Anda di halaman 1dari 152

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERSONAL HYGIENE

REMAJA PUTRI DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN KEPUTIHAN


DI SMA SUTOMO 2 MEDAN
TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh:
VINETHA SIMANJUNTAK
1010000065

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

viii

Universitas Sumatera Utara


ix

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERSONAL HYGIENE


REMAJA PUTRI DENGAN PENCEGAHAN KEPUTIHAN
DI SMA SUTOMO 2 MEDAN
TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai


Salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH:
VINETHA SIMANJUNTAK
NIM: 101000065

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

Universitas Sumatera Utara


i

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Personal hygiene vagina adalah tindakan untuk memelihara kebersihan

dan kesehatan pada daerah kewanitaan untuk mencegah keputihan. Keputihan

dikalangan medis dikenal dengan istilah leukore atau fluor albus, yaitu keluarnya

cairan dari vagina. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui hubungan

pengetahuan dan sikap personal higiene remaja putri dengan pencegahan

keputihan di SMA Sutomo 2 Medan tahun 2015.

Penelitian ini adalah penelitian survey bersifat deskriptif analitik dengan

rancangan cross sectional. Populasi adalah semua murid kelas X, XI, dan XII

berjumlah 433. Sampel adalah sebagian besar dari populasi berjumlah 79 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden tergolong

sedang (78,5%), sikap responden tergolong sedang (91,1%), tindakan responden

tergolong sedang (75,9%). Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan

personal hygiene dengan pencegahan keputihan (0,00), dan hubungan yang

signifikan antara sikap dengan pencegahan keputihan (0,00).

Disarankan kepada siswi SMA Sutomo 2 Medan mencari informasi

tentang bagaimana cara menjaga kebersihan vagina yang baik dan benar. Pihak

sekolah juga perlu memberikan dorongan kepada anak didiknya untuk secara aktif

mencari tahu informasi mengenai personal hygiene dan pencegahan keputihan.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Remaja Putri, Pencegahan Keputihan

ii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Personal hygiene vagina is action to maintain cleanliness and hygiene in

the area of femininity to prevent discharge. Whitish among medically known as

leukorrhea or fluorine albus, ie discharge from the vagina. The aim of this study

was to determine the relationship of personal hygiene knowledge and attitudes of

young women with vaginal discharge prevention in SMA Sutomo 2 Medan 2015.

This research is descriptive analytic survey with cross sectional design.

Population are all students of class X, XI, and XII amounts to 433. The sample is

largely a population of 79 people.

The results showed that the respondents 'knowledge was moderate

(78.5%), the respondents' attitudes were moderate (91.1%), the action of the

respondents classified as moderate (75.9%). There is a significant correlation

between knowledge of personal hygiene in the prevention of vaginal discharge

(0.00), and a significant relationship between attitudes to the prevention of

vaginal discharge (0.00).

Suggested to SMA Sutomo 2 field looking for information on how to

maintain good vaginal hygiene and correct. The school also needs to encourage

their students to actively seek out information on personal hygiene and the

prevention of vaginal discharge.

Keywords: Knowledge, Attitude, Young Women, Preventing Whitish

iii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Vinetha Uli M Simanjuntak

Tempat/tanggal lahir : Medan, 10 November 1991

Agama : Kristen Protestan

Alamat Rumah : Jln. Sei Mencirim No. 187- Medan Baru

Nama Orangtua : Ayah : Anter Kitos, S.P.

Ibu : Fatima Yunita Tobing

Riwayat Pendidikan

Tahun 1996 – 1997 : TK Methodis 1 Medan

Tahun 1997 – 1999 : SD Methodis 1 Medan

Tahun 1999 - 2003 : SDN 173106 Tarutung

Tahun 2003 – 2006 : SMP Swasta St. Maria Tarutung

Tahun 2006 – 2009 : SMA Swasta Sutomo 2 Medan

Tahun 2010 – 2015 : FKM USU Medan

iv

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERSONAL

HYGIENE REMAJA PUTRI DENGAN PENCEGAHAN KEPUTIHAN DI

SMA SUTOMO 2 MEDAN TAHUN 2015”.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan baik

dari segi moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Subhilhar, Ph.D, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku ketua departemen Pendidikan

Kesehatan dan Ilmu Perilaku yang telah banyak memberikan ilmu dan

pengalaman selama menuntut ilmu di FKM USU

4. Ibu Lita Sri Andayani, SKM, M.kes, selaku dosen pembimbing 1 yang

telah banyak memberikan bimbingan dan meluangkan waktu, tenaga serta

pikiran selama penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS, selaku dosen pembimbing II yang telah

banyak memberikan bimbingan dan meluangkan waktu, tenaga serta

pikiran selama penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Namora Lumongga Lubis, Msc, Phd, selaku dosen penguji 1 yang

telah banyak memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


7. Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt, MS, selaku dosen penguji II yang telah

banyak memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.

8. Seluruh staf pengajar Departemen Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas

Kesehatan Universitas Sumatera Utara, terimakasih untuk pembelajaran

yang telah diberikan kepada ppenulis selama ini.

9. Ibu Prof. Dr. Ida Yustina Dra., MSi, selaku dosen pembimbing

akademik penulis yang telah banyak memberikan bimbingan, saran dan

petunjuk selama penulis mengikuti perkulihaan di FKM USU.

10. Bapak Hendra, S.T., M.Pd, selaku kepala sekolah SMA Sutomo 2 Medan

yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian

di SMA Sutomo 2 Medan

11. Orangtua penulis, Anter Kitos Simanjuntak, S.P. serta adik tersayang

Joshua Simanjuntak, SE, Regina Simanjuntak, Yolanda Simanjuntak,

Natan Fernando, Abigael Simanjuntak terimakasih atas dukungan

moril, materil serta kasih sayang yang diberikan kepada penulis.

12. Ronny Tamba, terimakasih sudah banyak memberikan dukungan kepada

penulis, terimakasih telah banyak meluangkan waktu dan tenaga untuk

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Sahabat-sahabat: Christ malau, Bernike, Only, Rosmawati Sinaga,

Mentari, Arsika, Deshtry, terimakasih untuk motivasi dan

kebersamaannya

14. Teman seperjuangan selama skripsi : Melda, Ayu, Hesty, kak Fatimah,

Ina, dan semua teman-teman PKIP yang telah banyak memberikan

vi

Universitas Sumatera Utara


15. dukungan serta semangat kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak yang

belum sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan semoga bermanfaat bagi pihak

yang membutuhkan.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Oktober 2015

Penulis

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... i

ABSTRAK .................................................................................................................... ii

ABSTRACT .................................................................................................................. iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................................. v

DAFTAR ISI ................................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL......................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 8

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 9

1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................................. 9

1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................................ 9

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 11

2.1 perilaku..................................................................................................................... 11

2.1.1 konsep perilaku ............................................................................................... 11

2.1.2 Bentuk Perilaku .............................................................................................. 12

2.2 Remaja...................................................................................................................... 22

viii

Universitas Sumatera Utara


2.2.1 Pengertian Remaja ......................................................................................... 22

2.2.2 Tumbuh Kembang Remaja ............................................................................ 23

2.2.3 Perubahan Fisik Pada Remaja ........................................................................ 24

2.3 Personal Hygiene ..................................................................................................... 26

2.3.1 Pengertian Personal Hygiene .......................................................................... 26

2.3.2 Tujuan Personal Hygiene ................................................................................ 26

2.3.3 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Personal Hygiene .......................... 27

2.4 Keputihan ................................................................................................................. 30

2.4.1 Pengertian Keputihan ...................................................................................... 30

2.4.2 Penyebab Keputihan........................................................................................ 31

2.4.3 Pencegahan Keputihan .................................................................................... 36

2.5 Kerangka Konsep ..................................................................................................... 39

2.6 Hipotesis Penelitian.................................................................................................. 40

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................. 41

3.1 Jenis Penelitian ......................................................................................................... 41

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................................... 41

3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................................ 42

3.3.1 Populasi ........................................................................................................... 42

3.3.2 Sampel ............................................................................................................. 42

3.4 Metode Pengumpulan Data ...................................................................................... 44

3.4.1 Data Primer ..................................................................................................... 44

3.4.2 Data Sekunder ................................................................................................. 45

ix

Universitas Sumatera Utara


3.5 Definisi Operasional................................................................................................. 45

3.6 Aspek Pengukuran ................................................................................................... 47

3.7 Tehnik Analisa Data ................................................................................................. 48

BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................................... 50

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................................ 50

4.2 Analisis Univariat..................................................................................................... 51

4.2.1 Karakteristik Personal Responden ................................................................ 51

4.2.2 Sumber Informasi Responden ....................................................................... 52

4.2.3 Pengetahuan Tentang Personal Hygiene ....................................................... 53

4.2.4 Sikap Tentang Personal Hygiene .................................................................. 59

4.2.5 Tindakan Terhadap Pencegahan keputihan ................................................... 63

4.3 Hasil Analisa Bivariat .............................................................................................. 66

BAB V PEMBAHASAN .............................................................................................. 69

5.1 Karakteristik Responden .......................................................................................... 69

5.2 Pengetahuan Tentang Personal Hygiene .................................................................. 69

5.2.1 Pengetahuan Remaja Putri Tentang Keputihan............................................. 69

5.2.2 Pengetahuan Remaja Putri tentang Pengertian Kebersihan Vagina .............. 70

5.2.3 Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kebersihan Saat Menstruasi ................ 72

5.2.4 Pengetahuan Remaja Putri Dalam Membasuh vagina .................................. 73

5.2.5 Pengetahuan Remaja Putri Tentang Manfaat Mencukur Bulu Vagina ......... 75

5.2.6 Kategori Pengetahuan Responden Tentang personal hygiene ...................... 76

Universitas Sumatera Utara


5.3 Sikap Tentang Personal Hygiene ............................................................................. 77

5.3.1 Sikap Remaja Putri Dalam Penggunaan Celana Dalam ................................ 77

5.3.2 Sikap remaja Putri Dalam Penggunaan Pembalut dan Pantyliner ................ 78

5.3.3 Sikap Remaja Putri Dalam Penggunaan cairan Antiseptic Vagina ............... 79

5.3.4 Sikap Remaja Putri Tentang manfaat Mencukur Bulu Vagina ..................... 80

5.3.5 Kategori Sikap Responden Tentang Personal Hygiene ................................ 81

5.4 Tindakan Pencegahan Remaja Putri......................................................................... 82

5.4.1 Tindakan Remaja Putri Dalam Membasuh Vagina ....................................... 82

5.4.2 Tindakan remaja Putri Dalam Menggunakan Celana Dalam ........................ 83

5.4.3 Tindakan Remaja Putri Dalam Menggunakan Cairan Pembersih Vagina .... 84

5.4.4 Tindakan Remaja Putri Dalam Mencukur Bulu Vagina ............................... 85

5.4.5 Kategori Tindakan Pencegahan Keputihan Pada Remaja Putri .................... 86

5.5 Hubungan Pengetahuan Personal Hygiene Dengan Pencegahan Keputihan ........... 87

5.6 Hubungaan Pengetahuan Personal Hygiene Dengan sikap personal hygiene ......... 88

5.7 Hubungan Sikap Personal Hygiene Dengan Pencegahan Keputihan ...................... 90

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................... 92

6.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 92

6.2 Saran......................................................................................................................... 94

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 91

DAFTAR LAMPIRAN

Kuesioner

xi

Universitas Sumatera Utara


Hasil Output

Surat Penelitian

Surat Selesai Penelitian

xii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Siswi SMA Sutomo 2 Medan berdasarkan tiap kelas ..... 51

Tabel 4.2 Distribusi Siswi SMA Sutomo 2 berdasarkan umur.................... ... 52

Tabel 4.3 Distribusi Siswi SMA Sutomo 2 Berdasarkan Informasi................. 52

Tabel 4.4 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Personal Hygiene


Dalam Pencegahan Keputihan di SMA Sutomo 2 Medan Tahun
2015 ................................................................................................. 53

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan


di SMA Sutomo 2 Medan................................................................. 58

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Personal


Hygiene Terhadap Keputihan di SMA Sutomo 2 Medan ................ 59

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap di SMA


Sutomo 2 Medan .............................................................................. 62

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Pencegahan


Terhadap Keputihan di SMA Sutomo 2 Medan ............................... 63

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tindakan


di SMA Sutomo 2 Medan................................................................. 65

Tabel 4.10 Hasil uji Chi Square Hubungan Variabel Independen (Pengetahuan
dan Sikap Personal Hygiene) Terhadap Tindakan Pencegahan
Keputihan di SMA Sutomo 2 Medan
Tahun 2015.................................................................... .......... .......66

Tabel 4.11 Hasil uji Chi Square Hubungan Variabel Independen (Pengetahuan
Personal Hygiene) Terhadap Sikap Personal Hygiene di SMA Sutomo
2 Medan
Tahun 2015.................................................................... .......... .......67

xiii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Personal hygiene vagina adalah tindakan untuk memelihara kebersihan

dan kesehatan pada daerah kewanitaan untuk mencegah keputihan. Keputihan

dikalangan medis dikenal dengan istilah leukore atau fluor albus, yaitu keluarnya

cairan dari vagina. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui hubungan

pengetahuan dan sikap personal higiene remaja putri dengan pencegahan

keputihan di SMA Sutomo 2 Medan tahun 2015.

Penelitian ini adalah penelitian survey bersifat deskriptif analitik dengan

rancangan cross sectional. Populasi adalah semua murid kelas X, XI, dan XII

berjumlah 433. Sampel adalah sebagian besar dari populasi berjumlah 79 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden tergolong

sedang (78,5%), sikap responden tergolong sedang (91,1%), tindakan responden

tergolong sedang (75,9%). Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan

personal hygiene dengan pencegahan keputihan (0,00), dan hubungan yang

signifikan antara sikap dengan pencegahan keputihan (0,00).

Disarankan kepada siswi SMA Sutomo 2 Medan mencari informasi

tentang bagaimana cara menjaga kebersihan vagina yang baik dan benar. Pihak

sekolah juga perlu memberikan dorongan kepada anak didiknya untuk secara aktif

mencari tahu informasi mengenai personal hygiene dan pencegahan keputihan.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Remaja Putri, Pencegahan Keputihan

ii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Personal hygiene vagina is action to maintain cleanliness and hygiene in

the area of femininity to prevent discharge. Whitish among medically known as

leukorrhea or fluorine albus, ie discharge from the vagina. The aim of this study

was to determine the relationship of personal hygiene knowledge and attitudes of

young women with vaginal discharge prevention in SMA Sutomo 2 Medan 2015.

This research is descriptive analytic survey with cross sectional design.

Population are all students of class X, XI, and XII amounts to 433. The sample is

largely a population of 79 people.

The results showed that the respondents 'knowledge was moderate

(78.5%), the respondents' attitudes were moderate (91.1%), the action of the

respondents classified as moderate (75.9%). There is a significant correlation

between knowledge of personal hygiene in the prevention of vaginal discharge

(0.00), and a significant relationship between attitudes to the prevention of

vaginal discharge (0.00).

Suggested to SMA Sutomo 2 field looking for information on how to

maintain good vaginal hygiene and correct. The school also needs to encourage

their students to actively seek out information on personal hygiene and the

prevention of vaginal discharge.

Keywords: Knowledge, Attitude, Young Women, Preventing Whitish

iii

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari

bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai

kematangan. Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat

penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga

mampu bereproduksi (Yusuf, 2007). Remaja atau asolescene berasal dari bahasa

latin “adolescere” yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”,

mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan mental, emosional,

social, dan fisik (Proverawati).

Masa pubertas, menggambarkan dampak perubahan fisik dan

pengalaman emosional mendalam. Pada saat yang sama, perubahaan sosial

melainkan peran utama dalam masa remaja (Masland, 2006). Remaja memiliki

tumbuh kembang yang berbeda,tingkat masa remaja ada beberapa hal Masa

remaja awal (10-12 tahun), Masa remaja tengah (13-15 tahun), Masa remaja akhir

(16-19 tahun), (Kusmiran, 2011).

Menurut hasil sensus jumlah remaja di Indonesia adalah 147.338.075 jiwa

atau 18,5% dari seluruh penduduk di Indonesia (Sarwono, 2011). Remaja akan

mengalami masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi. Masa remaja akan

dikenal sebagai masa storm dan stress dimana terjadi pergolakan emosi yang

Universitas Sumatera Utara


2

diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan secara psikis yang

bervariasi.

Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya

perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseorang adalah suatu tindakan

untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik

dan psikis (Laksamana, 2010). Personal hygiene adalah tindakan untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan pada daerah kewanitaan untuk mencegah

keputihan (Laksamana, 2010).

Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik yang cukup ramai

dibicarakan di Indonesia sejak sekitar menjelang awal tahun 2000, antara lain

sebagai dampak dari gencarnya penyelenggaraan pertemuan regional dan

internasional yang membahas secara lebih cermat masalah-masalah kependudukan

dan pembangunan. Masalah reproduksi menyajikan fakta seputar kesehatan

reproduksi, baik positif maupun negatif, mendorong berbagai pihak, baik

pemerintah, perorangan, swasta maupun lembaga swadaya masyarakat untuk

mengambil peran aktif dalam menyosialisasikan sekaligus memberikan jalan

keluar yang tepat atas masalah kesehatan reproduksi yang terjadi . Pendidikan

tentang kesehatan reproduksi merupakan masalah penting yang perlu mendapat

perhatian dari semua pihak. Remaja kelak akan menikah dan menjadi orang tua

sebaiknya mempunyai kesehatan reproduksi yang prima, sehingga menghasilkan

generasi yang sehat (Proverawati, 2009).

Universitas Sumatera Utara


3

Dalam kehidupannya, seorang wanita akan mengalami berbagai tahapan

dari masa kanak-kanak, remaja, dewasa hingga tua. Puncak dari serangkaian

perubahan-perubahan tersebut adalah mulainya seorang remaja putri mengalami

menstruasi. Pada sebagian orang saat menjelang menstruasi akan mengalami

keputihan. Keputihan ini normal (fisiologis) selama jernih (beniing) tidak berbau,

tidak terasa gatal dan dalam jumlah yang tidak berlebihan, bila cairan berubah

menjadi kuning, bau dan disertai rasa gatal maka akan terjadi keputihan patologis.

Keputihan adalah keluhan yang sering menyerang perempuan dan tidak

mengenal usia. Sedangkan pengertian keputihan sendiri adalah keluaranya cairan

selain darah dari liang vagina di luar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak disertai

rasa gatal setempat, dapat terjadi secara normal (fisiologis) maupun abnormal

(patologis). Pada masa remaja akan mengalami perkembangan pada organ

reproduksinya, organ reproduksi pada remaja pempuan akan lebih sensitive

daripada laki-laki karena saluran reproduksinya lebih pendek (Kusmiran, 2011).

Keputihan abnormal disebabkan oleh infeksi atau peradangan , ini terjadi

karena perilaku yang tidak sehat dan tidak menjaga kebersihan alat genital nya.

Contonya seperti, mencuci vagina dengan air kotor, menggunakan cairan

pembersih vagina yang berlebihan, cara cebok yang salah, stress yang

berkepanjangan, merokok dan menggunakan alkohol, penggunaan bedak tacum /

tissu dan sabun dengan pewangi pada daerah kwanitaan, serta sering memakai

atau meminjam barang-barang seperti perlengkapan mandi yang memudshkan

penularan keputihan (kusmiran, 2011).

Universitas Sumatera Utara


4

Pada kondisi normal vagina dapat mengeluarkan cairanyang berasal dari

rahim. Umumnya cairan yang keluar sedikit, jernih, dan tidak berbahui. Jika

cairan (bukan darah) yang keluar dari vagina yang berlebih keadaan tersebut

disebut keputihan. Keputihan patologis, merupakan keputihan yang tidak normal

yang terjadi infeksi pada vagina, adanya benda asing pada vagina atau karena

keganasan. Infeksi bisa akibat dari virus, bakteri, jamur dan parasit bersel satu

Tricomonas Vaginalis. Dapat pula disebabkan oleh iritasi saat berhubungan seks,

penggunaan tampon, dan alat kontrasepsi (Pratiwi, 2012)

Akibat dari keputihan sangat fatal bila lambat ditangani. Tidak hanya bisa

mengakibatkan kemandulan dan hamil diluar kandungan dikarenakan terjadi

penyumbatan pada salur tuba, keputihan juga bisa merupakan gejala awal dari

kanker leher rahim yang merupakan pembunuh nomor satu bagi wanita dengan

angka insiden kanker servik mencapai 100 per 100.000 penduduk pertahun yang

bisa berujung dengan kematian (Iskandar SS, 2011). Sedangkan jumlah penderita

kanker rahim dinegara maju seperti Amerika Serikat, mencapai sekitar 12.000 per

tahun dan untuk penderita kanker rahim di Indonesia diperkirakan 90-100 per

100.000 penduduk (Nasdaldy, 2010).

Jumlah wanita di dunia pada tahun 2013 sebanyak 6,7 milyar jiwa dan

yang pernah mengalami keputihan sekitar 75%. Untuk indonesia jumlah wanita

sekitar 237.641.326 jiwa 75%. Penelitian di Sumatera utara sebanyak 37,4 juta

jiwa menunjukkan 75% remaja mengalami keputihan, di kota Medan pada 2013

sebanyak 855.281 jiwa dan sebanyak 45% pernah mengalami keputihan

(www.blogspot.com,2013).

Universitas Sumatera Utara


5

Data penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa 79%

wanita termasuk remaja putri di dunia pernah menderita keputihan, minimal sekali

seumur hidup dan 45% diantaranya bisa mengalami keputihan sebanyak 2 kali

atau lebih. Di Indonesia, 75% wanita mengalami keputihan minimal 1 kali dalam

hidupnya (Shadine, 2012).

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena

negaara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah

berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Gejala keputihan

juga dialami oleh wanita yang belum kawin atau remaja putri yang berumur 15-24

tahun yang termasuk dalam kategori remaja akhir yaitu sekitar 31,8%. Hal ini

menunjukkan bahwa remaja lebih beresiko mengalami keputihan (Egan 2011)

Di Indonesia sekitar 70% remaja putri mengalami keputihan. Usia

terbanyak adalah (16-20 tahun) sekitar 42%. Hal tersebut akan berkaitan erat

dengan kondisi cuaca yang lembab sehingga wanita di Indonesia mudah terkena

keputihan. Karena mudah terkena infeksi jamur. Keputihan tersebut cenderung

disebabkan oleh minimnya kesadaran untuk menjaga kesehatan terutama pada

bagian organ genitalianya (Dechacare, 2010).

Dari berbagai penelitian 30 tahun terakhir menunjukkan bahwa infeksi

saluran kemih (ISK), Human Papiloma Virus (HPV), disebabkan karena

kurangnya pengetahuan seorang wanita pada saat keputihaan sehingga virus

tersebut akan berkembangbiak dalam organ kelamin wanita dalam kondisi lembab

(Proverawati 2009). Masalah fisik yang timbul dari kurangnnya pengetahuan

Universitas Sumatera Utara


6

tentang personal hygiene beresiko untuk terjadi infeksi saluran kemih (ISK)

(Proverawati, 2009).

Pada kondisi normal vagina dapat mengeluarkan cairanyang berasal dari

rahim. Umumnya cairan yang keluar sedikit, jernih, dan tidak berbahui. Jika

cairan (bukan darah) yang keluar dari vagina yang berlebih keadaan tersebut

disebut keputihan. Keputihan patologis, merupakan keputihan yang tidak normal

yang terjadi infeksi pada vagina, adanya benda asing pada vagina atau karena

keganasan. Infeksi bisa akibat dari virus, bakteri, jamur dan parasit bersel satu

Tricomonas Vaginalis. Dapat pula disebabkan oleh iritasi saat berhubungan seks,

penggunaan tampon, dan alat kontrasepsi (pratiwi, 2012).

Faktor-faktor yang memicu berkembangnya PHS antara lain karena

pengetahuan yang rendah, apalagi remaja yang secara biologis servik-nya belum

matang. Karena berada dalam masa peralihan, maka pada remaja sering

ditemukan masalah-masalah yang berkaitan erat dengan tumbuh kembang

tubuhnya. Terutama dalam hal ini adalah organ reproduksi yang memberi dampak

besar terhadap kehidupan remaja di masa datang. Terlebih pada remja putri yang

memang diciptakan Tuhan Yang Maha Esa dengan bentuk dan fungsi tubuh yang

sangat istimewah dan juga sangat rentan terhadap gangguan dari luar, dalam hal

ini Infeksi pada Saluran Reproduksi (ISR) dengan gejala yang umum adalah

keputihan (Pratiwi, 2012)

WHO menyatakan bahwa 5% remaja didunia terjangkit PMS dengan

gejala keputihan setiap tahunnya, bahkan di Amerika Serikat 1 dari 8 remaja

Universitas Sumatera Utara


7

penelitian yang dilakukan dibagian Obgya RSCM, diperoleh data tahun 2005-

2010 sebanyak 2% (usia 11-15 tahun), 12 % (usia 16-20 tahun) dari 223 remaja

mengalami keputihan karena tidak mengetahui cara menjaga kebersihan alat

genitalnya (Gay dkk., 2010). Gejala keputihan yang dialami oleh remaja puteri

berumur 15-24 tahun , sesuai dengan data (SKRRI, 2010), dalam 12 bulan

terakhir menunjukkan pada remaja tersebut cukup banyak sekitar 31,8%. Ini

menunjukkan remaja putri mempunyai resiko lebih tinggi terhadap infeksi atau

keputihan patologis, (SKRRI, 2010).

Berdasarkan penelitian Julianti (2010) pada remaja putri SMUN 16

Medan, pengetahuan dan sikap remaja putri tentang keputihan bahwa ditemukan

46,7% tidak mengetahui pengertian keputihan dan distriibusi frekuensi yang

menjawab sikap positif 73,3%, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Aprisia

(2013) di SMAN 3 Medan remaja dengan pengetahuan baik tentang keputihan

74,6% dan sikap positif sebanyak 78%. Begitu juga di Indonesia, perilaku sehat

pencegahan keputihan patologis masih perlu diperhatikan. Berdasarkan penelitian

di dusun serba jadi Kecamatan Natur Lampung selatan tentang kebersihan organ

reproduksi dalam mencegah keputihan dari 69 responden, yang memiliki kategori

baik 25,86%, cukup 67,24%, dan kategori kurang 6,8%. Vivi (2011) tentang

gambaran prilaku kebersihan vagina terhadap pencegahan keputihan remaja putri

di SMAN 2 Medan, pengetahuan baik 11,5%, sedang 57,8%, dan cukup 30,7%.

Berdasarkan survey awal pada bulan Febuari 2015 di SMA Sutomo 2 , 10

siswi ada 7 orang yang menyatakan kurang memahami masalah keputihan dan

tidak adanya penyuluhan kesehatan reproduksi mengenai keputihan dari petugas

Universitas Sumatera Utara


8

kesehatan. Seluruh siswi bersikap malu-malu jika membicarakan tentang

kesehatan reproduksi terutama tentang cara merawat alat reproduksi yang baik,

jika ada masalah keputihan mereka enggan untuk memeriksakan diri kepuskesmas

dan para siswi kurang memperhatikan kebersihan organ genital nya dengan alasan

tertentu. Dari 10 orang remaja, 5 orang remaja ditemukan merasa bingung, belum

mengerti cara membersihkan atau merawat alat kelamin/alat reproduksi, 3 orang

mengatakan sudah mendapat informasi tentang keputihan dan perawatan alat

kelamin baik dari orang tua, maupun buku-buku. Yang lebih memprihatinkan 2

orang masih belum memahami bahaya dari keputihan dan tidak mengerti bahwa

keputihan berlebih bisa menyebabkan kanker.

Dari 10 orang siswi ditemukan juga mengakui masih lebih suka menggunakan

celana dalam ketat dengan alasan tertentu. Masih ada 4 siswi juga ditemukan

mengganti pembalut hanya pagi dan malam hari saja pada saat menttruasi.

Dari uraian di atas, tingkat pengtahuan remaja tentang tentang personal

hygiene genital masih kurang, dan cara menjaga kebersihan organ genital untuk

mencegah keputihan perlu dikaji lebih dalam, untuk itu perlu diadakan suatu

penelitian yang mengkaji tentang masalah tersebut dengan judul hubungan

pengetahuan dan sikap personal hygiene remaja putri dengan pencegahan

keputihan di SMA Sutomo 2 Medan tahun 2015.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah pada

penelitian ini adalah sebagai berikut; apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap

Universitas Sumatera Utara


9

personal higiene remaja putri dengan pencegahan keputihan di Sma Sutomo 2

Medan.

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui hubungan

pengetahuan dan sikap personal higiene remaja putri dengan pencegahan

keputihan di SMA Sutomo 2 Medan tahun 2015.

1.3.2. Tujuan khusus

1. Mengetahui karakteristik remaja putri (umur, kelas, tempat tinggal)

tentang personal hygiene dengan pencegahan keputihan di SMA Sutomo 2

Medan tahun 2015.

2. Untuk mengetahui pengetahuan personal hygiene remaja putri tentang

pencegahan keputihan di SMA Sutomo 2 Medan tahun 2015.

3. Untuk mengetahui sikap personal hygiene remaja putri tentang

pencegahan keputihan di SMA Sutomo 2 Medan tahun 2015.

4. Untuk mengetahui tindakan pencegahan keputihan di SMA sutomo 2

Medan tahun 2015

5. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan personal hygiene remaja putri

dengan pencegahan keputihan di SMA Sutomo 2 Medan tahun 2015.

6. Untuk mengetahui hubungan sikap personal hygiene remaja putri dengan

pencegahan keputihan di SMA Sutomo 2 Medan tahun 2015.

7. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan personal hygiene remaja putri

dengan sikap personal hygiene di SMA Sutomo 2 Medan tahun 2015.

Universitas Sumatera Utara


10

1.4.Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak :

1. Bagi SMA Sutomo 2 Medan

Untuk memberika informasi tentang keputihan khususnya bagaimana menjaga

kebersihan alat genital sehingga tidak terjadi keputihan kepada siswi SMA

Sutomo 2 Medan.

2. Bagi Mahasiswi FKM USU

Sebagai bahan pertimbangan bagi mahasiswa lain yang ingin meneliti tentang

hubungan pengetahuan dan sikap personal hygiene remaja putri dengan

pencegahan keputihan.

3. Bagi peneliti

Sebagai salah satu syarat mendapat gelar sarjana pada Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera utara dan merupakan pengalaman dalam

membuat karya tulis ilmiah.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Perilaku

2.1.1. Konsep perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

(mahkluk hidup yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis

semua mahkluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan

manusia itu berperilaku karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing.

Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau

aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai kegiatan yang sangat luas

sepanjang kegiatan dilakukan, yaitu antara lain : berjalan, berbicara, menangis,

tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan seterusnya. Dari uraian ini dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku manusia adalah semua

kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun tidak

dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).

Skinner (1938) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), merumuskan

bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar). Perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus,

organisme, dan respon sehingga teori skinner disebut “S-O-R” (Stimulus-

Organisme-Respons). Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia

dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

11

Universitas Sumatera Utara


12

a. Perilaku tertutup (Cover Behaviour)

Perilaku tertutup terjadi bila respons stimulus tersebut masih belum dapat

diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam

bentuk perhatian, perasaan, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus

bersangkutan.

b. Perilaku Terbuka (Overt Behaviour)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah

berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar

“observeable bahaviour)

Menurut Green Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 3

faktor pokok yaitu, faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku

(non behavior causes). Perilaku sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor,

yaitu:

1. Faktor predisposisi (predisposing factor), meliputi ;

Pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

2. Faktor pendukung (enabling factor), meliputi :

Lingkungan fisik, fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya

puskesmas, obat-obatan, alat-alat, kontrasepsi, jamban dan sebagainya.

3. Faktor pendorong ( renforcing factor), meliputi:

Sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang

merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


13

2.1.2. Bentuk perilaku

Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan, membedakan

adanya tiga ranah perilaku, yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective), dan

psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangan selanjutnya berdasarkan

pembagian domain oleh Bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan praktis,

dikembangkan menjadi tingkat ranah perilaku sebagai berikut :

a. Pengetahuan (knowledge)

b. Sikap (attitude)

c. Tindakan (practice)

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan

penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra

manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau cognitive merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk

tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan seseorang

terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda secara garis

besarnya dalam enam tingkat pengetahuan, yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

Universitas Sumatera Utara


14

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap obejek yang dipelajari.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat

diartikan sebagi penggunaan hokum- hokum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan seseorang untuk menjabarkan suatu

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam

suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan pada kemampuan seseorang untuk meletakkan atau

,menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyususn suatu

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

Universitas Sumatera Utara


15

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obejk. Penilaian-penilaian itu

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-

kriteria yang telah ada. Pengukuran perilaku dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007).

Menurut teori WHO, faktor-faktor perilaku dapat dibedakan menjadi

dua,yaitu :

a. Faktor-faktor Internal

Yaitu faktor-faktor yang ada di dalam diri individu itu sendiri, misalnya :

karakteristik (umur, jenis kelamin, pendidikan, sikap, dan sebagainya) yang

dimiliki seseorang. Selain itu juga dapat berupa pengalaman akan keberhasilan

mencapai sesuatu, pengakuan yang diperoleh, rasa tanggung jawab,

pertumbuhan profesional dan intelektual yang dialami seseorang. Sebaliknya,

apabila seseorang merasa tidak puas dengan hasil dari pekerjaan yang telah

dilakukannya, dapat dikaitkan dengan faktor-faktor yang sifatnya dari luar diri

individu.

b. Faktor-faktor Eksternal

Yaitu faktor-faktor yang ada di luar individu yang bersangkutan. Faktor ini

mempengaruhi, sehingga di dalam diri individu timbul unsur-unsur dan

dorongan/motif untuk berbuat sesuatu, misalnya pengalaman, fasilitas, sumber

informasi, penyuluhan dan pembinaan.

Universitas Sumatera Utara


16

Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah merupakan

totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama

antara berbagai faktor, baik faktor internal dan eksternal.

Factor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ada dua yaitu, faktor internal

dan faktor eksternal.

1. Faktor internal

a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu untuk

menentukan manusia berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai

keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk medapat

informasi, misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga mendapat

kualitas hidup (Notoadmojo 2010)

b) Pekerjaan

Menurut Thomas (2003), pekerjaan adalah keburukan yang harus

dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan keluarganya.

Pekerjaan bukanlah sumber kesenanga, tetapi lebih banyak merupakan

cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.

c) Umur

Menurut Elisabet BH (2003), usia adalah umur individu yang terhitung

mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

bekerja.

Universitas Sumatera Utara


17

2. Faktor Eksternal

a) Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia

dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan

perilaku orang atau kelompok.

b) Sosial budaya

System sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempegaruhi

dari sikap dalam menerima informasi.

b. Sikap

Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, berprestasi dan merasa

dalam menghadapi, obek, iide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi

merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap

objek. Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat, dan emosi yang bersangkutan

senang tidak senang, setuju tidak setuju, baik tidak baik, dan sebagainya.

Menurut Newcomb, yang dikutip (Notoatmodjo, 2007) salah seorang ahli

psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan

untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata

lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan

tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup. Seperti

halnya penegetahuan, sikap terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu :

Universitas Sumatera Utara


18

1. Menerima (receiving)

Menerima diiartikan sebagi seseorang atau subjek mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Menanggapi (responding)

Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap

pertanyaan atau objek yang dihadapi.

3. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif

terhadap objek atau stimulus dalam arti membahasnya dengan orang lain bahkan

mengajak atau mempengaruhi orang lain merespon.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tindakannya adalah bertanggung jawab terhadap

apa yang telah diyakininya.

Sikap terjadi karena adanya rangsangan sebagai objek sikap yang harus

diberi respon baik responya positif ataupun negative, suka atau tidak suka, setuju

atau tidak setuju dan sebaginya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap

mempunyai dua kemungkinan, yaitu sikap positif ataupun sikap negative terhadap

suatu objek atau sikap. Siikap akan menunjukkan apakah seseorang menyetuji,

mendukung, memihak (favorable) atau tidak menyetujui, tidak mendukung, tidak

memihak (unfavorable) suatu objek sikap . bila seseorang mempunyai sikap

mendukung objek sikap, berarti mempunyai sikap positif terhadap objek tersebut.

Sebaliknya jika seseorang tidak mendukung terhadap objek sikap berarti

Universitas Sumatera Utara


19

mempunyai sikap yang arahnya negatif terhadap objek yang bersangkutan

(Fishbein 1978 dalam simangunsong 2011).

Sikap ini ditunjukkan dalam berbagai kualitas dan intensitas yang berbeda

dan bergerak secara kontiniu dar positif melalui areal netral kearah negatif.

Kualitas sikap digambarkan sebagai valensi positif kearah menuju negatif,

sebagai hasil penilaian terhadap objek tertentu. Sedangkan intensitas sikap

digambarkan dalam kedudukan ekstrim positif dan negatif. Kualitas dan intensitas

sikap tersebut menunjukkan suatu prosedur pengukuran yang menempatkan sikap

seseoorang dalam sesuatu dimensi evaluatif yang bipolar dari ekstrim positif

menuju ekstrim negatif .

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.

Secara langsung dapat ditanyakan bagimana pendapat atau pernyataan responden

terhadap suatu objek yang bersangkutan. Pertanyaan secara langsung juga dapat

dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata “setuju” ,

dan “tidak setuju” terhadap pernyataan-pernyataan terhadap objek tertentu

(Notoatmodjo, 2007).

c. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behavior). Untuk mewujudkan sikap, menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah

fasilitas. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian

mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses

Universitas Sumatera Utara


20

selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang

diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik (practice)

kesehatan. Praktik atau tindakan dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan

menurut kwalitasnya, yakni :

1. Praktik terpimpin (guided response)

Apabila suatu subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih

tergantung pada tuntunan atau mengunakan panduan.

2. Praktik secara mekanisme (mechanism)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan

sesuatu hal secara otomatis, maka disebut praktik atau tindakan mekanis.

3. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang.

Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi

sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan

wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hati,

atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung,

yakni dengan mengobservasi tidakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo,

2003).

Teori WHO dalam Notoadmodjo (2007) menjelaskan 4 alasan pokok

mengapa seseorang berperilaku, yaitu :

Universitas Sumatera Utara


21

1. Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling), hasil pemikiran dan

perasaan seseorang atau lebih tepat diartikan pertimabangan-

pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus.

2. Adanya orang lain yang menjadi acuan (personal refrence) merupakan

faktor penganut sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap

mengacu pada pertimbangan-pertimabangan indiviidu.

3. Sumberdaya (resources) yang tersedia merupakan ppendukung untuk

bersikap positif atau negative terhadap objek atau stimulus tertentu

dengan pertimbangan kebutuhan individu tersebut.

4. Sosial budaya (culture) berperan besar dalam mempengaruhi pola pikir

seseorang untuk bersikap terhadap objek/stimulus tertentu.

(Notoatmodjo, 2007).

Teori Shenandu B Kar dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa 5

determinan perilaku yaitu :

a. Adanya niat (intention) : niat seseorang untuk bertindak sehubungan

dengan objek atau stimulus diluar dirinya. Misalnya orang mau membuat

jamban/WC keluarga di rumahnya, apabila dia mempunyai “niat” untuk

melakukan tindakan tersebut.

b. Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya didalam kehidupan

seseorang dimasyarakat, perilaku tersebut cenderung memerlukan

legitimasi dari masyarakat di sekitarnya. Apabila perilaku tersebut

bertentangan atau tidak memperoleh dukungan dari masyarakat, maka ia

Universitas Sumatera Utara


22

akan merasa kurang atau tidak “nyaman”. Demikian pula untuk

berperilaku orang memerlukan dukungan masyarakat sekitarnya.

c. Terjangkaunya informasi (accessibility of information) adalah tersedianya

informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil oleh

seseorang.

d. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi 9personal otonomy) dalam

mengambil keputusan untuk bertindak.

e. Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation) untuk

bertidak apapun memang diperlukan suatu kondisi dan situasi yang tepat.

Kondisi dan situasi mempunyai pengertian yang luas, baik fasilitas yang

tersedia serta kemampuan yang ada. Untuk membangun rumah yang sehat

misalnya, jelas sangat tergantung ppada kondisi ekonomi dari orang yang

bersangkutan.

2.2.Remaja

2.2.1. Pengertian Remaja

Remaja atau asolescene berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti

“tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”, mempunyai arti yang cukup luas

mencakup kematangan mental, emosional, social, dan fisik (Proverawati). Remaja

yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin

adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai kematangan. Fase

remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang

diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu

bereproduksi (Yusuf, 2007).

Universitas Sumatera Utara


23

2.2.2. Tumbuh Kembang Remaja Putri

Remaja putri memiliki tumbuh kembang (kusmiran, 2011), yaitu :

1. Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah perubahan yang menyangkut segi kuantitatif yang

ditandai dengan peningkatan dalam ukuran fisik dan dapat diukur. Fungsi

patologis dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan gizi. Pertumbuhan

dipengaruhi oleh dua organ penting, yaitu: kelenjar gondok, kelenjar anak

ginjal, kelenjar organ reproduksi (kusmiran, 2011).

2. Perkembangan

Perkembangan adalah perubahan yang menyangkut aspek kualitatif.

Terdapat dua konsep perkembangan remaja yaitu nature dan nurture. Konsep

nature mengatakan bahwa masa remaja adalah masa badai dan tekanan.

Periode perkembangan ini individu banyak mengalami gejolak dan tekanan

karena perubahan yang terjadi dalam dirinya. Sedangkan konsep nurture

mengatakan tidak semua remaja mengalami badai dan tekanan, hal tersebut

tergantung pada pola asuhan dan lingkungan dimana remaja itu tinggal

(Kusmiran, 2011).

Perkembangan pada hakikatnya adalah usaha penyesuaian diri, yaitu secara

aktif mengatasi stress dan mencari jalan keluar baru dari berbagai masalah.

Dalam penyesuaian remaja terdiri dari tiga tahap perkembangan remaja :

Universitas Sumatera Utara


24

a. Masa remaja awal (10-12 tahun), ciri khasnya:

1) Lebih dekat dengan teman sebaya

2) Ingin bebas

3) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuh dan mulai berpikir abstrak

b. Masa remaja tengah (13-15 tahun), ciri khasnya:

1) Mencari identias diri

2) Timbulnya keinginan untuk kencan

3) Punya rasa cinta yang mendalam

4) Mengembang kemampuan berpikir abstrak

5) Berkhayal tentang aktivitas seks

c. Masa remaja akhir (16-19 tahun), ciri khasnya:

1) Pengungkapan kebebasan diri

2) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya

3) Punya citra jasmani diri

4) Dapat mewujudkan rasa cinta

5) Mampu berpikir abstrak

2.2.3. Perubahan Fisik Pada remaja

1. Tanda seks primer

Tanda seks primer adalah organ seks. Pada laki-laki gonade/tetes.

Organ itu terletak didalam skrotum. Pada usia 14 tahun baru sekitar 10% dari

ukuran matang. Setelah itu terjadilah pertumbuhan yang pesat selama 1 atau 2

tahun, kemudian pertumbuhan menurun. Testes berkembang penuh pada usia

20 tahun atau 21 tahun. Sebagai tanda bahwa fungsi organ-organ reproduksi

Universitas Sumatera Utara


25

pria matang, lazimnya terjadi mimpi basah, artinya bermimpi mengenai hal-

hal yang berkaitan dengan berhubungan seksual, sehingga mengeluarkan

sperma.

Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber. Namun

tingkat kecepatan antara organ satu dengan yang lainnyaberbeda. Berat uterus

pada anak usia 11 tahun atau 12 tahun kira-kira 5,3 gram, pada usia 16 tahun

rata-rata beratnya 43 gram. Sebagai tanda kematangan organ reproduksi pada

perempuan adalah datangnya haid, lendir, dan jaringan sel yang hancur dari

uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari. Hal ini

berlangsung terus sampai menjelang menopause. Menopause bisa terjadi

sekitar 50 an (Widyastuti, 2009).

2. Tanda-tanda seks sekunder

Menurut Widyastuti (2009), tanda-tanda seks sekunder adalah:

a. Pada laki-laki

1) Rambut yang mencolok tumbuh pada masa remaja adalah rambut

kemaluan, terjadi sekitar satu tahun setelah testesdan penis mulai

membesar.

2) Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, pori-pori membesar.

3) Kelenjar lemak dibawah kulit menjadi lebih aktif, sering kali

menyebabkan jerawat karena produksi minyak meningkat.\

4) Otot-otot pada tubuh remaja bertambah besar dan kuat.

5) Terjadi perubahan suara yang mula-mula agak serak, kemudian

volumenya juga meningkat.

Universitas Sumatera Utara


26

6) Pada usia remaja 12-14 tahun muncul benjolan kecil-kecil sekitar kelenjar

susu. Setelah beberapa minggu besar dan jumlahnya menurun.

b. Pada wanita:

1) Rambut kemaluan pada wanita tumbuh setelah pinggul dan payudara

mulai berkembang.

2) Panggul menjadi berkembang, membesar, dan membulat

3) Payudara membesar dan putting susu menonjol.

4) Kulit menjadi kasar, lebih tebal dan pori-pori membesar.

5) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif, kelenjar lemak

dapat menyebabkan jerawat, kelenjar keringat baunya menusuk sebelum

dan sesudah masa haid. Suara berubah menjadi merdu, suara serak jarang

terjadi pada wanita (Widyastuti dkk, 2009).

2.3. Personal Hygiene

2.3.1. Pengertian Personal Hygiene

Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya

perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseorang adalah suatu tindakan

untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik

dan psikis (Laksamana, 2003). Personal hygiene vagina adalah tindakan untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan pada daerah kewanitaan untuk mencegah

keputihan (Laksamana, 2003).

Universitas Sumatera Utara


27

2.3.2. Tujuan Personal Hygiene

Menurut (Laksaman, 2003) personal hygiene mempunyai tujuan antara

lain:

1) Meningkatkan derajat kesehatan seseorang

2) Memelihara kebersihan diri

3) Memperbaiki personal hygiene yang kurang

4) Mencegah penyakit

5) Menciptakan keindahan

6) Meningkatkan rasa percaya diri

2.3.3. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Personal hygiene

Menurut Sibagaring dkk (2010), selalu menjaga kebersihan daerah intim

merupakan tindakan pencegahan keputihan, selain itu mencegah berulangnya

keputihan dengan:

1. Perawatan kulit dan wajah

Wajah merupakan bagian yang paling sensitive bagi seorang remaja

terutama remaja putri. Masalah jerawat pada remaja terkait dengan

penampilan mereka. Sangat dianjurkan untuk membersihkan muka dua sampai

tiga kali sehari guna membatu mencegah timbulnya jerawat.

2. Kebersihan rambut

Menjaga kebersihan rambut sangatlah penting karena kulit kepala lebih

berminyak dan berkeringat sehingga akan memudahkan timbulnya ketombe

dan mikroorganisme lain.

Universitas Sumatera Utara


28

3. Kebersihan tubuh

Kebersihan tubuh sangatlah penting diperhatikan, dan sebaiknya mandi

dua kali sehari, dengan sabun mandi biasa, pada saat mandi organ reproduksi

perlu cermat dibersihkan.

4. Kebersihan genitalia

Kebersihan vagina adalah kebersihan dan kesehatan daerah kewanitaan untuk

mencegah terjadinya keputihan (sibagaring, 2010).

a. Mencuci bagian luar organ seksual setiap buang air kecil dan buang air

besar, membasuh dari arah depan kebelakang.

b. Menggunakan air yang bersih (air keran langsung) untuk membasuh

organ reproduksi.

c. Mengganti celana dalam dua kali sehari, memakai pakaian dalam berbahan

katun untuk mempermudah penyerapan keringat.

d. Membiasakan diri mencukur rambut sekitar daerah kemaluan untuk

menghindari tumbuhnya bakteri yang menyebabkan gatal pada daerah

genetalia. Rambut yang tumbuh disekitar daerak kewanitaan pun perlu

diperhatikan. Jangan mencabut rambut tersebut. Lubang ini akan menjadi

jalan masuk bakteri, kuman dan jamur, yang dikhawatir kan dapat

menimbulkan iritasi dan keputihan. Rambut didaerah kewanitaan dapat

merangsang pertumbuhan bakteri.

Universitas Sumatera Utara


29

e. Pemakaian pantyliner setiap hari secara terus menerus tidak dianjurkan.

Pantyliner sebaiknya hanya digunakan pada saat keputihan banyak saja

dan jangan memilih pantyliner yang berparfum karena dapat menimbulkan

iritasi kulit.

f. Pemakaian pantyliner yang lebih dari > 6 jam akan menyebabkan

ntimbulnya bakteri

g. Pada saat menstruasi menggunakan pembalut yang memiliki daya serap

yang baik, agar tidak terjadi lembab yang dapat menimbulkan bakteri.

h. Pada saat membersihkan alat kelamin, tidak perlu dibersihkan dengan

cairan pembersih atau cairan lain dan douche karena cairan tersebut akan

semakin merangsang bakteri yang menyebabkan infeksi. Apabila

menggunakan sabun, sebaiknya gunakan sabun yang lunak (dengan PH

3,5), misalnya sabun bayi yang biasanya ber-PH netral. Setelah memakai

sabun hendaklah dibasuh dengan air sampai bersih (sampai tidak ada lagi

sisa sabun yang tertinggal), sebab bila masih ada sisa sabun yang

tertinggal dapat menimbulkan penyakit. Setelah dibasuh, tetapi jangan

digosok-gosok. Dengan menjaga kebersihan genetalia dapat memberikan

kesegaran pada tubuh dan memperlancar peredaran darah.

5. Kebersihan pakaian sehari-hari

Mengganti pakaian setiap hari sangatlah penting terutama pakaian dalam,

gunakan pakaian dalam yang kering dan menyerap keringat karena pakaian

dalam yang basah akan mempermudah tumbuhnya jamur. Pemakaian celana

dalam yang terlalu ketat sebaiknya dihindari, karena hal ini menyebabkan

Universitas Sumatera Utara


30

kulit susah bernafat dan akhirnya bisa menyebabkan daerah kewanitaan

menjadi lembab dan iritasi, untuk pemilihan bahan, sebaiknya gunakan bahan

yang nyaman dan menyerap keringat, seperti misalnya katun.

2.4. Keputihan

2.4.1. Pengertian Keputihan

Keputihan dikalangan medis dikenal dengan istilah leukore atau fluor

albus, yaitu keluarnya cairan dari vagina (Ababa, 2003). Leukore adalah semua

pengeluaran cairan dari alat genetalia yang bukan darah tetapi merupakan

manifestasi klinik berbagai infeksi, keganasan atau tumor jinak organ reproduksi.

Pengertian lebih khusus keputihan merupakan infeksi jamur candida pada

genetalia wanita dan disebabkan oleh organisme seperti ragi yaitu candida

albicans (Manuaba, 2007).

Keputihan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu keputihan normal

(fisiologis) dan keputihan abnormal (patologis). Keputihan normal dapat terjadi

pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari

ke 10-16 saat mentruasi, juga terjadi melalui rangsangan seksual. Keputihan

abnormal dapat terjadi pada semua alat genetalia (infeksi bibir kemaluan, liang

senggama, mulut Rahim, Rahim dan jaringan penyangga, dan pada saat infeksi

penyakit hubungan seksual) (Manuaba, 2007).

Keputihan bukan merupakan penyakit melainkan suatu gejala. Gejala

keputihan tersebut dapat disebabkan oleh faktor fisiologis maupun faktor

patologis. Gejala keputihan Karena faktor fisiologis antara lain, cairan dari vagina

Universitas Sumatera Utara


31

berwarna kuning, tidak berwarna, tidak berbau, tidak gatal, jumlah cairan bisa

sedikit. Sedangkan gejala keputihan patologis antara lain, cairan dari vagina keruh

dan kental, warna kekuningan, keabu-abuan, atau kehijauan, berbau busuk, amis,

dan terasa gatal, jumlah cairan banyak (Katharini, 2009).

2.4.2. Penyebab Keputihan

Keputihan bukan merupakan suatu penyakit tetapi hanya suatu gejala

penyakit, sehingga penyebab yang pasti perlu ditetapkan. Oleh karena itu untuk

mengetahui adanya suatu penyakit perlu dilakukan berbagai pemeriksaan cairan

yang keluar dari alat genetalia tersebut. Pemeriksaan terhadap keputihan melalui

pewarnaan gram (untuk infeksi jamur), preparat basah (inferksi trikomonas),

preparat KOH (infeksi jamur), kultur atau pembiakan (menentukan jenis bakteri

penyebab), dan pap smear (untuk menentukan adanya sel ganas) (Manuaba,

2007).

Menurut ababa (2003), penyebab paling sering dari keputihan tidak normal

adalah infeksi. Organ genetalia pada perempuan yang dapatt terkena infeksi

adalah vulva, vagina, leher Rahim, dan rongga Rahim. Infeksi ini disebebkan oleh

a. Bakteri (kuman)

1. Gonococcus

Bakteri ini menyebabkan penyakit akibat hubungan seksual, yang paling

sering ditemukan yaitu gonore. Pada laki-laki penyakit ini menyebabkan

kencing nanah, sedangkan pada perempuan menyebabkan keputihan.

Universitas Sumatera Utara


32

2. Chlamydia trachomatis

Keputihan yang ditimbulkan oleh bakteri ini tidak begitu banyak dan lebih

encer bila dibandingkan dengan penyakit gonore.

3. Gardnerella vaginalis

Keputihan yang timbul oleh bakteri ini berwarna putih keruh keabu-abuan,

agak lengket dan berbau amis seperti ikan, disertai rasa gatal dan panas pada

vagina.

a. Jamur Candida

Candida merupakan penghuni normal rongga mulut, usus besar, dan

vagina. Bila jamur candida dalam vagina terdapat jumlah banyak dapat

menyebabkan keputihan yang dinamakan kandidosis vaginalis. Gejala yang

timbul sangat bervariasi, tergantung dari berat ringannya infeksi. Cairan yang

keluar biasanya kental, berwarna putih susu, dan bergumpal seperti kepala

susu atau susu pecah, disertai rasa gatal yang hebat, tidak berbau dan berbau

asam. Daerah vulva (bibir genetalia) dan vagina meradang disertai maserasi,

fisura, dan kadang disertai papulopustular.

Keputihan akibat candida terjadi sewaktu hamil maka bayi yang

dilahirkan melalui saluran vagina pun akan tertular. Penularan terjadi karena

jamur tersebut akan tertelan dan masuk kedalam usus. Dalam rongga mulut,

jamur tersebut dapat menyebabkan sariawan yang serius jika tidak diberi

pengobatan. Pada suatu saat jamur yang tertelan tadi akan mnyebar ke organ

Universitas Sumatera Utara


33

lain, termasuk ke alat kelamin dan menimbulkan keputihan pada bayi

perempuan..

b. Parasit

Parasit ini menimbulkan penyakit yang dinamakan trikominiasis. Infeksi

akut akibat parasite ini menyebabkan keputihan yang ditandai oleh banyaknya

keluar cairan yang encer, berwarna kuning kehijauan, berbuih menyerupai air

sabun, dan baunya tidak enak. Meskipun dibilas dengan air, cairan ini tetap

kelua. Keputihan akibat parasite ini tidak begitu gatal, namun vagina tampak

merah, nyeri bila ditekan, dan pedih bila kencing. Kadang-kadang terlihat

bintik-bintik perdarahan seperti buah strawberry. Bila keputihan sangat

banyak, dapat menimbulkan iritasi dilipat paha dan sekitar bibir genetalia.

Pada infeksi yang telah menjadi kronis, cairan yang keluar biasanya telah

berkurang dan warnanya menjadi abu-abu atau hijau muda sampai kuning.

Parasite lain yang juga menyebabkan keputihan adalah cacing kremi. Cacing

ini biasanya menyerang anak perempuan umur 2-8 tahun. Infeksi terjadi akibat

sering main ditanah, atau penjalaran cacing dari lubang dubur kealat genital.

Keputihan akibat cacing kremi disertai rasa gatal, sehingga anak sering

menggaruk genitalianya sampai menimbulkan luka.

c. Virus

Keputihan akibat infeksi virus sering disebabkan oleh virus herpes simplex

(VHS) tipe 2 dan Human Papiloma Virus (HPV). Infeksi HPV telah terbukti

dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis, dan vulva. Sedangkan

virus herpes simpleks tipe 2 dapat sebagai faktor pendamping.

Universitas Sumatera Utara


34

Keluhan yang timbul pada VHS tipe 2 berupa rasa terbakar, nyeri, atau

rasa kesemutan pada tempat masuknya virus tersebut. Pada pemeriksaan

tampak gelembung-gelembung kecil berisi vesikel (cairan), berkelompok,

dengan dasar kemerahan yang cepat pecah dan membentuk tukak yang basah.

Kelenjar limfe setempat teraba membesar dan nyeri. Pada perempuan penyakit

ini dapat disertai keluhan nyeri sewaktu kencing, keputihan, dan radang

dimulut Rahim. Pencetus berulangnya penyakit ini adalah stres, aktivitas seks,

sengatan matahari, beberapa jenis makanan dan kelelahan.

Penyebab lain keputihan selain infeksi (Katharini, 2009) antara lain:

a. Benda asing dalam vagina

Benda asing divagina akan meransang produksi cairan yang berlebihan.

Pada anak-anak, benda asing dalam vagina berupa biji-bijian atau kotoran

yang berasal dari tanah. Pada perempuan dewasa benda asing dapat berupa

tampon, kondom yang tertinggal didalam akibat lepas, saat melakukan

senggama, cincin pesarium yang dipasang pada penderita hernia organ

kandungan (prolapse uteri), atau adanya IUD pada perempuan yang ber-KB

spiral.

Cairan yang keluar mula-mula jernih dan tidak berbau. Tetapi jika terjadi

luka dan infeksi dengan jasad renik normal yang biasanya hidup di vagina,

keputihan menjadi keruh dan berbau, tergantung penyebab infeksinya.

b. Penyakit organ kandungan

Universitas Sumatera Utara


35

Keputihan juga dapat ditimbulkan jika ada penyakit diorgan kandungan,

misalnya peradangan, tumor atau kanker. Tumor, misalnya papilloma sering

menyebabkan keluarnya cairan encer, jernih, dan tidak berbau. Pada kanker

Rahim atau kanker serviks (leher Rahim), cairan yang keluar biasanya banyak

disertai bau busuk dan kadang disertai darah.

c. Penyakit menahun atau kelelahan kronis

Kelelahan, anemia (kurang darah), sakit yang telah berlangsung lama,

perasaan cemas, kurang gizi, usia lanjut, terlalu lama berdiri dilingkungan

yang panas, peranakan turun (prolapse uteri), dan dorongan seks tidak

terpuaskan dan dapat juga menimbulkan keputihan. Keputihan juga

berhubungan dengan keadaan lain seperti kencing manis (diabetes mellitus),

kehamilan, memakai kontrasepsi yang mengandung esterogen-progesteron

sepertu pil-KB atau memakai obat steroid jangka panjang.

d. Gangguan keseimbangan hormone

Hormone esterogen diperlukan untuk menjaga keasaman vagina,

kehidupan lactobacilli doderleins, dan proliferasi (ketebalan) sel epitel

skumosa vagina sehingga membrane mukosa vagina membentuk barrier

terhadap ivasi bakteri. Dengan demikian tidak mudah terkena infeksi. Hal-hal

diatas terjadi karena sel epitel vagina yang menebal banyak mengandung

glikogen. Lactobacilli doderlein yang dalam keadaan normal hidup di vagina,

akan memanfaatkan glikogen tadi selama pertumbuhannya dan hasil

metabolismenya akan menghasilkan asam laktat. Timbulnya suasana asam

laktat akan menyburkan pertumbuhan lactobacilli dan corynebacteria

Universitas Sumatera Utara


36

acidogenic, tetapi mencegah pertumbuhan bakteri lainnya. Proses diatas akan

mempertahan pH vagina yang dalam keadaan normal memang bersifat asam,

yaitu sekitar 3,5-4,5. Keluarnya mucus servix (lendir leher Rahim) sehingga

vagina tidak tersa kering juga dipengaruhi oleh stimulus esterogen.

Hormone esterogen dihasilkan oleh indung telur akan berkurang pada

perempuan menjelang dan sesudah menepouse (tidak haid). Akibatnya

dinding vagina menjadi kering, produksi glikogen menjadi turun dan

lactobacilli menghilang. Keadaan tersebut menyebabkan menghilangnya

suasana sehingga vagina dan uretra mudah terinfeksi dan sering timbul gatal.

Akibat rasa gatal di vagina, maka garukan yang sering dilakukan

menyebabkan terjadinya luka-luka yang mudah terinfeksi dan menyebabkan

keputihan. Kekurangan atau hilangnya esterogen juga dapat menyebabkan

terjadinya luka-luka yang mudah terinfeksi dan menyebabkan keputihan.

Kekurangan atau hilangnya esterogen juga dapat diakibatkan dibuangnya

ovarium (indung telur) akibat kista atau kanker, atau karena radiasi

(penyinaran) indung telur yang terserang kanker.

Pada masa pubertas, remaja putri masih mengalami ketidak seimbangan

hormonal. Akibatnya mereka juga sering mengeluh keputihan selama

beberapa tahun sebelum dan sesudah menarche (haid pertama)..

e. Fistel di vagina

Terbentuknya fistel (saluran patologis) yang menghubungkan vagina

dengan kandung kemih atau usu, bisa terjadi akibat cacat bawaab, cedera

Universitas Sumatera Utara


37

persalinan, kanker, atau akibat penyinaran pada pengobatan kanker serviks.

Kelainan ini akan menyebabkan timbulnya cairan di vagina yang bercampur

feses atau air kemih. Biasanya mudah dikenali karena bau dan warnanya.

2.4.3. Pencegahan Keputihan

Menurut Army (2007), beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah

keputihan patologis antara lainnya:

a. Menjaga kebersihan diantaranya:

1. Mencuci bagian vulva (bagian luar vagina) setiap hari dan menjaga agar

tetap kering untuk mencegah timbulnya bakteri dan jamur.

2. Saat menstruasi biasakan mengganti pembalut apabila sudah terasa basah

dan lembab (miinimal satu kali 4 jam), sebab jika pembalut sudah penuh

dan tidak dapat menyerap lagi akan terjadi kelembaban yang

mengakibatkan timbulnya jamur atau bakteri. Haid merupakan mekanisme

tubuh untuk membuang darah kotor. Sewaktu haid sering mengganti

pembalut karena pembalut juga menyimpan bakteri kalo lama tidak

diganti. Bila permukaan pembalut sudah ada segumpal darah haid

meskipun sedikit, sebaiknya segera diganti. Gumpalan haid yang ada

dipermukaan pembalut tempat sangat baik untuk perkembangan bakteri

dan jamur.

3. Menggunakan sabun non parfum saat mandi untuk mencegah timbulnya

iritasi pada vagina.

4. Menghindari penggunann cairan pembersih kewanitaan yang mengandung

deodoran dan bahan kimia yang terlalu berlebihan, Karenna hal itu dapat

Universitas Sumatera Utara


38

mengganggu pH cairan kewanitaan dan dapat meransang munculnya

jamur atau bakteri.

5. Setelah buang air besar bersihkan dengan air dan keringkan dari arah

depan kebelakang untuk mencegah penyebab bakteri dari anus ke vagina.

6. Menjaga kuku tetap bersih dan pendek. Kuku dapat terinfeksi candida

akibat garukan pada kulit yang terinfeksi. Candida yang tertimbun

dibawah kuku tersebut dapat menular ke vagina saat mandi dan cebok.

b. Memperhatikan pakaian, diantaramya:

1. Apabila celana dalam yang dipakai sudah terasa lembab sebaiknya segera

diganti dengan kering dan bersih.

2. Menghindari pemakaian celana dalam atau celana panjang yang terlalu

ketat karena dapat menyebabkan kelembaban organ kewanitaan.

3. Tidak duduk dengan pakaian basah (misalnya:selesai olahraga dan selesai

renang karena jamur lebih senang pada lingkungan yang lembab).

4. Menggunakan pakaian dalam dari bahan katun menyerap kelembaban dan

menjaga agar sirkulasi udara tetap terjaga.

c. Mengatur gaya hidup, diantaranya:

1. Menghindari seks bebas atau berganti-ganti pasangan tanpa

mengguanakan alat pelindung seperti kondom.

2. Mengendalikan stress.

3. Mengkonsumsi diet yang tinggi protein. Mengurangi makanan yang tinggi

gula dan karbohidrat karena dapat mengakibatkan pertumbuhan bakteri

yang merugikan.

Universitas Sumatera Utara


39

4. Menjaga berat badan tetap ideal dan seimbang. Kegemukan dapat

membuat kedua paha tertutup rapat sehingga mengganggu sirkulasi udara

meningkatkan kelembaban sekitar vagina.

Apabila mengalami keputihan dan mendapat pengobatan antibiotic oral (yang

diminum) sebaiknya mengkonsumsi antibiotic tersebut sampai habis sesuai

dengan yang diresepkan agar bakteri tidak kebal dan keputihan tidak datang lagi.

Apabila mengalami keputihan yang tidak normal segera datang kefasilitas

pelayanan kesehatan agar mendapat penaganan dan tidak memperparah keputihan.

Menurut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mencegah keputihan

anatara lain:

a. Menjaga kebersihan organ genitalia. Salah satunya dapat mengganti

pakaian dalam dua kali sehari.

b. Dalam keadaan haid atau memakai pembalut wanita, menggunakan celana

dalam yang harus pas sehingga pembalut tidak bergeser dari belakang

kedepan.

c. Cara cebok atau membilas yang benar adalah dari depan kebelakang. Jika

terbalik, ada kemungkinan masuknya bakteri atau jasad renik dari dubur

kealat genitalia dan saluran kencing.

d. Menghindari penggunaan celana dalam yang ketat atau dari bahan yang

tidak menyerap keringat seperti nilon, serta tidak memakai celana yang

berlapis-lapis atau celana yang terlalu tebal karena akan menyebabkan

kondisi lembab disekitar genitalia. Keadaan yang lembab akan

Universitas Sumatera Utara


40

menyuburkan pertumbuhan jamur. Usahakan memakai celana dalam dari

bahan katun atau kaos.

e. Usahakan tidak memakai celana dalam atau celana orang lain. Karena hal

ini memungkinkan terjadinya penularan infeksi jamur candida,

trichomonas, atau virus yang cukup besar.

2.5. Kerangka Konsep

Berdasarkan pada landasan teori diatas, maka pada penelitian ini

dirumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut.

Karakteristik personal:

- Umur
- Kelas

Pengetahuan Sikap Tindakan


personal personal Pencegahan
higiene higiene keputihan

Sumber informasi :

-media cetak

-media eletronik

-sekolah

-keluarga

Universitas Sumatera Utara


41

Kerangka konsep ini dibuat berdasarkan teori Benyamin Bloom yang

menyatakan tingkat ranah perilaku adalah pengetahuan, sikap, tindakan.

Pengetahuan diperoleh berdasarkan faktor internal karakteristik personal yaitu

(pendidikan, pekerjaan, usia) dan berdasarkan faktor eksternal berdasarkan

informasi yang didapatkan berasal dari lingkungan.

2.6. Hipotesis penelitian

1. Ada hubungan antara pengetahuan personal hygiene remaja putri dengan

pencegahan keputihan.

2. Ada hubungan antara sikap personal hygiene remaja putri dengan

pencegahan keputihan

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian survey bersifat deskriptif analitik dengan

rancangan cross sectional (Notoatmodjo, 2007) yaitu untuk mengetahui hubungan

pengetahuan dan sikap personal hygiene remaja putrid dengan pencegahan

keputihan.

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Sutomo 2 Medan dari bulan Febuari

sampai dengan Agustus 2015. Adapun alasan penulis memilih lokasi ini:

1. Dari hasil survey pendahuluan diketahui

a. 7 dari 10 siswi tidak mengetahui apa pengaruh personal hygiene dengan

terjadinya keputihan.

b. Dari 10 orang siswi, 5 orang siswi ditemukan merasa bingung, belum

mengerti cara membersihkan atau merawat vagina/alat reproduksi,.

c. 2 orang masih belum memahami bahaya dari keputihan dan tidak

mengerti bahwa keputihan berlebih bisa menyebabkan kanker.

d. 6 dari 10 siswi yang selalu memakai pakaian dalam terlalu ketat dengan

alasan tertentu.

e. masih banyak siswi tidak rajin mengganti pembalut pada saat mentruasi

(hanya pagi dan malam hari saja).

42

Universitas Sumatera Utara


43

2. Dari hasil survey belum adanya penyuluhan atau informasi tentang

kesehatan reproduksi di sekolah baik yang diadakan pihak sekolah,

maupun pihak dari luar (petugas kesehatan).

3.3.Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah 433 pelajar SMA

Sutomo 2 Medan yang terdiri dari 163 Siswi kelas X, 140 siswi kelas XI , dan 130

siswi kelas XII.

3.3.2. Sampel

Jumlah sampel yang akan diteliti dihitung dengan menggunakan rumus

penelitian non-eksperimental dengan N (jumlah populasi) diketahui (Isgiyanto

2009):

NZ 2P (1-P)

n=

Nd2+ Z2P (1-P

Keterangan:

n = Besar sampel

N = besar populasi

d = Galat pendugaan (0,1)

Z = Tingkat kepercayaan (95% = 1,96)

Universitas Sumatera Utara


44

p = Proporsi populasi (0,5)

Maka:

433 (1,96)2 0,5 (1-0,5)

n =

433 (0,1)2 + (1,96)2 0,5 (1-0,5)

415,853

5,2904

= 78,60

= 79 Orang

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah probability sampling yaitu teknik sampling yang memberikan peluang

yang sama bagi setiap unsure (anggota) populasi yang dipilih untuk menjadi

anggota sampel dan teknik yang digunakan adalah proportionate stratified

random sampling yaitu teknik sampling yang digunakan bila anggota tidak

homogen dan berstrata secara proporsional (Sugiyono, 1999). Untuk

Universitas Sumatera Utara


45

mempermudah penelitian maka besar sampel yang diperoleh dari setiap kelas

yaitu:

163

kelas X = X 79 = 30 orang

433

: 140

kelas XI = X 79 = 25 orang

433

130

kelas XI = X 79 = 24 orang

433

Maka Total seluruhnya adalah 79 orang.

Dengan pembagian kelas yaitu:

Kelas X

Kelas X1 6responden

Kelas X2 6 responden

Universitas Sumatera Utara


46

Kelas X3 6 responden

Kelas X4 6 responden

Kelas X5 6 responden

Kelas XI

Kelas XI IPA1 5 responden

Kelas XI IPA2 5 responden

Kelas XI IPA3 5 responden

Kelas XI IPS1 5 responden

Kelas XI IPS2 5 responden

Kelas XII

Kelas XII IPA1 5 responden

Kelas XII IPA2 5 responden

Kelas XII IPA3 5 responden

Kelas XII IPS1 5 responden

Kelas XII IPS2 4 responden

Universitas Sumatera Utara


47

Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik

random sampling yaitu pengambilan secara acak pada masing-masing kelas

(Isgiyanto, 2009).

3.4.Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data primer

a. Pengetahuan personal hygiene remaja putri mengenai pencegahan

keputihan

b. Sikap personal hygiene remaja putri mengenai pencegahan keputihan.

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden.

Pelaksanaan wawan cara berpedoman kepada kuesioner penelitian yang telah

dipersiapkan.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder meliputi gambaran umum sekolah yang diperoleh dari

dokumen sekolah sebagai lokasi penelitian, serta data mengenai jumlah kelas X,

kelas XI dan Kelas XII.

3.5.Defenisi Operasional

1. Karakteristik siswa

a. Umur adalah usia responden dari mulai lahir sampai ulang

tahunnya yang terakhir.

b. Kelas adalah jenjang tingkat pendidikan responden

c. Tempat tinggal adalah tempat yang digunakan responden untuk

tinggal atau beristirahat dalam waktu yang lama

Universitas Sumatera Utara


48

2. Sumber informasi adalah asal informasi yang diperoleh Siswi SMA

Sutomo 2 Medan tentang personal hygiene dan pencegahan keputihan

a. Media cetak adalah penyampaian informasi-informasi, dari kertas

yang tertulis, yang berisikan kalimat dan gambar tentang personal

hygiene dengan pencegahan keputihan.

b. Media elektronik sarana komunikasi yang mempergunakan alat

elektronik sebagai perantara dalam penyampaian informasi tentang

personal hygiene.

c. Sekolah adalah tempat siswi untuk mendapatkan ilmu dan

informasi mengenai personal hygiene yaitu SMA Sutomo 2

Medan.

d. Keluarga adalah Orang yang memiliki hubungan darah dengan

siswi SMA Sutomo 2, yang memberikan informasi tentang

personal hygiene dengan pencegahan keputihan.

e. Teman adalah seseorang yang memiliki hubungan baik dan

memiliki komunikasi yang baik dengan siswi SMA Sutomo 2

Medan, yang memberikan informasi tentang personal Hygiene

dengan pencegahan keputihan

3. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan

disini menyangkut segala sesuatu yang diketahui siswi tentang personal

hygiene dan pencegahan keputihan

Universitas Sumatera Utara


49

4. Sikap merupakan respon yang masih tertutup siswi terhadap personal

hygiene.

5. Personal hygiene adalah memelihara kebersihan dan kesehatan pada

daerah kewanitaan untuk mencegah keputihan.

6. Keputihan adalah cairan dari alat genetalia yang bukan darah tetapi

merupakan manifestasi klinik berbagai infeksi, keganasan atau tumor jinak

organ reproduksi.

7. Tindakan pencegahan keputihan adalah memelihara kebersihan dan

kesehatan vagina agar tidak terjadi keputihan.

3.6.Aspek pengukuran

1. Untuk mengukur tingkat pengetahuan, setiap pertanyaan diberikan bobot

nilai 2 jika benar 1 dan 0 jika jawaban salah, nilai maksimal = 40 dan nilai

minimal = 0. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden sebagai

berikut : (Arikunto, 1998)

f. Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh responden

> 75%

g. Tingkat pengetahuan sedang, apabila nilai yang diperoleh

responden berkisar 45%-75%

h. Tingkat pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh

responden < 45%

2. Untuk mengukur tingkat sikap, jenis pertanyaan dibagi menjadi 2 jenis

pertanyaan, yaitu positif dan negative. Untuk pertanyaan positif , Setujul

(S) diberi nilai 1 dan tidak setuju (TS) diberi nilai 0. Sedangkan untuk

Universitas Sumatera Utara


50

pertanyaan negatif sikap setuju (S) diberi nilai 0,dan tidak setuju (TS)

diberi nilai 1. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden maka

dapat dikategorikan tingkat sikap responden sebagai berikut :

a. Tingkat sikap baik, apabila nilai yang diperoleh responden > 11

b. Tingkat sikap sedang, apabila nilai yang diperoleh responden berkisar

antara 10-7

c. Tingkat sikap kurang, apabila nilai yang diperoleh responden < 6

3. Untuk mengukur tingkat tindakan, setiap pertanyaan diberikan bobot nilai

1 jika benar dan 0 jika jawaban salah. Untuk pertanyaan 2, 4, 5, 7,8,13

adalah jenis pertanyaan negatif, yang apabila menjawab ya mendapat nilai

0 dan apabila menjawab tidak mendapat nilai 1. Berdasarkan jumlah nilai

yang diperoleh responden maka dapat dikategorikan tingkat tindakan

responden sebagai berikut :

a. Tingkat tindakan baik, apabila nilai yang diperoleh responden > 11

b. Tingkat tindakan sedang, apabila nilai yang diperoleh responden

berksar antara 10-7

c. Tingkat tindakan kurang, apabila nilai yang diperoleh responden , 6.

3.7. Teknik Analisa Data

Data yang dikumpulkan kemudian dianalisa dan dibuat dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi dan selanjutnya diuraikan dalam bentuk narasi sesuai

literature yang ada. Jenis analisis yang digunakan adalah :

Universitas Sumatera Utara


51

1. Analisa univariat

Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi

atau besarnya proporsi berdasarkan variable yang diteliti.

2. Analisa bivariat

Analisa ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen (pengetahuan dan sikap personal hygiene remaja putri) dengan

variable dependen (ketepatan dalam pencegahan keputihan). Dari hasil ini

akan diketahui variable independen yang bermakna secara statistik dengan

variable dependen. Teknik analisis yang digunakan adalah uji chi-square

dengan tingkat kepercayaan 95% (p , 0,05). Jika p , 0,05, untuk melihat

hubungan antara variable independen dengan variabel dependen.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Perguruan Sutomo adalah sekelompok sekolah swasta di Medan,

Indonesia yang dikelola yayasan perguruan Sutomo, yang terdiri dari Sutomo 1

dan Sutomo 2. Lebih dari 15 ribu siswa bersekolah di perguruan Sutomo.

Mayoritas siswanya adalah warga keturunan Tionghoa (sekitar 80%), sedangkan

etnis Tionghoa mewakili 40% komposisi guru. Kebanyakan guru SD adalah

masyarakat etnis tionghoa, sedangkan kebanyakan guru SMP/SMA adalah

masyarakat etnis Batak. Siswa Sutomo telah beberapa kali mengikuti olimpiade

sains (baik Fisika, Biologi, Kimia

SMA Sutomo terletak di jalan Deli Indah IV no.6, Medan, Sumatera

Utara, Indonesia. Di SMA Sutomo 2 Medan, terdapat banyak kegiatan

ekstrakurikuler, beberapa diantaranya yaitu, bahasa jepang dan jerman, majalah

dinding (majalah dinding berbahasa inggris, majal dinding berbahasa Indonesia,

majalah dinding tentang Jepang), olahraga (ataletik Bola Basket, bola voli, bulu

tangkis, tenis meja), kesenian (dance, fotografi, kerajinan tangan, korps musik,

paduan suara, seni lukis, rubik’s cube), bimbingan olimpiade (biologi, ekonomi,

fisika, kimia, geografi, matematika, komputer, astronomi).

SMA Sutomo 2 Medan memiliki beberapa fasilitas yang berguna untuk

mendukung kegiatan belajar mengajar, yaitu ruangan laboratorium, perpustakaan,

ruang komputer, lapangan basket, laboratorium bahasa, lapangan footsal, aula,

52

Universitas Sumatera Utara


53

ruangan untuk belajar agama, mushollah, dan ruangan kelas yang dipakai untuk

proses belajar mengajar. Adapun ruangan untuk siswa terdiri dari:

Kelas X : terdiri dari 5 Kelas

Kelas XI : terdiri dari 5 kelas

Kelas XII : terdiri dari 5 kelas

4.2. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari

variabel karakteristik personal, variabel sumber informasi, variabel pengetahuan,

variabel sikap, dan variabel tindakan siswi SMA Sutomo 2 Medan tentang

personal hygiene dalam pencegahan keputihan.

4.2.1. Karakteristik Personal Responden

Responden dalam penelitian ini adalah siswi perempuan SMA Sutomo

2 Medan yang berjumlah 79 orang. Karakteristik personal yang diambil adalah

umur dan kelas responden.

a. Kelas

Berdasarkan hasil penelitian, gambaran kelas dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


54

Tabel4.1. Distribusi Siswi SMA Sutomo 2 Medan Berdasarkan Tiap Kelas


Kelas Jumlah (n) Presentase (%)

X 30 38,0
25 31,6
XI 24 30,4
XII

Jumlah 79 100,0

Dari tabel 4.1. dapat dilihat bahwa berdasarkan kelas dari sampel yang

diambil, kelas X 30 orang (38,0%), kelas XI 25 orang (31,6%), dan kelas XII 24

orang (30,4%).

b. Umur

Berdasarkan hasil penelitian, didtribusi umur dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 4.2. Distribusi Siswi SMA Sutomo 2 Medan Berdasarkan Umur


Umur Jumlah (n) Presentase (%)

16 tahun 34 43,0
26 32,9
17tahun 19 24,1
18 tahun

Jumlah 79 100,0

4.2.2. Sumber Informasi Responden

Berdasarkan hasil penelitian, dari 79 responden dapat kita ketahui

sumber informasi responden tentang personal hygiene dengan pencegahan

keputihan. Distribusi sumber informasi dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


55

Tabel 4.3.Distribusi Siswi SMA Sutomo 2 Medan Berdasarkan Sumber


Informasi
Sumber informasi Jumlah (n) Presentase (%)

Media cetak 8 10,1


26 32,9
Media elektronik 6 7,6
27 34,2
Sekolah
12 15,2
Keluarga
Teman

Jumlah 79 100,0

Berdasarkan tabel 4.3. diatas sumber informasi yang didapat

responden terbanyak berasal dari Keluarga yaitu 27 orang (34,2%) di SMA

Sutomo 2 Medan dan sumber informasi paling sedikit yaitu berasal dari sekolah

yaitu 6 orang (7,6%) di SMA Sutomo 2 Medan.

4.2.3. Pengetahuan Tentang Personal Hygiene

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat dilihat

pengetahuan responden mengenai personal hygiene dalam pencegahan keputihan

yang tertera pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Personal Hygiene di


SMA Sutomo 2 Medan Tahun 2015
No Pertanyaan dan jawaban responden Jumlah Presentase
(n) (%)

1. .Yang dimaksud dengan kebersihan vagina adalah


a. Kesehatan pada daerah kewanitaan untuk 16 20,2
mencegah penyakit
b. Membersihkan vagina dengan air sabun 27 24,2
c. Kebersihan dan kesehatan pada daerah
kewanitaan untuk mencegah keputihan 36 45,6

Universitas Sumatera Utara


56

No Pertanyaan dan jawaban responden Jumlah Presentase


(n) (%)

1. Tujuan dari personal hygiene

a. Menciptakan Kenyamanan 32 40,5


b. Meningkatkan drajat kesehatan 15 19,0
c. Mencegah penyakit 32 40,5

79 100,0

3. Yang perlu diperhatikan dalam personal hygiene?


a. kebersihan genitalia 43 54,4
b. Kebesihan telinga dan hidung 19 24,1
c. Kebersihan seluruh anggota tubuh 17 21,5

Jumlah 79 100,0

3. Yang dimaksud dengan keputihan adalah


a. Cairan dari alat genitalia
b. Penyakit pada kelamin 20 25,3
c. Cairan yang bukan darah tetapi merupakan 46 58,2
manipestasi klinik berbagai infeksi 13 16,5

Jumlah 79 100,0

4. Warna cairan keputihan tidak normal 48,1


38
a. Bening seperti lender 51,9
41
b. Putih susu 0
0
c. Bewarna kuning dan bergumpal
5. Penyebab keputihan tidak normal adalah

a. Inpeksi jamur 36 45,6


b. Inpeksi parasit 31 39,2
c. Inpeksi bakteri 12 15,2

Jumlah 79 100,0

6. Pada saat kapan mencuci bagian vagina adalah


a. Pada saat buang air besar
b. Pada saat buang air besar dan buang air 15 19,0
kecil 47 59,5
c. Pada saat buang air kecil
17 21,5

Universitas Sumatera Utara


57

No Pertanyaan dan jawaban responden Jumlah Presentase


(n) (%)

7. Jenis keputihan adalah


a. Keputiahn abnormal (patologis) 25 31,6
b. Keputihan normal (fisiologis) dan 47 59,5
Keputihan abnormal (patologis)
c. Keputihan normal (fisiologis) 7 8,9

Jumlah 79 100,0

8. Air yang baik diguna kan pada saat membasuh


vagina adalah
a. Air sabun 33 41,8
b. Air kran langsung 29 36,7
c. Air tergenang diember 17 21,5

Jumlah 79 100,0

9. Dalam satu hari mengganti celana dalam


sebanyak
a. Satu kali sehari 19 24,0
b. Dua kali sehari 12 15,2
c. Tiga kali sehari 48 60,8

Jumlah 79 100,0

10. Bahan yang baik digunakan pada pemakaian


celana dalam adalah ?
a. Berbahan katun dan dapat menyerap 43 54,4
keringat
b. Berbahan nilon yang dapat memberikan 13 16,5
kelembutan pada daerah kewanitaan
c. Berbahan kapas yang dapat membuat 23 29,1
nyaman daerah kewanitaan
Jumlah 79 100,0

No Pertanyaan dan jawaban responden Jumlah Presentase


(n) (%)

11. berapa kali sebaiknya pembalut diganti, jika


dalam keadaan sangat basah?
12 15,1
a. Satu kali 4 jam 16 20,3
b. Satu kali 6 jam 51 64,6
c. Satu kali 8 jam
Jumlah 79 100,0

Universitas Sumatera Utara


58

No Pertanyaan dan jawaban responden Jumlah Presentase


(n) (%)

Jumlah 79 100,0

12. Cara yang baik untuk membasuh daerah


genitalia adalah
a. Dari arah depan (vagina) kebelakang (anus) 47 59,5
b. Dari arah belakang (anus) Kedepan (vagina) 15 19,0
c. Hanya membasuh dengan air, tidak 17 21,5
menggunakn tangan
Jumlah 79 100,0

13. Cara untuk menghindari kelembaban pada


daerah kewanitaan setelah selesai BAK dan
BAB
a. Mengeringkan vagina dengan tissue non 42 53,2
parfum
b. Mengeringkan vagina dengan tissue parfum 11 13,9
c. Mengeringkan vagina dengan tissue basah 26 32,9

Jumlah 79 100,0

14. Tujuan mencukur rambut di daerah vagina


adalah
a. Menghindari tumbuhnya bakteri yang 26 32,9
menyebabkan gatal
b. Supaya lebih mengurangi keputihan 13 16,5
c. Supaya mengurangi kelembaban pada
daerah kewanitaan 40 50,6

Jumlah 79 100,0

No Pertanyaan dan jawaban responden Jumlah Presentase


(n) (%)

15. Pada saat kapan pantyliner baik digunakan 39,2


31
a. Pada saat keputihan yang banyak 22,8
18
b. Setiap hari 38,0
30
c. Pada saat menstruasi
16. Cairan antiseptic yang baik digunakan pada
vagina adalah?
a. Cairan yang mengandung deodorant 10 12,7
b. Cairan yang mengandung bahan kimia 13 16,4

Universitas Sumatera Utara


59

c. Cairan yang ber PH netral 56 70,9

No Pertanyaan dan jawaban responden Jumlah Presentase


(n) (%)

17. Manfaat dari menggunting kuku adalah


a.. menghindari bakteri yang dikuku, masuk
kedalam vagina pada saat tangan 68 86,1
bersentuhan dengan vagina
2 2,5
b. supaya lebih bersih
9 11,4
c. supaya tidak terjadi keputihan

Jumlah 79 100,0

18. Menurut saudari, manakah yang menyebabkan


keputihan ?
a. Higienisasi alat genital yang buruk 42 53,2
b. Gangguan keseimbangan hormone 3 3,8
c. Tidak menggunakan sabun pada saat 34 43,0
membersihkan vagina
Jumlah 79 100,0

Berdasarkan penelitian diatas dapat dilihat pengetahuan responden tentang

kebersihan vagina sebanyak 36 orang (45,6%) menjawab Kebersihan dan

kesehatan pada daerah kewanitaan untuk mencegah keputihan . Pengetahuan

tentang tujuan dari personal hygiene 32 orang (40,5%) menjawab menciptakan

kenyamanan dan mencegah penyakit. Pengetahuan tentang hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam personal hygiene sebanyak 43 (54,4%) menjawab kebersihan

rambut dan kebersihan genitalia. Untuk pengetahuan pengertian dari keputihan

sebanyak 46 orang (58,2%) menjawab penyakit kelamin. Untuk pengetahuan

warna dari cairan keputihan yang normal sebanyak 41 orang (51,9%) menjawab

bening seperti lender

Universitas Sumatera Utara


60

Untuk pengetahuan tentang penyebab keputihan tidak normal sebanyak 36

orang (45,6%) menjawab infeksi jamur. Untuk pengetahuan kapan saja yang

penting untuk mencuci bagian vagina sebanyak 47 orang (59,5) menjawab pada

saat buang air kecil dan buang air besar. Untuk pengetahuan dari jenis-jenis dari

keputihan sebanyak 47 orang (59,5%) sudah menjawab keputihan normal

(fisiologis) dan keputihan abnormal (patologis0. Untuk pengetahuan tentang air

yang baik digunakan pada saat membasuh vagina sebanyak 33 orang (41,8%)

menjawab air sabun. Untuk pengetahuan mengganti celana dalam berapa kali satu

hari 48 orang (60,8%) menjawab tiga kali sehari.

