keputusasaan).
Usia lanjut adalah seseorang yang usianya sudah tua yang merupakan tahap lanjut
dari suatu proses kehidupan. World Health Organization (WHO) memberikan
klasifikasi usia lanjut sebagai berikut.
 Usia pertengahan (middle age) : 45–59 tahun
 Lanjut usia (elderly) : 60–74 tahun
 Lanjut usia tua (old) : 75–90 tahun
 Usia sangat tua (very old) : di atas 90 tahun

2. Tugas Perkembangan
a. Tugas perkembangan lansia menurut Peck tahun 1968, antara lain:
Usia 65-75 tahun
- Menyesuaikan diri dengan kesehatan dan kekuatan fisik yang menurun
- Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan penghasilan yang menurun
- Menyesuaikan diri dengan kematian orang tua, pasangan, dan teman
- Menyesuaikan diri dengan hubungan yang baru bersama anak-anak yang
sudah dewasa
- Menyesuaikan diri dengan waktu luang
- Menyesuaikan diri dengan respons fisik dan kognitif yang melambat

Usia 75 tahun atau lebih


 Beradaptasi dengan situasi “hidup sendiri”
 Menjaga kesehatan fisik dan mental
 Menyesuaikan diri dengan kemungkinan tinggal di panti jompo
 Tetap berhubungan dengan anggota keluarga lain
 Menemukan makna hidup
 Mengurus akan kematiannya kelak

12
 Tetap aktif dan terlibat dalam aktivitas
 Membuat perencanaan hidup yang memuaskan seiring penuaan

b. Tugas perkembangan lansia menurut Havighurst dalam Stanley (2007)


- Menyesuaikan diri terhadap penurunan fisik dan psikis
- Menyesuaikan diri terhadap kematian pasangan dan orang penting
lainnya
- Membentuk gabungan eksplisit dengan kelompok yang sesuai
dengannya
- Memenuhi kewajiban-kewajiban social
- Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga, membentuk kepuasan
pengaturan kehidupan fisik.

3. Tahap Perkembangan
a. Perkembangan Psikososial
Menurut Erikson, tugas perkembangan di masa ini adalah integritas ego
versus putus asa. Seseorang yang mencapai integritas ego memandang
kehidupan dengan perasaan utuh dan meraih kepuasan dari keberhasilan yang
dicapai di masa lalu. Mereka memandang kematian sebagai akhir kehidupan
yang dapat diterima. Sebaliknya, orang yang putus asa sering kali merasa
pilihannya salah dan berharap dapat mengulang kembali waktu.
Erikson (Integritas ego vs keputusasaan) menjadi 3 tahapan yaitu :
 Perbedaan ego versus preokupasi peran kerja
Tugas lansia pada tahap ini adalah mencapai identitas dan perasaan
berharga dari sumber lain selain dari peran kerjanya akibat pensiun
dan penghentian berkeja telah menurunkan perasaan nilai (harga) diri
lansia. Sebaliknya lansia dengan perbedaan ego yang baik dapat
menggantikan perananan kerjanya dengan aktivitas dan peran baru
sebagai sumber utama untuk harga dirinya.
 Transcendence tubuh versus preokupasi tubuh

13
Tahap ini lebih mengarah pada pandangan bahwa kesenangan dan
kenyamanan berarti kesejahteraan fisik. Tugas lansia pada tahap ini
yaitu melalui interaksi interpersonal dan aktivitas psikososial dan
lansia dapat mencapai kesejahteraan meskipun mengalami
kemunduran fisik.
 Transcendence ego versus preokupasi ego
Melibatkan penerimaan tentang kematian individu.

Apabila lansia berhasil menyelasikan tugas perkembangannya , maka ia


akan mencapai integritas diri dan akan merasa kepuasaan atas keberhasil yang
telah dicapainya pada seluruh tahapan kehidupannya. Erikson (1950, dalam
Potter& Perry ,2009) menyebutkan karakteristik normal lansia yang mencapai
integritas diri antara lain, mempunyai harga diri yang tinggi, menilai
kehidupannya berarti menerima nilai dan keunikan orang lain, menerima dan
menyesuaikan kamatian pasangan, menyiapkan diri datangnya kematian,
melaksanakan kegiatan agama secara rutin, merasa dicintai dan berarti dalam
keluarga, berpartisipasi dalam kegiatan social dan kelompok masyarakat.
Sebaliknya bila tugas perkembangan tidak diselesaikan makan lansia akan
mengalami keputusasaan (despair) , sehingga muncul perilaku dan sikap yang
tidak menghargai terhadap diri sendri atau orang lain. Perilaku yang
ditunjukkan lanisa yang mengalami putus asa adalah merasakan kehidupannya
selama ini tak berarti , merasakan kehilangan dan masih ingin berbuat banyak
tetapi takut tidak punya waktu kali (Keliat, dkk, 2006).

b. Perkembangan Kognitif
Perubahan pada struktur kognitif berlangsung seiring bertambahnya usia.
Diyakini bahwa terjadi penurunan jumlah neuron yang progresif. Selain itu,
aliran darah ke otak menurun, dan metabolisme otak melambat. Penurunan
intelektual umumnya mnecerminkan proses penyakit, seperti arterosklerosis.

14
Pada lansia, proses penarikan informasi dari memori jangka panjang dapat
menjadi lebih lambat. Lansia cenderung melupakan kejadian yang baru saja
berlalu. Dan mereka memerlukan waktu yang lebih banyak dalam belajar.

c. Perkembangan Moral
Kebanyakan lansia berada pada tingkat prakonvensional perkembangan
moral, mereka mematuhi setiap aturan agar tidak menyakiti atau menyusahkan
orang lain. Sedangkan pada tingkat konvensional, mereka mengikuti kaidah
sosial yang berlaku sebagai respons terhadap harapan orang lain.

d. Perkembangan Spiritual
Carson (1989) mengemukakan bahwa agama “memberi makna baru bagi
lansia, yang dapat memberikan kenyamanan, penghiburan, dan penguatan
dalam kegiatan keagamaan”. Banyak lansia memiliki keyakinan agama yang
kuat dan terus menghadiri pertemuan atau ibadah keagamaan. Keterkaitan
lansia dalam hal keagamaan kerap membantu mereka dalam mengatasi berbagai
masalah yang nerkaitan dengan makna hidup, kesengsaran, atau nasib baik.

4. Perubahan Pada Lansia


Stuart dan Laraia (2005) dalam Stuart (2009) , mengatakan 5 aspek perubhan
alamiah atau normal yang terjadi proses menua yaitu :
a. Perubahan aspek biologi (Biological aspect of aging)
Perubahan aspek biologi meliputi perubhan dari tingkat sel sampai
kesemuan system organ tubuh diantaranya system kulit, pernapasan,
penglihatan dll.
- Sistem kulit( integument)
Perubahan yang tampak pada kulit yaitu dimana kulit akan
kehilangan kekenyalan dan elastisitasnya. Kulit akan mengeriput, yang
pertama mengalaminya adalah kulit disektiar mata dan mulut. Rambut
mulai beruban dan mengalami kerontokan. Hal ini sering menimbulkan

15
masalah penampilan pada lansia, dan akan mempengaruhi gambaran
diri seseorang.
Upaya yang dapat dilakukan dalam membantu lansia mempertankan
perasaan berharga dirinya adlah mempertahankan kesehatan pada kulit
lansia mennghindari pemajanan berlebihan terhadap matahari dan udara
dingin, diberikan kosmetik yang sesuai untuk kulit lansia.

- Sistem Indera (penglihatan, pendengaran, penerimaan dan


pengecapan)
Gangguan pada penglihatan sering disebabkan oleh katarak,
gloukoma dll. Upaya yang dilakukan yaitu melakukan pemeriksaan
mata dan menggunakan kacamata bagi lansia agar dapat melihat dengan
jelas.
Perubahan pada system pendengaran terjadi penurunan pada
membrane timpani sehingga terjadi gangguan pendengaran. Gangguan
pada system tersebut akan berdampak pada komunikasi lansia,
timbulnya gangguan komunikasi ini sering kali keluarga atau
lingkungan menganggap sebagai tanda uzur, hal ini akan membuat
lansia menjadi sedih melihat dirinya , merasa ditolak oleh lingkungan.
Lanisa akan malu apabila salah pengertian terhadap ucapan orang lain
akibatnya lansia enggan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Perubahan pada penciuman (daya penciuman yang menjadi kurang
tajam) hal ini disebabkan oleh berhentinya pertumbuhan sel dalam
hidung dan sebagian lagi karena semakin lebatnya bulu rambut dalam
hidung. Hal yang dapat dilakukan agar lansia dapat beradaptasi dalam
perubahan itu adalah melatih lansia mencium aroma makanan sebelum
menyantapnya dan mencoba mengingat bagaimana aromanya.
Perubahan pada pengecapan yaitu penurunan kemampuan
merasakan makanan sebagai akibat berhentinya pertumbuhan tunas
perasa yang terletak dilidah dan permukaan bagian dalam pipi selain itu
terjadi penurunan sensitivitas papil pengejap terutama terhadap rasa

16
manis dan sin (Ebersol, 2010 ; Stuart, 2009). Hal ini akan menyebabkan
gangguan selera makan pada lansia.

- Sistem Kardiovaskuler
Perubahan pada jantung seperti bertambahnya jaringan kolagen,
bertambahnya ukuran dan berkurangnya jumlah miokard, ukuran rongga
jantung yang membesar, penurunan sel-sel pacu jantung serta serabut
purkinje. Keadaan diatas menyebabkan menurunnya kekuatan dan
kecepatan kontraksi miokard sehingga menimbulkan aritmia jantung,
pembuluh darah akan kaky dan kehilangan kelenturan, endapan lemak
akan menimbulkan aterosklerosis dan dapat memicu berbagai penyakit
seperti jantung koroner.
Aktivitas fisik seperti, jalan pagi, tenis dan golf dapat membantu dan
mempertahankan kondisi kesehatan jantung pada lanisa.

- Sistem Pernapasan
Seiring perubahan usia kekuatan otot pernapasan akan menurun,
yang akan mengakibatkan penurunan kapasitas vital, ekspirasi paksa
satu detik.

- Sistem gastrointestinal
Jumlah gigi yang berangsur-angsur berkurang akibat copot atau
ekstraksi, produksi air liur dengan enzimnya juga akan menurun. Hal ini
dapat mengurai kenyamanan lansia saat makan dan menelan sehingga
lansia sering membatasi jenis makanan yang dimakannya.
Perubahan pada esophagus menyebabkan terjadinya perlambatan
ritmis pengaliaran makanan ke lambung, pada lambung terjadi penurun,
pada lambung terjadi penurunan produksi asam lambung yang
memengaruhi penyerapan vitamin B12, serta terjadi penurunan enzim
lactase pada usus dan penurunan kontraktilitas yang dapat menimbulkan

17
diare dan sembelit. Perubahan pada system pencernaan ini sering
membuat lansia mengalami gangguan dalam pemenuhan nutrisinya.

- Sistem musculoskeletal
` Kekuatan motorik megalami penurunan terutam padakelenturan
otot-otot tangan bagian depan dan yang menopang tubuh. Akibatnya
lansia sering merasa cepat lelah dan memerlukan waktu yang lama
untuk memulihkan diri dai keletihan. Penurunan ini juga menyebabkan
lansia saat bergerak membutuhkan waktu yang lebih lambat dalam
melakukan aktivitas. Penurunan kekuatan motorik lansia cenderung
kaku sehingga menyebabkan sesuatu yang dibawa dan dipegangnya
akan menjadi tumpah dan jatuh.penurunan ini juga rentan membuat
lansia rentan dengan kecelakaan atau injuri.

- Sistem genito urinaria


Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolism tubuh,
seiring bertambahnya usia akan mengalami penurunan yaitu ginjal akan
mengecil, terjadi penurunan aliran darah ke ginjal, penyaringan di
glomelurus, fungsi tubulus, kemampuan mengonsentrasi urin dan
kemampuan otot saluran kemih. Hal ini mengakibatkan berkurangnya
kemampuan ginjal untuk mengeluarkan sisa metabolisme melalui urin,
serta penurunan control unruk berkemih sehingga terjadi inkontinensia
pada lansia.

- Sistem endokrin
Produksi testosterone dan sperma menurun pada laki-laki, dan
jumlah ovum dan foliker yang rendah maka kadar estrogen juga akan
menurun pada wanita setelah menopause. Fungsi imun tubuh juga akan
menurun dan membuat lansia rentan terkena penyakit.

b. Perubahan aspek Psikologi (Psyhological aspect of aging)

18
Perubahan pada aspek psikologi berkaitan dengan perubahan pada
kognitif dan emosional. Perubahan yang terjadi pada aspek kognitif yaitu
perubahan pada memori yang dikaitkan dengan penurunan fisiologis otak
contohnya seperti penurunan daya ingat baik jangka panjang atau pendek.
Perubahan lain yang terjadi yaitu perubahan pada aspek emosional yaitu
repon lanisa terhadap perubahan-perubahan yang terjadi atau yang
berkaitan dengan suasana alam perasaan, sehingga lansia merasa tidak
dihargai dan tidak diperhatikan, mudah tersinggung dan selalu ingin
didengarkan hal ini dapat mengakibatkan lansia menjadi putus asa, tidak
berdaya bahkan depresi.

c. Perubahan Aspek Sosial (social aspect of aging)


Aspek sosial yaitu dimana keadaan interaksi sosial para lansia mulai
menurun akibat perubahan , baik secara kualitas maupun kuantitasnya
secara perlahan mengakibatkan terjadinya kehilangan dalam berbagai hal
yaitu : kehilangan peran di tengah masyarakat , hambatan kontak fisik dan
berkurangnya komitmen. Jika keterasingan terjadi akan semakin menolak
untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang terus muncul
perilaku regresi seperti mudah menangis , mengurung diri , dengan
semakin lanjut usia seseorang secara berangsur –angsur ia mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya karena berbagai keterbatasan
yang dimilikinya.
Erikson, (1982) mengatakan bahwa tercapainya integritas diri
artinya lansia berhasil memenuhi komitmen dalam hubungan diri dan
orang lain , menerima kelanjutan usia nya , dan keterbatasan fisiknya .
beberapa tekanan yang membuat orang usia tua ini menarik diri dari
keterlibatan sosial :
- Ketika masa pensiun tiba dan lingkungan berubah , orang
mungkin lepas dari peran dan aktifitas selama ini
- Penyakit dan menurunya kemampuan fisik dan mental , membuat
ia terlalu memikirkan diri sendiri secara berlebihan

19
- Orang-orang yang lebih muda di sekitarnya cenderung menjauh
darinya
- Pada saat kematian semakin mendekat , orang ingin seperti ingin
membuang semua hal yang bagi dirinya tidak bermanfaat lagi.

Aspek perubahan sosial ini juga didukung oleh teori : teori sosiologi
teori pemutusan hubungan (disengagement theory).

Kondisi yang lain juga merupakan faktor yang mempengaruhi


integritas lansia adalah pos power sindrom (PPS). Supardi, (2002)
menyatakan post power syndrom sebagai perubahan suatu keadaan yang
sebelumnya menguntungkan menjadi tidak menguntungkan seperti
kehilangan pekerjaan , jabatan atau perubahan status sosial ekonomi. Turner
dan Helms (dalam Supriadi, 2002) menggambarkan penyebab terjadinya
PPS dalam kasus kehilangan pekerjaan yakni :

 Kehilangan harga diri hilangnya jabatan menyebabkan hilangnya


perasaan atas pengakuan diri
 Kehilangan fungsi eksekutif , fungsi yang memberikan kebanggaan
diri
 Kehilangan perasaan sebagai orang yang memiliki arti dalam
kelompok tertentu
 Kehilangan orientasi kerja
 Kehilangan sumber penghasilan terkait dengan jabatan terdahulu.
Semua ini bisa membuat individu pada frustasi dan menngiring pada
gangguan psikologis , fisik serta sosial.

Teori aktivitas menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses adalah


merka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial . teori ini melihat
bahwa aktivitas di perlukan untuk memelihara kepuasaan hidup seseorang
dan konsep diri yang positif . aktivitas sosial sangat penting bagi lansia
khususnya sebagai sistem pendukung dan meningkatkan konsep diri lansia
itu sendiri.
20
d. Perubahan Aspek seksualits ( sexual aspect of anging)
Aspek alamiah menurut stuart adalah aspek seksualitas, pada
kondisi ini terjadi perubhan dimana produksi testosteron dan sperma
menurun mulai usia 45 tahun , namun tidak mencapai titik hadir.
Adaptasi terhadap perubahan dapat diatasi dengan menggunakan
cairan lubrika sebelum melakukam hubungan sesksual , posisi yang sesuai
dan memperpanjang waktu stimulasi serta mengatur kebiasaan tidur ,
istirahat, gizi yang adekuat dan pandangan hidup yang positif . mengurangi
frekuensi hubungan seksual dan mengutamakan kualitas dari pada
kuantitas . sentuhan yang tepat dapat meningkatkan hubungan . sentuhan
sangat mengkomunikasikan nilai dan harga diri pada lansia seperti
berpegangan tangan dan berpelukkan saat berjalan merupakan ekspresi
saling mengasihi dan kecocokan satu sama lain

e. Perubahan aspek spiritual (spiritual aspect of aging)


Aspek yang sama yang terjadi pada perubahan alamiah lansia juga
dikemukakan oleh beck, williams dan rowlins (1995), namun mereka
menambahkan 1 (satu) aspek lagi yaitu aspek spiritual. Perubahan spiritual
yang terjadi pada lansia adalah dimana agama atau kepercayaan terintegrasi
dalam kehidupannya (Maslow,1970), lansia semakin matur dalam
kehidupan agamanya, hal ini terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam
kehidupan sehari- hari (murray & Zentner 1970). Bertambah usia
meningkatkan kematangan dalam berpikir dan bertindak sehingga segi
spiritual lansia menjadi lebih baik yang akan berpengaruh dalam
mengambil keputusan dan menentukan sikap dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Hardywinoto dan setiabudi (1999), pada lanjut usia akan
terjadi kehilangan ganda (triple loss) sekaligus yaitu kehilangan peran,
hambatan kontak sosial dan berkurangnya komitmen. Perubahan –
perubahan tersebut meninmbulkan persoalan pada diri lanjut usia . agama
juga berfungsi sebagai pembimbing dalam kehidupannya, menentramkan
batinnya.

21
Agama adalah sarana yang ampuh dan obat yang manjur untuk
menyembuhakn manusia dari penyakit neurosis, dan penyakit neurosis
yang di derita oleh orang yang berusia sudah 45 tahun keatas adalah
berkaitan dengan soal kematian , menyangkut arti dan makna kehidupan.
Sehingga religiusitas atau penghayatan keagamaan besar pengaruhnya
terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan mental. Kemampuan
lansia untuk menyesuaikan dengan perubahan tersebut yang dapat di
pengaruhi oleh faktor dari dalam diri maupun dari luar diri lansia tersebut.

5. Faktor-faktor yang memengaruhi adaptasi proses perkembangan lansia


Faktor – faktor yang mempengaruhi adaptasi proses perkembangan lansia
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi secara primer dari dalam
diri lansia itu sendiri seperti, usia dan jenis kelamin .
 Faktor Usia
Semakin bertambah usia seseorang semakin siap pula ia menerima
perubahan . hal ini didukung oleh teori aktivitas yang menyatakan bahwa
hubungan antara sistem sosial dengan individu bertahan stabil pada saat
individu bergerak dari usia pertengahan menuju usia tua. Teori ini
menekankan bahwa kestabilan sistem kepribadian sebagai individu
bergerak kearah usia tua.
 Faktor Jenis Kelamin
Perbedaan gender juga dapat merupakan salah satu faktor yang
memengaruhi psikologis lansia, sehingga akan berdampak pada bentuk
adaptasi yang digunakan, menyatakan hasil penelitian bahwa ternyata
keadaan psikososial lansia di indonesia masih lebih baik dibandingkan di
negara maju dimana tanda-tanda depresi (pria 4,3% dan wanita 7,1%), serta
cepat marah (pria 17,2% dan wanita 7,1%). Jadi dapat disimpulkan bahwa
wanita lebih siap menghadapi perubahan dibandingkan laki-laki, karena
wanita lebih mampu menghadapi perubahan dan mengatasi masalah dari
pada kaum laki-laki yang cenderung emosional.

22
 Faktor Motivasi
Adanya motivasi akan sangat membantu individu dalam menghadapi
dan menyelesaikan masalah. Individu yang tidak mempunyai motivasi
untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah akan membentuk koping
yang destruktif . menurut maslow (1968, dalam Tamher 2008), jika tiap-tiap
kebutuhan pada tahap yang lebih tinggi berikutnya, sehingga individu akan
mempunyai kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan masalah.

2. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah factor sekunder dari luar diri lansia, seperti :
 Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin baik sikap dan
perilakunya dalam menghadapi perubahan hidupnya. Semakin banyak
pengalaman hidup yang dilaluinya ,sehingga akan lebih siap dalam
menghadapi perubahan. Umumnya lansia yang mempunyai tingkat
pendidikan yang tinggi masih dapat produktif, mereka memberikan
kontribusinya sebagai pengisi waktu luang dengan menulis buku-buku
ilmiah dan biografinya sendiri.
 Dukungan keluarga
Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam
mempertahankan kesehatannya baik fisik maupun mental. Peranan keluarga
dalam perawatan lansia antara lain menjaga dan merawat lansia,
mempertahankan dan meningkatkan status menal, memberikan motivasi
serta memfasilitasi kebutuhan spiritiual bagi lansia,
 Dukungan social
Lansia sering kali dianggap lamban dalam berpikir maupun bertindak.
Bentuk dukungan social seperti pendidikan dapat meningkatkan integelasi
dan wawasan lansia serta tersedianya sarana dan prasarana kesehatan
khusus lansia dapat menunjang untuk memelihara kesehatan lansia baik
fisik maupun mental.
 Penghasilan
23
Lansia yang mempunyai penghasilan sendiri lebih mandiri dan dapat
menyesuaikan diri terhadap perubahan perannya dalam keluarga.
Penghasilan yang dimaksud adalah pendapatan lansia dari pekerjaan,
pensiunan atau bantuan dari keluarga.
 Pengalaman Kerja
Pekerjaan dapat menjadi pemicu stress bagi lansia. Pensiun yang tujuan
idealnya adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua dengan baik,
namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya. Lansia sering
menganggap pensiun sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan,
peran , kegiatan, status dan harga diri.
Lansia yang pada masa mudanya telah mempersiapkan cukup “bekal”
untuk masa pensiunnya, maka ia dapat menikmati masa pensiunnya. Tetapi
jika lansia merasa belum cukup mempersiapkan “bekal” nya untuk masa
pensiun, maka akan memicu stress pada lansia.

6. Lansia Sehat
Lansia dikatakan sehat apabila mampu untuk hidup dan berfungsi secara
efektif dalam masyarakat dan untuk melatih rasa percaya diri dan otonomi sampai
tingkat maksimum yang dapat dilakukannya, tetapi tidak perlu bebas dari penyakit
secara total (Stanley, 2007)
Menurut Depkes RI, lansia sehat adalah lansia yang masih mampu
melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilan barang dan jasa
(Depkes RI, 2003). Menurut Depsos yang dikatakan lansia sehat adalah lansia yang
memiliki potensi membantu dirinya sendiri bahkan membantu semuany (Depsos
RI, 1997). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dikatakan lansia
adalah lansia yang masih produktif, mampu melakukan kegiatan tetapi tidak perlu
bebas dari penyakit fisik secara total.

F. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan


1. Diagnosa Keperawatan pada Dewasa

24
a) Memulai Identitas orang dewasa
Perilaku masa dewasa awal :
- Menyatakan bahwa ia bertanggung jawab untuk tindakannya
- Mengatur dengan bebas sumber seperti waktu dan uang
- Membuat keputusan sendiri tentang rumah, gaya hidup, dll
Intervensi Keperawatan
- Hargai tindakan bebas
- Perkuat keputusan yang sesuai

b) Memulai penerimaan peran menjadi orang tua


Perilaku masa dewasa awal :
- Mendeskripsikan perasaan tentang menjadi orang tua baru
- Mencari informasi tentang perilaku orang tua
- Memilih model peran orang tua dan menggali pandangan dan pengalaman
mereka
- Memilih model peran orang tua dan menggali pandangan dan pengalaman
mereka
- Berbagi pandangan tentang orang tua dengan pasangan dan bekerja dengan
puas keputusan yang menguntungkan tentang peran orang tua dan aktivitasnya
- Mempersiapkan bayi yang diantisipasi dengan memilih furnitur, pakaian dan
pengumpulan peralatan yang dipergunakan.
Intervensi Keperawatan
- Gali perasaan
- Gali nilai dari alternatif mengenai orang tua
- Perkuat perilaku pencarian informasi
- informasi tentang perilaku orang tua atau kelas orang tua.

c) Meningkatkan Penerimaan Diri


Perilaku masa dewasa setengah baya :
- Berdamai dengan diri sendiri, harus menghidupkan harapan orang lain
- Mengetahui semua mimpi tidak dapat terpenuhi tetapi mengekspresikan

25
kepuasan terhadap tingkat pencapaian
- Mengetahui batasan tingkat waktu dan energi
Intervensi Keperawatan
- Perkuat penerimaan diri
- Perkuat pencapaian
- Sarankan aktivitas yang masuk akal, berikan batasan tingkat waktu dan
energinya.

2. Diagnosa Keperawatan pada Lansia


a) Kepuasan terhadap kehidupan di masa lalu dan sekarang
Perilaku masa lansia :
- Mengungkapkan secara verbal kepuasan dengan kehidupan masa lalu dan
sekarang
- Mengungkapkan optimisme tentang menjalani setiap hari
- Bantu mengidentifikasi aspek positif kehidupan
Intervensi Keperawatan :
- Tinjau pergaulan yang memuaskan
- Menemukan kepuasan dalam aktivitas saat ini
- Perkuat pasrtisipasi dalam aktivitas yang memuaskan
- Perkuat kekuatan klien
b) Penyesuaian progresif pada perubahan fisiologis
Perilaku masa lansia :
- Mengetahui keterbatasan fisik
- Membuat perubahan lingkungan untuk mengakomodasi perubahan fisik
- Mengetahui tanda dan gejala penurunan kesehatan dan mencari bantuan
profesioanl yang diperlukan
- Memelihara tingkat kemandirian yang sesuai
- Mencari informasi tentang penyakit kronis untuk memudahkan adaptasi
Intervensi Keperawatan :
- Sediakan informasi tentang perubahan yang berhubungan dengan umur
- Bedakan antara perubahan normal dan yang mengancam hidup

26
- Sarankan akomodasi yang memaksimalkan kemampuan dan adaptasi
- Sediakan daftar sumber yang dapat memberi informasi yang diperlukan

27

Anda mungkin juga menyukai