Anda di halaman 1dari 120

SKRIPSI

ANALISIS PELAYANAN PASIEN SEBAGAI SALAH SATU INDIKATOR


PENGGUNAAN OBAT RASIONAL DI PUSKESMAS RAWAT JALAN
KOTA KENDARI

Oleh :
BESTIANTI PURNASARI JIWA
F1F1 12 078

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi

ANALISIS PELAYANAN PASIEN SEBAGAI SALAH SATU INDIKATOR


PENGGUNAAN OBAT RASIONAL DI PUSKESMAS RAWAT JALAN
KOTA KENDARI

Diajukan oleh:

BESTIANTI PURNASARI JIWA


F1F1 12 078

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Sunandar Ihsan, S.Farm., M.Sc., Apt. Sabarudin, S.Farm., M.Si., Apt.


NIP. 19820402 200812 1 002 NIP. 19851229 201504 1 001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi,

Nur Illiyyin Akib, S.Si., M.Si., Apt.


NIP. 19810319 200801 2 006

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat,
taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulisan hasil penelitian yang berjudul
“Analisis Pelayanan Pasien Sebagai Salah Satu Indikator Penggunaan Obat
Rasional di Puskesmas Rawat Jalan Kota Kendari” dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan hasil ini banyak
mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai
pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi
tersebut dapat diatasi. Melalui kesempatan ini dengan segala bakti penulis
haturkan terima kasih yang tak terhingga kepada kepada orang tua penulis,
ayahanda Drs. La Jiwa, M.Pd. dan ibunda Dra. Wd Hadasia, M.Pd. atas segala
doa yang tiada henti, pengorbanan, semangat, dukungan, perhatian, kasih sayang
yang tiada henti, nasehat, cinta, serta ketabahan dalam mendidik penulis yang
takkan bisa penulis balas. Semoga Allah SWT selalu melindungi, memberikan
kesehatan, dan melimpahkan rahmat-Nya kepada kedua orang tua kami.
Terima kasih penulis haturkan kepada Bapak Sunandar Ihsan S.Farm.,
M.Sc., Apt. selaku pembimbing pertama dan Bapak Sabarudin, S.Farm., M.Si.,
Apt. selaku pembimbing kedua yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
dalam mengarahkan dan membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan
maupun dalam proses penyelesaian hasil penelitian ini.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Usman Rianse selaku Rektor Universitas Halu Oleo.
2. Bapak Prof. Dr. Sahidin, M.Si. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Halu Oleo
3. Ibu Nur Illiyyin Akib S.Si., M.Si., Apt. selaku Ketua Jurusan Farmasi Fakultas
Farmasi Universitas Halu Oleo.

ii
4. Ibu Wahyuni S.Si., M.Si., Apt selaku Sekretaris Jurusan Farmasi Fakultas
Farmasi Universitas Halu Oleo yang telah memberikan banyak bantuan
administratif.
5. Ibu Henny Kasmawati S.Farm., M.Si., Apt. selaku Kepala Laboratorium
Pendidikan Farmasi dan Selaku Dewan Penguji
6. Ibu Rini Hamsidi, S.Farm, M.Farm., Apt. selaku Kepala Laboratorium
Penelitian Farmasi.
7. Bapak Drs. Sapto Raharjo, M.Si., dan Ibu Nuralifa, S.Farm., M.Kes., Apt.
selaku Dewan Penguji yang telah banyak memberikan ide dan saran bagi
penulis dalam menyelesaikan tugas akhir.
8. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara.
9. Kepala Puskesmas beserta staf di Lima Puskesmas Rawat Jalan Kota Kendari
atas izin, bantuan, keramahan, dan kemudahan selama pengumpulan data di
puskesmas.
10. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Farmasi, serta seluruh staf di lingkungan
Fakultas Farmasi UHO atas segala fasilitas dan pelayanan yang diberikan
kepada penulis selama menuntut ilmu.
11. Kakak penulis Ramdhani Nur Fitrah Jiwa S.Pd dan adik penulis Fakhrul Rajab
Suaib Jiwa, Sitti Asriyah Ramadhani Jiwa dan adik-adik penulis yang telah
meninggal dunia terima kasih atas segala doa, motivasi dan semangatnya yang
telah diberikan
12. Sahabat terdekat penulis Waode Almuriat Markuta, Restiani Sulea, Cherly
Shalliny, Sri Rahayu Pou, Khairatun Hisan dan Tut Endriani Harianto yang
selalu memberikan dukungan, bantuan, semangat, dan doa selama ini, terima
kasih sudah menjadi sahabat terbaik selama kurang lebih 7 tahun ini.
13. Teman terdekat selama 9 semester ini, Rachma Malina S.Farm., Nur Fauziyah
Dahlan, Musyykerrinawati Kahar, Sri Rahayu Ningsih S.Farm., terimaksih
sudah menjadi teman terbaik selama perkuliahan.
14. Teman-teman sekelas Spektronik UV-B Ade Yuyun, Sumail Sidik, Dwi
Syahfitrah Ramadhan, S.Farm., Riki Ardiansyah, S.Farm., Muh. Geral
Lamambo, Muh. Julpan Kope, Rahmat Muliadi, Loly Subhiati, S.Farm., Wd.

iii
Arlina Misnaeni, S.Farm, Dwi Riskah S.Farm., Fitria Ningsih, Wd.Nur
Hajimah, Inten Widuri Wulandari, Saverian Angelina Tee, Ayu Ernisa, Linda
Priarti, S.Farm., Sri Murni, S.Farm., Zakiyatul Mahmudah, S.Farm., Ramlah,
S.Farm., Mila Armila Sari, Yunita Dawu, S.Farm., Narfita, Isra Sulasmi,
Israwati, Cicilia Sandara, Halmayanti, Milawati, Eka Astuti Janah, terima
kasih masa-masa selama perkuliahan yang telah kita lewati, kekompakan dan
kasih sayang kalian.
15. Teman seperjuangan yang membantu dalam proses penulis dalam segala hal
yang mereka bias Sitti Munawarah, Aisyah, dan Vista terima kasih atas segala
bantuan yang diberikan untuk penulis.
16. Teman-teman angkatan 2012 Kelas A dan Kelas C terima kasih semangat dan
kekompakannya selama ini.
17. Teman-teman sepenelitian Risfiani Wulandari, Kiki Reskiyanti, Yuliana,
Pasha, Alfyanita, Irma Yana Daud, Wd.Sitti Nur Badriah, terima kasih atas
semangat dan waktunya untuk bertukar informasi mengenai penelitian.
18. Kepada Kak Kaharudin, S.Pd dan Kak Jabal Uhud, S.Farm., terimaksih atas
bantuan dan bimbingannya selama ini.
19. Kepada Kakak-Kakak Angkatan 2010 dan 2011 Fakultas Farmasi yang telah
menjadi panutan dan pemicu semangat selama jenjang perkuliahan.
20. Keluarga penulis selama berada di Kota Kendari yang selalu membantu
penulis dalam suka maupun duka, Merlin, Maliana, Dewi, Uping, Risma,
Haya, Timun, terimakasih atas semua doa dan dukungannya selama ini.
Akhirnya penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada semua pihak dan apabila masih terdapat kesalahan dalam penelitian ini,
sudilah kiranya memberikan koreksi untuk lebih baiknya tulisan ini. Semoga
Allah SWT memberi taufik kepada kita semua untuk mencintai ilmu yang
bermanfaat dan amalan yang shalih dan memberikan ridho balasan yang sebaik-
baiknya. Amin
Kendari, 2016
Bestianti Purnasari Jiwa

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN x
ABSTRAK xi
ABSTRACT xii

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6


A. Penggunaan Obat Rasional 6
B. Indikator Pelayanan 11
C. Puskesmas 22
D. Kerangka Konsep Penelitian 26

BAB III METODE PENELITIAN 27


A. Waktu dan Tempat Penelitian 27
B. Jenis Penelitian 27
C. Populasi dan Sampel Penelitian 27
D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 28
E. Alat Penelitian 29
F. Definisi Operasional 29
G. Prosedur Penelitian/Pengumpulan Data 32

v
H. Pengolahan data 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 35


A. Pelayanan Kesehatan di Puskesmas 35
B. Karakterisitik Tenaga Kesehatan 36
C. Karakteristik Pasien 36
D. Tingkat Rasionalitas Penggunaan Obat Pada Indikator Pelayanan Pasien di
Tiap Puskesmas Rawat Jalan Kota Kendari 39
E. Perbedaan Tingkat Rasionalitas Penggunaan Obat Pada Indikator Pelayanan
Pasien di Tiap Puskesmas Rawat Jalan Kota Kendari 59

BAB V PENUTUP 66
A. Kesimpulan 66
B. Saran 67

DAFTAR PUSTAKA 68

LAMPIRAN 72

vi
DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman


1. Indikator utama penilaian rasionalitas penggunaan obat 10
2. Puskesmas Kecamatan di Kota Kendari 25
3. Lokasi Penelitian 27
4. Jumlah petugas pelayanan kesehatan Puskesmas 36
5. Hasil Penelitian Indikator Pelayanan Pasien WHO di 54
Puskesmas Rawat Jalan Kota Kendari
6. Hasil Uji Kruskal-Wallis Puskesmas Rawat Jalan Kota 55
Kendari

vii
DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman
1. Pemetaan wilayah Kecamatan Kota Kendari 24
2. Kerangka konsep penelitian 26
3. Grafik persentase jenis kelamin dan umur responden 38
4. Grafik rata-rata waktu konsultasi medis tiap puskesmas 39
5. Grafik rata-rata waktu penyiapan obat tiap puskesmas 44
6. Grafik persentase kesesuaian obat tiap puskesmas 47
7. Grafik persentase pelabelan lengkap tiap puskesmas 48
8. Grafik persentase pengetahuan pasien tentang tiap puskesmas 50

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman


1. Lembar Penjelasan Pada Subyek Penelitian 73
2. Persetujuan keikutsertaan dalam penelitian 75
3. Form pedoman wawancara pasien 76
4. Form penilaian parameter waktu konsultasi medis 78
5. Form penilaian parameter waktu penyiapan obat,
persentase kesesuaian penyerahan obat, pelabelan lengkap, 83
dan pengetahuan pasien
6. Hasil uji normalitas tiap parameter pada SPSS 19.0 92
7 Hasil uji homogenitas tiap parameter pada SPSS 19.0 95
8. Hasil uji Kruskal Wallis 96
9. Hasil uji Mann-Whitney tiap parameter pada SPSS 19.0 99
10. Surat izin penelitian 103
11. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian 104

ix
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

% : Persen
ANOVA : Analisis Of Variance
Depkes : Departemen Kesehatan
INRUD :International Network of Rational Use of Drugs
Kemenkes RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Kepmenkes : Keputusan Menteri Kesehatan
IKP : Insiden Keselamatan pasien
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
p : Probabilitas
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat
SPSS : Statistical Product and Service Solutions
WHO :World Health Organization
α : Alf

x
ANALISIS PELAYANAN PASIEN SEBAGAI SALAH SATU INDIKATOR
PENGGUNAAN OBAT RASIONAL DI PUSKESMAS RAWAT JALAN
KOTA KENDARI

Bestianti Purnasari Jiwa


F1F1 12 078
Fakultas Farmasi, Universitas Halu Oleo, Kendari

ABSTRAK
Penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien menerima obat sesuai
dengan kebutuhan klinisnya, untuk periode waktu yang sesuai dengan harga yang
terjangkau. Penelitian ini bertujuan menganalisis kerasionalan penggunaan obat
berdasarkan indikator pelayanan pasien di Puskesmas Rawat Jalan Kota Kendari,
serta menganalisis adanya perbedaan tingkat rasionalitas penggunaan obat di
setiap Puskesmas Rawat Jalan. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode
cross-sectional secara prospektif dari data primer hasil observasi dan wawancara.
Data yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan indikator kerasionalan
penggunaan obat berdasarkan parameter pelayanan pasien menurut WHO. Data
dianalisis menggunakan program SPSS 19 dengan menggunakan uji Kruskal-
Wallisdan uji Mann-Whitney, hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan
obat di Puskesmas Rawat Jalan Kota Kendari didapatkan tidak rasional kecuali
untuk parameter rata-rata waktu penyiapan obat dan persentase kesesuaian
penyerahan obat. Rata-rata untuk waktu konsultasi 3,33 menit, rata-rata waktu
penyiapan obat 1,80 menit, persentase kesesuaian penyerahan obat 100%,
persentase pelabelan lengkap 54%, dan persentase pengetahuan pasien 65%.
Puskesmas yang paling mendekati kriteria kerasionalan untuk parameter rata-rata
waktu konsultasi adalah Puskesmas Mokoau (4,59 menit), untuk parameter rata-
rata waktu penyiapan obat adalah semua Puskesmas yaitu dengan rata-rata ≥1 ,
untuk perameter persentase kesesuaian penyerahan obat adalah semua Puskesmas
dengan nilai persentase 100%, untuk persentase pelabelan lengkap adalah
Puskesmas Mokoau (957,26%) dan untuk persentase pengetahuan pasien adalah
Puskesmas Benu-Benua (81,33%). Pada 5 puskesmas untuk parameter rata–rata
waktu konsultasi, rata-rata waktu penyiapan obat, dan persentase pelabelan
lengkap dan persentase pengetahuan pasien didapatkan setiap puskesmas berbeda
secara bermakna (p<0.05), sedangkan untuk parameter persentase kesesuaian
penyerahan obat tidak didapatkan perbedaan secara bermakna (p>0.05).

Kata Kunci: Penggunaan obat rasional, indikator pelayanan pasien,


Puskesmas Kota Kendari

xi
ANALYSIS OF PATIENT SERVICE AS ONE OF RATIONAL USING
MEDICINE INDICATOR IN OUTPATIENT HEALTH CENTER OF
KENDARI CITY

Bestianti Purnasari Jiwa


F1F1 12 078
Faculty of Pharmacy, Halu Oleo University, Kendari

ABSTRACT

The use of medicine called rational if patient receive medicine based on its
clinic need, for appropriate time period with reached price. This study aims to
analyze rationale of using medicine based on patient service indicator in the
Outpatient Health Center of Kendari City, also to analyze the difference between
health centers. This study used cross-sectionalprospectively from primary data
from observation and interview. Then, collected data were compared with
rationale indicator of using medicine based on WHO service patient parameter.
Data analysis used program SPSS verse 19 with using Kruskal-Wallis test and
Mann- Whitney test. The result of study shows that using of medicine in
Outpatient Health Center of Kendari city achieved not rational, except time
average of preparing medicine and appropriate medicine presentation where
consultancy time average 3,33 minutes, preparing time average 1,80 minutes,
percentage of giving medicine 100 % , percentage of complete labeled 42,71 %,
and percentage of patient knowledge 65%. The health center who closed to
rationale criteria for consultancy time average parameter and complete labeled
percentage is Puskesmas Mokoau (4,59 minutes) and 41,98% and patient
knowledge percentage is Puskesmas Benua- Benua ( 81,33%). At five health
centers for consultancy time average parameter, time average of preparing
medicine, complete labeled percentage and patient knowledge percentage is
reached that every health center is different meaningfully (p<0.05), while for
parameter percentage of appropriate giving medicine is not reached difference
meaningfully (p> 0.05).

Key Words: Rational Using Medicine, Patient Service Indicator, Health


Center of Kendari City

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obat merupakan salah satu unsur utama dalam upaya kesehatan, mulai dari

upaya peningkatan kesehatan, pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan pemulihan

harus diusahakan agar selalu tersedia pada saat dibutuhkan. Obat juga dapat

merugikan kesehatan bila tidak memenuhi persyaratan atau bila digunakan secara

tidak tepat (Depkes, 2006).

Penggunaan obat yang rasional merupakan salah satu langkah untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik (Depkes, 2006). Menurut World

Health Organization (WHO) memperkirakan terdapat sekitar 50% dari seluruh

penggunaan obat yang tidak tepat dalam peresepan, penyiapan, dan penjualannya.

Sekitar 50% lainnya tidak digunakan secara tepat oleh pasien (WHO, 2002).

Penggunaan obat rasional dalam pelayanan kesehatan di Indonesia masih

merupakan masalah. Penggunaan polifarmasi dimana seorang pasien rata rata

mendapatkan 3,5 obat, lebih dari 50% menerima 4 atau lebih obat untuk setiap

lembar resepnya, penggunaan antibiotik yang berlebihan 43%, waktu konsultasi

yang singkat dengan rata rata berkisar hanya 3 menit saja serta miskinnya

compliance pasien merupakan pola umum yang terjadi pada penggunaan obat

tidak rasional di Indonesia (Depkes, 2005).

Penggunaan obat yang rasional adalah penggunaan obat yang sesuai

dengan kebutuhan klinis pasien dalam jumlah dan untuk masa yang memadai, dan

1
dengan biaya yang terendah.Bila pasien menerima obat atau menggunakan obat

tidak sebagaimana dinyatakan dalam definisi di atas, itulah pengobatan yang tidak

rasional (Sadikin, 2011). Pada era modern sekarang ini pengetahuan masyarakat

telah semakin berkembang khususnya dibidang pengobatan dan kesehatan

sehingga telah menggeser pelayanan kefarmasian dari orientasi pada obat

menjadi orientasi pada pasien (Depkes, 2006). Oleh karena itu rasionalitas

penggunaan obat tidak hanya ditinjau dari sisi obat saja namun juga ditinjau dari

aspek lain yang berkaitan dengan pasien saat berada di fasilitas kesehatan, seperti

ketidakmampuan pasien menyampaikan keluhan dan ketidakmampuan tenaga

kesehatan menyampaikan informasi mengenai obat yang diterima pasien.

Pemggunaan obat yang tidak rasional dapat menyebabkan terjadinya

medication error. Medication error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat

kesalahan pemakaian obat selama perawatan, yang sebenarnya dapat dicegah

(Tajuddin, 2012). Medication error berhubungan dengan praktisi, produk,

prosedur, lingkungan atau sistem yang melibatkan resep, dispensing, distribusi,

penyiapan dan pemakaian, pelabelan, pengemasan, penamaan, komunikasi, dan

edukasi (Cohen, 1999).

Terdapat 3 indikator utama rasionalitas penggunaan obat diantaranya pola

peresepan, pelayanan yang diberikan bagi pasien, dan tersedianya fasilitas untuk

merasionalkan penggunaan obat (WHO, 2009). Indikator tersebut dapat berperan

sebagai alat bantu untuk mengidentifikasi kemungkinan pola penggunaan obat

yang kurang tepat oleh individu tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan

(Hogerzeil dkk., 1993). Salah satu indikator utamanya adalah faktor pelayanan

2
pasien yang berpengaruh pada ketepatan diagnosis dan terapi untuk pasien, serta

informasi yang seharusnya diterima oleh pasien agar pasien mengerti akan tujuan

terapi dan paham tentang penggunaan obat. Parameter yang ditinjau antara lain

waktu konsultasi medis, waktu penyiapan obat, kesesuaian penyerahan obat,

pelabelan cukup, dan pengetahuan pasien. Pelayanan pasien berkaitan dengan

interaksi antara tenaga kesehatan dengan pasien selama proses pengobatan pasien

di sarana kesehatan. Interaksi ini memegang peran penting bagi pemahaman

pasien akan pengobatan yang mereka terima (WHO, 2009).

Puskesmas merupakan salah satu lini terdepan pelayanan kesehatan bagi

masyarakat Indonesia, sudah seharusnya puskesmas menerapkan penggunaan obat

yang rasional sesuai standar yang ada. Bila terjadi ketidakrasionalan penggunaan

obat di puskesmas Kecamatan maka kerugiannya akan dialami oleh lebih banyak

pasien (Sari, 2011).

Hasil penelitian analisis pelayanan pasien sebagai salah satu indikator

penggunaan obat rasional di seluruh puskesmas kecamatan Kota Depok tahun

2011, didapatkan bahwa rata-rata waktu konsultasi medis untuk puskesmas

kecamatan di Kota Depok adalah 2,21 menit, rata-rata waktu penyiapan obat yang

berlangsung adalah 10,92 menit, persentase pelabelan lengkap di puskesmas

kecamatan di Kota Depok sebesar 38,99%. Angka tersebut menunjukkan bahwa

tingkat pemberian label masih lengkap rendah. Pemahaman pasien akan medikasi

yang diterima dari puskesmas terbilang masih kurang dengan persentase

pengetahuan pasien sebesar 60,40%. Berdasarkan observasi yang dilakukan hanya

penyerahan obat yang mendekati nilai sempurna yaitu persentase kesesuaiannya

3
sebesar 97,13%. Parameter yang masih jauh dari sempurna yaitu pelabelan

lengkap dengan angka 38,99% (Veronika, 2011).

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

pada pasien rawat jalan yang terdapat di Puskesmas Rawat Jalan Kota Kendari

khususnya indikator pelayanan pasien yang merupakan salah satu indikator

penggunaan obat rasional. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

bagi masyarakat Kota Kendari tentang penggunaan obat secara disiplin dan dapat

menjadi gambaran pelayanan kesehatan di Kota Kendari sehingga dapat menjadi

tolak ukur untuk meningkatkan kualitas kesehatan di Indonesia khususnya Kota

Kendari.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana tingkat rasionalitas penggunaan obat di Puskesmas Rawat Jalan

Kota Kendari ditinjau dari indikator pelayanan pasien menurut WHO?

2. Bagaimana rasionalitas penggunaan obat di tiap Puskesmas Rawat Jalan Kota

Kendari ditinjau dari indikator pelayanan pasien menurut WHO?

3. Apakah terdapat perbedaan yang bermakna pada tingkat rasionalitas

penggunaan obat di Puskesmas Rawat Jalan Kota Kendari berdasarkan

indikator pelayanan pasien menurut WHO?

4
C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui tingkat rasionalitas penggunaan obat di Puskesmas Rawat

Jalan Kota Kendari ditinjau dari indikator pelayanan pasien menurut WHO.

2. Untuk mengetahui rasionalitas penggunaan obat di tiap Puskesmas Rawat

Jalan Kota Kendari ditinjau dari indikator pelayanan pasien menurut WHO.

3. Untuk mengetahui perbedaan bermakna pada tingkat rasionalitas penggunaan

obat di Puskesmas Rawat Jalan Kota Kendari berdasarkan indikator pelayanan

pasien menurut WHO.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yaitu:

1. Bagi Peneliti

Menerapkan pengetahuan peneliti yang telah didapat selama mengikuti

pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo.

2. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Dapat digunakan sebagai acuan dan perbandingan untuk penelitian selanjutnya

mengenai penggunaan obat yang rasional ataupun sejenis.

3. Bagi Institusi

Dapat menjadi masukkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan

Puskesmas di Indonesia khususnya Kota Kendari.

4. Bagi Masyarakat

Mendapatkan informasi dan wawasan mengenai penggunaan obat yang

rasional.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penggunaan Obat Rasional

Obat merupakan salah satu unsur yang penting dalam upaya kesehatan,

mulai dari upaya peningkatan kesehatan, pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan

pemulihan harus diusahakan agar selalu tersedia pada saat dibutuhkan. Obat juga

dapat merugikan kesehatan bila tidak memenuhi persyaratan atau bila digunakan

secara tidak tepat atau disalahgunakan. Penggunaan obat yang rasional merupakan

salah satu langkah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik (Depkes,

2006).

Obat memiliki dua sisi yang bertolak belakang. Pemberian obat yang benar

dapat memberikan manfaat menyembuhkan. Akan tetapi, penggunaan obat yang

tidak benar dapat merugikan. Kesalahan dalam penggunaan obat dapat berakibat

pada bertambahnya biaya pengobatan, tidak tercapainya tujuan pengobatan hingga

membahayakan kehidupan pasien (WHO, 2002).

Penggunaan obat secara rasional adalah pengobatan yang sesuai indikasi,

diagnosis, tepat dosis obat, cara dan waktu pemberian, tersedia setiap saat dan

harga terjangkau (WHO 1987). Salah satu perangkat tercapainya penggunaan obat

yang rasional adalah tersedia suatu pedoman atau standar pengobatan yang

dipergunakan secara seragam (Depkes, 2007).

Penggunaan obat yang rasional merupakan salah satu langkah untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik (Depkes, 2006). Departemen

6
Kesehatan Republik Indonesia (2006) menjabarkan bahwa secara praktis

penggunaan obat dikatakan rasional jika memenuhi persyaratan-persyaratan

tertentu yang terdiri atas:

1. Tepat diagnosis

Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan untuk diagnosis yang tepat.

2. Tepat indikasi

Setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifik, misalnya antibiotika

diindikasikan untuk infeksi bakteri.

3. Tepat pemilihan obat

Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis

ditegakkan dengan benar.Dengan demikian obat yang dipilih haruslah yang

memiliki efek terapi sesuai dengan spektrum penyakit.

4. Tepat dosis

Ketepatan dosis merupakan jumlah obat yang diberikan berada dalam range

terapi yang sangat berpengaruh terhadap efek terapi obat.

5. Tepat cara pemberian

Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan praktis agar

mudah ditaati oleh pasien.

6. Tepat lama pemberian

Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masing-masing.

7. Waspada terhadap efek samping

Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping yaitu efek yang tidak

diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi.

7
8. Tepat informasi

Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat penting dalam

menunjang keberhasilan terapi.

9. Tepat dalam melakukan upaya tindak lanjut

Pada saat memutuskan pemberian terapi, harus sudah dipertimbangkan upaya

tindak lanjut yang diperlukan, misalnya jika pasien tidak sembuh atau

mengalami efek samping

Pengobatan yang baik merupakan upaya pencegahan yang paling penting

karena dapat mengurangi penyebaran penyakit tersebut di masyarakat. Pemakaian

obat dikatakan rasional jika diagnosis tepat dan pemilihan obat yang terbaik untuk

penyakit tersebut, dosis yang tidak rasional yaitu pemberian obat yang sebenarnya

tidak perlu misalnya pemberian antibiotik pada infeksi yang ditimbulkan oleh

virus, seringkali dokter memberikan obat berdasarkan gejala-gejala yang

dikeluhkan penderita tanpa mempertimbangkan penting/tidaknya gejala yang

dihadapi, sehibgga banyak mendorong terjadinya pemakaian obat lebih dari 1

macam yang sebenarnya tidak perlu, hal ini dikenal dengan istilah over

prescribing atau disebut juga poli farmasi (Katzung, 2004).

Penggunaan obat secara rasional merupakan kunci dalam pembangunan

pelayanan kesehatan. Pelaksanaan pengobatan yang belum rasional selama ini

telah memberikan dampak negatif berupa pemborosan dana masyarakat, efek

samping yang berupa resistensi, interaksi obat yang berbahaya yang menurunkan

mutu pengobatan dan mutu pelayanan kesehatan (Yuliastuti, 2013). Pemakaian

atau peresepan suatu obat dikatakan tidak rasional apabila kemungkinan untuk

8
memberikan manfaat kecil atau tidak ada sama sekali, atau kemungkinan

manfaatnya tidak sebanding dengan kemungkinan efek samping atau biayanya.

Pemilihan dan penggunaan terapi antibiotik yang tepat dan rasional akan

menentukan keberhasilan pengobatan (Nurzakidkk., 2015).

Pelayanan pasien merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang

bertujuan meningkatkan penggunaan obat yang rasional, keamanan penggunaan

obat, serta efisiensi obat dalam meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan

pasien yang kurang optimal tidak hanya disebabkan oleh sistem pengelolaan obat,

ketersediaan obat, tetapi juga karena ketersediaan, pemerataan, dan

profesionalisme tenaga farmasi yang masih kurang (Depkes, 2006). Pasien datang

ke fasilitas kesehatan dengan gejala, keluhan serta ekspektasi pelayanan yang

akan mereka terima dan meninggalkan tempat dengan membawa bungkusan obat

atau selembar resep yang dapat mereka tebus di sarana kesehatan lainnya (WHO,

1993).

Banyak faktor yang mempengaruhi kerasionalan penggunaan obat.Akan

tetapi, WHO menyimpulkan tiga faktor utama adalah pola peresepan, pelayanan

yang diberikan bagi pasien, dan tersedianya fasilitas untuk merasionalkan

penggunaan obat. Faktor peresepan berpengaruh langsung pada ketepatan

pemberian obat yang akan dikonsumsi oleh pasien. Faktor pelayanan pasien

berpengaruh pada ketepatan diagnosis dan terapi untuk pasien, serta informasi

yang seharusnya diterima oleh pasien agar pasien mengerti akan tujuan terapinya

dan paham tentang penggunaan obatnya. Faktor fasilitas yaitu ketersediaan obat

esensial dan daftarnya menjadi penunjang bagi tenaga kesehatan untuk dapat

9
menjalankan penggunaan obat yang rasional (WHO, 2009). Ketiga faktor tersebut

berperan penting pada tercapainya kerasionalan penggunaan obat.

Tabel 1. Indikator Utama Penilaian Rasionalitas Penggunaan Obat

Indikator Parameter Penilaian


Peresepan Rata-rata jumlah obat yang diresepkan untuk tiap pasien
Persentase peresepan obat generik
Persentase peresepan antibiotik
Persentase peresepan injeksi
Persentase peresepan obat dari daftar obat esensial yang ada
Pelayanan pasien Rata-rata waktu untuk konsultasi
Rata-rata waktu penyiapan obat
Persentase kesesuaian penyerahan obat
Persentase obat yang pelabelannya lengkap
Pengetahuan pasien tentang pengobatan yang benar
Fasilitas Ketersediaan formularium atau daftar obat-obat esensial
Ketersediaan obat-obat esensial
Persentase obat kunci yang tersedia di fasilitas
(Sumber : World Health Organization, 2009)

Secara ringkas dampak negatif ketidakrasionalan penggunaan obat dapat

meliputi (Depkes, 2011):

a. Dampak pada mutu pengobatan dan pelayanan.

b. Dampak terhadap biaya pengobatan.

c. Dampak terhadap kemungkinan efek samping dan efek lain yang tidak

diharapkan.

d. Dampak terhadap mutu ketersediaan obat.

e. Dampak psikososial.

Minimnya pemberian informasi obat bagi pasien dapat mengakibatkan

ketidaktaatan pasien meminum/menggunakan obat yang berujung pada kegagalan

terapi. Penggunaan obat yang tidak tepat dapat berakibat pada dampak-dampak

yang tidak diharapkan, seperti (Veronika, 2011):

10
1. Penurunan kualitas terapi yang dapat meningkatkan angka morbiditas dan

mortalitas.

2. Pemborosan sumber daya yang dapat mengurangi ketersediaan obat dan

meningkatkan biaya pengobatan.

3. Resiko efek yang tidak diinginkan mencetuskan terjadinya reaksi yang tidak

diinginkan serta resistensi bakteri.

4. Dampak psikososial yang mengakibatkan ketergantungan pasien terhadap

obat yang tidak diperlukan.

Penggunaan obat rasional dalam pelayanan kesehatan di Indonesia masih

merupakan masalah. Penggunaan polifarmasi dimana seorang pasien rata rata

mendapatkan 3-5 obat, lebih dari 50% menerima 4 atau lebih obat untuk setiap

lembar resepnya, serta penggunaan antibiotik yang berlebihan (43%) merupakan

pola umum yang terjadi pada penggunaan obat tidak rasional di Indonesia

(Depkes, 2005).

B. Indikator Pelayanan

Pelayanan pasien merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang

bertujuan meningkatkan penggunaan obat yang rasional, keamanan penggunaan

obat, serta efisiensi obat dalam meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan

pasien yang kurang optimal tidak hanya disebabkan oleh sistem pengelolaan obat,

ketersediaan obat, tetapi juga karena ketersediaan, pemerataan, dan

profesionalisme tenaga farmasi yang masih kurang (Depkes, 2006).

Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung

jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud

11
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Depkes,

2014). Pelayanan kefarmasian yang mencakup pelayanan pasien berperan untuk

meningkatkan penggunaan obat yang rasional. Penggunaan obat yang rasional

akan menentukan keberhasilan pengobatan. Minimnya pemberian informasi obat

bagi pasien dapat mengakibatkan ketidaktaatan pasien meminum/menggunakan

obat yang berujung pada kegagalan terapi (WHO, 2002).

Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari pelayanan

kesehatan dan merupakan wujud pelaksanaan praktik kefarmasian berdasarkan

Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Saat ini paradigma

pelayanan kefarmasian telah meluas dari pelayanan yang berorientasi pada obat

(drug oriented) menjadi pelayanan yang berorientasi pada pasien (patient

oriented) dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien melalui

pencapaian luaran klinik yang optimal (Kemenkes, 2011). Kegiatan pelayanan

farmasi yang semula berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi harus

diubah menjadi pelayanan yang komprehensif dan bertujuan untuk meningkatkan

kualitas hidup pasien. Kesembuhan pasien sebesar 25% diharapkan diperoleh dari

kenyamanan serta baiknya pelayanan apotek, sedangkan 75% berasal dari obat

yang digunakan pasien (Handayani dkk., 2009).

Dalam melakukan pelayanan, unit farmasi memiliki perencanaan,

pengadaan, pendistribusian dan evaluasi yang tentunya dilakukan guna

meningkatkan kualitas pelayanan farmasi dan guna mencapai tujuan yang telah

ditargetkan, diantaranya meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan

farmasi, memberikan pelayanan farmasi yang dapat menjamin efektifitas,

12
keamanan dan efisiensi penggunaan obat, meningkatkan kerjasama dengan pasien

dan profesi kesehatan lain yang terkait dalam pelayanan farmasi, serta

melaksanakan kebijakan obat dalam rangka meningkatkan penggunaan obat

secara rasional (Pudjaningsih, 2006).

Pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit merupakan pelayanan di bidang

kesehatan yang memiliki peranan penting dalam rangka mewujudkan kesehatan

yang bermutu. Apoteker sebagai bagian dari pelayanan kefarmasian memiliki

tanggung jawab dalam mewujudkan pelayanan yang berkualitas. Pelayanan

kefarmasian selain menjadi tuntutan profesionalisme juga menjadi faktor yang

mempengaruhi minat pasien terhadap perolehan obat di sarana farmasi. Indikator

pada pelayanan kefarmasian meliputi: sarana prasarana apotek, keramahan

petugas, kecepatan pelayanan obat, pelayanan informasi obat, ketersediaan obat,

dan pelaksanaan pelayanan informasi obat (Rahmawati, 2016).

Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan

untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah

yang berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan masyarakat akan

peningkatan mutu pelayanan kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari

paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi

paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi

pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Pelayanan Kefarmasian di

puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan

upaya kesehatan, yang berperan penting dalam meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas harus

13
mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu sebagai pusat penggerak

pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat

pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan

perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat (Kemenkes, 2014).

Indikator pelayanan pasien dapat dijadikan aspek untuk mengetahui

masalah apa saja yang dialami pasien di fasilitas kesehatan yang dapat

mempengaruhi rasionalitas penggunaan obat. Dalam panduan indikator

penggunaan obat yang disebutkan sebelumnya, terdapat lima parameter yang

dapat digunakan sebagai evaluasi indikator pelayanan pasien yaitu (WHO, 1993):

1. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk konsultasi medis (menit)

a) Tujuan: mengukur waktu yang dihabiskan/dilalui pasien bersama tenaga

medis dalam proses konsultasi medis.

b) Prasyarat: direkam secara akurat waktu yang dilalui selama konsultasi,

yaitu waktu antara masuk dan meninggalkan meja konsultasi. Waktu

tunggu giliran konsultasi tidak termasuk.

c) Perhitungan: rata-rata dihitung berdasarkan pembagian waktu total

sejumlah konsultasi dengan jumlah konsultasi yang diukur.

2. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk penyiapan obat (detik)

a) Tujuan: mengukur rata-rata waktu yang dihabiskan/dilalui pasien bersama

petugas obat.

b) Prasyaratan: direkam secara akurat rata-rata waktu yang dihabiskan/dilalui

petugas obat untuk mengerjakan resep hingga obat diserahkan kepada

pasien, yaitu waktu antara penyerahan resep dan penyerahan obat.

14
c) Perhitungan: rata-rata dihitung berdasarkan pembagian waktu total

penyiapan obat untuk sejumlah pasien dengan jumlah resep pasien yang

diterima.

Pelayanan dimulai dari penerimaan resep, pemeriksaan ketersediaan,

pengkajian resep, penyiapan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis

habis pakai termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian

informasi (Aryani, 2014). Menurut Kemenkes Tahun 2004, penyiapan obat

meliputi berbagai tahap:

1. Peracikan

Merupakan kegiatan menyiapkan menimbang, mencampur, mengemas dan

memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus

dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah

obat serta penulisan etiket yang benar.

2. Etiket

Etiket harus jelas dan dapat dibaca.

3. Kemasan Obat yang Diserahkan

Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga

terjaga kualitasnya.

4. Penyerahan Obat

Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir

terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh

apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien.

15
5. Informasi Obat

Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah

dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada

pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan

obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang

harus dihindari selama terapi.

6. Konseling

Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan

dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup

pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau

penggunaan obat yang salah. Untuk penderita penyakit tertentu seperti

kardiovaskular, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya, apoteker

harus memberikan konseling secara berkelanjutan.

7. Monitoring Penggunaan Obat

Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan

pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti

kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya.

Sedangkan penyebab lamanya waktu pelayanan resep pasien umum

menurut Ayuningtyas (2011) dalam penelitiannya adalah:

a. Adanya komponen delay yang menyebabkan proses menjadi lebih lama.

Delay disebabkan antara lain karena petugas belum mengerjakan resep karena

mengerjakan kegiatan lain atau mengerjakan resep sebelumnya.

16
b. Obat sering kosong sehingga membutuhkan waktu untuk mengambil obat

tersebut di gudang.

c. Program komputer yang belum sempurna, yang mengakibatkan beberapa

pekerjaan dikerjakan secara manual.

d. Sumber daya manusia yang kurang terampil dan cekatan.

e. Belum dijalankannya prosedur tertulis secara maksimal. Belum ada instruksi

kerja yang lebih detail mengenai setiap kegiatan dalam proses pelayanan

resep umum dan SOP tidak diletakkan di ruangan atau di tempat yang mudah

terlihat dan dibaca oleh petugas.

Pada saat penyerahan obat, salah satu hal yang dilakukan oleh petugas

adalah memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang terkait

dengan obat tersebut, antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang harus

dihindari, kemungkinan efek samping dan cara penyimpanan obat. Namun karena

tidak seimbangnya tenaga farmasi dengan jumlah pasien dan kurangnya

pengetahuan tenaga farmasi yang bertugas memungkinkan hal ini tidak

sepenuhnya terjadi. Tanpa pengetahuan yang cukup mengenai resiko dan manfaat

penggunaan obat, kapan dan bagaimana cara menggunakan obat, pengobatan

pasien tidak seperti yang diharapkan dan pasien beresiko terhadap efek obat yang

merugikan. Strategi edukasi dan pelatihan dapat diterapkan, bukan hanya untuk

masyarakat tetapi juga untuk tenaga kesehatan yang bertugas di puskesmas dalam

mendorong kerasionalan penggunaan obat. Hal-hal yang berkenaan pada saat

penyerahan obat merupakan kegiatan dalam pelayanan kefarmasian di puskesmas

yang harus dilakukan oleh seorang apoteker (Kardela, 2014).

17
Faktor penyebab IKP (insiden keselamatan pasien) adalah kegagalan

komunikasi, komunikasi tidakefektif akan berdampak 80% menyebabkan

kejadian malpraktek, meningkatkan biaya operasional, biaya perawatan

penyembuhan dan menghambat proses pemberian asuhan keperawatan. Hasil

penelitian menyebutkan 50% kejadian medical errors dan sampai 20% kejadian

kesalahan pemberian obat disebabkan karena komunikasi tidak efektif. Penerapan

komunikasi efektif antar perawat dan antar petugas kesehatan menjadi salah satu

cara yang terbukti efektif meningkatkan keselamatan pasien (Cahyono, 2008).

3. Persentase kesesuaian penyerahan obat (%)

a) Tujuan: mengukur derajat apakah fasilitas kesehatan yang diteliti mampu

menyediakan obat yang diresepkan.

b) Prasyarat: informasi obat yang diserahkan pada pasien, apakah obat-obat

yang diresepkan dapat disediakan (diserahkan pada pasien) secara aktual

oleh fasilitas kesehatan tersebut.

c) Perhitungan: persentase dihitung berdasarkan pembagian jumlah kesuaian

obat yang diberikan oleh fasilitas kesehatan dengan jumlah obat yang

diresepkan kemudian angka yang diperoleh dikalikan 100.

Depkes melaporkan insiden keselamatan pasien yang paling banyak terjadi

di Indonesia adalah kesalahan pemberian obat. Pelaksanaan pemberian obat

pelaksaan pemberian obat harus menerapkan prinsip lima benar untuk

menghindari insiden keselamatan pasien. Prinsip-prinsip pemberian obat antara

lain: yang pertama adalah benar obat, benar obat merupakan obat yang diberikan

kepada pasien sesuai dengan resep dari dokter. Prinsip pemberian obat yang ke

18
dua adalah benar dosis, dosis diberikan sesuai dengan karakteristik pasien

maksudnya sesuai hasil perhitungan dan jenis obatnya dalam jumlah tertentu.

Benar jalur atau rute, benar rute merupakan pemberian obat sesuai jalur yang

diprogramkan dan dipastikan bahwa rute tersebut aman sesuai untuk pasien. Benar

pasien, benar pasien dapat dipastikan dengan cara memastikan gelang

indentifikasi sesuai dengan prosedur yang berlaku, benar expired atau

kadaluwarsa lebih memperhatikan tanggal kadaluwarsa dan selalu rutin dalam

memeriksa tanggal kadaluwarsa secara berkala. Terakhir adalah benar informasi,

perawat memberikan informasi yang benar tentang obat untuk menghindari

kesalahan dalam menerima obat, memberikan informasi cara kerja dan efek

samping obat yang diberikan (Anggraini, 2015).

Kejadian kesalahan pemberian obat 19% disebabkan oleh kesalahan dosis

dan 7% dari kesalahan tersebut menyebabkan dampak yang sangat berat.

Kesalahan pemberian obat terjadi pada beberapa tahapan sebagai berikut: 39%

saat dokter menginstruksikan obat, 12% saat obat ditulis ulang di daftar obat, 11%

selama proses pengobatan, dan 38% saat perawat memberikan obat (Leape dkk.,

1995)

4. Persentase obat yang pelabelannya mencukupi (%)

a) Tujuan: mengukur derajat apakah petugas obat di fasilitas kesehatan

mencatat informasi penting pada bungkus obat yang dipersiapkan.

b) Prasyarat: peneliti harus mampu memeriksa bungkus obat yang

dipersiapkan secara aktual di fasilitas kesehatan yang diteliti.

19
c) Perhitungan: persentase, dihitung berdasarkan pembagian jumlah bungkus

obat yang berlabel cukup, dengan jumlah total bungkus obat yang

dipersiapkan, angka yang diperoleh dikalikan 100.

Tingkat pelabelan cukup yang masih rendah tersebut mungkin dapat

terjadi karena ketidakseimbangan antara jumlah pasien yang berobat dan petugas

obat yang tersedia sehingga pekerjaan petugas farmasi menjadi kurang optimal

serta kurangnya edukasi mengenai pelabelan obat bagi tenaga farmasi. Dampak

dari obat dengan pelabelan yang tidak cukup memungkinkan pasien salah minum

obat dan memungkinkanterjadinya efek obat yang tidak diharapkan (Kardela,

2014).

5. Persentase pengetahuan pasien tentang pengobatan yang benar (%)

a) Tujuan: mengukur efektivitas informasi yang diberikan kepada pasien

mengenai nama, kegunaan, aturan pakai, cara dan lama penggunaan obat

yang diterima pasien.

b) Prasyarat: peneliti harus dapat mengevaluasi pengetahuan pasien selama

wawancara atau merekam responpasien untuk evaluasi selanjutnya.

c) Perhitungan: persentase, dihitung berdasarkan pembagian jumlah pasien

yang menunjukkan pengetahuan yang cukup untuk penggunaan semua

obat dengan jumlah pasien yang diwawancara, angka yang diperoleh

dikalikan 100.

Pengetahuan pasien mengenai obat secara praktis sangatlah penting untuk

diketahui. Walaupun telah dijelaskan oleh tenaga kesehatan, akan tetapi pada

20
kenyataannya secara praktis pengetahuan pasien berbeda-beda tergantung pada

bagaimana pasien menyerap informasi yang diperoleh (Keban dkk., 2009).

Pemberian informasi obat memiliki peranan penting dalam rangka

memperbaiki kualitas hidup pasien dan menyediakan pelayanan bermutu bagi

pasien. Kualitas hidup dan pelayanan bermutu dapat menurun akibat adanya

ketidakpatuhan terhadap program pengobatan. Penyebab ketidakpatuhan tersebut

salah satunya disebabkan kurangnya informasi tentang obat (Athiyah dkk., 2014).

Berkaitan dengan rasionalitas penggunaan obat di suatu fasilitas kesehatan,

maka WHO/INRUD (International Network of Rational Use of Drugs)

mengeluarkan standar terhadap 5 parameter dari indikator pelayanan yaitu (WHO,

1993):

a. Rata-rata waktu konsultasi pasien dengan dokter ≥30 menit

b. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk penyerahan obat≥ 60 detik

c. Persentase obat yang diserahkan pada pasien 100 %

d. Persentase obat yang pelabelannya mencukupi 100 %

e. Pengetahuan pasien tentang pengobatan yang benar 100 %

Jumlah minimal sampel pasien yang direkomendasikan adalah 600

responden. Jika fasilitas kesehatan yang dapat dicapai sebanyak 20, maka jumlah

responden yang harus diambil berjumlah 30 responden per fasilitas kesehatan.Jika

fasilitas kesehatan kurang dari 20, maka jumlah responden harus lebih besar agar

jumlah sampel minimal sebanyak 600 responden dapat tercapai(WHO, 1993).

21
C. Puskesmas

Berdasarkan Kepmenkes No.128 tahun 2004, Puskesmas adalah unit

pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas

merupakan penanggungjawab penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang

tingkat pertama. Sejak diperkenalkannya konsep puskesmas pada tahun 1968,

berbagai hasil telah banyakdicapai. Angka kematian ibu dan kematian bayi telah

berhasil diturunkan dan sementara ituangka harapan hidup rata-rata bangsa

Indonesia telah meningkat secara bermakna (Depkes, 2004).

Tugas dari puskesmas yaitu melaksanakan kebijakan kesehatan untuk

mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka

mendukung terwujudnya kecamatan sehat (Depkes, 2014). Apabila di satu

kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah

kerja dibagi antar Puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah

yaitu desa/kelurahan atau dusun/rukun warga (RW). Secara nasional standar

wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan. Apabila di satu kecamatan

terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi

antar Puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu

desa/kelurahan atau dusun/rukun warga (Depkes, 2008).

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas

adalah tercapainya kecamatan sehat. Misi pembangunan kesehatan yang

diselenggarakan Puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan

kesehatan nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup

22
sehat. Untuk mencapai visi tersebut, Puskesmas menyelenggarakan upaya

kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Dalam menyelenggarakan

upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, Puskesmas perlu

ditunjang dengan pelayanan kefarmasian yang bermutu (Depkes, 2008). Upaya

kesehatan wajib merupakan upaya yang minimal harus diadakan oleh setiap

puskesmas yang ada di wilayah Indonesia, yaitu:

1. Upaya promosi kesehatan

2. Upaya kesehatan lingkungan

3. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana

4. Upaya perbaikan gizi masyarakat

5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

6. Upaya pengobatan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75

tahun 2014, pembagian puskesmas terdiri atas 2 katergori yaitu:

1. Berdasarkan karakterisitik wilayah kerja terdiri atas:

a) Puskesmas kawasan perkotaan merupakan puskesmas yang wilayah

kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit tiga dari empat

kriteria kawasan perkotaaan

b) Puskesmas kawasan perdesaan merupakan puskesmas yang wilayah

kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit tiga dari empat

kriteria pedesaan

c) Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil merupakan puskesmas

yang wilayah kerjanya yaitu berada di wilayah yang sulit dijangkau atau

23
rawan bencana, pulau kecil, akses transportasi umum rutin 1 kali dalam 1

minggu, jarak tempuh pulang pergi dari ibu kota kabupaten memerlukan

waktu lebih dari 6 jam, da transportasi yang ada sewaktu-waktu dapat

terhalang iklim atau cuaca

2. Berdasarkan kemampuan penyelenggaraan terdiri atas:

a) Puskesmas non rawat inap adalah yang tidak menyelenggarakan pelayanan

rawat inap, kecuali pertolongan persalinan normal.

b) Puskesmas rawat inap adalah rujukan pertama bagi kasus tertentu yang

perlu dirujuk. Puskesmas yang diberi tambahan sumber daya untuk

meenyelenggarakan pelayanan rawat inap, sesuai pertimbangan kebutuhan

pelayanan kesehatan.

Kota Kendari terdapat 10 Kecamatan, dimana berdasarkan laporan

Program Dinkes Prov. Sultra Tahun 2012 Kota Kendari memiliki 15 puskesmas

dan 19 puskesmas pembantu.

(Sumber: Pemerintah Kota Kendari, 2012)

Gambar 1. Pemetaan Wilayah Kecamatan Kota Kendari

24
Berikut adalah daftar nama puskesmas dimasing-masing kecamatan di

Kota Kendari:

Tabel 2. Puskesmas Kecamatan di Kota Kendari


No. Puskesmas Kecamatan Jenis Puskesmas
1 Labibia Kec. Mandonga Non Rawat Inap
2 Lepo-Lepo Kec. Baruga Rawat Inap
3 Puuwatu Kec. Puuwatu Rawat Inap
4 Mekar Kec. Kadia Non Rawat Inap
5 Perumnas Kec. Kadia Non Rawat Inap
6 Jati Raya Kec. Kadia Non Rawat Inap
7 Wua-Wua Kec. Wua-wua Non Rawat Inap
8 Poasia Kec. Poasia Rawat Inap
9 Nambo Kec. Poasia Non Rawat Inap
10 Abeli Kec. Abeli Rawat Inap
11 Mokoau Kec. Kambu Non Rawat Inap
12 Kandai Kec. Kendari Rawat Inap
13 Mata Kec. Kendari Non Rawat Inap
14 Kemaraya Kec. Kendari Barat Non Rawat Inap
15 Benu-Benua Kec. Kendari Barat Non Rawat Inap
(Sumber: Dinas Kesehatan Kota Kendari, 2015)

25
D. Kerangka Konsep Penelitian

Pasien rawat jalan poli umum di


Puskesmas Kota Kendari

Penilain rasionalitas berdasar


indikator pelayanan pasien

Rata-rata Rata-rata Presentasi Persentase Pengetahuan


waktuE. waktu yang obat yang pelabelan pasien tentang
konsultasi dibutuhkan diserahkan obat yang pengobatan yang
untuk pada pasien mencukupi benar
penyerahan
obat

Tingkat Rasionalitas Penggunaan Obat Pada Indikator Pelayanan


Pasien di Tiap Puskesmas Rawat Jalan KotaKendari

Perbedaan Tingkat Rasionalitas Penggunaan Obat Pada Indikator


Pelayanan Pasien di Tiap Puskesmas Rawat Jalan Kota Kendari

Uji One-way ANOVA, uji alternatif Kruskal-Wallis


dan analisis Mann-Whitney

Hasil Analisis

26
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juni 2016 di 5 puskesmas

rawat jalan Kota Kendari. Pemilihan 5 puskesmas ini ditentukan menggunakan

metode purposive, yaitu suatu teknik penentuan lokasi penelitian secara sengaja

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu (Notoatmodjo, 2012). Berikut

ini ada 5 puskesmas yang dijadikan sebagai lokasi penelitian:

Tabel 3. Lokasi penelitian


No. Puskesmas Kecamatan
1. Perumnas Kadia
2. Benu-Benua Kendari Barat
3. Jati Raya Kadia
4. Kemaraya Kendari Barat
5. Mokoau Kambu

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang dilakukan dengan

menggunakan metode cross-sectional secara prospektif dari data primer hasil

observasi dan wawancara.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi pada penelitian ini yaitu:

a) Semua pasien berumur 15-55 tahun yang berobat di puskesmas rawat jalan

Kota Kendari dalam periode April – Juni 2016;

b) Semua dokter yang bertugas di puskesmas rawat jalan Kota Kendari dalam

periode April-Juni 2016;

27
c) Semua petugas farmasi yang bertugas di unit pelayanan farmasi di

puskesmas rawat jalan Kota Kendari dalam periode April-Juni 2016.

2. Sampel pada penelitian ini yaitu:

a) Sampel pasien yang diambil adalah pasien yang berobat di poli umum dan

mendapat resep. Pasien poli umum dipilih karena sebagian besar pasien

yang berkunjung ke puskesmas berobat di poli umum. Sampel dipilih

menggunakan teknik consecutive sampling, yaitu setiap pasien yang

memenuhi kriteria diambil sebagai sampel penelitian hingga tercapai

jumlah sampel yang diperlukan. Seratus dua puluh pasien (120) untuk

semua parameter disetiap puskesmas. Jadi total sampel pasien adalah 600

pasien;

b) Sampel dokter yang diambil adalah semua dokter bagian poli umum dari

populasi;

c) Sampel petugas farmasi yang diambil adalah total populasi unit pelayanan

farmasi.

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria inklusi pasien:

a) Pasien laki-laki dan perempuan yang berobat di poli umum pada saat

pengumpulan data dilakukan, melakukan konsultasi medis dan mendapat

obat;

b) Pasien yang bersedia diwawancara;

c) Pasien dengan umur 15 – 55 tahun.

28
2. Kriteria eksklusi pasien:

a) Pasien yang berobat di poli gigi dan KIA (Kesehatan Ibu Anak);

b) Pasien yang menolak untuk diwawancara;

c) Pasien yang tidak melakukan konsultasi medis yaitu pasien yang meminta

rujukan atau pasien yang meminta surat keterangan kesehatan.

E. Alat Penelitian

Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu stopwatch, dan

form penilaian.

F. Definisi Operasional

1. Pengumpulan data observasi

a) Waktu konsultasi medis

Waktu yang dihitung adalah waktu sejak pasien tiba di meja konsultasi

hingga meninggalkan meja konsultasi.


𝑂
P = 𝑁 menit

Skala: Rasio (menit)

Keterangan: P = Rata-rata waktu konsultasi

O = Jumlah waktu konsultasi

N = Jumlah pasien

b) Waktu penyiapan obat

Waktu yang dihitung adalah waktu sejak pasien menyerahkan resep hingga

pasien menerima obat.


𝑅
S = 𝑄 detik

29
Skala: Rasio (detik)

Keterangan: S = Rata-rata waktu penyiapan

R = Jumlah waktu penyiapan

Q = Jumlah pasien

c) Kesesuaian penyerahan obat

Penyerahan obat aktual yang diobservasi adalah kesesuaian antara obat

yang diserahkan dengan obat yang diresepkan. Kesesuaian dinilai

berdasarkan:

1) Nama obat yang diserahkan dengan obat yang diresepkan.

Nama (generik/dagang) beda, indikasi sama dinilai tidak sesuai

2) Jenis obat yang diserahkan dengan obat yang diresepkan.

Nama (generik/dagang) dan indikasi beda dinilai tidak sesuai

3) Jumlah obat yang diserahkan dengan yang diresepkan.

Jumlah obat diserahkan lebih atau kurang dari jumlah obat diresepkan.
𝑇
U = 𝐵1 𝑥 100%

Keterangan: U = Persentase obat yang benar-benar diserahkan

T = Jumlah obat yang sesuai

B1 = Jumlah obat yang diresepkan

Skala: Ordinal

Kategori: - Sesuai (1)

- Tidak sesuai (0)

30
d. Pelabelan cukup adalah mencakup informasi yang terdapat

dalam etiket obat meliputi cara penggunaan obat, nama obat, nama pasien,

indikasi, lama penggunaan obat.


𝑉
W = 𝑇 𝑥 100%

Keterangan: W = Persentase pelabelan cukup

V = Jumlah obat dengan pelabelan yang benar

T = Jumlah obat yang benar-benar diserahkan

Kategori: - Ada(1)

- Tidak ada (0)

2. Pengumpulan data wawancara

Pengetahuan pasien dinilai berdasarkan ketepatan pasien menjawab

semua pertanyaan dalam form pengetahuan pasien.


𝑌
Z = 𝑋 𝑥 100%

Keterangan: Z = Persentasepengetahuan pasien

Y = Jumlah jawaban pasien yang benar

X = Jumlah pertanyaan

Kategori: - Benar(1)

- Salah (0)

Pengetahuan yang dinilai:

1) Nama dan jumlah obat yang diterima dari loket obat

2) Kegunaan obat

3) Cara penggunaan obat

4) Aturan penggunaan obat

31
5) Durasi penggunaan obat

G. Prosedur Penelitian/Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi dan wawancara

objek penelitian. Data dikumpulkan dengan cara sebagai berikut:

1. Observasi

a) Waktu konsultasi medis

Peneliti berada di ruang konsultasi medis untuk poli umum, memantau

waktu konsultasi pasien dengan dokter dan mencatat waktu konsultasi pada

form waktu konsultasi.

b) Waktu penyiapan obat

Peneliti berada di ruang tunggu loket obat, mencatat waktu saat pasien

menyerahkan resep dan waktu saat petugas menyerahkan obat ke pasien

dan mencatat waktu pada form waktu peyiapan.

c) Kesesuaian penyerahan obat

Peneliti mengumpulkan data obat yang diresepkan dari lembar resep yang

sudah dilayani. Kemudian mencocokkan dengan obat yang diterima pasien

dari form pelabelan lengkap. Hasil dicatat pada form penyerahan obat.

d) Pelabelan cukup

Peneliti mengamati pelabelan pada wadah/bungkus obat yang diterima

pasien dan mencatat kelengkapan label pada form pelabelan lengkap.

2. Wawancara

Pengetahuan Pasien

32
Setelah pengumpulan data pelabelan lengkap pada pasien pada butir (d)

peneliti melakukan wawancara kepada pasien untuk mengetahui pemahaman

pasien mengenai obat yang diterima dan mencatat hasil wawancara pada form

pengetahuan pasien.

H. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan dengan cara berikut:

1. Seleksi Data

Sebelum melakukan penilaian terhadap data mentah, terlebih dahulu

dilakukan pemilahan kelengkapan data yang dikumpulkan dari lokasi

penelitian termasuk penilaian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

penelitian.

2. Input Data

Peneliti memasukkan data yang terpilih dari proses seleksi ke dalam

program microsoft excel dalam bentuk tabel.

3. Coding

Peneliti melakukan coding terhadap data yang dimasukkan ke dalam

microsoft excel untuk dapat dianalisis di program statistik SPSS. Coding

merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data non

numerik yang diinput.

Data yang di-coding antara lain:

a) Pasien: berupa nomor urut yang terdiri dari tiga digit angka

Digit pertama, dua dan ke tiga: nomor urut pasien dengan angka 001-100.

b) Puskesmas: berupa nomor urut yang terdiri dari satu digit angka

33
Digit pertama: kode puskesmas dengan angka 1-5;

c) Jenis kelamin pasien: 1 (laki-laki); 2 (perempuan)

4. Cleaning Data

Data yang sudah diinput diperiksa kembali untuk memastikan data

bersih dari kesalahan dan siap untuk dianalisis.

5. Analisis Data

Analisis data dilakukan menggunakan program SPSS 19.0.

Confidence interval yang digunakan sebesar 95% dengan nilai α = 0,05.

Pengolahan data yang dilakukan meliputi:

a) Analisis normalitas distribusi sampel.

b) Analisis homogenitas sampel.

c) Analisis uji beda mean antar puskesmas pada tiap parameter.

Untuk melihat adanya perbedaan dari rata-rata indikator tiap

puskesmas maka digunakan uji One-way ANOVA, dimana uji One-way

ANOVA merupakan pengujian untuk mengetahui perbedaan nyata rata-rata

antar varian lebih dari dua kelompok sampel atau lebih akibat adanya satu

faktor perlakuan (Budi, 2006). Uji ini merupakan termasuk uji parametrik

yang harus memenuhi beberapa asumsi sebelum digunakan. Asumsi tersebut

antara lain (Sirait, 2001):

1. Sampel berasal dari kelompok yang bersifat independen (tidak

berhubungan antara kelompok satu dengan yang lain)

2. Distribusi data harus normal

3. Varians data harus sama (homogen)

34
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada

pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang

bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Sebagai konsekuensi

perubahan orientasi tersebut apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan,

keterampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi langsung dengan

pasien (Purnamawati, 2014).

Penelitian ini dilakukan untuk melihat rasionalitas penggunaan obat di

Puskesmas Rawat Jalan Kota Kendari berdasarkan indikator pelayanan pasien

menurut WHO. Penelitian dilakukan di 5 Puskesmas Rawat Jalan Kota Kendari

pada periode April-Juni 2016. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang

menggunakan metode cross-sectional secara prospektif berdasarkan hasil

observasi dan wawancara pada pasien rawat jalan di poli umum, dengan jumlah

pasien sebanyak 120 pasien perpuskesmas. Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan di 5 Puskesmas Rawat Jalan Kota Kendari pada periode April 2016 -

Juni 2016 didapatkan total sampel penelitian sebanyak 600 pasien.

A. Pelayanan Kesehatan di Puskesmas

Pelayanan kesehatan yang dilakukan di puskesmas rawat jalan meliputi

pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan

35
kesehatan perorangan yang berjalan di puskesmas berdasarkan observasi antara

lain:

a. Konsultasi medis, pemeriksaan fisik, dan penyuluhan kesehatan

b. Pemeriksaan dan pengobatan gigi dan mulut

c. Pemeriksaan Kesehatan Ibu Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB)

d. Pemeriksaan penunjang medis (laboratorium)

f. Pelayanan kefarmasian

B. Karakterisitik Tenaga Kesehatan

Sampel dokter yang diambil adalah semua dokter yang melakukan

pelayanan kesehatan dibagian poli umum. Sampel petugas farmasi yang diambil

adalah total populasi unit pelayanan farmasi. Hasil penelitian menunjukkan

jumlah tenaga kesehatan di puskesmas rawat jalan yaitu, dokter umum berjumlah

10 orang, apoteker 4 orang, dan asisten apoteker 13 orang. Jumlah petugas tenaga

kesehatan di setiap Puskesmas Rawat Jalan Kota Kendari dapat dilihat pada Tabel

berikut ini:

Tabel 5. Jumlah Petugas Pelayanan Kesehatan Puskesmas


Dokter umum Apoteker Asisten Apoteker
Puskesmas
(orang) (orang) (orang)
Perumnas 2 1 3
Benu-benua 2 1 3
Jati raya 2 - 2
Kemaraya 3 1 2
Mokoau 1 1 3

C. Karakteristik Pasien

Sampel dipilih menggunakan teknik consecutive sampling, yaitu setiap

pasien yang telah memenuhi kriteria akan diambil sebagai sampel penelitian

36
hingga mencapai jumlah sampel yang dibutuhkan. Sampel pasien yang diambil

adalah pasien yang melakukan pengobatan di puskesmas rawat jalan bagian poli

umum dan yang mendapatkan resep dengan kriteria umur yaitu 15-55 tahun.

Rentang umur dipilih dengan pertimbangan pasien-pasien tersebut merupakan

pasien yang berkunjung ke puskesmas bagian poli umum. Poli umum adalah

tempat pelayanan yang paling banyak dikunjungi oleh pasien dibandingkan

tempat pelayanan poli lain yang ada di puskesmas.

Pemilihan rentang umur tersebut adalah, untuk pasien dibawah 15 tahun

tidak termasuk kriteria karena obat yang diresepkan biasanya berbentuk puyer,

sehingga akan mempengaruhi rata-rata waktu penyiapan obat menjadi lebih lama

dari pada pasien yang dewasa. Selain alasan tersebut, pasien yang berumur

dibawah 15 tahun masih membutuhkan dampingan dari orang tua atau keluarga

pada saat penerimaan obat dan pada saat penggunaan obat, sehingga dapat

mempengaruhi hasil data yang berhubungan dengan parameter pengetahuan

pasien mengenai penggunaan obat.

Pasien yang berumur diatas 55 tahun atau biasa disebut sebagai pasien

lansia, penurunan fungsi organ dapat menyebabkan banyaknya penyakit yang

dialami oleh pasien sehingga akan terjadi polifarmasi karena obat yang diberikan

biasanya dalam jumlah banyak, sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam

penyiapan obat. Selain itu pula, pasien lansia juga akan mempengaruhi parameter

pengetahuan pasien, dimana pasien lansia biasanya melakukan pengobatan

didampingi oleh keluarga.

37
Hasil penelitian yang dilakukan di 5 puskesmas rawat jalan Kota Kendari

menunjukkan bahwa dari total 600 pasien, untuk kelompok umur 15-25 tahun

terdapat 22,38% (137 responden), 26-35 tahun sebanyak 21,66% (130 responden),

36-45 tahun sebanyak 24,66% (148 responden) dan untuk pasien yang berumur

46-55 tahun sebanyak 30,83% (185 responden). Persentase pasien berdasarkan

jenis kelamin yang lebih sering berkunjung ke puskesmas yaitu laki-laki sebanyak

41,38% (251 responden) dan untuk pasien yang berjenis kelamin perempuan

sebanyak 58,16% (349 responden). Persentase umur pasien dan persentase jenis

kelamin responden dapat dilihat pada gambar 2 dan gambar 3 berikut:

30.83% 22.83% 15-25 tahun


26-35 tahun
21.66%
24.66% 36-45 tahun
46-55 tahun

(Gambar 2:Persentase Pasien Berdasarkan Umur)

41.83%
LAKI-LAKI
58.16%
PEREMPUAN

(Gambar 3: Persentase Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin)

38
D. Tingkat Rasionalitas Penggunaan Obat Pada Indikator Pelayanan

Pasien di Tiap Puskesmas Rawat Jalan Kota Kendari

Salah satu upaya untuk memahami cara penggunaan obat yaitu dengan

memperhatikan segala hal yang terjadi di puskesmas dari sudut pandang pasien

dan pelayan kesehatan. Pola pelayanan pasien dapat menggambarkan pelayanan

yang diterima pasien di puskesmas dan pemahaman pasien terhadap medikasi

yang diresepkan dan diterima di puskesmas. Kemudian akan dinilai tingkat

rasionalitas penggunaan obat di tiap Puskemas Rawat Jalan Kota Kendari.

1. Rata-Rata Waktu Konsultasi Medis

Waktu konsultasi medis adalah waktu yang dibutuhkan oleh dokter untuk

mendiagnosis dan mencari pengobatan terbaik bagi masalah kesehatan yang

dialami pasien. Standar yang ditetapkan oleh WHO untuk rata-rata waktu

konsultasi medis yaitu ≥30 menit, tetapi hasil yang didapatkan dari setiap

puskesmas belum ada yang mencapai standar dari WHO. Rata-rata waktu

konsultasi medis untuk setiap puskesmas dapat dilihat pada gambar 4.

4.59
5.00
3.64
4.00 3.07 2.98
3.00 2.38
Menit

2.00
1.00
0.00

Gambar 4: Grafik Rata-rata Waktu Konsultasi Medis di Puskesmas Rawat Jalan


Kota Kendari

39
Waktu konsultasi medis disetiap puskesmas berbeda-beda. Puskesmas

yang memiliki waktu konsultasi medis terlama yaitu Puskesmas Mokoau dengan

waktu 4,59 menit dan tercepat adalah Puskesmas Benu-Benua dengan waktu 2,38

menit. Hasil yang diperoleh sangat jauh dari standar yang ditetapkan oleh WHO

yaitu ≥30 menit. Waktu konsultasi yang cepat dapat membuat informasi yang

diterima mengenai pengobatan tidak cukup jelas bagi pasien (Kardela dkk., 2014).

Ketersedian tenaga medis dan jumlah pasien yang berobat setiap hari

mempengaruhi lamanya waktu konsultasi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, singkatnya waktu konsultasi

dikarenakan jumlah pasien yang sangat banyak berkunjung ke puskesmas sangat

banyak sedangkan dokter yang bertugas dalam sehari hanya ada 1 dokter. Jumlah

pasien yang berkunjung di Puskesmas Mokoau berkisar 30 pasien perhari dengan

jumlah dokter yang bertugas sebanyak 1 dokter perhari Puskesmas Mokoau

memiliki waktu konsultasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan puskesmas

yang lain uaitu 3,07 menit. Singkatnya waktu konsultasi di puskesmas

dikarenakan beberapa faktor eperti:

1. Jam buka pelayanan puskesmas dimulai pada pukul 07.30-12.00, tetapi waktu

konsultasi dokter dilakukan pada pukul 08.00 atau 08.30-12.00. Singkatnya

waktu konsultasi menyebabkan berkurangnya interaksi yang dibutuhkan

dokter dengan pasien.

2. Tingkat keparahan penyakit yang dialami oleh pasien, untuk puskesmas

Mokoau penyakit yang dialami pasien biasanya penyakit yang ringan seperti

demam, maag, batuk, diare sehingga resep obat yang diterima pasien juga

40
tidak terlalu banyak biasanya 3 obat yang sering diberikan ke pasien sehingga

waktu konsultasi yang dilakukan dokter juga cukup singkat.

Puskesmas Kemaraya memiliki waktu konsultasi 3,64 menit dengan

jumlah pasien berkisar 40 pasien perhari dan jumlah dokter yang bertugas tiap

hari sebanyak 2 dokter. Untuk rasio antar dokter dengan pasien sudah

ideal,dimana dokter:pasien (1:35). Waktu konsultasi yang singkat ini, dikarenakan

beberapa faktor:

1. Jam buka pelayanan puskesmas dimulai pada pukul 07.30-12.00, tetapi waktu

konsultasi dokter dilakukan pada pukul 08.30-12.00. Singkatnya waktu

konsultasi menyebabkan berkurangnya interaksi yang dibutuhkan dokter

dengan pasien.

2. Kurangnya informasi yang diberikan oleh pasien mengenai gejala yang

dialami, sehingga diperlukan penggalian informasi yang lebih dalam lagi dari

dokter kepada pasien mengenai gejala yang dialami oleh pasien, sehingga

mempermudah dokter dalam mendiagnosis.

Puskesmas Perumnas memiliki waktu konsultasi 3,07 menit. Singkatnya

waktu konsultasi ini dikarenakan beberapa faktor:

1. Jumlah pasien, dalam satu hari dapat mencapai 80 pasien dengan dokter yang

bertugas dalam 1 hari sebanyak 2 dokter atau bahkan 1 dokter saja. Hal ini

menyebabkan kurangnya waktu interaksi yang dibutuhkan oleh dokter dan

pasien karena jumlah pasien yan banyak sedangkan dokter yang bertugas di

puskesmas terkadang hanya 1 dokter.

41
2. Jam buka pelayanan puskesmas dimulai pada pukul 07.30-12.00, tetapi waktu

konsultasi dokter dilakukan pada pukul 08.00 atau 08.30-12.00. Singkatnya

waktu konsultasi menyebabkan berkurangnya interaksi yang dibutuhkan

dokter dengan pasien.

Puskesmas Jati Raya memiliki waktu konsultasi 2,98 menit dengan

jumlah pasien 30 perhari dengan jumlah dokter sebanyak 1 dokter. Waktu

konsultasi yang cepat dikarenakan beberapa faktor:

1. Jam buka pelayanan puskesmas dimulai pada pukul 07.30-12.00, tetapi waktu

konsultasi dokter dilakukan pada pukul 08.00 atau 08.30-12.00. Singkatnya

waktu konsultasi menyebabkan berkurangnya interaksi yang dibutuhkan

dokter dengan pasien.

2. Tingkat penyakit, pasien yang berobat biasanya pasien yang mengeluh karena

kecapean, maag, demam, penyakit-penyakit ringan yang hanya memerlukan

obat 2-3 obat sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk melakukan

konsultasi.

Puskesmas Benu-Benua memiliki waktu konsultasi 2,38 menit, puskesmas

ini memiliki waktu konsultasi yang tercepat dibandingkan dengan puskesmas lain.

Jumlah pasien yang berkunjung ke puskesmas ini berkisar 50 pasien dalam satu

hari dengan jumlah dokter yang bertugas sebanyak 2 dokter. Cepatnya waktu

konsultasi dikarenakan beberapa faktor:

1. Jam buka pelayanan puskesmas dimulai pada pukul 07.30-12.00, tetapi waktu

konsultasi dokter dilakukan pada pukul 08.00 atau 08.30-12.00. Singkatnya

42
waktu konsultasi menyebabkan berkurangnya interaksi yang dibutuhkan

dokter dengan pasien.

2. Tingkat penyakit, berdasarkan penelitian yang dilakukan pasien yang berobat

biasanya pasien yang memiliki penyakit ringan seperti mengeluh karena

kelelahan, maag, demam, yang hanya memerlukan obat 2-3 obat sehingga

tidak membutuhkan waktu yang lama untuk melakukan konsultasi.

3. Dokter yang bertugas kurang berinteraksi dengan pasien, sehingga kurang

mendapatkan informasi mengenai gejala penyakit dari pasien.

Singkatnya waktu konsultasi dikarenakan pelayanan kesehatan untuk di

Puskesmas rawat jalan sangat singkat yaitu mulai pukul 07.30-12.00. Hal ini

mempengaruhi singkatnya waktu konsultasi pasien dengan dokter, karena semakin

cepat waktu pelayanan yang diberikan oleh puskesmas maka semakin cepat pula

interaksi yang diperlukan dokter dalam melakukan konsultasi dengan pasien.

Lama atau cepatnya waktu konsultasi pasien dengan dokter tergantung pula dari

seberapa banyak pasien mengeluhkan gejala yang dialami terhadap dokter.

2. Rata-rata Waktu Penyiapan Obat

Waktu penyiapan obat merupakan waktu yang diperlukan oleh pasien dari

mulai memberikan resep ke Apotek sampai dengan pasien menerima obat yang

telah diresepkan. Hasil penelitian yang telah dilakukan disetiap Puskesmas Rawat

Jalan Kota Kendari dapat dilihat pada gambar 5.

Berdasarkan gambar 5 menunjukkan bahwa setiap puskesmas rawat jalan

Kota Kendari telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh WHO yaitu ≥1 menit.

Puskesmas yang memiliki waktu penyiapan obat terlama yaitu Puskesmas

43
Perumnas dengan waktu 2,06 menit dan yang tersingkat adalah Puskesmas Benu-

Benua 1,34 menit. Waktu penyiapan obat yang lebih lama, dapat mendukung

pasien untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap mengenai obat yang akan

digunakan oleh petugas farmasi.

2.50 2.06 1.95 1.88 1.78


2.00
1.34
1.50
1.00
Menit

0.50
0.00

Gambar 5: Grafik Rata-Rata Waktu Penyiapan Obat di Tiap Puskesmas Rawat


Jalan Kota Kendari.

Waktu penyiapan obat yang relatif lama berlangsung pada Puskesmas

Perumnas bukan karena lamanya interaksi antara pasien dengan petugas farmasi,

tetapi proses pada saat penyiapan obat. Resep yang masuk di kumpulkan terlebih

dahulu, kemudian petugas farmasi mengerjakan resep, dan tidak lagsung diberi

pada pasien. Obat diberikan pada saat resep yang bersamaan tadi sdah jadi. Waktu

penyiapan obat yang lama dikarenakan petugas farmasi biasanya mengambil obat

terlebih dahulu digudang tempat penyimpanan obat, ketika obat yang dibutuhkan

oleh pasien tidak tersedia di Apotek.

Puskesmas Benu-Benua memiliki waktu penyiapan obat 1,34 menit

dikarenakan obat yang diberikan dalam bentuk strip sehingga langsung diberikan

44
tanpa membutuhkan waktu yang lama bagi Asisten Apoteker dalam menyiapkan

obat. Jumlah Asisten Apoteker juga mempengaruhi waktu penyiapan obat bagi

pasien, dimana jumlah Asisten Apoteker yang bekerja di Apotek Puskesmas

Benu-Benua sebanyak 3 Asisten Apoteker. Banyaknya Asisten Apoteker

mempermudah dan mempercepat waktu penyiapan obat sehingga pasien tidak

perlu menuggu lama . Selain itu, jumlah obat yang diresepkan kepada pasien juga

tidak banyak, biasanya obat yang diberikan dalam jumlah 3 atau 4 obat sehingga

waktu penyiapan obat cukup singkat.

Puskesmas Jati Raya memiliki waktu penyiapan 1,95 menit, dimana

jumlah obat yang diberikan ke pada pasien tidak terlalu banyak, biasanya jumlah

obat yang diberikan 3-4 obat, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk penyiapan

obat tidak memerlukan waktu yang lama. Untuk waktu penyiapan di puskesmas

jati raya memiliki dua Asisten Apoteker dengan rata-rata melayani 30 pasien

perharinya sehingga pelayanannya tidak memerlukan waktu yang lama, selain itu

resep obat yang diberikan dalam sediaan obat jadi.

Puskesmas Kemaraya memiliki waktu penyiapan obat 1,88 menit. Waktu

penyiapan obat juga tidak membutuhkan waktu lama karena obat-obat yang

dibutuhkan telah tersedia. Jumlah obat yang diresepkan juga tidak banyak

biasanya 3-4 obat sehingga waktu yang dibutuhkan untuk penyiapan obat tidak

lama. Jumlah Asisten Apoteker yang bekerja di Puskesmas ini sebanyak 2 Asisten

Apoteker dengan jumlah pasien perharinya 40 pasien, sehingga waktu penyiapan

obat tidak memerlukan waktu yang lama,selain itu pula sediaan obat yang

diresepkan biasanya dalam bentuk sediaan jadi.

45
Puskesmas Mokoau memiliki waktu penyiapan obat yaitu 1,78 menit.

Parameter waktu penyiapan obat yang tidak memerlukan waktu yang lama,

dikarenakan resep dokter untuk pasien yang diberikan kebanyak dalam bentuk

strip dan juga ada beberapa resep obat salep sehingga waktu penyiapannya tidak

memerlukan waktu yang lama. Jumlah Asisten Apoteker yang bekerja di

Puskesmas ini yaitu 3 Asisten Apoteker dengan jumlah pasien perharinya

sebanyak 30 pasien, dengan jumlah Asisten Apoteker yang cukup banyak,

mempermudah penyiapan obat bagi pasien, karena jumlah pasien perhari juga

tidak banyak jadi waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan obat cukup singkat.

Petugas farmasi tidak memerlukan waktu yang lama dalam proses

penyiapan obat untuk pasien, karena sampel pasien yang diambil adalah umur 15-

55 tahun, dimana obat-obat yang diresepkan tidak perlu dipuyer karena biasanya

pasien yang memiliki umur 15-55 tahun, resep obat yang diterima dalam bentuk

sediaan jadi.

3. Persentase Kesesuaian Penyerahan Obat

Parameter persentase keseuaian penyerahan obat dinilai berdasarkan pada

kesesuaian antara obat yang diterima oleh pasien dengan resep dokter. Proses

penyerahan obat kepada pasien dilakukan oleh apoteker atau petugas farmasi

lainnya, dengan cara memberikan obat seperti yang diminta pada resep pasien

tersebut.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan disetiap puskesmas rawat

jalan, persentase kesesuaian penyerahan obat telah mencapai standar WHO yaitu

100%. Pasien yang melakukan pengobatan di setiap Puskesmas rawat jalan Kota

46
Kendari mendapatkan obat sesuai dengan resep yang diberikan oleh dokter. Hal

ini juga menunjukkan bahwa persediaan obat di puskesmas masih tercukupi

sehingga pasien menerima obat sesuai dengan yang diresepkan oleh dokter.

Persentase kesesuaian penyerahan obat tiap puskesmas dapat dilihat pada

gambar 6.

100% 100% 100% 100% 100%


Persentasi

100%

50%

0%

Gambar 6: Grafik Persentase Kesesuaian Penyerahan Obat di Tiap Puskesmas


Rawat Jalan Kota Kendari.

Persentase kesesuaian penyerahan obat yang telah mencapai 100%, perlu

dilakukan penelitian rasionalitas penggunaan obat yang meliputi tepat diagnosis,

tepat dosis, tepat indikasi, tepat pemilihan obat, tepat cara pemberian, tepat lama

pemberian, waspada terhadap efek samping, tepat informasi, dan tepat dalam

melakukan upaya tindak lanjut.

4. Persentase Obat Yang Pelabelannya Lengkap

Parameter persentase pelabelan lengkap, mencakup informasi yang

terdapat dalam etiket obat yang akan digunakan meliputi cara penggunaan obat,

lama penggunaan obat, aturan pemakaian obat, nama pasien, nama obat, dan juga

indikasi obat yang akan digunakan. Pelabelan lengkap sangat penting bagi pasien,

47
karena sangat berpengaruh pada pengobatan yang akan dilakukan pasien. Ketika

persentase pelabelan obat yang tidak lengkap, maka informasi mengenai obat pula

kepada pasien menjadi berkurang.Persentase pelabelan lengkap pada tiap

Puskesmas dapat dilihat pada gambar 7.

56.67 57.14 56.07 57.26


60.00
50.00 42.86

40.00
Persentasi

30.00
20.00
10.00
0.00

Gambar 7: GrafikPersentase Pelabelan Lengkap di Tiap Puskesmas Rawat Jalan


Kota Kendari.

Pada gambar 7 menunjukkan bahwa persentase pelabelan lengkap paling

tinggi diperoleh Puskesmas Mokoau yaitu 57,26%. Angka tersebut menunjukkan

bahwa tingkat pemberian label lengkap masih rendah karena WHO menetapkan

standar 100% untuk pelabelan lengkap, tetapi nilai tersebut tidak terlalu jauh

berbeda dengan Puskesmas Benu-benua 57,14%, Puskesmas Jati Raya 42,86%,

dan Puskesmas Perumnas 56,67%, Puskesmas Kemaraya 56,07%. Ketidak

lengkapan informasi yang terdapat pada etiket untuk setiap puskesmas, memiliki

masalah yang sama yaitu tidak dituliskannya informassi mengenai indikasi

obat,lama penggunaan obat, nama dan juga nama obat.

48
Puskesmas Jati Raya memiliki persentase pelabelan yang rendah,

dikarenakan pada puskesmas Jati Raya tidak dicantumkan cara penggunaan obat.

Puskesmas Mokoau, Puskesmas Kemaraya, dan Puskesmas Perumnas memiliki

tingkat pelabelan yang tidak terlalu jauh berbeda, dikarenakan dalam etiket yang

tertera pada resep obat tidak mencantumkan lama penggunaan, nama obat, dan

indikasi obat. Sediaan obat dalam bentuk salep atau pun gel, biasanya tidak

diberikan etiket karena informasi obat sudah tertera dilabel obat atau wadah obat,

tetapi seharusnya semua obat yang diberikan harus memiliki etiket yang berisikan

informasi obat yang akan digunakan.

Pelabelan yang lengkap akan membuat pengetahuan pasien terhadap

penggunaan obat akan baik karena pemberian label yang lengkap memudahkan

pasien ketika menggunakan obat. Namun apabila label obat yang diberikan pada

kemasan obat tidak jelas maka akan menyulitkan pasien ketika menggunakan obat

dan akan menyebabkan kegagalan terapi (Wibowo, 2015).

5. Persentase Pengetahuan Pasien Tentang Pengobatan yang Benar

Pemahaman pasien akan informasi pengobatan yang diterima dari

puskesmas masih kurang dengan rata-rata persentase pengetahuan pasien untuk

semua puskesmas mencapai 65% , persentase ini masih jauh dari standar WHO

yaitu 100%. Parameter pengetahuan pasien mengenai obat meliputi nama obat,

kegunaan obat, aturan pakai obat, cara penggunaan obat dan lama penggunaan

obat. Parameter ini sangat penting untuk diketahui oleh pasien, agar pasien

mendapatkan tujuan terapi yang diinginkan. Persentase pengetahuan pasien pada

tiap puskesmas dapat dilihat pada gambar 8.

49
100% 81.33%
74%
80% 60.33%
56.33%
53%
Persentasi

60%
40%
20%
0%

Gambar 8: Grafik Persentase Pengetahuan Pasien Tiap Puskesmas Rawat Jalan


Kota Kendari

Hasil penelitian persentase pemahaman pasien akan medikasi yang

diterima paling tinggi di Puskesmas Benu-Benua yaitu 81,33%. Puskesmas Benu-

Benua memiliki persentase pengetahuan obat yang cukup tinggi dibandingkan

dengan Puskesmas yang lain dikarenakan pada saat penyiapan obat, apoteker

langsung yang memberikan obat kepada pasien mengenai informasi obat yang

akan digunakan oleh pasien sehingga informasi yang diterima pasien mengenai

obatnya cukup jelas dan dapat dipahami oleh pasien. Pengetahuan pasien yang

cukup tinggi pada Puskesmas Benu-Benua dikarenakan dari tingkat keparahan

penyakit pasien cukup ringan sehingga tidak memerlukan jumlah obat yang

banyak, dimana jumlah obat yang diterima biasanya 2-3 obat saja sehingga tidak

memerlukan waktu penyiapan obat yang lama yaitu 1,34 menit. Dengan jumlah

obat yang tidak banyak, membuat pasien akan lebih paham mengenai obat yang

digunakan.

Puskesmas Perumnas memiliki persentase pengetahuan obat yaitu 74%.

Persentase ini cukup baik dikarenakan pasien yang berkunjung di Puskesmas

50
Perumnas kebanyakan pasien yang telah sering melakukan pengobatan di

Puskesmas ini. Selain itu pula penjelasan yang diberikan oleh petugas farmasi

cukup baik dengan memberitahukan semua informasi mengenai obatnya sehingga

pasien cukup paham dengan penggunaan obat. Ada beberapa pasien di Puskesmas

Perumnas yang memiliki tingkat pendidikan rendah yang tidak sampai tamat

sekolah dasar, sehingga pasien seperti ini memerlukan penjelasan lisan yang harus

jelas dan dipahami oleh pasien.

Puskesmas Kemaraya memiliki persentase pengetahuan obat yaitu 60,33%

dikarenakan ketika obat diberikan bukan apoteker langsung yang memberikan

obat, tetapi Asisten Apoteker dimana informasi mengenai obat yang diberikan

kurang baik jika dibandingkan dengan puskesmas Benu-Benua. Hal ini dapat

disebabkan karena pelayanan obat yang diberikan dilakukan oleh Asisten

Apoteker dan interkasi antara Asisten Apoteker dengan pasien

Puskesmas Jati Raya memiliki persentase pengetahuan pasien 56,33%,

Pemberian obat dilakukan oleh asisten apoteker karena puskesmas ini tidak

memiliki Apoteker. Pemberian obat yang dilakukan Asisten Apoteker pada

puskesmas ini biasanya hanya diberikan langsung obatnya dengan aturan pakai

dari obat, untuk kegunaan dari obat masih jarang dilakukan. Persentase

pengetahuan pasien yang cukup rendah dikarenakan waktu konsultasi anatara

dokter dengan pasien cepat yaitu 2.98 menit. Kurangnya interaksi antara Asisten

Apoteker dengan pasien menyebabkan persentase pengetahuan pasien rendah,hal

ini dibuktikan dengan waktu penyiapan obat yang cepat yaitu 1.95 menit.

51
Puskesmas Mokoau memiliki persentase pengetahuan pasien 53%. Hal ini

dikarenakan pelayanan yang dilakukan oleh petugas farmasi bukan langsung dari

apoteker tetapi dari Asisten Apoteker, dimana pelayanan yang diberikan mengenai

obat ke pada pasien kurang memberikan informasi biasanya Asisten Apoteker

langsung memberikan obat tanpa memberikan informasi yang jelas mengenai

obat. Ketika obat diserahkan langsung kepada pasien, informasi yang diberikan

biasanya hanya mengenai aturan pemakaian obat. Kurangnya interaksi antara

pasien dan Asisten Apoteker yang dibuktikan dengan waktu penyiapan obat yang

cepat yaitu 1.78 menit.

Terdapat perbedaan persentase pengetahuan pasien antara tiap Puskesmas

yang pelayanan informasi obatnya langsung diberikan oleh Apoteker lebih tinggi

(Puskesmas Benu-Benua 81,33%) dibandingkan dengan Puskesmas yang

pelayanan informasi obatnya tidak langsung diberikan oleh Apoteker yaitu

Puskesmas Jati Raya, Kemaraya, Mokoau dan Perumnas. Puskesmas Perumnas

memiliki persentase pengetahuan obat yang lebih tinggi walaupun bukan

Apoteker yang memberikan pelayanan mengenai informasi obat dikarenakan

pelayanan yang dilakukan oleh Asisten Apoteker mengenai informasi obat lebih

lengkap. Hal ini dapat dibuktikan dengan persentase pengetahun yang lebih tinggi

dibandingkan Puskesmas yang lain dan memiliki waktu penyiapan obat yang

paling lama.

Pemahaman akan informasi obat yang masih rendah dapat terjadi karena

beberapa faktor:

52
a. Pelabelan yang kurang lengkap menyebabkan kurangnya informasi seperti

indikasi, cara penggunaan, dan lamanya penggunaan obat yang seharusnya

diketahui pasien.

b. Penyerahan obat kepada pasien pada beberapa puskesmas tidak dilakukan oleh

Apoteker tetapi dilakukan oleh petugas medis yang lain sehingga informasi

tentang obat tidak diperoleh secara lengkap oleh pasien.

c. Tingkat pendidikan pasien pula mempengaruhi tingkat pengetahuan pasien

dengan tingkat pendidikan yang kurang, lebih mengandalkan informasi lisan

yang diberikan oleh petugas kefarmasin saat memberikan obat kepada pasien.

Tetapi kenyataan yang terjadi di puskesmas, pasien biasanya hanya

mendapatkan informasi mengenai obat dari etiket obat yang diterima oleh

pasien.

d. Jenis informasi minimal yang diberikan apoteker pada pasien yaitu meliputi

nama dan gambaran obat, tujuan pengobatan, cara dan waktu penggunaan,

saran ketaatan dan pemantauan sendiri, efek samping dan efek merugikan,

tindakan pencegahan, kontraindikasi, dan interaksi, petunjuk penyimpanan,

informasi pengulangan resep dan rencana pemantauan lanjutan (Rantucci,

2007).

53
Indikator pelayanan pasien menurut WHO terdiri atas 5 parameter yaitu

rata-rata waktu untuk konsultasi, rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk

penyerahan obat, persentase obat yang diserahkan pada pasien, persentase obat

yang pelabelannya lengkap, dan persentase pengetahuan pasien tentang obat yang

digunakan. Hasil penelitian rasionalitas penggunaan obat yang telah dilakukan di

Puskesmas Rawat Jalan Kota Kendari berdasarkan indikator pelayanan

pasienmenurut WHO dapat dilihat pada tabel 6.

Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa penggunaan obat di 5 Puskesmas

Rawat Jalan Kota Kendari masih belum rasional dan belum sesuai dengan standar

WHO. Untuk parameter indikator yang rasional terdapat pada parameter waktu

penyiapan obat dan kesesuaian penyerahan obat, dengan hasil yang didapatkan

adalah rata-rata waktu penyiapan obat 1,80 menit dan persentase kesesuaian

penyerahan obat adalah 100%. Untuk parameter yang tidak memenuhi standar

pelayanan pasien menurut WHO adalah parameter rata-rata waktu konsultasi 3,33

menit/pasien, persentase pelabelan lengkap 42,71%, dan persentase pengetahuan

pasien tentang obat 65%.

Tabel 6. Hasil Penelitian Indikator Pelayanan Pasien WHO di Puskesmas Rawat


Jalan Kota Kendari
No. Parameter Puskesmas Rawat Standar WHO 1993
Jalan Kota Kendari
1. Rata-rata waktu untuk konsultasi 3,33 Menit ≥30 menit
2. Rata-rata waktu yang dibutuhkan
1,80 Menit ≥1 menit
untuk penyiapan obat
3. Persentase kesesuaian penyerahan
100% 100%
obat
4. Persentase obat yang pelabelannya
54% 100%
lengkap
5. Persentase pengetahuan pasien
65% 100%
tentang pengobatan yang benar

54
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, jika dibandingkan dengan

penelitian sejenis yang dilakukan di seluruh puskesmas kecamatan di Kota Depok

pada tahun 2011 terdapat perbedaan hasil penelitian, dimana dari kelima

parameter hanya parameter rata-rata waktu penyiapan obat yang sudah dikatakan

rasional yaitu 10,92 menit karena sesuai dengan standar yang ditetapkan WHO

yaitu ≥1 menit dan untuk indikator yang belum rasional adalah parameter rata-rata

waktu konsultasi 2,21 menit dimana standar yang telah ditetapkan WHO adalah

≥30 menit/pasien, persentase pelabelan lengkap sebesar 38,99% dimana standar

yang ditetapkan WHO adalah 100%, persentase obat yang diserahkan pada pasien

97,13% masih belum memenuhi standar WHO yaitu 100% dan persentase

pengetahuan pasien sebesar 60,40% belum memenuhi standar WHO yaitu 100%.

1. Waktu Konsultasi

Waktu konsultasi medis adalah waktu yang dibutuhkan oleh dokter untuk

mendiagnosis dan mencari pengobatan terbaik bagi masalah kesehatan yang

dialami pasien. Berdasarkan hasil penelitian di tiap Puskesmas Rawat Jalan Kota

Kendari menunjukkan bahwa waktu konsultasi pasien rata-rata waktuyaitu 3,33

menit. Hal ini belum sesuai dengan rata-rata waktu konsultasi yang dietapkan oleh

WHO.

Singkatnya waktu konsultasi dokter dengan pasien dapat menyebabkan

terjadinya ketidakrasionalan penggunaan obat seperti yang ditetapkan oleh WHO

yaitu salah satu penyebab tidak rasionalnya penggunaan obat adalah faktor

pelayanan pasien dimana akan berpengaruh pada ketepatan diagnosis dan terapi

untuk pasien, serta informasi yang seharusnya diterima oleh pasien agar pasien

55
mengerti akan tujuan terapinya dan paham tentang penggunaan obatnya (WHO

2009). Diketahui bahwa untuk parameter rata-rata waktu konsultasi yang telah

ditetapkan oleh WHO yaitu ≥30 menit, hal ini ditetapkan untuk menjamin

intensitas dokter dalam menetapkan diagnosis pasien dengan mendengarkan

segala keluhan yang dialami oleh pasien, serta memberikan informasi mengenai

penyakit yang dialami oleh pasien dan juga memberikan informasi tentang

pengobatan yang akan dilakukan.

Salah satu kemungkinan penyebab dari singkatnya waktu konsultasi dapat

dipengaruhi oleh jumlah kunjungan pasien yang mencapai 70 pasien tiap harinya

dengan jumlah dokter yang bertugas di poli umum tiap harinya ada 2 dokter,

tetapi kadang dalam 1 hari hanya 1 dokter yang bertugas. Waktu konsultasi yang

cepat dapat membuat informasi yang diterima mengenai pengobatan tidak cukup

jelas bagi pasien. Ketersedian tenaga medis dan jumlah pasien yang berobat setiap

harinya mempengaruhi lamanya waktu konsultasi.

2. Waktu Penyiapan Obat

Waktu penyiapan obat menunjukan durasi yang diperlukan petugas

farmasi mulai dari menerima resep sampai dengan menyerahkan obat kepada

pasien. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan rata-rata waktu penyiapan

obat untuk semua puskesmas adalah 1,80 menit dimana standar WHO adalah ≥1

menit. Perhitungan waktu penyerahan obat dilakukan saat pasien memberikan

resep ke Apotek sampai dengan pasien menerima obat. Saat menerima obat,

pasien berinteraksi langsung dengan Apoteker atau tenaga medis lainnya yang

biasa membantu Apoteker atau biasa disebut dengan Asisten Apoteker. Semakin

56
lama waktu interaksi antara Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian dengan

pasien, maka semakin baik tingkat pengetahuan pasien mengenai informasi obat

yang akan digunakan, sehingga dapat mengurangi gagalnya pengobatan dan

meningkatkan rasionalitas penggunaan obat, akan tetapi waktu penyiapan obat

yang terlalu lama juga dapat menyebabkan ketidakpuasan bagi pasien karena

lama menunggu.

Waktu penyiapan obat yang relatif lama di puskesmas rawat jalan Kota

Kendari disebabkan bukan karena lamanya interaksi antara pasien dengan petugas

farmasi, tetapi disebabkan oleh beberapa faktor seperti:

a. Sistem penyerahan obat yang kurang efisien, dimana penyerahan obat

dilakukan pada beberapa pasien sekaligus dalam satu waktu.

b. Kurangnya tenaga farmasi di bagian farmasi sehingga pengerjaan resep

seperti puyer hanya dilakukan oleh satu orang saja.

c. Tidak adanya atau kurangnya fasilitas di Apotek seperti: penataan ruang

pelayanan (tempat dilaksanakan kegiatan penerimaan resep, penyiapan obat,

pencampuran, pengemasan serta penyerahan obat dan pemberian penyusunan

obat, penyimpanan alat-alat peracikan atau pembuat sediaan, penempatan

arsip dan pelaksaan ketata usahaannya kurang memadai).

3. Persentase Kesesuaian Penyerahan Obat

Parameter persentase keseuaian penyerahan obat dinilai berdasarkan pada

kesesuaian antara obat yang diterima oleh pasien dengan resep dokter. Proses

penyerahan obat kepada pasien dilakukan oleh apoteker atau petugas farmasi

lainnya, dengan cara memberikan obat seperti yang diminta pada resep pasien

57
tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada semua Puskesmas

untuk persentase kesesuaian penyerahan obat antara obat yang tertulis diresep

dengan yang diterima oleh pasien adalah seluruh pasien menerima obat seperti

yang tertulis dalam resep (100%).

4. Persentase Pelabelan Lengkap

Parameter persentase pelabelan lengkap, mencakup informasi yang

terdapat dalam etiket obat yang akan digunakan meliputi cara penggunaan obat,

lama penggunaan obat, aturan pemakaian obat, nama pasien, nama obat, dan juga

indikasi obat yang akan digunakan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,

rata-rata persentase pelabelan lengkap untuk semua puskesmas adalah 54%, nilai

tersebut jauh dari nilai persentase menurut WHO, dimana standar yang ditetapkan

oleh WHO adalah 100%.

Hasil observasi ditemukan adanya puskesmas yang tidak mencantumkan

etiket pada obat. Hal ini dapat menyebabkan tertukarnya obat antara pasien satu

dengan yang lainya karena tidak dituliskan nama pasien sehingga pasien dapat

salah menerima obat. Selain itu, terdapat puskesmas yang memberikan obat

dengan etiket yang tidak lengkap, dimana hampir semua puskesmas tidak

memberikan informasi mengenai nama obat, indikasi, cara penggunaan dan lama

penggunan obat. Hal ini dapat menyebabkan penggunaan obat menjadi tidak

rasional karena kurangnya pelabelan pada obat yang akan diterima oleh pasien.

5. Persentase Pengetahuan Pasien

Hasil penelitian yang dilakukan pada semua puskesmas, untuk parameter

persentase pengetahuan pasien didapatkan rata-rata persentase dengan nilai

58
persentase adalah 65%, dimana ketetapan yang diberikan oleh WHO adalah

100%.

Parameter persentase pengetahuan pasien ini, sangat penting bagi pasien

karena berhubungan dengan informasi pengobatan yang akan digunakan oleh

pasien untuk kesembuhan, sehingga WHO mengharapkan persentase pengetahuan

pasien 100%. Kurangnya pengetahuan pasien disebabkan karena pelabelan yang

kurang lengkap menyebabkan adanya informasi yang seharusnya diketahui pasien

tertinggal, dan kurangnya kualitas interaksi antara pasien-petugas saat penyerahan

obat ataupun pada saat konsultasi.

Pengetahuan pasien yang kurang akan mengakibatkan ketidakpatuhan

pasien sehingga akan menyebabkan gagalnya terapi. Kurangnya pengetahuan

pasien mengenai informasi obat yang akan digunakan, disebabkan karena

pelabelan untuk tiap obat kurang lengkap sehingga menyebabkan adanya

informasi yang seharusnya diketahui pasien tertinggal, dan kurangnya kualitas

interaksi antara pasien dan petugas saat penyerahan obat ataupun pada saat

konsultasi.

E. Perbedaan Tingkat Rasionalitas Penggunaan Obat Pada Indikator

Pelayanan Pasien di Tiap Puskesmas Rawat Jalan Kota Kendari

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan menggunakan

menggunakan analisis normalitas dan homogenitas sampel didapatkan sampel

tidak terdistribusi normal dan tidak homogen (p<0.05). Maka selanjutnya peneliti

melakukan transformasi data agar data yang dimasukkan terdistribusi normal dan

59
homogen. Setelah dilakukan transformasi data dan dianalisis kembali didapatkan

data masih tidak terdistribusi normal dan homogen, sehingga dilakukan uji

alternatif One-way ANOVA yaitu uji kruskal-wallis. Uji kruskal-wallis dilakukan

untuk mengetahui adanya perbedaan secara bermakna antara puskesmas untuk

tiap parameter pada indikator pelayanan pasien. Uji kruskal-wallis dilakukan

karena uji ini merupakan uji alternatif untuk uji One-Way ANOVA yang biasa

digunakan ketika syarat dari uji One-way ANOVA tidak terpenuhi.

Hasil analisis menggunakan uji kruskal-wallis menunjukkan bahwa setiap

Puskesmas berbeda secara bermakna (p<0.05) untuk parameter rata–rata waktu

konsultasi, rata-rata waktu penyiapan obat, persentase pelabelan lengkap dan

persentase pengetahuan pasien. Parameter persentase kesesuaian penyerahan obat

tidak didapatkan perbedaan secara bermakna (p>0.05). Tidak terdapatnya

perbedaan bermakna pada parameter persentase kesesuaian penyerahan obat tiap

puskesmas dikarenakan semua puskesmas memberikan obatsesuai dengan yang

tertulis diresep. Persentase kesesuaian penyerahan obat ditiap puskesmas adalah

100%.

Parameter yang memiliki perbedaan secara bermakna selanjutnya akan

dilakukan analisis lebih lanjut dengan uji Post-Hoc yang menggunakan uji Mann-

Whitney. Uji mann-whitney dilakukan untuk mengetahui Puskesmas apa saja yang

memiliki perbedaan secara bermakna pada masing-masing parameter yaitu waktu

konsultasi, waktu penyiapan obat, persentase pelabelan lengkap dan persentase

pengetahuan pasien. Uji mann whitney dilakukan sebagai alternatif ketika syarat

dari uji parametrik tidak dicapai.

60
Tabel 7. Tingkat Rasionalitas Pelayanan Pasien Untuk Tiap Indikator di
Puskesmas Rawat Jalan Kota Kendari
Median
Rerata
Parameter Puskesmas N (minimum- P
±s.b.
maksimum)
Waktu Konsultasi Perumnas 60 2,42(1,11-8,48) 3,07±1,76 < 0,001
Benu- 60 2,33(1,00-4,05) 2,38±0,82
Benua
Jati Raya 60 2,74(1,21-7,19) 2,98±0,99
Kemaraya 60 3,21(1,11-9,13) 3,64±1,43
Mokoau 60 2,49(2,13-10,07) 4,59±1,38
Waktu Penyiapan Perumnas 60 1,71(1,00-7,01) 2,06±1,16 < 0,001
Benu- 60 1,36(1,00-4,59) 1,34±0,49
Benua
Jati Raya 60 1,97(1,00-4,02) 1,95±0,65
Kemaraya 60 2,02(1,00-3,52) 1,88±0,63
Mokoau 60 1,591,00-3,15) 1,78±0,58
Kesesuaian Obat Perumnas 60 - - 1,000
Benu- 60 - -
Benua

Jati Raya 60 - -
Kemaraya 60 - -
Mokoau 60 - -
Pelabelan Perumnas 60 42,86(28,57-42,86) 42,62±1,84 < 0,001
Benu- 60 42,86(42,86-42,86) 42,86±0,00
Benua
Jati Raya 60 42,86(42,86-42,86) 42,86±0,00
Kemaraya 60 42,86(28,57-50,00) 42,26±3,29
Mokoau 60 42,86(4,86-50,00) 42.98±0,92
Pengetahuan Perumnas 60 80(40-100) 74±15,32 < 0,001
Benu- 60 80(60-100) 81,33±16.82
Benua
Jati Raya 60 60(40-100) 56,33±15,04
Kemaraya 60 60(40-80) 60,33±15,66
Mokoau 60 60(20-80) 53±15,83
Uji Post-hoc Mann-Whitney:

Waktu Konsultasi: Benu-Benua vs semua Puskesmas (p=<0.05), WaktuPenyiapan

Obat: Benu-Benua vs semua Puskesmas (p=<0.05), Persentase Pelabelan

Lengkap: Jati Raya vs semua Puskesmas (p=<0.05), Persentase Pengetahuan:

Perumnas vs semua Puskesmas (p=<0.05), Benu-Benua vs semua Puskesmas

(p=<0.05).

61
Hasil uji mann-whitney pada tiap puskesmas untuk parameter rata-rata

waktu konsultasi didapatkan ada perbedaan yang bermakna (p<0.05) antara

Puskesmas Benu-benua dengan empat Puskesmas yang lain memiliki perbedaan

bermakan dengan nilai (p=0.000). Terdapat perbedaan yang bermakna antara

Puskesmas Benu-Benua dengan semua puskesmas dikarenakan Puskesmas Benu-

Benua memiliki rata-rata waktu konsultasi yang paling cepat diabandingkan

dengan puskesmas yang lain yaitu 2.38 menit. Puskesmas yang tidak berbeda

secara bermakna (p>0.05) adalah antara Puskesmas Perumnas dengan Puskesmas

Jati Raya (p=0.361), Puskesmas Kemaraya (p=0.610), Puskesmas Mokoau

(p=0.819), kemudian antara Puskesmas Jati Raya dengan Puskesmas Kemaraya

(p=0.803) dan Puskesmas Mokoau (p=0.214), dan antara Puskesmas Kemaraya

dengan Puskesmas Mokoau (p=0.311). Tidak terdapat perbedan bermakna antara

Puskesmas tersebut dikarenakan rata-rata waktu konsultasi tidak terlalu jauh beda

yaitu untuk Puskesmas Jati Raya memiliki waktu Konsultasi 2.98 menit,

Puskesmas Perumnas memiliki waktu konsultasi 3.07 menit, Puskesmas

Kemaraya meiliki waktu konsultasi 3.64 dan Puskesmas Mokou memiliki waktu

konslutasi 4.59 menit. Berdasarkan standar WHO waktu konsultasi yang baik

adalah ≥30 menit dan rata-rata waktu konsultasi yang paling tinggi di Puskesmas

Mokoau adalah 4,59 menit.

Puskesmas Perumnas memiliki rata-rata waktu penyiapan obat yang paling

lama yaitu 2,06 menit sehingga menjadi puskesmas yang memiliki waktu terlama

dalam melakukan penyiapan obata, karena berdasarkan standar WHO untuk

parameter waktu penyiapan obat adalah ≥1 menit. Hasil uji mann-whitney pada

62
tiap puskesmas untuk parameter rata-rata waktu penyiapan obat didapatkan

perbedaan yang bermakna (p<0.05) antara Puskesmas Benu-Benua dengan empat

Puskesmas lainnya yaitu Puskesmas Perumnas, Puskesmas Jati Raya, Puskesmas

Kemaraya dan Puskesmas Mokoau dengan nilai (p=0.000). Hal ini dikarenakan,

Puskesmas Benu-Benua memiliki rata-rata waktu penyiapan obat yang paling

rendah dibandingkan Puskesmas yang lain yaitu 1.34 menit, sehingga Puskesmas

Benu-Benua memiliki perbedaan yang bermakna pada semua Puskesmas.

Puskesmas yang tidak berbeda secara bermakna (p>0.05) adalah antara

Puskesmas Perumnas dengan Jati Raya (p=0.361), Puseksmas Kemaraya

(p=0.610) dan Puskesmas Mokoau (p=0.819), kemudian antara Puskesmas Jati

Raya dengan Puskesmas Kemaraya (p=0.803), Puskesmas Mokoau (p=0.214),

kemudian antara Puskesmas Kemaraya dengan Puskesmas Mokoau (p=0.311).

Hal ini dikarenakan semua Puskesmas tersebut kecuali Benu-Benua memiliki rata-

rata waktu penyiapan obat yang tidak terlalu jauh berbeda. Dimana Puskemas

Perumnas memiliki waktu penyiapan obat 2.06 menit, Puskesmas Jati Raya 1.95

menit,Puskesmas Kemaraya 1.88 menit dan Puskesmas Mokoau 1.78 menit.

Puskesmas Mokoau memiliki persentase pelabelan yang paling tinggi

yaitu 57, 26% dibandingkan dengan Puskesmas yang lain. Hasil uji mann-whitney

pada tiap Puskesmas untuk parameter persentase pelabelan lengkap terdapat

perbedaan bermakna (p<0.05) yaitu Puskesmas Jati Raya vs semua Puskesmas.

Hal ini dikarenakan, Puskesmas Jati Raya memiliki persentase pelabelan paling

rendah 42,86% dibandingkan dengan ke empat puskesmas yang lain. Puskesmas

yang tidak berbeda secara bermakna (p>0.05) adalah antara Puskesmas Perumnas

63
dengan Benu-Benua (p=0.317), Puseksmas Kemaraya (p=0.660) dan Puskesmas

Mokoau (p=0.991), kemudian antara Puskesmas Benu-Bena dengan Puskesmas

Kemaraya (p=1.000), Puskesmas Mokoau (p=0.317), kemudian antara Puskesmas

Kemaraya dengan Puskesmas Mokoau (p=0.649). Hal ini dikarenakan semua

Puskesmas tersebut kecuali Perumnas memiliki rata-rata persentase pelabelan obat

yang tidak terlalu jauh berbeda. Dimana Puskemas Benu-Benua memiliki

persentase pelabelan obat 57,14%, Puskesmas Perumnas 56,67%, Puskesmas

Kemaraya 56,07% dan Puskesmas Mokoau 57, 26%.

Hasil uji mann-whitney pada tiap Puskesmas untuk parameter persentase

pengetahuan pasien didapatkan perbedaan bermakna p<0.05) antara Puskesmas

Perumnas dengan Puskesmas Benu-Benua (p=0.025), Puskesmas Jati Raya

(p=0.000), Puskesmas Kemaraya (p=0.000) dan Puskesmas Mokoau (p=0.000),

kemudian antara Puskesmas Benu-Benua dengan Jati Raya (p=0.000), Puskesmas

Kemaraya (p=0.000) dan Puskesmas Mokoau (p=0.000) dan antara Puskesmas

Kemaraya dengan Puskesmas Mokoau (p=0.003). Berdasarkan hasil tersebut,

Puskesmas Benu-Benua yang paling banyak memiliki perbedaan bermakna

dengan Puskesmas yang lain, hal ini dikarenakan Puskesmas Benu-Benua

memiliki nilai persentase pengetahuan pasien paling tinggi dibandingkan

Puskesmas yang lain. Puskesmas yang tidak berbeda secara bermakna (p>0.05)

adalah antara Puskesmas Jati Raya dengan Puskesmas Kemaraya (p=0.081) dan

Puskesmas Mokoau (p=0.144). Hal ini dikarenakan antara Puskesmas Jati Raya,

Puskesmas Kemaraya dan Puskesmas Mokoau memiliki tingkat persentase

pengetahuan pasien tidak berbeda jauh. Hasil persentase pengetahuan pasien

64
untuk Puskesmas Jati Raya 56.33%, Puskesmas Kemaraya 60.33% dan

Puskesmas Mokoau 53%.

65
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Rasionalitas penggunaan obat di Puskesmas Rawat JalanKota Kendari

berdasarkan indikator pelayanan pasien WHO yaitu belum rasional kecuali

parameter rata-rata waktu penyiapan obat dan persentase obat yang

diserahkan pada pasien. Dengan rata-rata waktu untuk konsultasi 3,33menit,

rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk penyiapan obat 3,41 menit, persentase

obat yang diserahkan pada pasien 100%, persentase obat yang pelabelannya

lengkap 54%, dan persentase pengetahuan pasien tentang pengobatan yang

benar 65%.

2. Tingkat rasionalitas penggunaan obat di Puskesmas Rawat JalanKota Kendari

berdasarkan indikator pelayanan pasien WHO yaitu Puskesmas yang paling

mendekati kriteria kerasionalan dalam rata-rata waktu untuk konsultasi adalah

Puskesmas Mokoau 4,59 menit, waktu penyiapan obat adalah Puskesmas

Perumnas 2,06 menit, persentase kesesuaian penyerahan obat adalah semua

Puskesmas (Puskesmas Perumnas, Puskesmas Jati Raya, Puskesmas

Kemaraya, Puskesmas Mokoau dan Puskesmas Benu-Benua), persesntase

pelabelan obat adalah Puskesmas Mokoau 57,26% dan persentase

pengetahuan pasien adalah Puskemas Benu-Benua 81,33%.

3. Perbedaan tingkat pelayanan pasien obat pada indikator pelayanan pasien di

Puskesmas Rawat Jalan Kota Kendari didapatkan setiap puskesmas berbeda

66
secara bermakna (p<0.05) untuk parameter rata-rata waktu konsultasi, rata-

rata waktu penyiapan obat, persentase pelabelan lengkap dan pengetahuan

pasien dan parameter persentase kesesuaian penyerahan obat tidak didapatkan

perbedaan secara bermakna (p>0.05).

B. Saran

1. Diharapkan kerjasama antara tenaga kesehatan dengan tenaga kesehatan

lainnya dalam hal pelayanan pasien agar pelayanan pasien yang rasional dapat

tercapai di Puskesmas Rawat Jalan Kota Kendari.

2. Diperlukan penelitian tentang faktor penyebab masalah terhadap

pelayananpasien baik itu parameter rata-rata waktu konsultasi medis, rata-rata

waktu penyiapan obat, persentase kesesuaian penyerahan obat, persentase

pelabelan lengkap, dan persentase pengetahuan pasien tentang pengobatan

yang benar untuk lebih memperkuat analisis rasionalitas penggunaan obat di

Puskesmas Rawat Jalan Kota Kendari.

3. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang kerasionalan penggunaan obat

berdasarkan tepat obat, tepat dosis, tepat indikasi, tepat diagnosis, tepat

pemilihan obat, tepat pemberian, tepat lama pemberian, waspada terhadap

efek samping, tepat informasi dan tepat dalam upaya tindak lanjut.

67
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, A.N., dan Fatimah, S.F., 2015, Penerapan Patient Safety Dalam
Pemberian Obat di Wilayah Kerja Puskesmas Kasihan II Kabupaten
Bantul Yogyakarta, Journal Ners And Midwifery Indonesia, Vol. 3(3).

Aryani, F., Deni, A., Nila, P.Y., 2014, Evaluasi Mutu Pelayanan Kefarmasian
Kategori Waktu Tunggu Pelayanan Resep di Depo Rawat Jalan Rumah
Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru, Jurnal Penelitian
Farmasi Indonesia, Vol. 3(1).

Athiyah, U., Riskayanti, E., Rakhmawati, F.D., Nugraheni, G., Nita, Y., 2014,
Profil Informasi Obat pada Pelayanan Resep Metformin dan Glibenklamid
di Apotek di Wilayah Surabaya, Jurnal Farmasi Komunitas,Vol. 1 (1).
Surabaya.

Budi, T.P., 2006, SPSS 13.0 Terapan Riset Statistik Parametrik, Penerbit Andi,
Yogyakarta.

Cahyono. 2008. Membangun budaya keselamatan pasien dalam praktek


kedokteran. Yogyakarta:Kanisius.

Cohen, M.R., 1999,Medication Errors, The American Pharmaceutical


Assosiation.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan
Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia,2005, Pedoman Pengelolaan Obat


Publik dan Perbekalan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006, Pedoman Pelayanan


Kefarmasian di Puskesmas, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2006b). Kebijakan Obat Nasional,


Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007, Pedoman Tatalaksana


Pneumonia Balita, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

68
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Modul Training of Trainer
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Modul Penggunaan Obat


Rasional, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2015, Daftar Nama-Nama Puskesmas


di Kota Kendari, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Handayani RS, Raharni, Retno G, 2009, Persepsi Konsumen Apotek Terhadap


Pelayanan Apotek Di Tiga Kota Di Indonesia, Makara Kesehatan, Vol.
13(1), Jakarta.

Hogerzeil, H. V., Bimo, Ross-Degnan, D., Laing, R. O., Ofori-Adjei, D., Santoso,
B., dkk., 1993, Desember 4).Field Test for Rational Drug Use in
TwelveDeveloping Countries.The Lancet , pp. 1408-1410.

Kardela W., Andrajati R., dan Supardi S., 2014, Perbandingan Penggunaan Obat
Rasional Berdasarkan Indikator WHO di Puskesmas Kecamatan antara
Kota Depok dan Jakarta Selatan, Jurnal Kefarmasian Indonesia, Vol. 4 (2)

Katzung, B.G., 2004, Farmakologi dasar dan Klinik, Edisi VII,Universitas Air
Langga Salemba Medisa, Jakarta.

Keban, S.A., Purnomo, L.B., dan Mustofa., 2013, Evaluasi Hasil Edukasi
Farmasis Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Dr.
Sardjito Yogyakarta, Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, Vol. 11 (1).

Kementerian Kesehatan RI, 2004, KepMenKes RI no: 30/MenKes/SK/II/2014


tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI, 2014, KepMenKes RI no: 128/MenKes/SK/II/2004


tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.

69
Leape, L.L., Bates, D.W., Cullen, D.J., Cooper, J., Demonaco, H.J., Gallivan, T.,
et al.(1995).Systems analysis of adverse drug events.Journal of the
AmericanMedical Association, Vol.284(1), 95-97.

Notoatmodjo, S., 2012, Metodologi Penelitian Kesehatan, PT. Rineka Cipta,


Jakarta.

Nurzaki, A., Bangunawati R., Salmah O., 2015, Evaluasi Kerasionalan


Penggunaan Antibiotik Untuk Pengobatan Pneumonia Pada Balita Rawat
Inap di RS PKU Muhamadiyah Yogyakarta Periode Januari-Desember
2013, Karya Tulis Ilmiah.Yogyakarta.
Pudjaningsih, Dwi dan Santoso, Budiono. 2006. Pengembangan Indikator
Efisiensi Pengelolaan Obat di Farmasi Rumah Sakit. Jurnal Logika. Vol. 3
(1).

Rahmawati, I.N dan Sri, S.W., 2016, Faktor Pelayanan Kefarmasian Dalam
Peningkatan Kepuasan Pasien Di Pelayanan Kesehatan, Indonesian
Journal On Medical Science, Vol. 3(1).

Rantucci, JS 2007, Pharmacist Talking with Patient : A Guide to Patient


Counseling, British Columbia, Canada.

Sadikin, Z. Dj., 2011, Penggunaan Obat Yang Rasional, J Indon Med


Assoc,Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia,Vol. 61 (4).

Sari, K.C.D.P., 2011, Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Obat Ditinjau Dari


Indikator Peresepan Menurut World Health Organization (WHO) Di
Seluruh Puskesmas Kecamatan Kota Depok Pada Tahun 2010, Skripsi,
Universitas Indonesia, Depok.

Sirait, A.M., 2001, Analisa Varians (ANOVA) dalam Penelitian Kesehatan,


Media Litbang Kesehatan, Vol.XI (2).

Suharno, Dino, 2015, Evaluasi Rasionalitas Penggunaan ObatDitinjau Dari


Indikator Peresepan MenurutWorld Health Organization (Who) Di
Puskesmas Kota Kendaritahun 2014, Skripsi, Universitas Haluoleo,
Kendari.

Tajuddin, R.S., Sudirman, I., dan Maidin, A., 2012, Faktor Penyebab Medication
Error di Instalasi Rawat Darurat, Jurnal Manajemen Pelayanan
Kesehatan, Depok, Vol. 15 (5).

Veronika, M., 2011, Analisis Pelayanan Pasien Sebagai Salah Satu Indikator
Penggunaan Obat Rasional di Seluruh Puskesmas Kecamatan Kota Depok,
Skripsi, Universitas Indonesia, Depok.

70
Wibowo, 2015, Pengaruh Sistem manajemen ISO 9001:2008 Tehadap Pelayanan
Kefarmasian di Puskesma Kabupaten Sleman, Junal pharmacy, Vol. 12 (1).

World Health Organization, 1985, The Rational Use of Drugs; Report of the
Conference of Experts, Geneva, World Health Organization.

World Health Organization, 1993, How to Investigate Drug Use in Health


Facilities, Geneva, World Health Organization.

World Health Organization, 2002, Promoting Rational Use of Medicines : Core


Components, in WHO Policy Perspectives on Medicines, Geneva, World
Health Organization.

World Health Organization, 2009, Medicines Use in Primary Care in Developing


and Transitional Countries, Geneva, World Health Organization.

Yuliastuti, F., Achmad, P., dan Riswaka, S., 2013, Analisis Penggunaan Obat
Pada Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah Sleman
Yogyakarta Periode April 2009, Media Farmasi, Vol 10 (2) : 104-11.

71
LAMPIRAN

72
Lampiran 1.Lembar Penjelasan Pada Subyek Penelitian

Saya Bestianti Purnasari Jiwadari Fakultas Farmasi UHOakan melakukan


penelitian yangberjudul Analisis Pelayanan Pasien Sebagai Salah Satu Indikator
Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas Rawat Jalan Kota Kendari.Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahuirasionalitas penggunaan obat di Puskesmas rawat
Jalan Kota Kendari ditinjau dari indikator pelayanan pasien menurut WHO.
Penelitian ini membutuhkan subyek 600 orang untuk semua parameter penilaian.
A. Kesukarelaan Untuk Ikut Penelitian
Pasien bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada
paksaan.Bila sudah memutuskan ikut, si pasien juga bebas untuk
mengundurkan diri/berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai denda atau sanksi
apapun.
B. Prosedur Penelitian
Apabila subyek sendiri bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, maka
subyek akan diminta menandatangani lembar persetujuan ini rangkap dua, satu
untuk di simpan dan satu untuk peneliti. Prosedur selanjutnya adalah:
1. Subyek akan diwawancarai oleh peniliti untuk ditanyakan nama, usia,
nama obat yang diterima, kegunaan obat, aturan pemakaian obat, cara
penggunaan obat, dan berapa lama obat digunakan.
2. Subyek diminta menjawab pertanyaan yang diajukan.
C. Kewajiban Subyek Penelitian
Sebagai subyek penelitian, bapak/ibu/saudara berkewajiban mengikuti aturan
atau petunjuk penelitian seperti yang tertulis diatas.Bila ada yang belum jelas
subyek dapat menanyakan kepada peneliti.
D. Resiko dan Efek Samping
Penelitian ini tidak memiliki efek samping karena praktis dan mudah.Subyek
(bapak/ibu/saudara) hanya menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh
peneliti.
E. Manfaat

73
Yang dapat dirasakan dengan penelitian ini bagi subyek (bapak/ibu/saudara)
dapat mengetahui informasi mengenai pengobatan yang rasional.
F. Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas subyek penelitian akan
dirahasiakan dan hanya diketahui oleh peneliti dan dokter serta perawat yang
menangani anda. Hasil penelitian akan dipublikasikan tanpa identitas subyek
penelitian.
G. Pembiayaan
Semua biaya terkait penelitian akan ditanggung oleh peneliti.
H. Informasi Tambahan
Subyek (Bapak/ibu/saudara) diberi kesempatan untuk menanyakan hal yang
belum jelas sehubungan dengan penelitian ini. Bila sewaktu-waktu perlu
penjelasan lebih lanjut, bapak/ibu/saudara dapat menghubungi peneliti
Bestianti Purnasari Jiwa pada nomor HP 082346356282.

74
Lampiran 2.Persetujuan keikutsertaan dalam penelitian

Semua penjelasan tersebut telah disampaikan kepada kami subyek


penelitian dan semua pertanyaan kami telah dijawab oleh peneliti.Kami mengerti
bahwa bila memerlukan penjelasan, kami dapat menanyakan kepada Bestianti
Purnasari Jiwa.
Dengan menandatangani formulir ini, kami subyek penelitian ikut serta dalam
penelitian ini.

Kendari, ....................................... 2015

Saksi Subyek

(Nama Jelas: ......................................) (Nama Jelas: ....................................)

75
Lampiran 3.Form pedoman wawancara pasien
Pertanyaan dan Jawaban Wawancara Pasien
A. Data Demografi Pasien
a. Nama : ................................................................................................
b. Umur : ................................................................................................
c. Jenis Kelamin : ....................................................................................
(P = Perempuan; L= Laki-laki)
B. Kode Resep : ............................................................................................
C. Apa saja nama obat yang diterima oleh Ibu/Bapak, apa kegunaannya,
bagaimana aturan pakainya, bagaimana cara penggunaannya, dan berapa lama
obat digunakan?
1. Nama obat : ................................................................................................
a. Kegunaan : ..........................................................................................
b. Aturan Pakai : ......................................................................................
c. Cara Penggunaan : ................................................................................
d. Lama Penggunaan : ..............................................................................
2. Nama obat : ................................................................................................
a. Kegunaan : ..........................................................................................
b. Aturan Pakai : ......................................................................................
c. Cara Penggunaan : ................................................................................
d. Lama Penggunaan : ..............................................................................
3. Nama obat : ................................................................................................
a. Kegunaan : ...........................................................................................
b. Aturan Pakai : ......................................................................................
c. Cara Penggunaan : ................................................................................
d. Lama Penggunaan : ..............................................................................
4. Nama obat : ...............................................................................................
a. Kegunaan : ..........................................................................................
b. Aturan Pakai : ......................................................................................
c. Cara Penggunaan : ................................................................................
d. Lama Penggunaan : ..............................................................................

76
5. Nama obat : ...............................................................................................
a. Kegunaan : ..........................................................................................
b. Aturan Pakai : ......................................................................................
c. Cara Penggunaan : ................................................................................
d. Lama Penggunaan : ..............................................................................
6. Nama obat : ...............................................................................................
a. Kegunaan : ..........................................................................................
b. Aturan Pakai : ......................................................................................
c. Cara Penggunaan : ................................................................................
d. Lama Penggunaan : .............................................................................

77
Lampiran 4. Lembar Penilaian Parameter Waktu Konsultasi

Puskesmas Pasien Umur Gend Waktu Puskemas* Pasien Umur Gender Waktu
* er Konsultasi Konsultasi
(Menit) (Menit)
1 01 45 P 2.38 3 01 45 L 3.06
1 02 44 P 4.22 3 02 25 P 3.16
1 03 47 P 1.56 3 03 22 P 1.47
1 04 15 P 2.53 3 04 24 P 3.09
1 05 55 P 3.13 3 05 30 L 3.28
1 06 47 L 2.3 3 06 15 P 3.29
1 07 51 L 3.52 3 07 35 P 7.19
1 08 45 L 2.3 3 08 45 P 1.21
1 09 55 L 2.43 3 09 50 L 4.3
1 10 18 L 2.42 3 10 53 L 2.34
1 11 50 L 6.5 3 11 48 P 2.4
1 12 55 L 8.48 3 12 50 L 1.4
1 13 36 P 1.32 3 13 55 P 1.4
1 14 55 L 5.33 3 14 41 L 2.51
1 15 55 P 3.4 3 15 18 L 1.3
1 16 52 L 2.3 3 16 40 P 3.1
1 17 30 L 3.5 3 17 25 L 3.16
1 18 44 L 1.52 3 18 27 L 3
1 19 50 P 3.24 3 19 34 P 3.14
1 20 28 P 3.11 3 20 36 P 4.12
1 21 54 P 3.31 3 21 50 L 3.3
1 22 41 L 2.51 3 22 44 L 2.3
1 23 33 L 2.36 3 23 33 L 2.1
1 24 42 P 3 3 24 45 L 3.59
1 25 44 L 4.46 3 25 55 P 3.4
1 26 18 L 1.3 3 26 30 L 3.1
1 27 18 L 1.3 3 27 17 L 1.4
1 28 43 P 1.55 3 28 43 P 3.55
1 29 27 L 1.56 3 29 37 L 1.56
1 30 49 P 3.39 3 30 29 L 2.3
1 31 25 L 5.18 3 31 25 L 3.18

78
1 32 55 L 2.27 3 32 27 P 3.2
1 33 27 L 1.33 3 33 24 P 3.29
1 34 16 P 1.43 3 34 15 P 1.33
1 35 50 L 7.21 3 35 55 L 4.3
1 36 40 P 7.3 3 36 50 P 3.22
1 37 42 P 8.34 3 37 44 P 2.3
1 38 51 L 3.54 3 38 37 L 3.24
1 39 45 P 3.26 3 39 51 P 3.26
1 40 28 L 2.35 3 40 46 P 3.25
1 41 50 L 2.4 3 41 49 L 4
1 42 24 L 4.54 3 42 24 P 4.15
1 43 54 P 4.43 3 43 27 P 2.45
1 44 55 L 2.12 3 44 41 L 3.3
1 45 53 L 2.55 3 45 40 L 3.25
1 46 52 L 6.01 3 46 29 L 3.32
1 47 45 L 1.21 3 47 32 P 2.22
1 48 50 L 4.3 3 48 21 P 3.42
1 49 28 P 1.43 3 49 28 P 3.07
1 50 44 P 2.5 3 50 34 L 5.02
1 51 53 L 2.34 3 51 45 L 3.17
1 52 23 P 2.25 3 52 23 P 3.28
1 53 40 P 2.4 3 53 20 P 2.55
1 54 25 L 2.52 3 54 26 P 2.44
1 55 55 P 1.52 3 55 55 P 3.4
1 56 55 P 2.3 3 56 35 L 2.59
1 57 41 L 1.3 3 57 49 P 3.2
1 58 55 L 1.11 3 58 33 L 3.26
1 59 54 L 1.9 3 59 54 L 3.44
1 60 49 P 2.36 3 60 29 P 2.46
RATA-RATA 3,06 RATA-RATA 2,98
2 01 15 L 2.02 4 01 55 L 3.11
2 02 16 P 2.69 4 02 36 P 3.15
2 03 30 P 3.02 4 03 47 P 2.35
2 04 50 L 2.31 4 04 55 L 1.15
2 05 18 P 2.37 4 05 15 L 1.12
2 06 53 P 3 4 06 29 P 5.23

79
2 07 31 L 2.32 4 07 55 L 3.27
2 08 30 P 1.45 4 08 53 P 2.55
2 09 50 L 1 4 09 45 P 7
2 10 42 P 2.3 4 10 45 L 3.04
2 11 45 L 2.43 4 11 35 L 4.38
2 12 32 L 2.56 4 12 47 P 4.07
2 13 17 P 3.07 4 13 32 L 3.05
2 14 15 L 2.27 4 14 50 P 1.37
2 15 20 L 2.17 4 15 24 P 4.5
2 16 19 L 2 4 16 40 P 6.45
2 17 41 P 2.05 4 17 40 P 6
2 18 48 P 1.15 4 18 29 L 3.59
2 19 45 P 1.56 4 19 44 P 2.3
2 20 39 L 1.56 4 20 15 L 4.36
2 21 17 P 1.47 4 21 53 P 2.3
2 22 55 L 3 4 22 53 P 9.13
2 23 50 P 2.19 4 23 55 L 4.15
2 24 54 L 1.32 4 24 15 L 5.3
2 25 50 L 2 4 25 47 P 6
2 26 46 P 4.12 4 26 53 L 3.1
2 27 54 P 4.05 4 27 38 P 5.5
2 28 54 P 3.08 4 28 48 P 3.3
2 29 30 L 4.24 4 29 35 L 4.3
2 30 53 P 2.34 4 30 36 P 3.2
2 31 45 P 1 4 31 52 P 3.22
2 32 51 P 2.35 4 32 46 L 3.42
2 33 41 P 1.15 4 33 53 L 3.29
2 34 30 P 4.3 4 34 19 P 4.35
2 35 29 L 1.5 4 35 28 P 4.23
2 36 25 P 1.35 4 36 47 L 3.33
2 37 32 P 3.04 4 37 54 P 2.55
2 38 22 L 2.15 4 38 26 P 2.54
2 39 25 L 2.55 4 39 53 P 3.22
2 40 50 L 2.15 4 40 42 L 3.23
2 41 23 P 2.3 4 41 40 P 4.56
2 42 41 L 2.52 4 42 15 L 2.1

80
2 43 47 P 4.5 4 43 27 P 2.45
2 44 22 L 2.39 4 44 38 P 3.23
2 45 26 P 3 4 45 40 L 3.51
2 46 31 P 2.34 4 46 19 P 2.02
2 47 44 P 2.41 4 47 23 P 2.55
2 48 40 P 2.59 4 48 54 L 4.13
2 49 33 P 2.27 4 49 28 P 2.5
2 50 29 L 2.2 4 50 35 P 4.28
2 51 49 L 3.25 4 51 26 L 2.17
2 52 40 P 3.4 4 52 55 L 4.11
2 53 55 L 2.54 4 53 43 P 3.55
2 54 22 P 1.28 4 54 36 P 3.4
2 55 34 P 2.34 4 55 38 L 2.32
2 56 20 P 1.47 4 56 47 P 5.56
2 57 28 L 1.31 4 57 49 P 3.2
2 58 41 P 2.37 4 58 33 L 3.26
2 59 55 P 2.3 4 59 54 L 4.34
2 60 43 L 3.18 4 60 27 L 3.32
RATA-RATA 2,37 RATA-RATA 3,63
5 01 25 P 5.1 5 19 43 P 3.35
5 02 47 L 4.09 5 24 48 L 3.05
5 03 19 L 4.12 5 27 45 P 5.03
5 04 21 P 5.53 5 44 30 P 3.55
5 05 25 P 6.07 5 26 32 P 3.43
5 06 32 P 2.54 5 50 53 L 3.55
5 07 40 L 2.13 5 42 30 P 7.58
5 08 16 P 3.15 5 37 27 P 4.59
5 09 35 L 5.47 5 19 46 L 3.19
5 10 30 L 5.57 5 25 48 P 3.45
5 11 37 P 10.07 5 50 38 L 4.55
5 12 25 L 6.11 5 44 43 P 4.55
5 13 23 L 5 5 49 50 L 3.45
5 14 23 P 5.03 5 33 42 P 3.44
5 15 22 P 4.14 5 54 39 P 5.05
5 16 17 L 4.2 5 28 20 P 5.55
5 17 55 P 7 5 43 45 P 5.08

81
5 18 25 P 3.59 5 26 51 L 5.18
5 19 39 P 3.2 5 45 37 P 6.55
5 20 44 P 4.53 5 35 49 L 4.45
5 21 55 L 5.1 5 27 38 P 5.15
5 22 31 P 4.59 5 40 45 L 3.33
5 23 55 L 5.25 5 52 50 L 5.49
5 24 22 P 3.32 5 33 41 P 6.1
5 25 34 L 3.23 5 29 32 P 5.26
5 26 25 P 4.33 5 50 27 L 4.59
5 27 44 P 4.13 5 27 52 P 7
5 28 33 P 3.02 RATA-RATA 4,58
5 29 55 L 5.15
5 30 23 P 2.55
5 31 37 P 4.03
5 32 45 P 3.22
5 33 28 L 5.29

82
Lampiran 5.Form penilaian parameter waktu penyiapan obat, persentase
kesesuaian penyerahan obat, pelabelan lengkap, dan pengetahuan pasien

Puskesmas* Pasien Umur Gender Waktu Kesesuaian Pelabelan Pengetahuan


Penyiapan penyerahan Lengkap pasien (%)
obat (menit) obat (%) (%)
1 01 55 P 4 100 42.86 40
1 02 22 P 1.05 100 42.86 80
1 03 53 L 2 100 42.86 100
1 04 55 L 1.04 100 42.86 100
1 05 27 P 1.44 100 42.86 80
1 06 28 P 1.44 100 42.86 80
1 07 15 L 1.05 100 42.86 100
1 08 55 L 3.18 100 42.86 80
1 09 50 P 1.42 100 42.86 80
1 10 54 L 1.27 100 42.86 80
1 11 42 L 2 100 42.86 80
1 12 24 L 1.51 100 42.86 80
1 13 37 P 3.22 100 42.86 80
1 14 29 L 2.07 100 28.57 100
1 15 42 P 3 100 42.86 80
1 16 55 L 2 100 42.86 80
1 17 55 L 2 100 42.86 80
1 18 52 L 1.59 100 42.86 40
1 19 49 P 5 100 42.86 60
1 20 54 L 3 100 42.86 60
1 21 53 P 7.1 100 42.86 60
1 22 20 L 2.4 100 42.86 80
1 23 24 P 1.5 100 42.86 80
1 24 52 P 2.24 100 42.86 60
1 25 30 L 1.59 100 42.86 80
1 26 17 P 1.55 100 42.86 100
1 27 42 L 1.3 100 42.86 80
1 28 27 P 1.22 100 42.86 80
1 29 52 L 1.57 100 42.86 60
1 30 45 P 2 100 42.86 60

83
1 31 15 L 1.42 100 42.86 80
1 32 45 P 2 100 42.86 60
1 33 16 L 1.02 100 42.86 80
1 34 45 P 1.05 100 42.86 60
1 35 45 L 1.06 100 42.86 60
1 36 40 P 1.5 100 42.86 80
1 37 43 P 3 100 42.86 80
1 38 40 P 4.5 100 42.86 80
1 39 29 L 2.3 100 42.86 80
1 40 55 P 4.32 100 42.86 40
1 41 15 L 1.3 100 42.86 80
1 42 47 L 2.56 100 42.86 60
1 43 55 L 1.15 100 42.86 40
1 44 43 P 2.3 100 42.86 80
1 45 28 P 2 100 42.86 80
1 46 54 P 3 100 42.86 60
1 47 55 L 1.1 100 42.86 80
1 48 44 P 2.38 100 42.86 80
1 49 51 L 1.1 100 42.86 60
1 50 54 L 1.05 100 42.86 60
1 51 42 P 3.01 100 42.86 60
1 52 52 L 1.05 100 42.86 100
1 53 55 P 1.15 100 42.86 100
1 54 55 P 1.24 100 42.86 60
1 55 50 P 1 100 42.86 80
1 56 28 P 1.55 100 42.86 60
1 57 15 L 2.01 100 42.86 80
1 58 37 L 2 100 42.86 60
1 59 42 P 3.55 100 42.86 80
1 60 20 L 1 100 42.86 80
Rata-rata 2.057 100 42.62 74
2 01 15 P 5,42 100 52,37 60
2 02 22 L 4,32 100 54,28 100
2 03 39 L 5,2 100 57,14 100
2 04 17 P 3,5 100 57,14 80
2 05 36 P 4,37 100 57,14 100

84
2 06 35 L 5,23 100 57,14 100
2 07 23 P 3,39 100 52,37 100
2 08 54 P 3,42 100 57,14 100
2 09 33 P 2,45 100 54,28 80
2 10 40 P 3,33 100 53,56 80
2 11 37 P 1,3 100 57,14 100
2 12 40 L 7,04 100 57,14 80
2 13 53 P 5,01 100 57,14 60
2 14 15 P 3,45 100 57,14 60
2 15 29 P 5,34 100 57,14 100
2 16 15 P 4,38 100 53,56 60
2 17 55 P 2,19 100 57,14 80
2 18 27 P 2,52 100 54,28 100
2 19 35 P 3,38 100 57,14 60
2 20 15 P 4,57 100 54,28 60
2 21 15 P 5,32 100 57,14 80
2 22 55 L 4,35 100 57,14 60
2 23 51 P 3,58 100 57,14 80
2 24 43 P 2,43 100 54,28 80
2 25 37 P 4,12 100 57,14 100
2 26 22 L 2,45 100 57,14 60
2 27 55 L 4,03 100 57,14 60
2 28 36 P 4,12 100 57,14 80
2 29 48 L 5,28 100 57,14 100
2 30 21 P 3,2 100 57,14 80
2 31 42 P 4,34 100 57,14 100
2 32 20 L 4,01 100 57,14 100
2 33 22 L 4,23 100 54,28 80
2 34 54 P 5,29 100 57,14 60
2 35 18 P 6,21 100 57,14 100
2 36 42 P 3,21 100 57,14 60
2 37 35 P 4,45 100 53,56 80
2 38 30 P 3,51 100 57,14 100
2 39 54 P 4,59 100 57,14 60
2 40 21 L 2,14 100 57,14 100
2 41 29 P 3,29 100 57,14 100

85
2 42 55 P 4,5 100 57,14 60
2 43 49 P 5,07 100 57,14 100
2 44 39 L 5,15 100 57,14 100
2 45 46 P 3,58 100 57,14 60
2 46 23 L 4,2 100 57,14 80
2 47 28 L 2,09 100 57,14 100
2 48 31 L 5,21 100 57,14 80
2 49 38 P 2,39 100 57,14 60
2 50 19 L 5,21 100 57,14 80
2 51 53 P 3,09 100 54,28 60
2 52 47 P 6,23 100 57,14 60
2 53 40 L 4,35 100 57,14 80
2 54 35 P 4,39 100 57,14 100
2 55 44 L 4,12 100 57,14 60
2 56 33 P 3,33 100 57,14 80
2 57 35 L 5,32 100 57,14 100
2 58 32 L 2,47 100 54,28 100
2 59 40 P 3,42 100 57,14 80
2 60 39 P 7,02 100 57,14 60
Rata-rata 1,34 100 42,85 81,33
3 01 48 L 4.02 100 42.86 60
3 02 33 L 2.11 100 42.86 60
3 03 44 P 1.08 100 42.86 60
3 04 22 L 2.05 100 42.86 60
3 05 23 L 1.18 100 42.86 80
3 06 55 P 2.03 100 42.86 40
3 07 29 P 2 100 42.86 80
3 08 19 L 2.04 100 42.86 80
3 09 34 P 1.3 100 42.86 60
3 10 17 L 2.03 100 42.86 80
3 11 18 P 2.5 100 42.86 60
3 12 22 P 2.06 100 42.86 60
3 13 53 P 3.01 100 42.86 40
3 14 27 P 2.15 100 42.86 60
3 15 20 L 2.01 100 42.86 80
3 16 34 P 1.2 100 42.86 60

86
3 17 55 L 2.3 100 42.86 40
3 18 36 P 2.5 100 42.86 60
3 19 54 L 1.01 100 42.86 40
3 20 36 P 1.02 100 42.86 60
3 21 54 L 1.11 100 42.86 40
3 22 25 P 2.01 100 42.86 40
3 23 41 P 1.52 100 42.86 60
3 24 53 L 1.52 100 42.86 40
3 25 22 L 1.03 100 42.86 60
3 26 24 P 2.05 100 42.86 60
3 27 29 L 1.06 100 42.86 40
3 28 52 P 1.1 100 42.86 40
3 29 55 P 2.1 100 42.86 40
3 30 22 P 2.41 100 42.86 80
3 31 17 L 1.52 100 42.86 60
3 32 34 P 2.3 100 42.86 60
3 33 44 P 1.55 100 42.86 60
3 34 52 P 2 100 42.86 40
3 35 22 L 1.45 100 42.86 60
3 36 41 P 2.12 100 42.86 60
3 37 25 P 1 100 42.86 60
3 38 54 L 2.45 100 42.86 40
3 39 36 P 1.59 100 42.86 60
3 40 36 P 2.39 100 42.86 60
3 41 55 P 1.15 100 42.86 40
3 42 18 P 2.15 100 42.86 60
3 43 36 P 1.21 100 42.86 60
3 44 34 P 2 100 42.86 40
3 45 24 P 2.32 100 42.86 60
3 46 27 P 2.21 100 42.86 40
3 47 29 L 2.11 100 42.86 60
3 48 39 P 3.1 100 42.86 60
3 49 51 L 2.33 100 42.86 40
3 50 19 L 1.43 100 42.86 60
3 51 50 P 1.35 100 42.86 60
3 52 53 P 2.38 100 42.86 80

87
3 53 27 P 2.04 100 42.86 60
3 54 22 L 3.1 100 42.86 60
3 55 34 L 1.2 100 42.86 60
3 56 26 P 2.04 100 42.86 60
3 57 44 L 2.15 100 42.86 40
3 58 48 P 3 100 42.86 40
3 59 52 L 2.55 100 42.86 60
3 60 40 P 3.15 100 42.86 60
Rata-rata 1,94 100 42,85 56,33
4 01 48 P 2.15 100 42.86 80
4 02 35 L 1.58 100 42.86 60
4 03 36 P 2.28 100 42.86 80
4 04 33 P 1.49 100 42.86 60
4 05 52 L 1.15 100 42.86 80
4 06 46 P 2.22 100 42.86 60
4 07 53 L 2.03 100 42.86 80
4 08 19 P 2.55 100 42.86 60
4 09 55 L 1.4 100 42.86 60
4 10 28 P 2.5 100 42.86 60
4 11 54 P 3.01 100 42.86 60
4 12 26 P 3.52 100 42.86 60
4 13 29 L 2.59 100 42.86 60
4 14 32 L 1.55 100 42.86 80
4 15 42 L 1.45 100 42.86 80
4 16 47 P 2.15 100 42.86 60
4 17 40 P 1.59 100 28.57 60
4 18 41 L 2.15 100 42.86 60
4 19 28 P 1.15 100 28.57 60
4 20 37 P 1.34 100 42.86 60
4 21 35 P 1.3 100 42.86 80
4 22 22 P 1.34 100 42.86 80
4 23 27 L 1.35 100 42.86 60
4 24 29 P 1.15 100 42.86 80
4 25 42 L 1.22 100 42.86 60
4 26 37 L 1.32 100 42.86 60
4 27 54 P 2.55 100 42.86 40

88
4 28 38 L 1.17 100 42.86 60
4 29 39 L 2.09 100 42.86 60
4 30 35 L 1.05 100 42.86 60
4 31 38 P 2.15 100 28.57 80
4 32 47 P 1.55 100 42.86 60
4 33 53 P 2.04 100 42.86 40
4 34 33 P 1.56 100 42.86 60
4 35 35 P 2.04 100 42.86 40
4 36 38 P 1.16 100 42.86 60
4 37 53 P 2.12 100 42.86 40
4 38 33 P 1 100 42.86 60
4 39 33 P 2.24 100 42.86 60
4 40 26 P 1.42 100 42.86 80
4 41 42 P 3.07 100 42.86 40
4 42 38 L 1.15 100 42.86 60
4 43 42 P 1.55 100 42.86 60
4 44 38 L 1.25 100 42.86 60
4 45 38 P 2.1 100 42.86 60
4 46 45 P 3.32 100 42.86 60
4 47 38 P 2.19 100 42.86 60
4 48 31 L 2.2 100 42.86 60
4 49 26 P 1.15 100 42.86 60
4 50 42 P 2.17 100 42.86 40
4 51 35 L 1.38 100 42.86 80
4 52 50 P 2.15 100 42.86 40
4 53 52 P 2.1 100 42.86 40
4 54 32 L 3.01 100 42.86 60
4 55 23 P 1.22 100 42.86 40
4 56 20 P 2.15 100 42.86 60
4 57 44 P 2.18 100 42.86 60
4 58 40 P 2.02 100 42.86 40
4 59 20 P 1.55 100 42.86 40
4 60 41 L 3.05 100 50.00 60
Rata-rata 1,87 100 42,26 60,33
5 01 39 L PENYIAPA 100 40
N OBAT 42.86

89
5 02 16 P 1.12 100 42.86 60
5 03 54 L 2.07 100 42.86 40
5 04 43 L 2.18 100 42.86 40
5 05 48 P 1.12 100 42.86 40
5 06 38 L 1.15 100 42.86 60
5 07 48 P 1.1 100 42.86 40
5 08 17 P 1.5 100 42.86 40
5 09 47 P 1.3 100 42.86 40
5 10 15 L 2.3 100 42.86 40
5 11 47 P 1.13 100 42.86 60
5 12 47 P 2.46 100 42.86 40
5 13 50 P 1.59 100 42.86 60
5 14 39 L 3.04 100 42.86 60
5 15 16 P 1.55 100 42.86 40
5 16 54 P 2.59 100 42.86 20
5 17 43 P 2.3 100 42.86 60
5 18 48 P 2 100 42.86 40
5 19 38 L 2.18 100 42.86 60
5 20 48 P 1 100 42.86 40
5 21 17 L 2.15 100 42.86 60
5 22 47 P 2.22 100 42.86 60
5 23 52 P 2.17 100 42.86 40
5 24 19 P 1.3 100 42.86 60
5 25 55 P 1.54 100 42.86 40
5 26 30 P 3.15 100 42.86 40
5 27 16 P 1.05 100 42.86 40
5 28 32 L 1.07 100 42.86 40
5 29 53 P 2.29 100 42.86 40
5 30 22 P 3 100 42.86 40
5 31 54 L 1.3 100 42.86 60
5 32 32 P 1.12 100 42.86 40
5 33 44 L 1.03 100 42.86 60
5 34 55 L 1.57 100 42.86 60
5 35 23 P 2.01 100 42.86 40
5 36 55 P 1.49 100 42.86 40
5 37 55 P 2 100 42.86 40

90
5 38 41 L 2.1 100 42.86 60
5 39 41 L 2.36 100 42.86 40
5 40 29 P 2.08 100 42.86 80
5 41 15 P 1.3 100 42.86 60
5 42 50 L 1.3 100 42.86 60
5 43 15 P 1.32 100 42.86 60
5 44 51 P 1.1 100 42.86 80
5 45 33 P 1.44 100 42.86 80
5 46 18 L 1.05 100 42.86 80
5 47 38 P 2 100 42.86 80
5 48 24 P 2.33 100 42.86 80
5 49 23 P 2.12 100 42.86 80
5 50 15 L 3.1 100 42.86 60
5 51 18 P 2.13 100 42.86 40
5 52 16 P 1.3 100 42.86 60
5 53 17 P 1.05 100 50.00 60
5 54 23 P 1.59 100 42.86 80
5 55 20 P 2.09 100 42.86 60
5 56 23 P 2.15 100 42.86 40
5 57 18 P 1.43 100 42.86 60
5 58 28 L 1.57 100 42.86 60
5 59 30 P 1.55 100 42.86 60
5 60 25 P 2 100 42.86 40
Rata-rata 1,77 100 42,98 53

Keterangan Puskesmas*: 1= Perumnas


2 = Benu-Benua
3 = Jati Raya
4 = Kemaraya
5 = Mokoau

91
Lampiran 6.Hasil uji normalitas tiap parameter pada SPSS 19.0
Tests of Normalityb,c
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statisti Statisti
Puskesmas c df Sig. c df Sig.
Waktu_Konsulta Perumnas .215 60 .000 .833 60 .000
si Benu_Benu .131 60 .012 .940 60 .006
a
Jati_Raya .172 60 .000 .879 60 .000
Kemaraya .147 60 .003 .919 60 .001
Mokoau .106 60 .090 .927 60 .002
Waktu_Penyiapa Perumnas .436 60 .000 .378 60 .000
n_Obat Benu_Benu .478 60 .000 .142 60 .000
a
Jati_Raya .166 60 .000 .934 60 .003
Kemaraya .439 60 .000 .170 60 .000
Mokoau .484 60 .000 .278 60 .000
Pelabelan_Lengk Perumnas .535 60 .000 .110 60 .000
ap Kemaraya .522 60 .000 .298 60 .000
Mokoau .535 60 .000 .110 60 .000
Pengetahuan_Pas Perumnas .302 60 .000 .841 60 .000
ien Benu_Benu .250 60 .000 .783 60 .000
a
Jati_Raya .316 60 .000 .773 60 .000
Kemaraya .311 60 .000 .777 60 .000
Mokoau .279 60 .000 .814 60 .000

92
Tests of Normalityb,c
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statisti Statisti
Puskesmas c df Sig. c df Sig.
Waktu_Konsulta Perumnas .215 60 .000 .833 60 .000
si Benu_Benu .131 60 .012 .940 60 .006
a
Jati_Raya .172 60 .000 .879 60 .000
Kemaraya .147 60 .003 .919 60 .001
Mokoau .106 60 .090 .927 60 .002
Waktu_Penyiapa Perumnas .436 60 .000 .378 60 .000
n_Obat Benu_Benu .478 60 .000 .142 60 .000
a
Jati_Raya .166 60 .000 .934 60 .003
Kemaraya .439 60 .000 .170 60 .000
Mokoau .484 60 .000 .278 60 .000
Pelabelan_Lengk Perumnas .535 60 .000 .110 60 .000
ap Kemaraya .522 60 .000 .298 60 .000
Mokoau .535 60 .000 .110 60 .000
Pengetahuan_Pas Perumnas .302 60 .000 .841 60 .000
ien Benu_Benu .250 60 .000 .783 60 .000
a
Jati_Raya .316 60 .000 .773 60 .000
Kemaraya .311 60 .000 .777 60 .000
Mokoau .279 60 .000 .814 60 .000
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
b. KesesuaianPenyerahanObat is constant when UPT = Perumnas. It has been
omitted.
c. KesesuaianPenyerahanObat is constant when UPT = Benu-Benua. It has been
omitted.
93
d. KesesuaianPenyerahanObat is constant when UPT = Jati Raya. It has been
omitted.
e. KesesuaianPenyerahanObat is constant when UPT = Kemaraya. It has been
H0 : data berasal dari populasi yang terdistribusi normal
H1 : data tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal
Jika P-value < 0,05 maka H0 ditolak
Jika P-value > 0,05 maka H0 tidak dapat ditolak
Ket : Hasil analisis menunjukkan semua nilai significance (p-value) < 0,05 maka
H0 ditolak. Oleh sebab itu disimpulkan bahwa semua data dari tiap parameter
tidak terdistribusi normal

94
Lampiran 7.Hasil uji homogenitas tiap parameter pada SPSS 19.0
Test of Homogeneity of Variances
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Waktu_Konsultasi 6.616 4 295 .000
Waktu_Penyiapan_O 7.764 4 295 .000
bat
Penyerahan_Obat . 4 . .
Pelabelan_Lengkap 7.472 4 295 .000
Pengetahuan_Pasien 5.698 4 295 .000
H0 : data berasal dari populasi yang homogen
H1 : data tidak berasal dari populasi yang homogen
Jika P-value < 0,05 maka H0 ditolak
Jika P-value > 0,05 maka H0 tidak dapat ditolak
Ket: Hasil analisis menunjukkan semua nilai significance (p-value) < 0,05 maka
H0 ditolak. Oleh sebab itu disimpulkan bahwa semua data dari tiap parameter
tidak homogen.

95
Lampiran 8. Hasil Uji Kruskal-Wallis tiap parameter pada SPSS 19.0
Ranks
Mean
Puskesmas N Rank
Waktu_Konsultasi Perumnas 60 125.32
Benu_Benua 60 86.33
Jati_Raya 60 137.92
Kemaraya 60 173.76
Mokoau 60 229.18
Total 300
Waktu_Penyiapan_O Perumnas 60 174.06
bat Benu_Benua 60 83.94
Jati_Raya 60 166.41
Kemaraya 60 166.88
Mokoau 60 161.22
Total 300
Penyerahan_Obat Perumnas 60 150.50
Benu_Benua 60 150.50
Jati_Raya 60 150.50
Kemaraya 60 150.50
Mokoau 60 150.50
Total 300
Pelabelan_Lengkap Perumnas 60 264.53
Benu_Benua 60 122.00
Jati_Raya 60 122.00
Kemaraya 60 119.01
Mokoau 60 124.96
Total 300
Pengetahuan_Pasien Perumnas 60 195.27

96
Benu_Benua 60 219.42
Jati_Raya 60 110.89
Kemaraya 60 130.80
Mokoau 60 96.13
Total 300

Test Statisticsa,b
Waktu_Kons Waktu_Penyi Penyerahan_ Pelabelan_Le Pengetahuan
ultasi apan_Obat Obat ngkap _Pasien
Chi-Square 92.847 44.845 .000 253.539 104.652
df 4 4 4 4 4
Asymp. .000 .000 1.000 .000 .000
Sig.
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Puskesmas
H0 : semua mean sama besar
H1 : tidak semua mean sama besar
Jika P-value < 0,05 maka H0 ditolak
Jika P-value > 0,05 maka H0 tidak dapat ditolak

Keterangan :
Semua nilai asymptotic significance (p-value) bernilai <0,05 kecuali pada
persentase kesesuaian penyerahan obat dan persentase pengetahuan pasien. Maka
disimpulkan bahwa :
i. Terdapat perbedaan signifikan antar puskesmas pada parameter rata-rata
waktu konsultasi, rata-rata waktu penyiapan obat, persentase pelabelan
lengkap dan pengetahuan pasien

97
ii. Tidak ada perbedaan signifikan antar puskesmas pada parameter persentase
kesesuaian penyerahan obat.

98
Lampiran 9. Hasil Uji Mann-Whitney tiap parameter pada SPSS 19.0

1. Waktu Konsultasi
Puskemas Grup 1 Puskesmas Grup 2 Asymp. Sig. (2-tailed)
Perumnas Benu-Benua 0,317
Jati Raya 0,000
Kemaraya 0,660
Mokoau 0,991
Benu-Benua Perumnas 0,317
Jati Raya 0,000
Kemaraya 1,000
Mokoau 0,317
Jati Raya Perumnas 0,000
Benu-Benua 0,000
Kemaraya 0,000
Mokoau 0,000
Kemaraya Perumnas 0,660
Benu-Benua 1,000
Jati Raya 0,000
Mokoau 0,649
Mokoau Perumnas 0,991
Benu-Benua 0,317
Jati Raya 0,000
Kemaraya 0,649

2. Waktu Penyiapan Obat


Puskemas Grup 1 Puskesmas Grup 2 Asymp. Sig. (2-tailed)
Perumnas Benu-Benua 0,000
Jati Raya 0,361
Kemaraya 0,610

99
Mokoau 0,819
Benu-Benua Perumnas 0,000
Jati Raya 0,000
Kemaraya 0,000
Mokoau 0,000
Jati Raya Perumnas 0,361
Benu-Benua 0,000
Kemaraya 0,803
Mokoau 0,214
Kemaraya Perumnas 0,610
Benu-Benua 0,000
Jati Raya 0,803
Mokoau 0,311
Mokou Perumnas 0.819
Benu-Benua 0,000
Jati Raya 0,214
Kemaray 0,311

3. Pelabelan Lengkap
Puskemas Grup 1 Puskesmas Grup 2 Asymp. Sig. (2-tailed)
Perumnas Benu-Benua 0,000
Jati Raya 0,000
Kemaraya 0,000
Mokoau 0,00
Benu-Benua Perumnas 0,000
Jati Raya 1,000
Kemaraya 0,156
Mokoau 0,317
Jati Raya Perumnas 0,000
Benu-Benua 1,000

100
Kemaraya 0,156
Mokoau 0,317
Kemaraya Perumnas 0,000
Benu-Benua 0,156
Jati Raya 0,156
Mokoau 0,084
Mokoau Perumnas 0,000
Benu-Benua 0,317
Jati Raya 0,317
Kemaraya 0,084

4. Pengetahuan Pasien
Puskemas Grup 1 Puskesmas Grup 2 Asymp. Sig. (2-tailed)
Perumnas Benu-Benua 0,025
Jati Raya 0,000
Kemaraya 0,000
Mokoau 0,000
Benu-Benua Perumnas 0,000
Jati Raya 0,000
Kemaraya 0,000
Mokoau 0,000
Jati Raya Perumnas 0,000
Benu-Benua 0,000
Kemaraya 0,081
Mokoau 0,144
Kemaraya Perumnas 0,000
Benu-Benua 0,000
Jati Raya 0,081
Mokoau 0,003
Mokoau Perumnas 0,000

101
Benu-Benua 0,000
Jati Raya 0,144
Kemaraya 0,003

102
Lampiran 10. Surat Izin Penelitiain

103
Lampiran 11. Surat Teleah Melakukan Penelitian

104
105
106
107

Anda mungkin juga menyukai