Untuk pengetahuan bahan yang baik digunakan dalam celana dalam

sebanyak 43 orang (54,4%) menjawab berbahan katun dan dapat menyerap

keringat. Untuk pengetahuan berapa jam yang baik dalam mengganti pembalut

sebanyak 51 orang (64,6%) menjawab satu kali 8 jam. Untuk pengetahuan apa

akibat dari pemakaian pembalut terlalu lama sebanyak 34 orang (43,0%)

menjawab keputihan. Untuk pengetahuan cara yang baik membasuh vagina

sebanyak 47 orang (59,5) menjawab dari arah depan (vagina) kearah belakang

(anus) . Untuk pengetahuan tentang cara untuk menghindari kelembaban vagina

setelah selesai BAK dan BAB sebanyak 42 orang (53,2%) menjawab

mengeringkan vagina dari tissu non parfum.

Untuk pengetahuan tujuan dari mencukur bulu kemaluan diarea vagina

sebanyak 40 orang (50,6%) menjawab supaya mengurangi kelembaban pada

daerah kewanitaan. Untuk pengetahuan kapan saja menggunakan pantyliner yang

baik sebanyak 31 orang (39,2%) menjawab setiap hari. Untuk pengetahuan cairan

Universitas Sumatera Utara


61

antiseptic yang digunakan pada vagina sebanyak 56 orang (70,9%) sudah

menjawab cairan ber PH netral. Untuk pengetahuan kegunaan dari menggunting

kuku dalam personal hygiene vagina sebanyak 68 orang (86,1%) menjawab

menghindari bakteri yang dikuku masuk kedalam vagina pada saat bersentuhan

dengan vagina. Dan pengetahuan responden apa saja yang menyebabkan

keputihan sebanyak 42 orang (53,2%) menjawab hygienisasi alat genital yang

buruk.

Berdasarkan data diatas, maka secara kategori pengetahuan responden

dapat dikelompokkan, dimana masing-masing kategori dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan di SMA


Sutomo 2 Medan
No kategori Pengetahuan Jumlah (n) Presentase (%)

1. Baik 6 7,6
2. Sedang 62 78,5
3. Kurang 11 13,9

Jumlah 79 100,0

Berdasarkan penelitian diatas dapat dilihat bahwa tingkat kategori

responden pengetahuan yang baik sebanyak 6 orang (7,6%), sedangkan yang

sedang sebanyak 62 orang (78,5%) responden memiliki pengetahuan yang tingkat

sedang dan sebanyak 11 orang (13,9%) responden memiliki tingkat pengetahuan

yang kurang.

Universitas Sumatera Utara


62

4.2.4. Sikap Tentang Personal Hygiene Terhadap Keputihan

Sikap responden tentang personal hygiene terhadap keputihan

dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Personal


Hygiene Terhadap Keputihan di SMA Sutomo 2 Medan
Tidak
Setuju Jumlah
Setuju
No Pernyataan
n % N % n %
1. Kebersihan vagina
adalah hal yang penting
71 89,9 8 10,1 79 100
untuk mencegah
keputihan
2. Mengganti celana
dalam 2-3 kali sehari
79 100 0 0 79 100
adalah contoh menjaga
kebersihan alat genital
3. Celana dalam yang
berbahan katun dan
28 35,4 51 64,6 79 100
dapat menyerap
keringat
4. Celana dalam yang
nyaman digunakan
55 69,6 24 30,4 79 100
celana dalam yang
ketat
5. Untuk menghindari
kelembaban pada
daerah kewanitaan,
seharusnya vagina 20 25,3 59 74,7 79 100
dikeringkan dengan
tissue parfum setelah
BAK dan BAB
6. Saat menstruasi
seharusnya mengganti
pembalut satu kali 4 21 26,6 58 73,4 79 100
jam jika dalam keadaan
yang sangat basah

Universitas Sumatera Utara


63

Tidak
No Setuju Jumlah
Pernyataan Setuju

n % N % N %
7. Air yang baik
digunakan untuk
39 49,4 40 50,6 79 100
membasuh genital yaitu
air sabun
8. Cairan antiseptic pada
vagina boleh dipakai 48 60,8 31 39,2 79 100
setiap hari
9. Pantyliners yang baik
adalah yang 30 38,0 49 62,0 79 100
mengandung parfum
10. Pantyliners yang
digunakan terlalu lama
>6 jam dapat 38 48,1 41 51,9 79 100
meningkatkan resiko
terjadinya keputihan
11. Cara yang baik untuk
membasuh daerah
genitalia yaitu dari arah 46 58,2 33 41,8 79 100
depan (vagina)
kebelakang (anus)
12. Pembalut yang baik
berbahan lembut dan 79 100 - - 79 100
menyerap dengan baik
13. Celana dalam yang
lembab dapat
menimbulkan bakteri 44 55,7 35 44,3 79 100
dan menyebabkan
keputihan
14. Membasuh vagina dari
depan kebelakang
berfungsi untuk 42 53,2 37 46,8 79 100
mencegah bakteri dari
anus masuk ke vagina

Universitas Sumatera Utara


64

Tidak
Setuju Jumlah
Setuju
No Pernyataan
n % N % n %
15. Mencukur bulu
kemaluan pada daerah
vagina sangat penting 15 19,0 64 81,0 79 100
untuk menghindari
bakteri

Berdasarkan penelitian diatas dapat dilihat bahwa sikap responden

tentangkebersihan vagina hal yang penting untuk mencegah keputihan, sebanyak

71 orang (89,9%) mengatakan sikap setuju. Sikap responden terhadap mengganti

celana dalam 2-3 kali sehari adalah contoh menjaga kebersihan vagina, sebanyak

79 orang (100%) mengatakan sikap setuju. Sikap responden terhadap celana

dalam berbahan katun dapat menyerap keringat, sebanyak 51 orang (64,6%)

menjawab tidak setuju. Sikap responden tentang celana dalam yang nyaman

digunakan celana dalam yang ketat sebanyak 55 orang (69,6%) menjawab setuju.

Sikap responden untuk menghindari kelembaban pada vagina, seharusnya vagina

dikeringkan dengan tissu parfum setelah BAK dan BAB, sebanyak 59 orang

(74,7%) menjawab tidak setuju.

Sikap responden pada saat menstruasi seharusnya mengganti pembalut

satu kali dalam 4 jam, sebanyak 58 orang (73,4%) menjawab tidak setuju. Sikap

responden tentang air yang baik digunakan untuk membasuh vagina yaitu air

sabun, sebanyak 40 orang (50,6%) menjawab tidak setuju. Sikap responden

terhadap cairan antiseptic vagina boleh dipakai setiap hari sebanyak 48 orang

Universitas Sumatera Utara


65

(60,8%) mengatakn setuju. Sikap responden tentang pantyliner yang baik adalah

yang mengandung parfum, sebanyak 49 orang (62,0%) menjawab tidak setuju.

Sikap responden tentang pantyliner yang digunakan terlalu lama >6jam dapat

meningkatkan resiko terjadinya keputihan, sebanyak 41 orang (51,9%) menjawab

tidak setuju.

Sikap responden tentang cara yang baik membasuh vagina yaitu dari arah

depan (vagina) kebelakang (anus), sebanyak 46 orang (58,2%) menjawab setuju.

Sikap responden tentang pembalut yang baik berbahan lembut dan menyerap

dengan baik, sebanyak 79 orang (100%) menjawab setuju. Sikap responden

terhadap celana dalam yang lembab dapat menimbulkan bakteri dan menyebabkan

keputihan, sebanyak44 orang (55,7%) menjawab setuju. Sikap responden tentang

membasuh vagina dari depan kebelakang berfungsi untuk mencegah bakteri dari

anus masuk ke vagina, sebanyak 42 orang (53,2%) menjawab setuju dan sikap

responden tentang mencukur bulu kemaluan pada daerah vagina sangat penting

untuk menghindari bakteri, sebanyak 64 orang (81,0%) menjawab tidak setuju.

Berdasarkan data tentang sikap di atas, setelah dilakukan pengelompokan


berdasarkan kategori baik, sedang, kurang dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap di SMA


Sutomo 2 Medan
No kategori Sikap Jumlah (n) Presentase (%)

1. Baik 1 1,3
2. Sedang 72 91,1
3. Kurang 6 7,6

Jumlah 79 100,0

Universitas Sumatera Utara


66

Berdasarkan penelitian diatas dapat dikategorikan sikap responden,

sebanyak 1 orang (1,3%) mempunyai sikap kategori baik, sedangkan 72 (91,1%)

orang mempunyai sikap sedang dan yang memiliki sikap kurang sebanyak 6 orang

(7,6%)

4.2.5. Tindakan Terhadap Pencegahan Keputihan

Tindakan responden terhadap pencegahan keputihan dapat dilihat pada

tabel berikut ini

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Pencegahan


Terhadap Keputihan di SMA Sutomo 2 Medan

Ya Tidak
No Pernyataan N %
N % n %

1 selalu membasuh alat kelamin


dari arah depan (vagina) kearah 17 21,5 62 78,5 79 100.0
belakang (anus)

2 menggunakan air tergenang di


55 69,6 24 30,4 79 100.0
ember saat membasuh vagina

3 mengganti celana dalam 2 x


78 98,7 1 1,3 79 100.0
sehari

4 menggunakan celana dalam


30 38,0 49 62,0 79 100.0
yang ketat dan berbahan nilon

5 BAK dan BAB apakah anda


mengeringkan alat kelamin 21 26,6 58 73,4 79 100.0
dengan tissue parfum

6 Pada saat menstruasi apakah


anda selalu mengganti pembalut 7 8,9 72 91,1 79 100.0
satu kali 4 jam

7 menggunakan cairan antiseptic


50 63,3 29 36,7 79 100.0
pada vagina setiap hari

8 sering menggunakan 40 50,6 39 49,4 79 100.0

Universitas Sumatera Utara


67

pantyliners

9 mengganti pantyliners 3-6 jam


9 11,4 70 88,6 79 100.0
sehari

10 Selalu mencukur bulu kemaluan


15 19,0 64 81,0 79 100,0
agar tidak menimbulkan bakter

11 Selalu menggunakan pantyliner


68 86,1 11 13,9 79 100,0
non parfum

12 Menggunakan pembalut yang


lembut dan memiliki daya serap 73 92,4 6 7,6 79 100,0
yang baik

13 Menggunakan sabun untuk


67 84,8 12 15,2 79 100,0
membersihkan area vagina

14 Menggunting kuku untuk


menghindari bakteri masuk 66 83,5 13 16,5 79 100,0
pada saat menyentuh vagina

15 Mengganti celana dalam jika


24 30,4 55 69,6 79 100,0
celana dalam sudah lembab

Dari hasil penelitian di atas diketahui tindakan responden dalam

membasuh vagina dari arah depan (vagina) kebelakang (anus), sebanya 17 orang

(21,5%) menjawab ya dan 62 orang (78,5%) menjawab tidak. Tindakan responden

yang menggunakan air tergenang di ember saat membasuh vagina sebanyak 55

orang (69,6%) menjawab ya dan 24 orang (30,4%) menjawab tidak. Tindakan

responden yang mengganti celana dalam dua kali sehari sebanyak 78 orang

(98,7%) menjawab ya dan 1 orang (1,3%) menjawab tidak. Tindakan responden

dalam menggunakan celana dalam yang ketat berbahan nilon sebanyak 30 orang

(38,0%) menjawab ya dan 49 orang (62,0%) menjawab tidak. Tindakan responden

yang setelah BAK dan BAB mengeringkan vagina dengan tissue parfum sebanyak

21 orang (26,6%) menjawab ya dan 58 orang (73,4%) menjawab tidak.

Universitas Sumatera Utara


68

Tindakan responden yang pada saat menstruasi mengganti pembalut satu

kali 4 jam, yang menjawab ya 7 orang (8,9%) dan menjawab tidak 72 orang

(91,1%). Tindakan responden yang menggunakan cairan antiseptic pada vagina

setiap hari, menjawab ya sebanyak 50 orang (63,3%) dan menjawab tidak 29

orang (36,7%). Tindakan responden yang sering menggunakan pantyliner,

menjawab ya sebanyak 40 orang (50,6%) dan menjawab tidak 39 orang (49,4%).

Tindakan responden dalam mengganti pantyliner 3-6 jam sehari, menjawab ya 9

orang (11,4%) dan menjawab tidak 70 orang (88,6%). Tindakan responden yang

selalu mencukur bulu kemaluan diare vagina supaya tidak menimbulkan bakteri,

sebanyak 15 orang (19,0%) menjawab ya dan 64 oorang (81,0%) menjawab tidak.

Tindakan responden yang selalu menggunakan pantyliner non parfum,

sebanyak 68 orang (86,1%) menjawab ya dan 11 orang (13,9%) menjawab tidak.

Tindakan responden dalam menggunakan pembalut yang lembut dan memiliki

daya serap yang baik pada saat menstruasi, sebanyak 73 orang (92,4%) menjawab

ya dan 6 orang (7,6%) menjawab tidak. Tindakan responden yang menggunakan

sabun untuk membersihkan area vagina, sebanyak 67 orang menjawab ya (84,8%)

dan 12 orang (15,2%) menjawab tidak. Tindakan responden yang selalu

menggunting kuku untuk menghindari bakteri masuk pada saat menyentuh vagina,

sebanyak 66 orang (83,5%) menjawab ya dan 13 orang (16,5%) menjawab tidak

dan tindakan responden yang selalu mengganti celana dalam jika celana dalam

sudah lembab, sebanyak 24 orang (30,4%) menjawab ya dan 55 orang (69,6%)

menjawab tidak.

Universitas Sumatera Utara


69

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tindakan di SMA


Sutomo 2 Medan
No kategori Sikap Jumlah (n) Presentase (%)

1. Baik - -
2. Sedang 60 75,9
3. Kurang 19 24,1

Jumlah 79 100,0

Berdasarkan penelitian di atas dapat dikategorikan tindakan responden yang

dikategorikan baik tidak ada, sedang dalam kategori sedang sebanyak 60 orang

(75,9%) dan kategori kurang sebanyak 19 orang (24,1%).

4.2. Hasil Analisa Bivariat

analisa bivariat bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak hubungan yang

bermakna antara variabel independen pengetahuan dan sikap remaja putri

terhadap personal hygiene. Pengujian analisis bivariat dilakukan dengan

menggunakan uji Chi Square. Alasan pemilihan analisis menggunakan uji

Chi Square, disebabkan variabel independennya kategorik dan variabel

dependennya juga kategorik. Analisis ini dikatakan bermakna (signifikan)

bila hasil analisis menunjukkan adanya hubungan bermakna secara statistik

antara variabel, yaitu dengan nilai p < 0,05. Variabel yang dianalisis adalah

pengetahuan dan sikap responden seperti tertera pada tabel 4.10 berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


70

Tabel 4.10 Hasil uji Chi Square Hubungan Variabel Independen


(Pengetahuan dan Sikap Personal Hygiene) Terhadap Tindakan
Pencegahan Keputihan di SMA Sutomo 2 Medan Tahun 2015

Tindakan Responden Terhadap Pencegahan


Keputihan
Total

Variabel Baik Sedang Kurang P

n % n % N % n %

Pengetahuan

Baik 0 0 5 83,3 1 16,7 6 100

Sedang 0 0 54 87,0 8 13,0 62 100 0,00

Kurang 0 0 1 10,0 10 90,0 11 100

Sikap

Baik 1 100 0 0 0 0 1 100

Sedang 0 0 60 83,3 12 16,7 72 100 0,00

Kurang 0 0 0 0 6 100 6 100

Berdasarkan tabel 4.10 diatas, hasil uji statistik Chi Square (Pearson chi

Square) dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan personal hygiene

remaja putri terhadap pencegahan keputihan, diperoleh nilai p value = 0,000

(p<0,05). Hal ini menunjukkan secara statistik bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene terhadap

tindakan pencegahan keputihan.

Berdasarkan tabel 4.10 diatas, hasil uji statistik Chi Square (Pearson chi

Square) dilakukan untuk mengetahui hubungan sikap personal hygiene remaja

Universitas Sumatera Utara


71

putri terhadap pencegahan keputihan, diperoleh nilai p value = 0,000 (p<0,05).

Hal ini menunjukkan secara statistik bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara sikap remaja putri tentang personal hygiene terhadap tindakan pencegahan

keputihan.

Tabel 4.10 Hasil uji Chi Square Hubungan Variabel Independen


(Pengetahuan dan Sikap Personal Hygiene) Terhadap Tindakan
Pencegahan Keputihan di SMA Sutomo 2 Medan Tahun 2015

Sikap Responden Terhadap personal hygiene

Total

Variabel Baik Sedang Kurang P

n % n % N % n %

Pengetahuan

Baik 0 0 6 100 0 16,7 6 100

Sedang 1 1,6 56 90,3 5 8,6 62 100 0,00

Kurang 0 0 10 90,9 1 9,1 11 100

Berdasarkan tabel 4.11 diatas, hasil uji statistik Chi Square (Pearson chi

Square) dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan personal hygiene

remaja putri terhadap sikap personal hygiene remaja putri, diperoleh nilai p value

= 0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan secara statistik bahwa terdapat hubungan

yang bermakna antara pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene

terhadap sikap personal hygiene remaja putri.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang menjadi subjek dalam penelitian ini

merupakan remaja putri, siswa kelas X, XII dan XII dari SMA Sutomo 2 Medan.

Dimana jumlah yang diteliti adalah 79 orang, seperti pada tabel 4.2 bahwa

kelompok umur responden adalah umur 16 tahun (43,0%), umur 17 tahun (32,9%)

dan umur 18 tahun (24,1%). Selain itu sumber informasi yang palig banyak

diterima responden yaitu dari media eletronik sebesar (32,9%).

5.2. Pengetahuan Tentang Personal Hygiene

5.2.1. Pengetahuan Remaja Putri Tentang Keputihan

Pengetahuan siswa adalah segala sesuatu yang diketahui siswi tentang

keputihan dan memahaminya. Berdasarkan hasil penelitian diatas pengetahuan

responden tentang keputihan yang menjawab keputihan adalah Cairan yang bukan

darah tetapi merupakan manipestasi klinik berbagai infeksi hanya 16,2%,

sedangkan 58,2% responden menjawab bahwa keputihan adalah penyakit pada

kelamin. Hal ini sejalan dengan penelitian Julianti (2010) pada remaja putri

SMUN 16 Medan, pengetahuan dan sikap remaja putri tentang keputihan bahwa

ditemukan 46,7% tidak mengetahui pengertian keputihan.

Menurut Khatrarini (2009) keputihan bukan merupakan penyakit melainkan

suatu gejala. Gejala keputihan tersebut dapat disebabkan oleh faktor fisiologis

maupun faktor patologis. Gejala keputihan Karena faktor fisiologis antara lain,

72

Universitas Sumatera Utara


73

cairan dari vagina berwarna kuning, tidak berwarna, tidak berbau, tidak gatal,

jumlah cairan bisa sedikit. Sedangkan gejala keputihan patologis antara lain,

cairan dari vagina keruh dan kental, warna kekuningan, keabu-abuan, atau

kehijauan, berbau busuk, amis, dan terasa gatal, jumlah cairan banyak . sementara

58,2% responden belum mengetahui apa yang dimakksud dengan keputihan,

pengetahuan mereka masih kurang tentang keputihan. Pengetahuan responden

masih kurang disebabkan oleh kurangnya informasi yang mereka dapatkan,

mereka kurang mendapat pengalaman (Notoatmodjo, 2007)

Dari hal ini dapat diketahui bahwa responden belum memahami betul apa

yang dimaksud dengan keputihan karena belum pernah mendapatkan informasi

secara langsung apa yang dimaksud dengan keputihan sehingga mereka

mengatakan bahwa keputihan adalah penyakit, atau belum adanya pelajaran di

sekolah yang menjelaskan khusus apa yang dimaksud dengan keputihan.

5.2.2. Pengetahuan Remaja Putri Tentang Pengertian Kebersihan Vagina

Pengetahuan siswa adalah segala sesuatu yang diketahui siswa tentang

kebersihan vagina dan memahaminya. Berdasarkan penelitian pengetahuan siswi

yang menjawab bahwa kebersihan vagina membersihakan dengan air sabun

24,2%, mereka belum mengetahui apa yang dimaksud dengan kebersihan vagina.

Hal ini sejalan dengan penelitian Vivi (2011) tentang gambaran prilaku

kebersihan vagina terhadap pencegahan keputihan remaja putri di SMAN 2

Medan, pengetahuan baik 11,5%, sedang 57,8%, dan cukup 30,7%. Dari hasil

penelitian tersebut responden kurang memahami apa yang dimaksud dengan

kebersihan vagina. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

Universitas Sumatera Utara


74

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham

terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obejek yang dipelajari

(Notoatmojo, 2007).

Responden juga belum mengerti apa itu kebersihan vagina, mereka

menjawab bahwa kebersihan vagina yaitu membersihan vagina dengan air sabun.

Bahkan ada menjawab tujuan dari personal hygiene adalah menciptakan

kenyamanan. Mereka tidak mengerti kenyamanan dalam hal apa yang dimaksud

disini. Sementara pengertian kebersihan vagina tindakan untuk memelihara

kebersihan dan kesehatan pada daerah kewanitaan untuk mencegah keputihan

(Laksamana, 2003).

Pada saat membersihkan alat kelamin, tidak perlu dibersihkan dengan cairan

pembersih atau cairan lain dan douche karena cairan tersebut akan semakin

merangsang bakteri yang menyebabkan infeksi. Apabila menggunakan sabun,

sebaiknya gunakan sabun yang lunak (dengan PH 3,5), misalnya sabun bayi yang

biasanya ber-PH netral. Setelah memakai sabun hendaklah dibasuh dengan air

sampai bersih (sampai tidak ada lagi sisa sabun yang tertinggal), sebab bila masih

ada sisa sabun yang tertinggal dapat menimbulkan penyakit. Setelah dibasuh,

tetapi jangan digosok-gosok. Dengan menjaga kebersihan genetalia dapat

memberikan kesegaran pada tubuh dan memperlancar peredaran darah

(Sibagaring dkk, 2010).

Universitas Sumatera Utara


75

Dari hal ini dapat diketahui bahwa responden kurang informasi tentang

kebersihan vagina sehingga mereka tidak mengerti apa yang dimaksud dengan

kebersihan vagina. Mereka memahami bahwa kebersihan vagina yaitu

membersihkan vagina dengan sabun, sementara jika menggunakan sabun tidak

dibersihkan dengan baik dapat merangsang timbulnya bakteri.

5.2.3. Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kebersihan Saat Menstruasi

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui responden belum memahami betul

bagaimana merawat vagina mereka saat menstruasi agar terhindar dari keputihan,

dilihat dari jawaban responden yang mengganti pembalut satu kali 8 jam sebanyak

64,4% dan hanya 15,1% yang mengetahui bahwa pada saat menstruasi pembalut

diganti satu kali dalam 4 jam. Hal ini sejalan dengan penelitian Simanjuntak

(2013) tentang pengetahuan siswi dalam merawat vagina pada saat menstruasi

terhadap pencegahan keputihan. Dari hasil penelitian pengetahuan siswi tentang

kebersihan vagina saat menstruasi diperoleh data 56,62% memiliki pengetahuan

yang kurang.

Pengetahuan siswa adalah segala sesuatu yang diketahui siswa tentang

kebersihan vagina dan memahaminya. Memahami diartikan sebagai suatu

kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham

terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obejek yang dipelajari

(Notoatmojo, 2007).

Universitas Sumatera Utara


76

Personal hygiene adalah tindakan untuk memelihara kebersihan dan

kesehatan pada daerah kewanitaan untuk mencegah keputihan. Kebiasaan

menjaga kebersihan organ reproduksi, merupakan awal menjaga kesehatan. Jika

pada saat menstruasi jarang mengganti pembalut, maka akan terjadi kelembaban

dan kelembaban tersebut dapat menimbulkan jamur yang berakibat pada

keputihan. Hal ini sesuai menurut sibagaring (2010). Saat mentruasi biasakan

mengganti pembalut apabila sudah terasa basah dan lembab (miinimal satu kali 4

jam), Haid merupakan mekanisme tubuh untuk membuang darah kotor. Sewaktu

haid sering mengganti pembalut karena pembalut juga menyimpan bakteri kalo

lama tidak diganti. Bila permukaan pembalut sudah ada segumpal darah haid

meskipun sedikit, sebaiknya segera diganti. Gumpalan haid yang ada

dipermukaan pembalut tempat sangat baik untuk perkembangan bakteri dan

jamur. (Army, 2007).

Dari hal ini dapat diketahui bahwa dari sebagian remaja tidak mau

memperhatikan tentang kesehatan vagina dan kebersihan vagina, mereka

mengatakan tidak tahu bagaimana menjaga kebersihan vagina yang baik.

5.2.4. Pengetahuan Remaja Putri Dalam Membasuh Vagina

Pengetahuan siswa adalah segala sesuatu yang diketahui siswa tentang

membasuh vagina dan memahaminya. Dari penelitian bahwa diketahui responden

masih ada yang menjawab bahwa air yang baik digunakan pada saat membasuh

vagina adalah air sabun sebesar 41,8% dan membasuh vagina dari belakang

kedepan yang menjawab 19,0%. Ini diketahui bahwa responden belum memahami

bagaimana cara membasuh vagina dan air yang baik digunakan untuk membasuh

Universitas Sumatera Utara


77

vagina. Ini sejalan dengan penelitian Ardiani (2012) tentang hubungan perilaku

cara membasuh vagina dan penggunaan cairan pemberssih vagina dengan

kejadian keputihan di SMA Cahaya Medan, dari 135 sampel 82 responden

(60,7%) pengetahuan sedang. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, fasilitas,

sumber informasi, penyuluhan dan pembinaan. Dari penelitian ini diketahui

responden kurang informasi sehingga pengetahuan mereka kurang terhadap cara

membasuh vagina (Notoatmodjo, 2007)

Cara cebok atau membasuh vagina yang benar adalah dari depan (vagina)

kebelakang (anus). Jika terbalik, ada kemungkinan masuknya bakteri atau jasad

renik dari dubur kealat genitalia dan saluran kencing. Pada saat membersihkan

alat kelamin, tidak perlu dibersihkan dengan cairan pembersih atau cairan lain dan

douche karena cairan tersebut akan semakin merangsang bakteri yang

menyebabkan infeksi. Apabila menggunakan sabun, sebaiknya gunakan sabun

yang lunak (dengan PH 3,5), misalnya sabun bayi yang biasanya ber-PH netral.

Setelah memakai sabun hendaklah dibasuh dengan air sampai bersih (sampai tidak

ada lagi sisa sabun yang tertinggal), sebab bila masih ada sisa sabun yang

tertinggal dapat menimbulkan penyakit. Setelah dibasuh, tetapi jangan digosok-

gosok. Dengan menjaga kebersihan genetalia dapat memberikan kesegaran pada

tubuh dan memperlancar peredaran darah. (Army, 2007).

Dari hal ini dapat diketahui bahwa responden kurang informasi tentang

bagimana cara Membasuh vagina yang baik, dan akibat membasuh vagina jika

dari belakang (anus) kearah depan (vagina) akan menyebabkan bakteri masuk ke

vagina dan bakrteri bersarang didalam vagina. Begitu juga dalam penggunaan air

Universitas Sumatera Utara


78

responden tidak mengetahui bahwa air sabun semakin merangsang bakteri yang

menyebabkan infeksi.

5.2.5. Pengetahuan Remaja Putri Tentang Manfaat Mencukur Bulu

Vagina

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan

pengindraan terhadap objek tertentu.. Dari penelitian diatas diketahui responden

yang menjawab bahwa manfaat dari mencukur bulu vagina adalah mengurang

kelembaban sebanyak 50,6%, mereka belum mengetahui manfaat dari mencukur

bulu vagina, sementara hanya 32,9% bahwa tujuan dari mencukur bulu vagina

adalah menghindari tumbuhnya bakteri yang dapat menimbulkan gatal. Ini

sejalan dengan penelitian widya (2011) gambaran pengetahuan mengenai organ

genitalia eksterna Pengetahuan remaja putri tentang manfaat mencukur bulu

vagina berasal dari pengalaman atau melalui pengindraan. Membiasakan diri

mencukur rambut sekitar daerah kemaluan untuk menghindari tumbuhnya bakteri

yang menyebabkan gatal pada daerah genetalia. Rambut yang tumbuh disekitar

daerak kewanitaan pun perlu diperhatikan. Jangan mencabut rambut tersebut.

Lubang ini akan menjadi jalan masuk bakteri, kuman dan jamur, yang dikhawatir

kan dapat menimbulkan iritasi dan keputihan. Rambut didaerah kewanitaan dapat

merangsang pertumbuhan bakteribanyak dari 39 responden terdapat (43,6%)

pengetahuan nya cukup.

Universitas Sumatera Utara


79

Dari hal ini dapat diketahui bahwa responden belum memahami tentang

perawatan vagina. Mereka kurang informasi dari orang tua, mungkin mereka malu

untuk menanyakan bagian dari daerah sensitif, seperti vagina. Sehingga mereka

tidak memahami manfaat dari mencukur bulu vagina, ini akan berpengaruh

terhadap tindakan mereka yang tidak mengerti merawat vagina agar tetap bersih.

5.2.6. Kategori Pengetahuan Responden Tentang Personal Hygiene

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan

penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra

manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau cognitive merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk

tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan siswi adalah segala sesuatu yang diketahui siswi tentang personal

hygiene dan memahaminya. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa

pengetahuan remaja tentang personal hygiene mayoritas sedang 78,5% ,

sedangkan minoritas ada pada kategorik baik 7,6%. Hal ini sejalan dengan

peneliitian Julianti (2010) pada remaja putri SMUN 16 Medan, pengetahuan dan

sikap remaja putri tentang keputihan bahwa ditemukan 46,7% tidak mengetahui

pengertian personal hygiene keputihan dan distriibusi frekuensi yang menjawab

sikap positif 73,3%. Permasalah tersebut akibat kurangnya pengetahuan remaja

jika tidak menjaga kebersihan vagina akan menimbulkan keputihan. Diperoleh

Universitas Sumatera Utara


80

informasi bahwa diperoleh data tahun 2005-2010 sebanyak 2% (usia 11-15

tahun), 12 % (usia 16-20 tahun) dari 223 remaja mengalami keputihan karena

tidak menjaga kebersihan alat genitalnya (Gay dkk., 2010).

Dari hal ini dapat diketahui bahwa sumber informasi yang didapat remaja

putri dari orang sekitar masih kurang. Sumber informasi yang diperoleh sangat

berpengaruh kepada pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.

5.3. Sikap Tentang Personal Hygiene Remaja Putri

5.3.1. Sikap Remaja Putri Dalam Penggunaan Celana Dalam

Sikap adalah respon/penilaian siswa yang masih tertutup terhadap

penggunaan celana dalam. Dari hasil penelitian diatas diketahui bahwa remaja

putri 64,6% tidak setuju terhadap pernyataan celana dalam yang baik adalah

berbahan katun dan dapat menyerap keringat dan bahkan 69,6% menyatakan

setuju terhadap pernyataan celana dalam yang nyaman digunakan adalah celana

dalam yang berbahan ketat. Responden kurang memahami bahwa celana dalam

yang ketat dan berbahan nilon akan menyebabkan kondisi lembab disekitar vagina

, keadaan yang lembab akan menyuburkan pertumbuhan jamur. Ini sejalan dengan

penelitin Annisa (2013) hubungan pengetahuan dan sikap perilaku vaginal

Hygiene dengan pencegahan keputihan dari 130 sampel diketahui 53,8% memiliki

sikap negatif terhadap personal Hygiene. Sikap berfungsi menyesuaikan diri

dengan keadaan lingkungan, mengatur tingkah laku seseorang, mengatur

perlakuan dan pernyataan kepribadian seseorang.

Universitas Sumatera Utara


81

Dilihat dari hasi l penelitian responden mengenai sikap responden tentang

penggunaan celana dalam.Personal hygiene vagina adalah tindakan untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan pada daerah kewanitaan untuk mencegah

keputihan (Laksamana, 2003). Beberapa contoh dari personal hygiene dalam

menngunakan celana dalam adalah Menghindari penggunaan celana dalam yang

ketat atau dari bahan yang tidak menyerap keringatseperti nilon, serta tidak

memakai celana yang berlalpis-lapis atau celana yang terlalu tebal karena akan

menyebabkan kondisi lembab disekitar genitalia. Keadaan yang lembab akan

menyuburkan pertumbuhan jamur. Usahakan memakai celalna dalam dari bahan

katun atau kaos. Usahakan tidak memakai celana dalam atau celana orang lain.

Karena hal ini memungkinkan terjadinya penularan infeksi jamur candida,

trichomonas, atau virus yang cukup besar. Mengganti celana dalam dua kali

sehari, memakai pakaian dalam berbahan katun untuk mempermudah penyerapan

keringat (Sibagaring, 2010)

Dari hal ini dapat diketahui bahwa responden tidak mengetahui tentang

personal hygiene dalam penggunaan celana dalam yang tidak menyerap keringat

akan berpengaruh pada terjadinya keputihan. Ini terjadi karena informasi yang

mereka terima kurang dari pihak sekolah ataupun orang tua. Responden juga

kurang berpengalaman dalam hal memilih celana dalam.

5.3.2. Sikap Remaja Putri Dalam Pengunaan Pembalut Saat Menstruasi

Dan Pantyliner

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap stimulus atau objek. Dilihat dari pernyataan responden tentang

Universitas Sumatera Utara


82

mengganti pembalut satu kali 4 jam menyatakan tidak setuju sebanyak 73,4% dan

Pantyliners yang digunakan terlalu lama >6 jam dapat meningkatkan resiko

terjadinya keputihan menyatakan tidak setuju sekitar 51,9%. Ini sejalan dengan

penelitian Risna (2013) hubungan pengetahuan dan sikap pemakaian pembalut

dengan kejadian keputihan pada remaja putri di SMAN 4 Medan dari 84

responden diketahui 62,2% memiliki sikap negatif. Sikap negatif cenderung

timbul karena responden memiliki sikap tidak mendukung, tidak menyetujui, atau

tidak memihak terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2007).

Pada saat mentruasi biasakan mengganti pembalut apabila sudah terasa

basah dan lembab (miinimal satu kali 4 jam), Haid merupakan mekanisme tubuh

untuk membuang darah kotor. Sewaktu haid sering mengganti pembalut karena

pembalut juga menyimpan bakteri kalo lama tidak diganti. Bila permukaan

pembalut sudah ada segumpal darah haid meskipun sedikit, sebaiknya segera

diganti. Gumpalan haid yang ada dipermukaan pembalut tempat sangat baik untuk

perkembangan bakteri dan jamur. (Army, 2007).

Pemakaian pantyliner setiap hari secara terus menerus tidak dianjurkan.

Pantyliner sebaiknya hanya digunakan pada saat keputihan banyak saja dan

jangan memilih pantyliner yang berparfum karena dapat menimbulkan iritasi

kulit.nPemakaian pantyliner yang lebih dari > 6 jam akan menyebabkan

ntimbulnya bakteri (sibagaring, 2010).

Dari penelitian diketahui masih ada sikap menyatakan tidak setuju

terhadap mengganti pembalut satu kali 4 jam dan pernyataan kurang setuju bahwa

Universitas Sumatera Utara


83

pantyliner harus diganti 1 kali 6 jam untuk menghindari timbulnya bakteri. Maka

dapat diketahui bahwa responden belum memahami secara mendalam tentang

pemakaian pembalut dan pantyliner yang tidak baik akan mengakibatkan

keputihan. Pemakaian pembalut dan pantyliner jika tidak diganti akan memicu

timbulnya bakteri.

5.3.3. Sikap Remaja Putri Dalam Pengunaan Cairan Antiseptic vagina

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap stimulus atau objek. Pembersih vagina adalah cairan yang digunakan

dalam proses pembersihan vagina. Dari penelitian diatas diketahui responden

yang menyatakan setuju bahwa cairan antiseptic boleh dipakai setiap hari

sebanyak 60,8%. Ini sejalan dengan penelitian Triyani (2012) gambaran tindakan

pemakaian pembersih vagina dengan kejadian keputihan di SMAN 5 Medan, dari

72 responden 53,3% responden memakai cairan pembersih vagina setiap hari.

Pada saat membersihkan alat kelamin, tidak perlu dibersihkan dengan

cairan pembersih atau cairan lain dan douche karena cairan tersebut akan semakin

merangsang bakteri yang menyebabkan infeksi. Apabila menggunakan sabun,

sebaiknya gunakan sabun yang lunak (dengan PH 3,5), misalnya sabun bayi yang

biasanya ber-PH netral. Setelah memakai sabun hendaklah dibasuh dengan air

sampai bersih (sampai tidak ada lagi sisa sabun yang tertinggal), sebab bila masih

ada sisa sabun yang tertinggal dapat menimbulkan penyakit. Setelah dibasuh,

tetapi jangan digosok-gosok. Dengan menjaga kebersihan genetalia dapat

memberikan kesegaran pada tubuh dan memperlancar peredaran darah

(sibagaring, 2010).

Universitas Sumatera Utara


84

Dari hal ini dapat diketahui bahwa responden kurang informasi tentang

bahaya penggunaan cairan antiseptic setiap hari dapat menyebabkan timbulnya

bakteri yang dapat mengakibatkan terjadinya infeksi dan keputihan.

5.3.4. Sikap Remaja Putri Tentang Manfaat Mencukur Bulu Vagina Untuk

pencegahan keputihan

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap stimulus atau objek. Dari penelitian diatas diketahui sikap responden

terhadap pernyataan Mencukur bulu kemaluan pada daerah vagina sangat penting

untuk menghindari bakteri sebanyak 81,0% menyatakan tidak setuju. Hal ini

nsejalan dengan penelitian widya (2011) gambaran prilaku mengenai organ

genitalia eksterna sebanyak dari 39 responden terdapat (43,3%) menyakatan sikap

negatif.

Membiasakan diri mencukur rambut sekitar daerah kemaluan untuk

menghindari tumbuhnya bakteri yang menyebabkan gatal pada daerah genetalia.

Rambut yang tumbuh disekitar daerak kewanitaan pun perlu diperhatikan. Jangan

mencabut rambut tersebut. Lubang ini akan menjadi jalan masuk bakteri, kuman

dan jamur, yang dikhawatir kan dapat menimbulkan iritasi dan keputihan. Rambut

didaerah kewanitaan dapat merangsang pertumbuhan bakteri (Sibagaring, 2010).

Dari hal ini dapat diketahui bahwa responden belum memahami tentang

perawatan vagina. Mereka kurang informasi dari orang tua, mungkin mereka malu

untuk menanyakan bagian dari daerah sensitif, seperti vagina. Sehingga mereka

Universitas Sumatera Utara


85

tidak memahami manfaat dari mencukur bulu vagina, ini akan berpengaruh

terhadap tindakan mereka yang tidak mengerti merawat vagina agar tetap bersih.

5.3.5. Kategori Sikap Responden Tentang Personal Hygiene

Berdasarkan hasil penelitian diatas diketahui bahwa siswi yang memiliki

sikap yang mayoritas adalah sedang 75,9% dan yang minorotas 1,3%. Dari hal ini

dapat diketahui bahwa responden belum banyak pengalaman mengenai informasi

personal hygiene terhadap pencegahan keputihan sehingga sikap responden

cenderung masih sedang. Sikap responden yang kategori masih sedang masih

perlu ditingkatkan untuk menjamin mereka terhindar dari keputihan yang

patologis.

Sikap adalah respon/penilaian tertutup siswi terhadap segala sesuatu

mengenai perilaku pencegahan keputihan. Sikap berfungsi menyesuaikan diri

dengan keadaan lingkungan, mengatur tingkah laku seseorang, mengatur

pernyataan dan kepribadian seseorang. Sikap berasal dari pengalaman atau orang

terdekat dengan remaja itu sendiri.

5.4. Tindakan Pencegahan Keputihan Remaja Putri

5.4.1. Tindakan Remaja Putri Cara Membasuh Vagina

Dari penelitian diatas diketahui tindakan remaja putri yang tidak

melakukan cara membasuh vagina dari depan (vagina) kearah belakang (anus)

sebanyak 78,5%, ini merupakan sebuah masalah karena jika cara membasuh

vagina salah bakteri akan masuk kedalam vagina melalui saluran kencing. Ini

sejalan dengan penelitian Ardiani (2012) tentang hubungan perilaku cara

Universitas Sumatera Utara


86

membasuh vagina dan penggunaan cairan pemberssih vagina dengan kejadian

keputihan di SMA Cahaya Medan, dari 135 sampel 82 responden (56,7%)

berprilaku cukup.

Tindakan adalah suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu

tindakan (overt behavior). Cara cebok atau membilas vagina yang benar adalah

dari depan (vagina) kebelakang(anus). Jika terbalik, ada kemungkinan masuknya

bakteri atau jasad renik dari dubur kealat genitalia dan saluran kencing. Pada saat

membersihkan alat kelamin, gunakan air kran langsung, jangan menggunakan air

tergenang diember sebab air yang ada didalam ember sudah terkontaminasi

dengan bakteri (Army, 2007).

Dari hal ini dapat diketahui bahwa ramaja putri kurang memahami cara

membasuh vagina yang baik sehingga berpengaruh terhadap tindakan membasuh

vagina. Ini kemungkinan kurang informasi yang didapatkan remaja putri dari

pihak sekolah terhadap mata pelajaran biologi tentang kesehatan alat reproduksi.

5.4.2. Tindakan Remaja Putri Dalam Mengganti Pembalut

Dari penelitian diatas diketahui bahwa 91,1% responden tidak mengganti

pembalut satu kali 4 jam, ini dapat memicu timbulnya bakteri dan jamur.

Penelitian ini sejalan dengan Risna (2013) hubungan prilaku pemakaian pembalut

dengan kejadian keputihan pada remaja putri di SMAN 4 Medan dari 84

responden diketahui 56,7% belum mengganti pembalut satu kali 4 jam.

Tindakan adalah suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu

tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap, menjadi suatu perbuatan

Universitas Sumatera Utara


87

nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,

antara lain adalah fasilitas.

Pada saat mentruasi biasakan mengganti pembalut apabila sudah terasa

basah dan lembab (miinimal satu kali 4 jam), Haid merupakan mekanisme tubuh

untuk membuang darah kotor. Sewaktu haid sering mengganti pembalut karena

pembalut juga menyimpan bakteri kalo lama tidak diganti. Bila permukaan

pembalut sudah ada segumpal darah haid meskipun sedikit, sebaiknya segera

diganti. Gumpalan haid yang ada dipermukaan pembalut tempat sangat baik untuk

perkembangan bakteri dan jamur. (Army, 2007).

Dari hal ini dapat diketahui bahwa bahwa responden belum mengetahui

waktu yang digunakan dalam pemakaian pembalut atau kurangnya kesadaran

responden dalam menjaga kebersihan vagina pada saat menstruasi. Pembalut yang

terlalu lama dipakai akan menimbulkan bakteri dan jamur yang dapat memicu

terjadinya keputihan.

5.4.3. Tindakan Remaja Putri Dalam Menggunakan Cairan Pembersih

vagina

Dari penelitian diatas diketahui bahwa 63,3% responden yang

menggunakan cairan anti septic setiap hari dan 84,4% responden yang

menggunakan sabun untuk membersihkan vagina. Sabun yyang tertinggal jika

tidak dibasuh dengan bersih akan menimbulkan penyakit pada vagina. Ini sejalan

dengan penelitian penelitian Triyani (2012) gambaran tindakan pemakaian

Universitas Sumatera Utara


88

pembersih vagina dengan kejadian keputihan di SMAN 5 Medan, dari 72

responden 53,3% responden memakai cairan pembersih vagina setiap hari.

Tindakan adalah suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu

tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap, menjadi suatu perbuatan

nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,

antara lain adalah fasilitas.

Pada saat membersihkan alat kelamin, tidak perlu dibersihkan dengan

cairan pembersih atau cairan lain dan douche karena cairan tersebut akan semakin

merangsang bakteri yang menyebabkan infeksi. Apabila menggunakan sabun,

sebaiknya gunakan sabun yang lunak (dengan PH 3,5), misalnya sabun bayi yang

biasanya ber-PH netral. Setelah memakai sabun hendaklah dibasuh dengan air

sampai bersih (sampai tidak ada lagi sisa sabun yang tertinggal), sebab bila masih

ada sisa sabun yang tertinggal dapat menimbulkan penyakit. Setelah dibasuh,

tetapi jangan digosok-gosok. Dengan menjaga kebersihan genetalia dapat

memberikan kesegaran pada tubuh dan memperlancar peredaran darah

(Sibagaring, 2010).

Dari hasil diatas peneliti berasumsi bahwa responden kurang memahami

cairan antiseptic berbahaya karena ada yang mengandung bahan kimia.

Responden memahami jika menggunakan cairan antiseptic akan membuat vagina

terasa lebih bersih, ini disebabkan kurangnya informasi tentang bahaya cairan

antisptic dan belum pernah dilakukan penyuluhan tentang bahaya cairan antiseptic

terhadap kejadian keputihan.

Universitas Sumatera Utara


89

5.4.4. Tindakan Remaja Putri Dalam Mencukur Bulu Vagina

Dari penelitian diatas sebanyak 81,0% remaja putri belum pernah

mencukur bulu vagina. Sehingga dapat menimbulkan tumbuhnya bakteri yang

menyebabkan gatal pada daerah vagina. Hal ini nsejalan dengan penelitian Widya

(2011) gambaran prilaku mengenai organ genitalia eksterna sebanyak dari 39

responden terdapat (76,7%) menyakatan tindakan Sedang.

Tindakan adalah suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu

tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap, menjadi suatu perbuatan

nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,

antara lain adalah fasilitas.

Membiasakan diri mencukur rambut sekitar daerah kemaluan untuk

menghindari tumbuhnya bakteri yang menyebabkan gatal pada daerah genetalia.

Rambut yang tumbuh disekitar daerah kewanitaan pun perlu diperhatikan. Jangan

mencabut rambut tersebut. Lubang ini akan menjadi jalan masuk bakteri, kuman

dan jamur, yang dikhawatir kan dapat menimbulkan iritasi dan keputihan. Rambut

didaerah kewanitaan dapat merangsang pertumbuhan bakteri (Sibagaring, 2010).

Dari hal ini dapat diketahui bahwa responden belum memahami tentang

perawatan vagina. Mereka kurang informasi dari orang tua, mungkin mereka malu

untuk menanyakan bagian dari daerah sensitif, seperti vagina. Sehingga mereka

tidak memahami manfaat dari mencukur bulu vagina, ini akan berpengaruh

terhadap tindakan mereka yang tidak mengerti merawat vagina agar tetap bersih.

5.4.5. Kategori Tindakan Pencegahan Keputihan Pada Remaja Putri

Universitas Sumatera Utara


90

Berdasarkan kategorik tindakan responden pada tabel 4.9 diketahui bahwa

tindakan siswi terhadap pencegahan keputihan mayoritas sedang 75,9% dan yang

tindakan minorotas kurang 24,1%. Ini sejalan dengan penelitian Nurhayati (2013)

hubungan prilaku personal hygiene vagina dengan kejadian keputihan dari 130

sampel 56,9% memiliki tindakan cukup. Tindakan responden yang mayoritas

pada kategori sedang perlu diringkatkan agar mereka terhindar dari keputihan

patologis ini berhubungan dengan pengetahuan dan sikap yang dimiliki oleh

responden.

Tindakan adalah suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu

tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap, menjadi suatu perbuatan

nyata diperlukan faktor Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek

kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang

diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau

mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Pendukung

atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.

Dari hal ini dapat diketahui bahwa tindakan responden yang kurang ini

berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimilikinya tentang personal hygiene

dengan penncegahan keputihan.

5.5. Hubungan Pengetahuan Personal Hygiene Dengan Pencegahan

Keputihan

Pengetahuan siswi adalah segala sesuatu yang diketahui siswi tentang

personal hygiene dan memahaminya. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat

Universitas Sumatera Utara


91

bahwa pengetahuan remaja tentang personal hygiene mayoritas sedang 78,5% ,

sedangkan minoritas ada pada kategorik baik 7,6%

Hasil analisis bivariat dengan uji statistik chi square menunjukkan

variabel pengetahuan berhubungan (p<0,05), (p=0,00) terhadap tindakan dalam

pencegahan keputihan. Menurut Benyamin Bloom, faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah, pendidikan, pekerjaan, usia dan sumber

informasi.

Hasil penelitian ini sebelumnya penah diketahui oleh Annisa (2013)

hubungan pengetahuan dan sikap vaginal hygiene terhadap pencegahan keputihan,

diperoleh hasil uji chi square hubungan pengetahuan dan tindakan pencegahan

keputihan p=0,02 yang artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan

pencegahan. Sejalan juga dengan penelitian Mentari (2011) hubungan

pengetahuan tentang kebersihan vagina dengan perilaku pencegahan keputihan di

SMAN 1 Manado, diperoleh dari hasil uji chi square ada hubungan antara tingkat

pengetahuan kebersihan vagina dengan perilaku pencegahan keputihan (p=0,023).

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan

penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra

manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau cognitive merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk

tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2007).

Universitas Sumatera Utara


92

Tindakan adalah suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu

tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap, menjadi suatu perbuatan

nyata diperlukan faktor Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek

kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang

diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau

mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik).pendukung

atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.

Dari hal ini dapat diketahui bahwa pengetahuan responden yang kategorik

sedang terhadap personal hygiene sangat berhubungan dengan tindakan

pencegahan keputihan. Sebaliknya jika pengetahuan baik maka tindakan pun akan

baik. Pengetahuan responden yang sedang disebabkan oleh kurangnya informasi

yang didapatkan oleh responden, sehingga berpengaruh kepada tindakan

responden.

5.6. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Personal Hygiene Remaja

Putri

Pengetahuan siswi adalah segala sesuatu yang diketahui siswi tentang

personal hygiene dan memahaminya. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat

bahwa pengetahuan remaja tentang personal hygiene mayoritas sedang 78,5% ,

sedangkan minoritas ada pada kategorik baik 7,6%

Hasil analisis bivariat dengan uji statistik chi square menunjukkan

variabel pengetahuan berhubungan (p<0,05), (p=0,00) terhadap sikap dalam

pencegahan keputihan. Menurut Benyamin Bloom, faktor-faktor yang

Universitas Sumatera Utara


93

mempengaruhi pengetahuan adalah, pendidikan, pekerjaan, usia dan sumber

informasi.

Menurut Notoatmodjo (2007), Sikap adalah kecenderungan untuk

bertindak, berprestasi dan merasa dalam menghadapi, objek, iide, situasi atau

nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku

dengan cara-cara tertentu terhadap objek. Sikap adalah respon tertutup seseorang

terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat, dan

emosi yang bersangkutan senang tidak senang, setuju tidak setuju, baik tidak baik,

dan sebagainya.

Berdasarkan hasil penelitian ini, sikap siswi di SMA Sutomo 2 Medan

adalah sedang, dimana 1,3% memiliki sikap baik, 75,9% memiliki sikap sedang,

dan 22,8% meiliki sikap kurang.

Dari hal ini dapat diketahui bahwa pengetahuan dengan sikap

berhubungan, karena pengetahuan responden yang sedang mempengaruhi

terhadap sikap responden yang sedang. Sebaliknya jika pengetahuan baik maka

sikap pun akan baik. Ini menunjukkan bahwa pengetahuan dengan sikap

berhubungan.

5.7. Hubungan Sikap Personal Hygiene Dengan Tindakan Pencegahan

Keputihan

Hasil analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan variabel sikap

berhubungan (p<0,05), (p=0,00) terhadap tindakan pencegahan keputihan.

Universitas Sumatera Utara


94

Menurut Notoatmodjo (2007), Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak,

berprestasi dan merasa dalam menghadapi, obek, iide, situasi atau nilai. Sikap

bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-

cara tertentu terhadap objek. Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap

stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat, dan emosi

yang bersangkutan senang tidak senang, setuju tidak setuju, baik tidak baik, dan

sebagainya.

Hasil penelitian ini sebelumnya penah diketahui oleh Annisa (2013)

hubungan pengetahuan dan sikap vaginal hygiene terhadap pencegahan keputihan,

diperoleh hasil uji chi square hubungan sikap dan tindakan pencegahan keputihan

p=0,00 yang artinya ada hubungan antara sikap dengan tindakan pencegahan

Sikap adalah respon/penilaian tertutup siswi terhadap segala sesuatu

mengenai perilaku pencegahan keputihan. Sikap berfungsi menyesuaikan diri

dengan keadaan lingkungan, mengatur tingkah laku seseorang, mengatur

pernyataan dan kepribadian seseorang. Sikap berasal dari pengalaman atau orang

terdekat dengan remaja itu sendiri.

Berdasarkan hasil penelitian ini, sikap siswi di SMA Sutomo 2 Medan

adalah sedang, dimana 1,3% memiliki sikap baik, 75,9% memiliki sikap sedang,

dan 22,8% meiliki sikap kurang.

Dari hal ini dapat diketahui bahwa sikap dengan tindakan berhubungan,

karena sikap responden yang sedang sangat mempengaruhi terhadap tindakan

Universitas Sumatera Utara


95

responden yang sedang. Sebaliknya jika sikap baik maka tindakan pun akan baik.

Ini menunjukkan bahwa sikap dengan tindakan sangat berhubungan.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Karakteristik responden :

a. Umumnya responden berumur 16 tahun. Diketahui responden

berumur 16 tahun maka responden termasuk kepada remaja akhir.

b. Sumber informasi yang didapatkan pada umumnya adalah dari

keluarga. Sumber informasi adalah asal informasi yang diperoleh

siswi SMA Sutomo 2 Medan tentang personal hygiene dan

pencegahan keputihan. Dan sumber informasi yang mereka peroleh

lebih banyak dari keluarga.

2. Pengetahuan responden tentang personal hygiene sebagian besar pada

kategori sedang. Pengetahuan responden yang sedang disebabkan

mereka kurang memahami personal hygiene. Pengetahuan hasil dari

tahu responden terhadap personal hygiene.

3. Sikap responden tentang personal hygiene sebagian besar pada kategori

sedang. Sikap respon responden yang masih tertutup terhadap personal

hygiene. Sikap responden kurang tentang personal hygiene disebabkan

oleh mereka kurang memahami pernyataan tentang personal hygiene.

4. Tindakan responden tentang pencegahan keputihan sebagian besar pada

kategori sedang. Tindakan pencegahan keputihan adalah tindakan

dalam memelihara kebersihan dan kesehatan vagina agar tidak terjadi

keputihan. Tindakan responden yang masih kurang disebabkan oleh

96

Universitas Sumatera Utara


97

mereka kurang mengerti cara bagaimana merawat vagina sehingga

mereka kurang mengerti untuk merawat vagina.

5. Ada hubungan bermakna antara pengetahuan personal hygiene remaja

putri dengan tindakan pencegahan (p<0,05) (p = 0,00). Pengetahuan

dan tindakan berhubungan, hal ini menyatakan bahwa tingkat

pengetahuan responden berpengaruh terhadap tindakan responden.

Pengetahuan responden yang dikategori sedang karena kurang

informasi berpengaruh terhadap tindakan responden untuk mencegah

keputihan.

6. Ada hubungan bermakna antara sikap personal hygiene remaja putri

dengan tindakan pencegahan keputihan (p<0,05) (p = 0,00). sikap dan

tindakan berhubungan, hal ini menyatakan bahwa tingkat sikap

responden berpengaruh terhadap tindakan responden. sikap responden

yang dikategori sedang karena kurang informasi berpengaruh terhadap

tindakan responden untuk mencegah keputihan.

7. Ada hubungan bermakna antara pengetahuan dan sikap personal

hygiene remaja putri (p<0,05) (p = 0,00). Pengetahuan dan sikap

berhubungan, hal ini menyatakan bahwa tingkat pengetahuan responden

berpengaruh terhadap sikap responden. pengetahuan responden yang

dikategori sedang karena kurang informasi berpengaruh terhadap sikap

responden .

Universitas Sumatera Utara


98

6.2. Saran

1. Bagi Siswi SMA Sutomo 2 Medan

Siswi perlu mencari informasi tentang bagaimana cara menjaga kebersihan

vagina yang baik dan benar. Hal itu diperlukan agar rmasalah-masalah keputihan

bisa cepat diketahui dan cepat pula dalam proses penanganannya.

2. Bagi Sekolah

Pihak sekolah juga perlu memberikan dorongan kepada anak didiknya

untuk secara aktif mencari tahu informasi mengenai personal hygiene dan

pencegahan keputihan. Selain itu diperlukan penambahan pendidikan personal

hygiene organ reproduksi dalam mata pelajaran biologi.

3. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini masih bisa untuk dikembangkan dalam penelitian

selanjutnya dengan faktor-faktor lain yang masih berhubungan dengan tingkat

pengetahuan dalam pemeliharaan organ reproduksi terhadap kejadian

keputihan. Faktor yang dapat dikembangkan antara lain faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat pengetahuan, macam-macam informasi yang didapat

responden untuk meningkatkan pengetahuan tentang keputihan dan cara

mencegah dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA
Ababa, M. 2003. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta; Ercon
Annisa, 2013. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perilaku Vagina Hygiene
Dengan Pencegahan Keputihan di SMA St.Maria Tarutung. KTI
Kebidanan Tarutung.

Aprisia, 2013. Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Keputihan di


SMUN 3 Medan. Skripsi Keperawatan USU

Ardiani, 2012. Hubungan Perilaku Cara Membasuh Vagina Dan Penggunaan


Cairan Pembersih Vagina Dengan Kejadian Keputihan di SMA
Cahaya Medan. Skripsi F-MIPA USU.

Arikunto, S. 2003. Prosedur Penelitian Satu Pendekatan Praktek. Edisi V.


Penerbit PT. Rineke Cipta, Jakarta.

Army, Y. (2007). Media Sehat. Semarang: Arfmedia Group


BKKBN. 2008. Kesehatan Reproduksi Remaja, Informasi Ringkas. Jakarta;
LD- FEUI-Bank Dunia . (Diakses tanggal 15 April 2015).

Dechacare. (2010). Keputihan No Way. Diunggah dari


http://www.bascometro.com/2010 . (Diakses tanggal 15 April 2015).

Depkes RI dan UNFDA (2010). Program Kesehatan Reproduksi dan


Pelayanan Integratif di Tingkat Pelayanan dasar. Jakarta.

Egan, M dan Lipsky (2011), About Us Vaginitis. Retrieved Oktober 2013, from
vaginitis Web site: http//kespro.info.com . (Diakses tanggal 17 April
2015).

Gay, L.R. dkk. 2010. Educasional Research Competencies For Annalysis and
Application. Colombus, Ohio: Pearson Merril Prentice Hall.

Green, Lawrence et all. (2005). Health Program Planning An Educational And


Ecological Approach. Mayfield Publ.Co.USA.

http://kesehatan-untuk-anda.blogspot.com/2012/02/pengetahuan-remaja-putri-
tentang.html

Isgiyanto, Awal. 2009. Teknik Pengambilan Sampel; Pada Penelitian Nn


ekperimental. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press.
Iskandar SS. Awas Keputihan Bisa Mengakibatkan Kematian dan
Kemandulan. Diunduh dari: http//www.mitrakeluarga.com. (Diakses
tanggal 15 April 2015).

99

Universitas Sumatera Utara


100

Jones, Derek LIewellyn. 2005. Setiap Wanita. Indonesia: Delapratasa Publishing


Julianti, 2010. Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Keputihan di
SMUN 16 Medan. KTI Kebidanan Sari Mutiara Medan.

Kasdu, Dini. 2008. Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta; Gramedia Pustaka.

Katharini, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta; Trans Info Media.

Kusmiran, 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba


Medika.

Laksamana, 2003. kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Manuaba, BG. 2007. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta;


Ercon
Masland. 2006. Apa Yang Diketahui Remaja Tentang Seks. PT. Bumi Aksara.
Jakarta.

Nasdaldy, A. 2010. Kanker Servik. Yogyakarta: Nuha Medika.

Notoatmodjo, Soekidjo, DR, Prof, 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.
Jakarta: Rineka Cipta.

Pratiwi. 2012. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitri Maya.

Proverawati, Atika 2009. Menarche, Menstruasi Penuh Makna. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Risna, 2013. Hubungan Perilaku Pemakaian Pembalut Dengan


KejadianKeputihan di SMAN 4 Medan. Skripsi Keperawatan USU.

Shadine, M. 2012. Penyakit Wanita Pencegahan, Deteksi Dini dan


Pengobatannya. Jakarta : Keen Book.

Sarwono, 2011. Psikologi Remaja. Jakarta. PT. raja grafindo persada.

Sibagaring, E.E.et.al. 2010. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Trans Info


Simanjuntak, 2013. Pengetahuan Siswi Dalam Merawat Vagina Pada
Saat Mentruasi Terhadap Pencegahan Keputihan di SMAN 70 Jakarta.
SKRRI, 2010. Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia. Badan pusat
statistik, departemen kesehatan http://www.idai.or.id (diakses tanggal 15
April 2015).

Sugiyono. 1999. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Universitas Sumatera Utara


101

Triyani, 2012. Gambaran Tindakan Pemakaian Pembersih Vagina Dengan


Kejadian Keputihan di SMAN 5 Medan. KTI Kebidanan STIKES
Helvetia.

Vivi, 2011. Gambaran Perilaku Kebersihan Vagina Terhadap Pencegahan


Keputihan Remaja Putri di SMAN 2 Medan. Skripsi Keperawatan
USU.

Widya, 2011. Gambaran Perilaku Mengenai Kebersihan Organ Genitalia


Eksterna di SMAN 4 Medan. Skripsi FKM STIKES Helvetia Medan.

Widyastuti, 2009. Kesehatan reproduksi. Yogyakarta: Fitri Maya.

Yusuf, 2007. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya

Universitas Sumatera Utara


102

`KUESIONER PENILITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP


PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTRI DENGAN PENCEGAHAN
KEPUTIHAN DI SMA SUTOMO 2 MEDAN TAHUN 2015

I. INDENTITAS RESPONDEN

No Responden :

Nama :

II. KARAKTERISTIK RESPONDEN

Umur :

Kelas :

Dari mana saudari mendapat informasi tentang kesehatan reproduksi

(…) Media cetak

(…) Media Elektronik

(…) Guru/Sekolah

(…) Keluarga

(…) Teman

III. KUESIONER PENGETAHUAN TENTANG PERSONAL HYGIENE


DENGAN TERJADINYA KEPUTIHAN
1. Menurut saudari, apa yang dimaksud dengan kebersihan vagina ?
d. Kesehatan pada daerah kewanitaan untuk mencegah penyakit
e. Selalu membersihkan vagina dengan air sabun
f. Kebersihan dan kesehatan pada daerah kewanitaan untuk mencegah
keputihan
2. Menurut saudari, apakah tujuan dari personal hygiene ?
d. Menciptakan Kenyamanan
e. Meningkatkan drajat kesehatan

Universitas Sumatera Utara


103

f. Mencegah penyakit
3. Menurut saudari hal-hal apa yang perlu diperhatikan dalam personal
hygiene?
d. Kebersihan rambut dan kebersihan genitalia
e. Kebesihan telinga dan hidung
f. Kebersihan kuku dan telinga
4. Menurut saudari, apa yang dimaksud dengan keputihan ?
d. Cairan dari alat genitalia
e. Penyakit pada kelamin
f. Cairan yang bukan darah tetapi merupakan manipestasi klinik berbagai
infeksi
5. Menurut saudari, warna cairan keputihan yang normal adalah ?
a. Bening seperti lender
b. Putih susu
c. Berwarna kuning dan bergumpal
6. Menurut saudari, penyebab keputihan tidak normal adalah ?
d. Inpeksi jamur
e. Inpeksi parasit
f. Inpeksi bakteri
7. Menurut saudari, pada saat kapan membasuh bagian vagina ?
d. Pada saat buang air besar
e. Pada saat buang air besar dan buang air kecil
f. Pada saat buang air kecil
8. Menurut saudari, apa saja jenis keputihan ?
d. Keputiahn abnormal (patologis)
e. Keputihan normal (fisiologis) dan Keputihan abnormal (patologis)
f. Keputihan normal (fisiologis)
9. Menurut saudari, air apa yang baik diguna kan pada saat membasuh vagina?
d. Air sabun
e. Air kran langsung
f. Air tergenang diember

Universitas Sumatera Utara


104

10. Menurut saudari, berapa kali dalam satu hari mengganti celana dalam ?
d. Satu kali sehari
e. Dua kali sehari
f. Tiga kali sehari
11. Menurut saudari, bahan yang baik digunakan pada pemakaian celana dalam
adalah ?
d. Berbahan katun dan dapat menyerap keringat
e. Berbahan nilon yang dapat memberikan kelembutan pada daerah
kewanitaan
f. Berbahan kapas yang dapat memmbuat nyaman daerah kewanitaan
12. Menurut saudari, berapa kali sebaiknya pembalut diganti jika dalam
keadaan basah?
d. Satu kali 4 jam
e. Satu kali 6 jam
f. Satu kali 8 jam
13. Menurut saudari, pemakaian pembalut terlalu lama dapat menyebabkan ?
a. Keputihan
b. Perkembangan bakteri dan jamur
c. Gatal-gatal
14. Menurut saudari, cara yang baik untuk membasuh daerah vagina adalah ?
d. Dari arah depan (vagina) kebelakang (anus)
e. Dari arah belakang (anus) Kedepan (vagina)
f. Hanya membasuh dengan air, tidak menggunakn tangan

15. Menurut saudari, bagaimana cara untuk menghindari kelembaban pada


daerah vagina setelah selesai BAK dan BAB ?
d. Mengeringkan vagina dengan tissue non parfum
e. Mengeringkan vagina dengan tissue parfum
f. Mengeringkan vagina dengan tissue basah

Universitas Sumatera Utara


105

16. Menurut saudari, apa manfaat mencukur rambut di daerah vagina ?


d. Menghindari tumbuhnya bakteri yang menyebabkan gatal
e. Supaya lebih untuk membersihkan alat genital
f. Supaya mengurangi kelembaban pada daerah kewanitaan
17. Menurut saudari, pantyliner sebaiknya digunakan pada saat kapan ?
a. Pada saat keputihan banyak
b. Setiap hari
c. Pada saat menstruasi
18. Menurut saudari, cairan antiseptic yang baik digunakan pada vagina adalah?
d. Cairan yang mengandung deodorant
e. Cairan yang mengandung bahan kimia
f. Cairan yang ber PH netral
19. Menurut saudari, apakah guna dari menggunting kuku dalam pencegahan
keputihan?

a.. menghindari bakteri yang dikuku, masuk kedalam vagina pada saat
tangan bersentuhan dengan vagina

b. supaya lebih bersih

c. supaya tidak terjadi keputihan

20. Menurut saudari, manakah yang menyebabkan keputihan ?


d. Higienisasi alat genital yang buruk
e. Gangguan keseimbangan hormone
f. Tidak menggunakan sabun pada saat membersihkan vagina

Universitas Sumatera Utara


106

IV. KUESIONER SIKAP

NO PERNYATAAN S N TS
1 Kebersihan vagina adalah hal yang penting untuk
mencegah keputihan
2 Mengganti celana dalam 2-3 kali sehari adalah
contoh menjaga kebersihan vagina
3 Celana dalam yang berbahan katun dan dapat
menyerap keringat
4 Celana dalam yang nyaman digunakan celana
dalam yang ketat
5 Untuk menghindari kelembaban pada vagina,
seharusnya vagina dikeringkan dengan tissue
parfum setelah BAK dan BAB
6 Saat menstruasi seharusnya mengganti pembalut
hanya satu kali 4 jam
7 Air yang baik digunakan untuk membasuh
genital yaitu air sabun
8 Cairan antiseptic pada vagina boleh dipakai
setiap hari
9 Pantyliners yang baik adalah yang mengandung
parfum
10 Pantyliners yang digunakan terlalu lama >6 jam
dapat meningkatkan resiko terjadinya keputihan
11 Cara yang baik untuk membasuh daerah genitalia
yaitu dari arah depan (vagina) kebelakang (anus)
12 Pembalut yang baik berbahan lembut dan
menyerap dengan baik
13 Celana dalam yang lembab dapat menimbulkan
bakteri dan menyebabkan keputihan
14 Membasuh vagina dari depan kebelakang

Universitas Sumatera Utara


107

berfungsi untuk mencegah bakteri dari anus


masuk ke vagina
15 Mencukur bulu kemaluan pada daerah vagina
sangat penting untuk menghindari bakteri

V. TINDAKAN PENCEGAHAN KEPUTIHAN


No Tindakan Pencegahan Ya tidak
1 Apakah anada selalu membasuh alat kelamin dari
arah depan (vagina) kearah belakang (anus)?
2 Apakah anda menggunakan air tergenang di ember
saat membasuh vagina?
3 Apakah anda mengganti celana dalam 2 x sehari?
4 Apakah anda menggunakan celana dalam yang
ketat dan berbahan nilon?
5 Setelah BAK dan BAB apakah anda
mengeringkan alat kelamin dengan tissue parfum?
6 Pada saat menstruasi apakah anda selalu
mengganti pembalut satu kali 4 jam?
7 Apakah anda menggunakan cairan antiseptic pada
vagina setiap hari?
8 Apakah anda sering menggunakan pantyliners?
9 Apakah anda mengganti pantyliners 3-6 jam
sehari?
10 Apakah anda selalu mencukur bulu kemaluan
diarea vagina supaya tidak menimbulkan bakteri?
11 Apakah anda jika menggunakan pantyliner, selalu
menggunakan pantyliners non parfum?
12 Pada saat menstruasi, apakah anda menggunakan

Universitas Sumatera Utara


108

pembalut yang lembut dan memiliki daya serap


yang baik?
13 Bila tidak ada cairan antiseptic khusus, apakah
anda menggunakan sabun untuk membersihkan
area vagina?
14 Apakah anda selalu menggunting kuku untuk
menghindari bakteri yang masuk pada saat
menyentuh vagina?
15 Apakah anda mengganti celana dalam, jika celana
dalam anda sudah lembab?

Universitas Sumatera Utara


109

Lampiran 3

ANALISIS UNIVARIAT

Distribuuasi Frekuensi karakteristik Responden

Kelas Responden Respondeen

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid X 30 38.0 38.0 38.0
XI 25 31.6 31.6 69.6
XII 24 30.4 30.4 100.0
Total 79 100.0 100.0

Umur Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 16 34 43.0 43.0 43.0

17 26 32.9 32.9 75.9


18 19 24.1 24.1 100.0
Total 79 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


110

Sumber Informasi Yang Di Dapat Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid media cetak 8 10.1 10.1 10.1
media elektronik 26 32.9 32.9 43.0
guru/sekolah 6 7.6 7.6 50.6
Keluarga 27 34.2 34.2 84.8
Teman 12 15.2 15.2 100.0
Total 79 100.0 100.0

Tabel Frekuensi Pengetahuan

kebersihan vagina
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid b 27 34.2 34.2 34.2
a 16 20.3 20.3 54.4
c 36 45.6 45.6 100.0
Total 79 100.0 100.0

tujuan personal hygiene


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid a 32 40.5 40.5 40.5
b 15 19.0 19.0 59.5
c 32 40.5 40.5 100.0
Total 79 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


111

perhatikan dalam personal hygiene


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid c 17 21.5 21.5 21.5
b 19 24.1 24.1 45.6
a 43 54.4 54.4 100.0
Total 79 100.0 100.0

keputihan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid b 46 58.2 58.2 58.2
a 20 25.3 25.3 83.5
c 13 16.5 16.5 100.0
Total 79 100.0 100.0

warna cairan keputihan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid b 38 48.1 48.1 48.1
a 41 51.9 51.9 100.0
Total 79 100.0 100.0

penyebab keputihan tidak normal


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid b 31 39.2 39.2 39.2
c 12 15.2 15.2 54.4
a 36 45.6 45.6 100.0
Total 79 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


112

kapan mencuci bagian vagina


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid a 15 19.0 19.0 19.0
c 17 21.5 21.5 40.5
b 47 59.5 59.5 100.0
Total 79 100.0 100.0

jenis keputihan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid a 25 31.6 31.6 31.6
c 7 8.9 8.9 40.5
b 47 59.5 59.5 100.0
Total 79 100.0 100.0

air membasuh vagina


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid a 33 41.8 41.8 41.8
c 17 21.5 21.5 63.3
b 29 36.7 36.7 100.0
Total 79 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


113

mengganti celana dalam


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid a 19 24.1 24.1 24.1
b 12 15.2 15.2 39.2
c 48 60.8 60.8 100.0
Total 79 100.0 100.0

celana dalam yang baik


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid c 23 29.1 29.1 29.1
b 13 16.5 16.5 45.6
a 43 54.4 54.4 100.0
Total 79 100.0 100.0

ganti pembalut
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid c 51 64.6 64.6 64.6
b 16 20.3 20.3 84.8
a 12 15.2 15.2 100.0
Total 79 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


114

sebab ganti pembalut lama


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid a 34 43.0 43.0 43.0
c 19 24.1 24.1 67.1
b 26 32.9 32.9 100.0
Total 79 100.0 100.0

cara membasuh vagina


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid b 15 19.0 19.0 19.0
c 17 21.5 21.5 40.5
a 47 59.5 59.5 100.0
Total 79 100.0 100.0

menghindari lembab pada vagina


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid c 26 32.9 32.9 32.9
b 11 13.9 13.9 46.8
a 42 53.2 53.2 100.0
Total 79 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


115

tujuan mencukur rambut vagina


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid c 40 50.6 50.6 50.6
b 13 16.5 16.5 67.1
a 26 32.9 32.9 100.0
Total 79 100.0 100.0

pantyliner kapan digunakan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid b 31 39.2 39.2 39.2
c 18 22.8 22.8 62.0
a 30 38.0 38.0 100.0
Total 79 100.0 100.0

cairan antiseptic yang baik


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid a 10 12.7 12.7 12.7
b 13 16.5 16.5 29.1
c 56 70.9 70.9 100.0
Total 79 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


116

celana dalam yang baik


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid b 2 2.5 2.5 2.5
c 9 11.4 11.4 13.9
a 68 86.1 86.1 100.0
Total 79 100.0 100.0

penyebab keputihan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid c 34 43.0 43.0 43.0
b 3 3.8 3.8 46.8
a 42 53.2 53.2 100.0
Total 79 100.0 100.0

total
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 6 7.6 7.6 7.6
sedang 62 78.5 78.5 86.1
kurang 11 13.9 13.9 100.0
Total 79 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


117

Tabeel Frekuensi Sikap

kebersihan vagina mencegah keputihan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 8 10.1 10.1 10.1
setuju 71 89.9 89.9 100.0
Total 79 100.0 100.0

mengganti celana dalam 2-3 kali


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid setuju 79 100.0 100.0 100.0

celana dalam berbahan katun


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuu 51 64.6 64.6 64.6
setuju 28 35.4 35.4 100.0
Total 79 100.0 100.0

celana dalam ketat nyaman


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid setuju 55 69.6 69.6 69.6
tidak setuju 24 30.4 30.4 100.0
Total 79 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


118

vagina dikeringkan dengan tissue parfum


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid setuju 20 25.3 25.3 25.3
tidak setuju 59 74.7 74.7 100.0
Total 79 100.0 100.0

mengganti pembalut 1 kali 4 jam


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 58 73.4 73.4 73.4
setuju 21 26.6 26.6 100.0
Total 79 100.0 100.0

air sabun baik digunakan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid setuju 39 49.4 49.4 49.4
tidak setuju 40 50.6 50.6 100.0
Total 79 100.0 100.0

cairan antiseptic dipkai setiap hari


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid setuju 48 60.8 60.8 60.8
tidak setuju 31 39.2 39.2 100.0
Total 79 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


119

pantyliner mengandung parfum


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid setuju 30 38.0 38.0 38.0
tidak setuju 49 62.0 62.0 100.0
Total 79 100.0 100.0

pantyliner >6jam menjadi keputihan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 41 51.9 51.9 51.9
setuju 38 48.1 48.1 100.0
Total 79 100.0 100.0

membasuh vagina dari depan kebelakang


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 33 41.8 41.8 41.8
setuju 46 58.2 58.2 100.0
Total 79 100.0 100.0

pembalut berbahan lembut dan menyerap


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid setuju 79 100.0 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


120

celana dalam lembab menyebabkan keputihan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 35 44.3 44.3 44.3
setuju 44 55.7 55.7 100.0
Total 79 100.0 100.0

membasuh vagina mencegah bakteri


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 37 46.8 46.8 46.8
setuju 42 53.2 53.2 100.0
Total 79 100.0 100.0

mencukur bulu kemaluan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak setuju 64 81.0 81.0 81.0
setuju 15 19.0 19.0 100.0
Total 79 100.0 100.0

kategorik
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 1 1.3 1.3 1.3
sedang 72 91.1 91.1 92.4
kurang 6 7.6 7.6 100.0
Total 79 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


121

Tabel Frekuensi Tindakan Pencegahan Keputihan

membasuh vagina dari depan kebelakang


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 62 78.5 78.5 78.5
ya 17 21.5 21.5 100.0
Total 79 100.0 100.0

membasuh vagina dengan air tergenang diember


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 55 69.6 69.6 69.6
tidak 24 30.4 30.4 100.0
Total 79 100.0 100.0

mengganti celana dalam dua kali sehari


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 1 1.3 1.3 1.3
ya 78 98.7 98.7 100.0
Total 79 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


122

celana dalam yang ketat dan berbahan nilon


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 30 38.0 38.0 38.0
tidak 49 62.0 62.0 100.0
Total 79 100.0 100.0

mengeringkan vagina dengan tissue parfum


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 21 26.6 26.6 26.6
tidak 58 73.4 73.4 100.0
Total 79 100.0 100.0

mengganti pembalut satu kali 4 jam


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 72 91.1 91.1 91.1
ya 7 8.9 8.9 100.0
Total 79 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


123

menggunakan cairan antiseptic setiap hari


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 50 63.3 63.3 63.3
tidak 29 36.7 36.7 100.0
Total 79 100.0 100.0

sering menggunakan pantyliner


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 40 50.6 50.6 50.6
tidak 39 49.4 49.4 100.0
Total 79 100.0 100.0

mengganti pantyliner 3-6 jam sehari


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 70 88.6 88.6 88.6
ya 9 11.4 11.4 100.0
Total 79 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


124

mencukur bulu kemaluan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 64 81.0 81.0 81.0
ya 15 19.0 19.0 100.0
Total 79 100.0 100.0

menggunakan pantyliner non parfum


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 11 13.9 13.9 13.9
ya 68 86.1 86.1 100.0
Total 79 100.0 100.0

pembalut yang lembut dan daya serap baik


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 6 7.6 7.6 7.6
ya 73 92.4 92.4 100.0
Total 79 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


125

menggunakan sabun membersihkan vagina


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 67 84.8 84.8 84.8
tidak 12 15.2 15.2 100.0
Total 79 100.0 100.0

menggunting kuku jika menyentuh vagina


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 13 16.5 16.5 16.5
ya 66 83.5 83.5 100.0
Total 79 100.0 100.0

mengganti celana dalam yang lembab


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 55 69.6 69.6 69.6
ya 24 30.4 30.4 100.0
Total 79 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


126

total * tindakan Crosstabulation

kategorik
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sedang 60 75.9 75.9 75.9
kurang 19 24.1 24.1 100.0
Total 79 100.0 100.0

Tabel Hubungan Pengetahuan Dengan Tindakan

Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
total * 79 100.0% 0 .0% 79 100.0%
tindakan

Universitas Sumatera Utara


127

Count
tindakan
sedang kurang Total
total baik 5 1 6
sedang 54 8 62
kurang 1 10 11
Total 60 19 79
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 31.316a 2 .000
Likelihood Ratio 27.371 2 .000
Linear-by-Linear 19.699 1 .000
Association
N of Valid Cases 79
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 1,44.

Symmetric Measures
Asymp. Std. Approx.
Value Errora Approx. Tb Sig.
Interval by Pearson's R .503 .117 5.101 .000c
Interval
Ordinal by Spearman .514 .121 5.255 .000c
Ordinal Correlation
N of Valid Cases 79
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Tabel Hubungan Pengetahuan Sikap Dengan Tindakan

Universitas Sumatera Utara


128

Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kategorik * 79 100.0% 0 .0% 79 100.0%
tindakan

kategorik * tindakan Crosstabulation


Count
tindakan
baik sedang kurang Total
kategorik baik 1 0 0 1
sedang 0 60 12 72
kurang 0 0 6 6
Total 1 60 18 79

Universitas Sumatera Utara


129

Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 100.944a 4 .000
Likelihood Ratio 30.117 4 .000
Linear-by-Linear 26.696 1 .000
Association
N of Valid Cases 79
a. 7 cells (77,8%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,01.

Symmetric Measures
Asymp. Std. Approx.
Value Errora Approx. Tb Sig.
Nominal by Contingency .749 .000
Nominal Coefficient
Interval by Interval Pearson's R .585 .094 6.330 .000c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .570 .093 6.094 .000c
N of Valid Cases 79
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Tabel Hubungan Pengetahuan dan Sikap

Crosstabs

Case Processing Summary

Universitas Sumatera Utara


130

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
total * sikap 79 100.0% 0 .0% 79 100.0%

total * sikap Crosstabulation


Count
Sikap
baik sedang Kurang Total
total baik 0 6 0 6
sedang 1 56 5 62
kurang 0 10 1 11
Total 1 72 6 79

Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 51.426a 4 .000
Likelihood Ratio 24.532 4 .000
Linear-by-Linear 19.974 1 .000
Association
N of Valid Cases 79
a. 6 cells (66,7%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,05.

Universitas Sumatera Utara


131

Symmetric Measures
Asymp. Std. Approx.
Value Errora Approx. Tb Sig.
Nominal by Phi .807 .000
Nominal Cramer's V .571 .000
Interval by Interval Pearson's R .506 .138 5.148 .000c
Ordinal by Ordinal Spearman .504 .146 5.127 .000c
Correlation
N of Valid Cases 79
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Universitas Sumatera Utara


132

Universitas Sumatera Utara


133

Universitas Sumatera Utara


134

Universitas Sumatera Utara


135

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai