Anda di halaman 1dari 42

GLAUKOMA

Siti Luthfia Awanda 1710711084


Annisa Hilmy Nurarifah 1710711087
DEFINISI

 Glaukoma merupakan sekumpulan gangguan okular yang di tandai dengan


peningkatan tekanan intraokular, atrofi saraf optik dan kehilangan lapang pandang.
Meningkatnya tekanan di dalam bola mata ini disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara produksi cairan dan pembuangan cairan dalam bola mata dan tekanan yang
tinggi dalam bola mata bisa merusak jaringan – jaringan saraf halus yang ada di
belakang bola mata.
KLASIFIKASI

 Beberapa terminologi untuk mendeskripsikan tipe glaukoma :


 Glaukoma primer dan sekunder mengacu pada apakah penyakit terjadi sendiri atau
disebabkan gangguan lain
 Akut dan kronis dimaksud onset dan durasi penyakit
 Terbuka (sudut lebar) dan tertutup (sudut sempit) digunakan untuk mendeskripsikan
lebar sudut antara iris dan kornea, sudut kamera okuli anterior yang sempit secara
anatomis menjadi predisposisi untuk mengalami onset akut glaukoma sudut tertutup
Klasifikasi

SUDUT KRONIS
PRIMER
TERBUKA

SUDUT
AKUT
SEKUNDER TERTUTUP
GLAUKOM
A

KRONIS
KONGINETA
L
GLAUKOMA SUDUT
TERBUKA

Glaukoma sudut terbuka primer


merupakan bentuk yang paling
umum, gangguan ini merupakan
gangguan multifaktorial yang sering
didapatkan secara genetik, bilateral,
onset tiba-tiba, dan progresnya
lambat. Tipe glaukoma ini sering
disebut sebagai “pencuri di malam
hari” karena tidak ada manifestasi
klinis awal yang menjadi penanda
kehilangan pengelihatan. Aliran
humor aquos/cairan mata menjadi
lebih lambat atau terhenti karena
obstruksi jaringan trabekular.
GLAUKOMA SUDUT
TERTUTUP

Suatu serangan akut glaukoma


sudut tertutup padat terjadi hanya
pada satu mata pada sudut kamera
okuli yang secara anatomis sempit.
Serangan terjadi karena hambatan
mendadak sudut anterior karena
dasar iris
PREVALENSI

 Glaukoma adalah kelompok penyakit yang memiliki kesamaan karakteristik terkait optik
neuropati dengan kehilangan fungsi penglihatan. Objektif: Untuk menggambarkan distribusi
glaukoma di RSUP DR. M. Djamil Padang pada tahun 2011-2012. Metode: Merupakan
penelitian deskriptif. Data diperoleh dari riwayat kesehatan pasien yang didiagnosa
glaukoma selama 2011-2012, termasuk jenis kelamin dan jenis glaukoma. Hasil: Jumlah pasien
sebesar 203 orang dengan perbandingan laki-laki dan perempuan sebesar 54,86% : 45,14%.
Glaukoma primer sudut terbuka merupakan jenis glaukoma terbanyak (50,25%), diikuti oleh
glaukoma sekunder (19,70%), glaukoma primer sudut penutupan (11,50%), glaukoma juvenile
(10,84%), glaukoma kongenital (4,4%), dan normotension glaukoma. Inflamasi adalah
penyebab paling umum glaukoma sekunder (30%). Glaukoma sering ditemukan pada
kelompok usia di atas 40 tahun. Pengobatan untuk glaukoma primer sudut terbuka adalah
medikamentosa (63,72%) dan trabekulektomi (36,28%). Terapi yang paling sering dilakukan
pada glaukoma primer sudut tertutup adalah trabekulektomi (54,16%). Kesimpulan:
Glaukoma lebih banyak ditemukan pada laki-laki dan lebih sering ditemukan pada usia lebih
dari 40 tahun. Glaukoma primer sudut terbuka adalah glaukoma yang paling sering ditemui
dan inflamasi adalah penyebab paling umum glaukoma sekunder di RSUP DR. M. Djamil
Padang. Pengobatan yang paling sering dilakukan pada glaukoma primer sudut terbuka
adalah medikamentosa dan glaukoma primer sudut tertutup adalah trabekulektomi.
Etiologi

 Glaukoma yang diturunkan dan tidak di ketahui penyebabnya adalah glaukoma


primer, sedangkan glaukoma yang tidak di turunkan dan diketahui penyebabnya
adalah glaukoma sekunder. Adanya tekanan yang tidak normal terhadap bola mata
sehingga menekan saraf yang ada dimata dan membuat gangguan pada
pengelihatan.
Faktor resiko

RIWAYAT
USIA GENDER
KELUARGA

BIOMETRI REFRAKSI RAS


Patofisiologi
Penurunan penglihatan pada glaukoma terjadi karena
adanya apaptosis sel ganglion retina yang menyebabkan penipisan
lapisan serat saraf dan lapisan inti dalam retina serta berkurangnya
akson di nervus optikus. Diskus optikus menjadi atrofi disertai
pembesaran cawan optik. Kerusakan saraf dapat dipengaruhi oleh
peningkatan tekanan intraokuler. Semakin tinggi tekanan
intraokuler semakin besar kerusakan saraf pada bola mata. Pada
bola mata normal tekanan intraokuler memiliki kisaran 10-22
mmHg.

Tekanan intraokuler pada glaukoma sudut tertutup akut


dapat mencapai 60-80 mmHg, sehingga dapat menimbulkan
kerusakan iskemik akut pada iris yang disertai dengan edema
kornea dan kerusakan nervus optikus.
Tanda
dan
Gejala
Nyeri mata mendadak

Sakit kepala

Gejala Klinis
Kabur

Melihat cahaya pelangi

Mual dan muntah


Tanda Klinis
Bila lampu celah biomikroskop dan goniolens tidak tersedia, kedalaman bilik mata
depan dapat dinilai dengan iluminasi penlight pada permukaan iris melalui sinar dari sisi
temporal mata. Bila iris datar akan diiluminasikan pada sisi temporal dan nasal pupil
sedangkan bila iris lebih terdorong ke depan maka akan tampak bayangan pada sisi nasal
atau disebut Eclipse Sign. Pemeriksaan ini mempunyai sensitivitas 80-86% dan spesifisitas
69-70%.

Lampu celah biomikroskop:


• Kongesti pembuluh darah epiklera dan konjungtiva
• Edema epitel kornea
• Bilik mata depan dangkal, flare dan cells
• Pupil irregular, middilatasi
• Lensa membesar dan lebih terdorong ke depan
Dengan pemeriksaan lampu
celah biomikroskop kedalaman bilik
mata depan perifer bisa ditentukan
dengan teknik Van Herick, yakni
membandingkan kedalaman bilik mata
depan perifer dengan ketebalan kornea
terdekat. Bila kedalaman bilik mata
depan perifer kurang dari seperempat
ketebalan kornea, maka sudut bilik
mata depan kemungkinan potensial
untuk tertutup. Pemeriksaan ini
menjadi parameter diagnostic penting
untuk sudut dengan sensitivitas 61,9%
dan spesifisitas 89,3%.
Komplikasi
1. Glaukoma kronis
Penatalaksanaan yang tidak adekuat dapat menyebakan perjalan progesif dari
glaucoma yang lebih parah.

2. Sinekia anterior
Apabila terapi tertunda, iris perifer dapat melekat ke jalinan trabekular
(sinekiaanterior), sehingga menimbulkan sumbatan ireversibel sudut kamera
anterior dan menghambat aliran aqueous humor keluar.

3. Katarak
Glaukoma, pada keadaan tekanan bola mata yang sangat tinggi, maka akan
terjadi gangguan permeabilitas kapsul lensa sehingga terjadi kekeruhan lensa.

4.
4. Kerusakan saraf optikus
Kerusakan saraf pada glaukoma umumnya terjadi karena terjadi
peningkatan tekanan dalam bola mata. Bola mata normal memiliki kisaran
tekanan antara 10 – 20 mmHg sedangkan penderita glaukoma memiliki
tekanan mata yang lebih dari normal bahkan terkadang dapat mencapai 50
– 60 mmHg pada keadaan akut. Tekanan mata yang tinggi akan
menyebabkan kerusakan saraf, semakin tinggi tekanan mata akan semakin
berat kerusakan saraf yang terjadi.

5. Kebutaan
Kontrol tekanan intraokular yang jelek akan menyebabkan
semakin rusaknya nervus optik dan semakin menurunnya visus sampai
terjadi kebutaan.
Pemeriksaan Penunjang
Tajam penglihatan Genioskopi
Tonometri
a. Palpasi
b. Tonometer Schiøtz
c. Tonometer aplanasi
Goldmann

Oftalmoskopi Tes Provokasi


PENATALAKSANAAN
GLAUKOMA
MEDIKAMENTOSA

Supresi produksi
cairan aquos Meningkatkan
aliran keluar
cairan aquos Parasimpatomimetik
(miotic) agents,
Inhibitor termasuk cholinergic
Antagonis Agonis
karbonik
adrenergik adrenergik
anhidrase dan anticholinergic
ß α agents.
(CAI)
PEMBEDAHAN

1 Trabekulektomi

2 Iridektomi perifer

3 Sklerotomi dari Scheie

4 Cryotherapy surgery
LASER

1
Laser Iridektomy

Dilakukan dengan membuat


celah kecil di iris perifer dan
mengangkat sebagian iris yang
menyebabkan sempitnya sudut
bilik mata depan.
2 Laser Peripheral
Iridotomy (LPI)

Dilakukan pada glaukoma


sudut tertutup. Pada teknik ini
dibuat lubang kecil di iris
perifer sehingga iris terdorong
ke belakang lalu sudut bilik
mata depan akan terbuka.
3
Laser Trabeculoplasty

Dilakukan dengan membuat


celah kecil di iris perifer dan
mengangkat sebagian iris yang
menyebabkan sempitnya sudut
bilik mata depan.
4 Neodymium: YAG laser
cyclophotocoagulation (YAG
CP)

Teknik ini digunakan pada


glaukoma sudut tertutup. Caranya
dengan merusak sebagian corpus
siliar sehingga produksi cairan
aquos berkurang.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Identifikasi Klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, tgl
MRS, diagnose medis, suku bangsa, status perkawinan.
2. Keluhan Utama
Terjadi tekanan intra okuler yang meningkat mendadak sangat tinggi, nyeri hebat
dikepala, mual muntah, penglihatan menurun, mata merah dan bengkak.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
b. Riwayat Penyakit Dahulu
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan persepsi sensori b.d gangguan penerimaan


sensori, gangguan status organ
2. Risiko cedera b.d peningkatan TIO, kehilangan vitreous
3. Nyeri akut b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO)
yang ditandai denan mual dan muntah
4. Risiko tinggi terhadap infeksi b.d prosedur invasif
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan persepsi Setelah dilakukan tindakan Mandiri :


sensori b.d gangguan keperawatan selama 3x24 jam 1. Pastikan derajat / tipe kehilangan penglihatan
penerimaan sensori, diharapkan masalah Rasional : mempengaruhi harapan masa depan pasien dan pilihan
gangguan status organ keperawatan Gangguan persepsi intervensi
sensori penglihatan teratasi 2. Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan /
dengan kriterria hasil : kemungkinan kehilangan penglihatan
- Klien mengidentifikasi Rasional : sementara intervensi dini mencegah kebutaan, pasien
faktor-faktor yang menghadapi kemungkinan atau mengalami pengalaman kehilangan
mempengaruhi fungsi penglihatan sebagian atau total. Meskipun kehilangan penglihatan
penglihatan. telah terjadi tak dapat diperbaiki (meskipun dengan pengobatan),
- Klien mengindentifikasi dan kehilangan lanjut dapat dicegah.
menunjukkan pola-pola 3. Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan,
alternatif untuk meningkatkan mengikuti jadwal, tidak salah dosisi.
penerimaan rangsang Rasional : mengontrol TIO, mencegah kehilangan penglihatan lanjut.
penglihatan.
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

4. Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani keterbatasan


penglihatan, contoh , krangi kekacauan, atur perabot, ingatkan
memutar kepala ke subjek yang terlihat, perbaiki sinar suram dan
masalah penglihatan malam.
Rasional : menurunkan bahaya kemanan sehubungan dengan
perubahan lapang pandang / kehilangan penglihatan dan akomodasi
pupil terhdap sinar lingkungan
Kolaborasi :
5. Berikan obat sesuai indikasi :
- Kronis, sederhana, tipe sudut terbuka :
Pilokarpin hidroklorida (IsoptoCarpine, OcuserPilo, Pilopine HS Gel)
Rasional : Obat miotik topikal ini menyebabkan konstriksi pupil,
memudahkan keluarnya akueus humor.
- Timolol maleat (Timoptic); betaksalol (Betopic)
Rasional : Menurunkan pembentukan akueus humor tanpa mengubah
ukuran pupil, penglihatanm atau akomodasi, catatan : Timoptic
kontrainidikasi pada adanya bradikardia atau asma
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko cedera b.d Setelah dilakukan tindakan Mandiri :


peningkatan TIO, keperawatan selama 3x24 jam 1. Diskusikan apa yang terjadi padaa pascaoperasi tentang nyeri,
kehilangan vitreous diharapkan masalah pembatasan aktivitas, penampilan, balutan mata
keperawatan risiko tinggi Rasional : membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkan kerja
terhadap cedera teratasi dengan sama dalm pembatasan yang dilakukan.
kriterria hasil : 2. Batasi pasien posisi bersandar, kepala tinggi atau miring ke sisi yang
- Klien menyatakan tak sakit sesuai keinginan.
pemahaman aktor yang terlibat Rasional : istirahat hanya beberapa menit sampai beberapa jam pada
dalam kemungkinan cedera bedah rawat jalan atau menginap semalam bila terjadi komplikasi.
- Klien menunjukkan Menurunkan tekanan pada mata yang sakit, meminimalkan risiko
perubahan perilaku, pola hidup perdarahan atau stres pada jahitan/jahitan terbuka.
untuk menurunkan fakor risiko 3. Ambulasi dengan bantuan; berikan kamar mandi khusus bila
dan untuk melindungi dari sembuh dari anastesi
cedera Rasional : menrunkan stres pada area operasi/menurunkan TIO
- Mengubah lingkungan
sesuai indikasi untuk
meningkatkan keamanan.
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

4. Dorong napas dalam, bantuk untuk bersihan paru.


Rasional : memerlukan sedikit regangan daripada penggunakan pispot
yang dapat meningkatkan TIO
5. Dorong napas dalam, batuk untuk bersihan paru.
Rasional : batuk meningkatkan TIO
6. Anjurkan menggunakan teknik manajemen stres contoh
bimbinganimajinasi, visualisasi, napas dalam dan latihan relaksasi.
Rasional : meningkatkan relaksasi dan koping, menurunkan TIO
Kolaborasi :
7. Berikan obat sesuai indikasi :
Antimetik contoh : proklorperazin (Compazine)
Asetazolamid (Diamox)
Siklopegis contoh empirin
Rasional : diberikan untuk menurunkan TIO bila terjadi peningkatan.
Membatasi erja enzim pada produkssi akueus humor
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri akut b/d Setelah dilakukan tindakan Mandiri :


peningkatan tekanan keperawatan selama 3x24 jam 1. Kaji derajat nyeri setiap hari atau sesering mungkin
intra okuler (TIO) yang diharapkan masalah keperawatan Rasional : nyeri glaukoma umumnya sangat parah
ditandai denan mual dan Gangguan rasa nyaman : Nyeri 2. Jelaskan penyebab nyeri dan faktor tindakan yang dapat memicu
muntah teratasi dengan kriterria hasil : timbulnya nyeri
- Klien dapat mengidentifikasi Rasional : penyebab munculnya nyeri adalah peningkatan tekanan
penyebab nyeri intraokular yang dapat dipicu oleh batuk, mengejan, mengangkat benda
- Klien menyebutkan faktor- berat, gerakan kepala tiba-tiba
faktor yang dapat meningkatkan 3. Anjurkan klien untuk menghindari perilaku yang dapat memprovokasi
nyeri nyeri
- Klien mampu melakukan Rasional : untuk mencegah peningkatan TIO lebih lanjut
tindakan untuk mengurangi nyeri 4. Ajarkan tindakan distraksi dan relaksasi pada klien
Rasional : menurunkan sensasi nyeri dan memblokir sensari nyeri menuju
otak
Kolaborasi :
5. Berikan obat sesuai indikasi : relaksasi otot misalnya dantren (antrium)
alagesik, antiansietas, misalnya diazepam (Valium)
Rasional : dibutuhkan menghilangkan spasme/neyri otot atau untuk
menghilangkan ansietas dan meningkatkan istirahat
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan tindakan Mandiri :


infeksi b.d prosedur keperawatan selama 3x24 jam 1. Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/
invasif diharapkan masalah keperawatan mengobati mata
Risiko tinggi terhadap infeksi Rasional : menurnukan jumlah bakteri pada tangan, mencegah
kontaminasi area operasi
teratasi dengan kriterria hasil :
2. Gunakan/tunjukkan teknik yang tepat untuk membersihkan mata
- Klien dapat meningkatkan dari dalam ke luar dengan tisu basah/ bola kapas untuk tiap usapan,
penyembuhan luka tepat waktu, ganti balutan dan masukan lensa ontak bila menggunakan.
bebas drainase purulen, eritema Rasional : teknik aseptik menurunkan risiko penyebaran bakteri dan
dan demam kontaminasi silang.
- Klien dapat 3. Tekankan pentingnya tidak menyentuh/menggaruk mata yang di
mengidentifikasi intervensi untuk operasi.
Rasional : mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi
mencegah/menurunkan risiko
3. Dorong pasien untuk mengakui msalah dan mengekspresikan
infeksi persaan
Rasional : memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi
nyata, mengklarifikasi salah konspesi dan pemecahan masalah.
4. Identifikasi sumber / orang yang menolong
Rasional : memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri dalam
menghadapi masalah.
EDUKASI GLAUKOMA
Pemakaian Obat Tetes Mata yang Tepat
1. Cuci tangan

4. Mendongakan
kepala sampai
wajah
menghadap
2. Lepas lensa langit-langit
kontak Anda

5. Tarik kelopak
mata bawah
3. Cek selalu sebelum
kemasan obat meneteskan obat
tetes mata tetes mata
8. Tekan sudut
6. Teteskan mata bagian
obat mata ke tengah, dekat
kantung mata dengan hidung.

7. Tutup mata, 9. Jika harus


jangan pakai dua tetes,
berkedip tunggu 5 menit
dulu sebelum
tetesan kedua
HASIL PENELITIAN
Judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Penderita Galukoma Dengan
Ketaatan Penggunaan Obat
Keyword Tingkat Pengetahuan, Ketaatan Penggunaan Obat, Galukoma

Penulis Qraxina Chaidir, Fifin Luthfia Rahmi, Trilaksana Nugroho

Tahun 2016

Tujuan Bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan penderita


glaukoma dengan ketaatan penggunaan obat
Lokasi Poliklinik mata RS Dr.Kriadi
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan terbesar kedua setelah katarak. Kebutaan
akibat glaukoma bersifat irreversible. Namun, kebutaan pada penderita akibat
Latar glaukoma dapat dicegah dengan meningkatkan ketaatan pasien dalam penggunaan
Belakang obat. Kesadaran pasien yang tinggi terhadap bahaya glaukoma serta ketaatan yang
baik dalam penggunaan obat dapat meminimalisir komplikasi serta kehilangan
penglihatan yang mungkin terjadi di masa depan

Responden dipilih sesuai dengan kriteria inklusi, yaitu pasien glaukoma usia 26-65
Sampel tahun yang sedang menjalani pengobatan medikamentosa dan kontrol rutin ke
poliklinik mata RS Dr.Kariadi pada tahun 2016, serta bersedia menjadi responden
penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan studi
crossectional. Responden penelitian adalah penderita glaukoma yang sedang
menjalani pengobatan medikamentosa dan memenuhi kriteria inklusi di poliklinik
Metode mata RSUP DR Kariadi. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
primer. Data dikumpulkan dengan cara wawancara dengan panduan daftar
pertanyaan tertutup. Kemudian dilanjutkan dengan in-depth interview dengan
panduan daftar pertanyaan terbuka. Uji statistik yang dilakukan adalah uji normalitas
data Saphiro Wilk dan uji korelasi Spearman.
Didapatkan hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan ketaatan
Hasil dan menggunakan obat (p = 0,003). Kuat hubungan secara statistik antar variabel
Pembahasa termasuk kategori sedang (0,4 - < 0.6), dan arah korelasinya positif yang artinya
n semakin tinggi variabel bebas, berdampak pada semakin tinggi variabel terikat.
Kesimpulan Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan ketaatan pasien dalam menggunakan obat.
Perlu diberikan edukasi yang baik mengenai penyakit glaukoma terhadap pasien,
terutama edukasi mengenai gejala, faktor risiko, dan dampak yang diakibatkan
glaukoma apabila tidak ditangani dengan baik, sehingga bukan hanya meningkatkan
kesadaran masyarakat mengenai pentingnya ketaatan dalam menggunakan obat,
Saran namun juga memberikan pengertian yang baik pada pasien mengenai penyakitnya
dan ikut membantu pasien untuk melaksanakan pencegahan sejak dini terutama bagi
keluarga yang cenderung memiliki resiko yang lebih tinggi. Media edukasi dapat
berupa advertising, penyuluhan berkala dari pusat layanan kesehatan, dan
peningkatan awareness terhadap kesehatan mata pemerintah yang menjangkau
masyarakat luas. Selain itu perlu juga dilakukan optimalisasi pelayanan kesehatan,
terutama pelayanan kesehatan primer dalam mendukung pengobatan berkelanjutan
pada pasien glaukoma.
Daftar Chaidir, Qraxina, Fifin Luthfia Rahmi & Trilaksana Nugroho.
Pustaka (2016). Hubungan Tingkat Pengetahuan Penderita Glaukoma dengan Ketaatan
Menggunakan Obat Di Poliklinik mata RS Dr. Kriadi. Jurnal Kedokteran Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai