Anda di halaman 1dari 104

PERILAKU SEKSUAL

PADA REMAJA YANG BERPACARAN

DAN REMAJA YANG TIDAK BERPACARAN

Skripsi diajukan sebagai tugas akhir Strata-1 (S-1) pada :::' akultas Psikologi

untuk memenuhi persyaratan gelar Sarjana Psikologi

Disusun Oleh

NURJANAH
101070023079

Dibawah bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Ah
~>zi Saloom M. Si

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF l-llDAYATULLAH
JAKARTA
1428 H / 2007 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul "Peri/aku Seksual Pada Remaja Yang Berpacaran
dan Remaja Yang Tidak berpacaran" tel ah diujikan dalam sidang
munaqasah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tanggai ':'.6 Februari 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Jakarta, 26 Februari 2007


Sidang Munaqasah

I
Ketua M rahgkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Hartati M. Si

Anggota:

Penguji I Penguji I
"-.~-----

Ora.

Pembimbing I
Pe'?
/~Y/
Gazi Saloom. M. Si
Imam Syafi'i

Semua insiden bermula dari pandangan


Kebanyakan penghuni neraka terantuk oleh
dosa yang diremehkan.
Padahal, berapa banyak tatapan yang
menelusup masuk hingga kedalam hati
penatapnya.
Persis seperti anak panah yang terletak
diantara busur dan tali busur
Jika seseorang masih terombang-ambing oleh
lirikan mata orang, maka ia terancam
bahaya.

Jik,g k,gu um6ar pandanganmu safiari saja


'Mak.st pemandangan-pemandangan yang k,au tatap ak,an
mefe{afik,gnmu
Jfatimu ak,an merintifi k,g[a k,au ilhat sesuatu yang tak,mampu
k,au k,uasai ataupun yang raifi se6agaiannya taf:..,k,au sa6ari.
Asnan Sjarif Wagino

Jikg engkgu nzenyukgi seseor-ang,


makg jangan[a,/i, 6er[e6ilian.
<Begitu juga jikg engkgu mem6enci seseorang,
jangan pu[a, 6er[e6ihan.
Cintai{a,/i, orang yang kgu ciritai 6iasa saja,
se6a6 siapa tahu paaa suatu rwaRJ;u cha akgn menjacE
orang yang engkgu 6enci.
<Dan 6enci{a,/i, orang yang engk,au 6enci 6iasa saja,
se6a6 siapa tahu pu[a, suatu 'waRJ;u ia akf.in menjac[i orang
yang engkgu cintai.
Cintai[a,/i,, jikg engkgu mencintai, cinta yang 6iasa-6iasa
saja, {arena engk,au tiaak,ta/1,u kgpan engk,au
memutuskgnnya.
<Dan 6enci[a,/i,, jikg mem6enci, yang 6iasa-6iasa saja se6a6
engk,au tiaak,taliu kgpan engk,au l?gm6afi.

?(arya ScJerliana Jni ?(upersem6afik,an


·Untuf(,'l(paua Orangtuak,u 'Tercinta
<Dan )!aiii:;Jtdlk,k,u 'Yang ?(u Sayang
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi
(B) Februari 2007
(C) Nurjanah .
(D) Perilaku seksual pada remaja yang berpacaran dan tidak berpacaran
(E) + 81 halaman
(F) Masa remaja merupakan masa dimana mulai adanya ketertarikan
terhadap lawan jenis, dan ketertarikan tersebut biasanya diekspresikan
dengan melalui hubungan berpacaran. Hal ini disebabkan karena mulai
berfungsinya ala! reproduksi dan meningkatnya reproduksi hormon
seksual. Berpacaran merupakan sarana untuk mengenal pribadi
individu,namun banyak kalangan yang menilai aktivitas bercinta anak
muda akhir-akhir ini mengalami perubahan orientasi. Pada masa
berpacaran, remaja kerap kali melakukan perilaku seksual, adapun
bentuk perilaku seksual tersebut meliputi masturbasi, berpegangan
tangan, berciuman, petting atau bercumbu hingga :sampai berhubungan
intim.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku seksual


pada remaja yang berpacaran dan remaja yang tidak berpacaran.

Penelitian ini dilakukan di sekitar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


dengan jumlah sampel 60 orang.

Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode


analisis komparatif dengan pendekatan kuantitat1f. Dalam pengambilan
sampel, peneliti menggunakan tekhnik incidental sampling. Da/am
pengumpulan data, peneliti menggunakan angket dengan model skala
Likert yang terdiri atas empat alternatif jawaban. lnstrumen yang
digunaka adalah skala perilaku seksual yang terdiri atas 55 item.

Untuk mempermudah peneliti dalam perhitungan dan analisa data,


maka peneliti menggunakan bantuan sistem komputer SPSS 11.5..
Berdasarkan perhitungan statistik dengan menggunakan Alpha
Cronbach. Diperoleh hasil bahwa t h11ung sebesar 2,889, sedangkan t tabel
sebesar 2,021 dengan taraf signifikansi 0,05 yan9 berarti t hitung lebih
besar dari t tabel, sehingga hipotesis menyatakan Ho ditolak. Dengan
demikian, l1ipotesis alternatif yang menyatakan terdapat perbedaan
perilaku seksual pada remaja yang berpacaran dan remaja yang tidak
berpacaran diterima. Sedangkan hipotesis nol yang menyatakan bahwa
tidak ada perbedaan perilaku seksual pada remaja yang berpacaran dan
remaja yang tidak berpacaran ditolak. Dengan demikian dapat diambil
kesimpulan bahwa ada perbedaan perilaku seksual pada remaja yang
berpacaran dan remaja yang tidak berpacaran.
(G) Bahan Bacaan : (1975-2005).
KAT A PENGANTAR

~.JI ~.JI olll F-


Alhamdulillah, segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang dengan
nama-Nya, bumi dihamparkan, yang dengan nama-Nya langit ditinggikan.
Segala puji bagi Allah Sang Maha Cahaya Penguak Hiclayah, yang semua
jiwa clalam genggaman-Nya, kasih sayang-Mu nan mulia tak terperi, Allah
SWT Ar-rahman, Sang Maha Pengasih.
Shalawat dan salam selalu tercurah untuk junjungan Nabi besar kita
Muhammad SAW yang telah berjuang sepenuh hati clan jiwa untuk
menyampaikan risalah Al-qur'an bagi segenap umat manusia. Cintamu pada
umat yang tiada tara, sulit terbalaskan. Perjuanganmu nan agung, wahai Nabi
yang mulia.
Hanya shalawatdan sepercik goresan tinta dalam skripsi ini, mudah-mudahan
dapat membantu perjuanganmu ya ... Rasulallah.
Tetapi seluruh rangkaian penyelesaian skripsi tersebut bukanlah buah tangan
pribadi, melainkan banyak pihak yang turut membantu menyempurnakan
penulisan skripsi ini. Untuk itu meskipun rangkaian kalimat ini tidak dapat
membalas upaya dan motivasi mereka, tetapi selayaknya pada kesempatan
ini penulis anugerahkan untaian kata terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada Ayahanda
Jamaludin clan lbunda Sutini. Terima kasih atas semua dukungan baik
moral, materi dan semua do'anya. Pembimbing sekaligus penclorong
semangat penulis. Cintamu yang luhur telah menginspirasi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, juga kehidupan penulis. Kalian mendidik penulis
untuk merdeka dalam mengambil keputusan hidup, hanya Allah yang
mampu membalas kebaikan yang sangat agung itu. " Maafin Nur baru
dapat mempersembahkan hadiah yang penuh dengan keringat, airmata,
tawa dan haru ini yang sudah terlalu lama tertunda". Meskipun tak dapat
penulis ungkapkan, namun cinta kasih kalian tetap singgah dihatiku."May
Allah Bless you forever. I Love You ... !!!.
2. lbu Ora. Netty Hartati, M. Si. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, lbu Ora Zahrotun Nihayah M. Si, Pembantu Oekan
Akademik, untuk seluruh Dosen, Staf dan Karyawan, terima kasih atas
semuanya.
3. Bapak Dr. Abdul Mujib M. Ag dan Bapak Gazi Saloom M . Si sebagai
dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya,
secara tulus dan ikhlas memberikan banyak bimbin(Jan dan dukungan
pada penulis.
4. Ketiga adik-adikku yang selalu menjadi teman berkelahi abadiku. Ananda
Neneng, M. Atib, dan Syarif Hidayatullah. " Makasih ya karena kalian
selalu memotivasi Kakak tuk segera menyelesaikan skripsi ini''.
5. Untuk keluarga besar Bogor. Sepupuku yang kusayang Ceu Empu, kang
Adang, kang Kosim, Encop, Eet, Angga dan Windi. Malaikat kecilku yang
selalu membuatku tertawa dan geregetan .. Tio. Untuk Uwaku Hj. Mursiti
dan Nenek Jasinah ... Atas bantuan kalian, Nur dapat menjadi seperti ini.
6. Seluruh staf Akademik Fakultas Psikologi, terima kasih atas bantuannya
selama perkuliahan. Patugas Perpustakaan Psikologi UIN, Perpustakaan
Utama, UI, UPI, sumantri dan Gunadarma.
7. Untuk sahabatku tersayang Lia, Susi, Tia, Kokom, Umay, Salamah,
Babeh, lka,Yanah, Alin, Atik, Oby, Mansur, Zami, dan Wahyu kalian
adalah sahabat terbaik yang pernah Janah kenal. " Terima kasih atas
semua nasihat, motivasi, yang kalian berikan selama ini, semoga kita
tetap bersahabat untuk selamanya ".
8. For Sou/mate. Aku percaya hari itu akan muncul, tun9gu dan kita akan
menyambut Surya yang paling indah dalam hidup kit;;1.
9. Sebuah kenangan yang indah di Psikologi UIN khususnya teman-teman
angkatan 2001 kalas D yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,
yang selalu mencipta mimpi dengan segenap asa bersama rasa suka dan
duka penulis sehingga pada kesempatan di pengalaman ini dari seua
teman-teman yang penulis sayangdan memperhatikan penulis .•
membawa penulis untuk mengukir segala kebahagiaan didalam benak
dan hati penulis.
10. Serta terima kasih untuk semua orang yang telah kenal dan mengenalku
yang lak dapat kusebulkan satu persatu. Terima kasih untuk setiap
kesempatan yang selalu diberikan untuk hal yang pernah kita Jakukah
yang baik dan terbaik.
11. At last, terima kasih untuk semua orang yang telah rnenjadi responden
dalani penelitian ini. Tanpa kalian saya tidak akan dapat menyelesaikan
skripsi ini.

Akhirnya kepada Allahlah penulis berserah dlri, walau p(~nulis menyad~rl


skripsi ini jauh dari sempurna. Namun semoga bisa berguna dan menjatll
sumbangan yang berharga khususnya bagi penulis, dan bagi siapa saja yang
membacanya. Wassalam

Jakarta, 19 Februari 2007

Nurjanah
DAFTAR ISi

Halaman Judul..............................................................................................................
Halaman Persetujuan................................................................................................... ii
Halaman Pengesahan................................................................................................. iii
Motto ............................................................................................................................... iv
Dedikasi.......................................................................................................................... v
Abstraks.......................................................................................................................... vi
Kata Pengantar............................................................................................................. viii
Daftar lsi ......................................................................................................................... xi
Daftar Tabel, skema.................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1-11


1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
1.2. ldentifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah.............................. 9
1.3. Tujuan Penelitian................................................. ........................................ 10
1.4. Sitematika Penulisan.................................................................................... 11

BAB II KAJIAN TEORITIS...................................................................................... 12-48


2.1.Pacaran........................................................................................................... 12
2.1.1. Pengertian Pacaran ........................................................................ 12
2.1.2. Dinamika Pacaran Pada Remaja................................................. 14
2.1.3. Motif Berpacaran Pada Remaja................................................... 19
2.1.4. Faktor-faktor Penyebab Pacaran................................................. 25
2.2~ Perilaku Seksual........................................................ .................................. 29
2.2.1. Pengertian Perilaku Seksual......................................................... 29
2.2.2. Faktor-faktor yang mendorong perilaku seksual...................... 33
2.2.3. Bentuk-bentuk perilaku Seksual................................................... 36
... 2.2.4. Perilaku Seksual Pada Remaja.................................................... 39
2.3. Kerangka Berfikir .......................................................................................... 42
2.4. Hipotesis ......................................................................................................... 48

BAB Ill llllETODOLOGI PENELITIAN .................................. ································· 49-62


3.1. Jenis Penelitian ............................................................................................. 49
3.1.1. Pendekatan Penelitian dan Metode Penelitian......................... 49
3.1.2. Definisi Variabel dan Operasional Variabeil............................... 50
3.2. Pengambilan Sampel................................................................................... 51
3.2.1. Populasi dan Sampel...................................................................... 51
3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel........................................................ 52
3.3. Pengumpulan Data....................................................................................... 55
DAFTAR TABEL DAl\J SKEMA

1. Tabel 1 Bobot nilai ................................................................................................. 55


2. Tabel 2 Blue print skala perilaku seksual sebelum uji coba......................... 56
3. Tabel 3 Blue print hasil uji coba imstrumen skala perilaku seksual............ 58
4. Tabel 4 Blue print perilaku seksual sesudah uji coba.................................... 59
5. Tabel 5 Reliabilitas Guilford................................................................................. 60
6. Tabel 6 Gambaran umum responden berdasarkan jenis kelamin.............. 64
7. Tabel 7 Gambaran umum responden berdasarkan usia .............................. 64
8. Tabel 8 Uji normalitas............................................................................................ 65
9. Tabel 9 Tingkat Perilaku seksual........................................................................ 66
10. Tabel 10 Uji homogenitas ................................................................................... 68
11. Tabel 11 Hasil data uji-t....................................................................................... 69
12. Skema perilaku seksual....................................................................................... 47
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Masa remaja adalah saat dimana pertama kali tumbuhnya keinginan individu

untuk memiliki hubungan dekat dengan lawan jenis karena salah satu tugas

perkembangan remaja adalah membina hubungan baru yang lebih matang

baik dengan teman sejenis maupun dengan lawan jenis. Ketika seseorang

menginjak masa remaja, mulai ada ketertarikan pada lawan jenisnya. Hal ini

disebabkan karena mulai berfungsinya alat reproduksi dan meningkatnya

produksi hormon seksual. Remaja mulai mengalami jatuh cinta, perasaan

tersebut biasa disebut sebagai "puppy love" atau lebih dikenal sebagai cinta

monyet, dimana rasa cinta tersebut hanya berlangsung sementara.

Pacaran adalah bagian terpenting dalam perjalanan remaja untuk

menemukan calon pasangan hidupnya kelak menjadi suami-istri, karena

perkembangan seks pada remaja merupakan akibat lan~isung dari keadaan

matangnya kelenjar-kelenjar seks. Pada masa transisi, remaja mengalami

kematangan seksual yang menyebabkan timbulnya dorongan seksual.

Kehidupan psikis yang mendapat pengaruh kuat adalah rninat remaja

terhadap lawan jenisnya. Ketertarikan dengan lawan jenisnya dimunculkan


2

dalam bentuk kencan atau berpacaran. Pacaran sebagai sarana mengenal

pribadi individu Jawan jenis seks atau untuk mengekspresikan rasa sayang

terhadap seseorang yang spesial. Namun, banyak kalangan yang menilai,

aktivitas bercinta gaya anak muda akhir-akhir ini banyak mengalami

perubahan orientasi. Pacaran yang dulu merupakan ajang untuk penjajakan

ke jenjang pernikahan, saat ini berubah menjadi ajang fantasi seksualitas.

Siapapun mengalami masa remaja, sebagai masa yan9 dinilai paling indah

dalam kehidupan, ada perubahan yang cukup mencolok terlihat pada

perubahan pubertal, yang membawa pengaruh pada munculnya dorongan

seksual dan perasaan tertarik kepada Jawan jenis. Pada fase inilah umumnya

remaja akan mengalami ketertarikan kepada lawan jenis. Biasanya hal ini

akan menimbulkan perasaan bersemangat, berbunga-bunga, dan bahagia.

Hasrat yang menggebu ini pun disikapi dengan berbagai cara.

Proses pacaran dianggap sebagian remaja sebagai bagian dari proses untuk

mengenal lebih jauh tentang karakter dan kepribadian pasangannya. Lebih

jauh lagi, proses pacaran itu dapat mengantar mereka menuju jenjang

pernikahan. Dengan pacaran, diharapkan tidal< akan timbul kekecewaan

ketika sudah mengarungi bahtera rumah tangga nantinya. Namun, tak jarang

proses penjajakan cinta itu berhenti pada satu orang saja. Artinya, ketika

tidak ada lagi kecocokan di antara mereka, perpisahan dengan mudah terjadi.

Atau, mereka menjajaki cinta tak hanya pada satu pasangan saja demi
3

mencari seseorang yang dinilai paling pas dan tepat untuk dijadikan

pasangan.

Fenomena yang kini marak ialah proses pacaran tidak lagi menjadi orientasi

utama seseorang untuk mencari pendamping hidup yang tepat, untuk

kemudian menuju jenjang pernikahan. Namun ada tujuan lain mengapa

remaja berpacaran yaitu hanya sebagai having fun, agar tidak ketinggalan

zaman, bahkan eksploitasi seksual merupakan sebagian tujuan mereka.

Bagi sebagian remaja, pacaran bahkan dimaknai sebagai ajang adu gengsi

semata, demi menjauhkan diri dari status jomblo, yang berarti negative

dikalangan remaja (tak laku). Hal ini, tak ayal lagi mempengaruhi perilaku

dalam berpacaran (Yuni Astuti, 2004 ).

Papalia dan Olds ( dalam Hermawan, 2004) mengungkapkan beberapa jenis

cinta, salah satunya adalah infatuation. Infatuation adalah cinta yang bangkit

karena ketertarikan fisik dan dorongan seksual, cinta seperti ini yang dialami

oleh para remaja.penyebab tumbuhnya cinta seperti ini f)iasanya adalah

ketertarikan fisik.

Menurut Sears,dkk (1994) ada dua bentuk cinta, yaitu cinta birahi dan cinta

persahabatan. Cinta birahi dilukiskan sebagai keadaan emosi yang

menggebu-gebu, perasaan seksual dan perasaan yang lembut, kecemasan


4

dan perasaan lega, altruisme dan kecemburuan yang muncul bersama dalam

suatu kegalauan perasaan.

Dorongan cinta birahi yang tidak terkendali dapat menjadi pembenaran yang

tepat untuk melakukan perilaku yang umumnya tidak dapat diterima secara

sosial, seperti menjalin hubungan seksual di luar pernikahan. Cinta

persahabatan merupakan bentuk cinta yang lebih praktis dan mengutamakan

rasa saling mempercayai, saling memperhatikan dan tenggang rasa terhadap

kekurangan dan keunikan pasangannya. Cinta persahabatan akan tumbuh

perlahan-lahan, sehingga kedua belah pihak mempunyai kesempatan untuk

mengembangkan hubungan yang memuaskan. Pada remaja, perasaan

tertarik dengan lawan jenis muncul dalam perilaku berpacaran.

Apa yang menyebabkan remaja saling tertarik satu sama lainnya,sehingga

memutuskan untuk berpacaran? Pada umumnya, remaja cenderung untuk

dekat dengan orang yang memiliki kesamaan seperti dalam sikap, perilaku,

karakteristik, nilai-nilai dan gaya hidup. Selain itu ketertarikan fisik juga

menjadi faktor yang cukup kuat. Menurut Skipper dan Nass (dalam

Grinder, 1978) dan Rice (1990) ada beberapa alasan mengapa remaja

berpacaran, seperti untuk berekreasi atau bersenang-senang, mencari status,

belajar bergaul atau bersosialisasi, untuk memilih pasan(Jan hidup,

mendapatkan pertemanan atau persahabatan, untuk eksperimentasi

kepuasan seksual dan untuk memperoleh keintiman atau kedekatan.


5

Penelitian Roscoe, Diana dan Brooks menemukan bahwa remaja pada

tingkat perkembangan yang berbeda (remaja awal, perlengahan dan remaja

akhir) memiliki alasan yang berbeda-beda dalam berpacaran. Dalam

hubungan romantik yang terjadi pada remaja awal, sebagian besar remaja

tidak termotivasi untuk menciptakan suatu attachment (kelekatan) tertentu

ataupun untuk memenuhi kebutuhan seksual. Sehubungan dengan aktivitas

pada saat pacaran ini, Feiring (da/am Santrock, 2001) menemukan bahwa

aktivitas yang paling sering dilakukan oleh remaja dalam berpacaran adalah

nonton bioskop, makan ma/am, jalan-jalan ke Mall atau kesekolah, pergi ke

pesta dan sa/ing mengunjungi rumah masing-masing

Masa pacaran adalah sa/ah satu masa yang biasa dija/ani remaja, karena

dalam fase perkembangan remaja memungkinkan terjaclinya ketertarikan

terhadap lawan jenis dan keinginan membentuk hubungan yang lebih baik

dan hubungan pertemanan atau persahabatan yang biasa disebut sebagai

pacaran (dating),

Disengaja atau tidak, perilaku pacaran cenclerung membawa seseorang

untuk berbuat hal-hal yang bersifat menyimpang c/ari ajaran-ajaran Juhur

Islam. Sebab sue/ah menjadi jamak, bahwa perilaku pacaran melahirkan hal-

hal negatif, seperti menyerempet dosa, frustrasi, depresi, bunuh diri akibat

putus asa, hamil di luar nikah, perzinahan, clan sejenisnya.


6

Akibat-akibat negatif itulah yang menyebabkan Islam melarang seseorang

untuk berdua-duaan ditempat sepi (khalwat) yang cenderung mendorong

berbuat maksiat.

Dalam konteks itulah, Allah berfirman dalam surat al-israa : 32

"Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu suatu

perbuatan yang kejf dan )a/an yang buruk". (Q.S Al-lsra: 32)

Dalam penelitian yang ditemukan oleh Yuni Astuti tentang perilaku pacaran

pada remaja bahwa sebagian besar proses pacaran pada remaja mengarah

pada perilaku seksual. Dari sekadar berpegangan tangan, di awal proses

pacaran, selanjutnya lebih dari pada itu. Dan ciuman menjadi hal biasa untuk

menunjukkan rasa kasih sayang kepada pasangannya. Rupanya, gaya

pacaran remaja usia belasan tahun sekarang ini sudah berubah. Sekadar

berpegangan tangan, menurut mereka bul<an hubungan pacaran, tapi teman.

Mau tak mau, aktivitas pacaran yang disebut sebagai proses pengenalan diri

dan penjajakan kepada pasangan mereka itu lambat laun menjadi ekspresi

eksploitasi seksual mereka, meski pada awalnya hanya pegang tangan

pasangannya mereka merasa malu, namun dengan seringnya frekuensi

mereka bertemu, lambat laun hilanglah jarak diantara mereka dan

pasangannya.
7

Ciuman pada awalnya adalah untuk menunjukkan rasa hormat mereka pada

pasangannya, seperti: mencium tangan pasangannya ketika akan berpisah

pulang. Ciuman seperti ini biasa dilakukan setiap hari. Namun ketika

hubungan diantara mereka bertambah dekat, pasangannya menambah

ciuman dibagian dahi dan pipi sebagai pelepas kangen. Ketika cinta dan

komitmen mereka bertambah, tak ayal lagi ciuman di leher dan bibir menjadi

alasan pengikat cinta mereka. Dan itu harus ada. Ciuman yang dulu dianggap

tabu sekarang menjadi rnadu.

"Rangsangan seksual akibat seringnya rnereka melakukan kontak fisik

menjadi pemicu ciuman pada daerah erotis itu". Selain itu, ada beberapa

perilaku seksual lain yang mulai banyak dilakukan rernaja. Serperti meraba

tubuh pasangan di luar pakaian, rneraba tubuh pasangan di dalam pakaian,

hingga petting dengan memakai pakaian. Bahkan, fenornena yang marak

akhir-akhir ini banyak rernaja dengan motif tak jelas berani melakukan

hubungan persebadanan yang direkarn melalui kamera canggih sebuah

ponsel.

Sarwono (1994) menjelaskan perilaku seksual adalah segala tingkah laku

yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis rnaupun dengan

sesama jenis. Sedangkan bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam,

rnulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan
8

bersenggama. Sedangkan Bachtiar (2004) mengartikan perilaku seksual

sebagai perilaku yang didasari oleh dorongan seksual atau kegiatan

mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku. Seperti

berfantasi, masturbasi, cium pipi, berpegangan tangan dan sebagainya.

Perilaku seksual biasanya diawali dengan adanya indiv1du secara khusus

mempelajari pasangannya untuk mengenal kepribadiannya apakah memadai

sebagai pasangan suami isteri kelak. Dalam proses pacaran ini biasanya

terdapat aktivitas seksual yang disebut percumbuan, yaitu suatu aktivitas

yang mengadakan kontak fisik antara dua orang yang saling mencintai dan

sangat dikuasai oleh erotisme.

Sementara akibat psikososial yang timbul dari perilaku seksual adalah

ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba

berubah. Misalnya pada kasus hamil di luar nikah, belum lagi tekanan dari

masyarakat yang menolak keadaan tersebut. Resiko yang lain adalah putus

sekolah karena malu dengan teman-teman atau guru, terganggu kesehatan,

resiko kalainan janin dan tingkat kematian bayi yang meningkat.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di alas, maka penulis

tertarik untuk meneliti tentang "PERILAKU SEKSUAL P1l\DA REMAJA

YANG BERPACARAN DAN REMAJA YANG TIDAK BERPACARAN".


9

1 .2. ldentifikasi Masalah


fdentifikasi masafah dafam penefitian ini yang akan difakukan adafah sebagai

berikut:

a. Bagaimana perilaku seksual pada remaja yang berpacaran dan remaja

yang tidak berpacaran?

b. Hal apa saja yang dapat mempengaruhi perilaku seksual pada remaja?

c. Apakah ada perbedaan perilaku seksual seksual pada remaja yang

berpacaran dan remaja yang tidak berpacaran?

1.3. Pembatasan Masalah


Agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam penelitian ini, maka penulis akan
membatasi masalah yang akan diungkap, antara lain :
1. Pacaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu hubungan

antara remaja putra dan putri yang berlangsung di luar pernikahan dan

membutuhkan komitmen dari kedua be/ah pihak, serta bertujuan untuk

lebih saling mengenal dan menikmati aktivitas sosial budaya.

2. Perilaku seksual yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala

tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, mulai dari perasaan

tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu clan bersenggama.

3. Remaja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah remaja yang belum

menikah.
10

1. 4. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah " Apakah ada perbedaan

perilaku seksual pada remaja yang berpacaran dan r·emaja yang tidak

berpacaran"

1. 5. Tujuan dar;i. Manfaat Penelitian


Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mendapatkan informasi berdasarkan fakta, data clan analisa yang

benar dan dapat dipercaya, serta mendapatkan gambaran tentang perbedaan

perilaku seksual pada remaja yang berpacaran dan tidak berpacaran.

Dengan kata lain penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan yang

diajukan dalam penelitian.

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada

perbedaan perilaku seksual pada remaja yang berpacaran dan tidak

berpacaran. Selain itu diharapkan penelitian ini dapat menambah referensi

dan koleksi di Perpustakaan Psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta serta

memberikan sumbangsih bagi perkembangan dan pertumbuhan khasanah

ilmu pengetahuan
11

1. 6. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

BAB I. Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Ma~;alah, ldentifikasi

Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan

Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II. Landasan Teori terdiri dari Pengertian Pacaran, Pacaran Pada

Remaja, Motif Berpacaran Pada Remaja, Faktor-faktor Penyebab

Pacaran, Pengertian Perilaku Seksual, Faktor·-faktor yang

Mendorong Perilaku Seksual dan Bentuk-bentuk Perilaku Seksual.

Remaja, Pengertian Remaja dan Karakteristik Remaja.

BAB Ill. Metodologi Penelitian, Jenis Penelitian, Pendekatan dan Metode

Penelitian, Definisi Variabel dan Operasional Variabel,

Pengambilan Sampel,Populasi dan Sampel, Tekhnik Pengambilan

Sampel, Pengumpulan Data, Metode dan lnstrumen Penelitian,

Tekhnik Uji lnstrumen Penelitian, dan Tekhnik Analisa Data.

BAB IV. Presentasi dan Analisa Data, terdiri dari Gambaran Umum Subjek

Penelitian, Presentasi dan Analisa Data.

BAB V. Penutup, terdiri dari Kesimpulan, Diskusi dan Saran


13

jenis, tetapi lama kelamaan pacaran memungkinkan rasa percaya, cinta,

perhatian, rasa kehangatan, spontanitas dan interaksi yang berarti diantara

remaja pria dan wanita. Jadi, melalui kelompok sebaya atau peer group

remaja pria dan wanita saling berinteraksi, kemudian melalui pacaran terjadi

kontak atau hubungan yang lebih serius diantara mereka. Dalam

menjelaskan arti dari pacaran, ada beberapa istilah yang digunakan untuk

mendefinisikan ha! tersebut, salah satunya adalah dating. Menurut Grinder

(1978) dating adalah salah satu aktivitas sosial remaja, yang biasanya

dimulai dangan berpacaran dalam waktu yang lama sebelum mereka serius

memikirkan pernikahan.

"Pada saat proses ada kemungkinan yang terjadi diantara keduanya.saat

ta'aruf ada tahap saling mengenal (introducing process), saat simpati ada

proses menyapa dan bertanya kabar (greeting process), saat memasuki area

curhat, seorang itu tidak cukup pada menyentuh tapi sudah ada embrassing

dan intercousing setelah cinta seseorang akan sampai pada tahap

pengabdian. Manusia harus berhenti pada terminal cinta, karena pengabdian

hanya milik Allah".

Abdurrahman Al-Mukkafi (1999) dalam bukunya "Pacaran da/am Kacamata

Islam" menyatakan bahwa pacaran adalah hubungan pria dan wanita diawali

perjumpaan pertama, mengungkapkan diri, pertalian dan pembuktian.


14


Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pacaran adalah

hubungan antara pria dan wanita yang diawali dari perkenalan dilanjutkan

dengan pertemuan, pengungkapan rasa cinta dan adanya rasa saling

memiliki, sehingga akhirnya timbul perasaan bahwa semua yang mereka

lakukan didasarkan atas cinta. Hubungan ini berlangsung di luar pernikahan

dan membutuhkan komitmen dari kedua belah pihak, serta bertujuan untuk

lebih saling mengenal dan menikmati aktivitas sosial bersama.

2.1.2. Dinamika Pacaran Pada Remaja

Pada remaja terjadi berbagai perubahan dan perkembangan yang biasanya

diawali dengan perubahan dan perkembangan jasmani yang menyangkut

segi seksual. Dengan adanya perkembangan seksual, rnaka muncul

dorongan-dorongan seksual pada diri remaja. Dorongan seksual tersebut

menimbulkan minat remaja terhadap seks, sejalan dengan adanya minat

terhadap seks, remaja mulai mempelajari dan mengembangkan hubungan

baru yang lebih matang dengan lawan jenis.

Proses berpacaran pada umumnya berawal dari usia rernaja, proses ini

umumnya dikenal individu melalui interaksi heteroseksual yang pada mulanya

terjadi pada saat individu berada dalam sistem pendidikan atau fungsi sosial

lainnya, atau melalui kontak dengan media massa (Turner dan Helms, 1995).
15

Care dan Lloyd (dalam Turner dan Helms, 1995) mengatakan bahwa pacaran

memberikan kesempatan untuk bertemu dengan beberapa pria dan wanita

berfungsi untuk rekreasi, kebersamaan dan sosialisasi. Pacaran rnemberikan

kesempatan untuk belajar mengenai peran, nilai-nilai dan norma. Mc Daniel

juga menjelaskan bahwa pacaran memberikan kesempatan pada remaja

untuk meningkatkan hubungan interpersonal dan kemampuan sosial mereka

dan untuk mencoba peran-peran dalam hubungan pHrnikahan tanpa harus

berkomitmen dan bertanggung jawab untuk menikah (dalam Jersild et. al,

1978).Walaupun hubungan berpacaran ini populer dikalangan remaja, namun

ia memiliki kerugian-kerugian disamping beberapa manfaat.

Menurut Rice (1990) manfaatnya antara lain adanya teman untuk melakukan

berbagai aktivitas, adanya seseorang untuk dicintai dan adanya perasaan

aman. Sedangkan kerugiannya antara lain dapat menimbulkan perasaan

bosan, adanya beberapa remaja yang belum cukup matang secara

emosional untuk suatu hubungan mendalam, munculnya problem-problem

cemburu dan masalah seksual. Sehubungan dengan aktivitas pada saat

pacaran ini, Jersild et.al (1978) mengemukakan bahwa t1ngkah laku remaja

dalam berpacaran antara lain adalah: mengobrol, mengunjungi tempat-

tempat hiburan dan pada umumnya pacaran malibatkan kontak fisik dari

sekedar berpegangan tangan hingga hubungan intim. Selanjutnya, dalam

penelitian yang dilakukan oleh Feiring ditemukan bahwa aktivitas yang paling
16

sering dilakukan oleh remaja dalam berpacaran adalah nonton bioskop,

makan malam, jalan-jalan ke Mall atau ke Sekolah, pergi ke pesta dan saling

mengunjungi rumah masing-masing (dalam Santrock, 2001 ).

Bila dilihat dari sudut pandang Islam, sesungguhnya Islam tidak mengenal

istilah pacaran dalam rangka penjajakan untuk persiapan menuju jenjang

pernikahan, karena proses pacaran remaja sekarang ini sudah mengarah

pada hal-hal yang sesungguhnya sudah dilarang oleh agama dan banyak

berbenturan dengan konsep dan nilai Islam. Pacaran seperti remaja sekarang

banyak berbenturan dengan konsep dan nilai Islam. Oleh karena itu, untuk

menjaga agar tidak terjadi pergaulan bebas (free sex), Islam melarang bagi

pria dan wanita yang bukan muhrim berdua-duaan diternpat sepi. Dalam

Islam sendiri sesungguhnya sudah jelas kegiatan yang mengandung

kemaksiatan untuk tidak didekati atau bahkan dilakukan. Al-Quran sudah

mengatur bagaimana tatacara pergaulan dengan lawan jenis yang bukan

muhrim yaitu dalam surat Al-Nur ayat 30:

Artinya : l<atakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "hendaklah mereka

menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu


17

adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa

yang mereka perbuat". (Q S An- Nur: 30)

Hal ini diatur oleh Allah agar para remaja dapat mengendalikan pandangan

dan memelihara faraj, karena pada keduanya ada hubungan anatomis

(kematangan fungsi tubuh), fisiologis (usia baligh: mimpi basah dan haidh

pertama), serta psikologis (kecenderungan pada lawan jenis) yang dapat

memandang mata sebagai panca indera yang sangat peka terhadap seks (Al-

Mukaffi, 2001 ).

Artinya : "Dan katakanlah kepada wanita yang beriman hendaklah mereka

memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakan akan

perhiasannya, kecua/i (yang biasa) nampak dari padanya ..... (Q:S. An-Nur

31 ).

Maksud dari ayat Al-qur'an tersebut adalah, bahwa Islam sesungguhnya

benar-benar mengajarkan umatnya untuk saling menjaga jarak antara laki-

laki dan perempuan terutama dalam bergau/. Bergaul dalam artian disini
18

adalah bergaul yang tanpa batas. Hal ini dimaksudkan hanya untuk

mensucikan pergaulan, supaya manusia tidak terjerumus dalam maksiat.

Meski demikian, dalam Islam sudah jelas ajaran tentang hubungan antara

pria dan wanita, serta yang menyangkut dengan kebutuhan seksualnya.

Sebuah hadits mengatakan :

y ~3 '\}le .ili I ~ .ili I Jy.-i.J Jl.3 ,Jl.3 _,_,,~ Lr. ill I .lF UC-
. - .11 - · . \ .:U\..9
~ ~
. ' ·::.\~ o;.lJ\
' <'.:.3~ .<:·,A • L.:; ..i\ · LlL~i
. r-- c--- LY' . • :.
~

013.J) >-4-3 4.l .:Uµ r~~ ~ c.!h·i ..1.1 r1 U""3 •rY.U ~13
(Fi.S.J~1

Artinya : "Dari Abdullah bin Mas'ud ia berkata : telah bersabda Rasula/lah

SAW kepada kami : " Wahai sekalian pemuda, barang siapa diantara kalian

mampu kawin, maka hendaklah dia menikah, karena pernikahan itu lebih

mampu menahan pandangan mata dan lebi/1 menjaga kemaluan. Dan barang

siapa yang tidak sanggup menikah, maka hendaklah dia berpuasa, karena

puasa itu memiliki penawar." (H.R. Bukhori dan Muslim)

Secara psikologis, kandungan ayat tersebut mengemukakan tentang cinta

manusia. Timbulnya rasa cinta kasih adalah fitrah bagi manusia yang

diciptakan oleh Allah, tanpa cinta kasih kehidupan manusia terasa hampa.
19

Untuk itu Allah menimbulkan dihati laki-laki perasaan cinta kepada wanita dan

begitu juga sebal!knya. Akan tetapi kecintaan kepada lawan jenis ini harus

disertai dengan tuntunan akhlak dan pegangan agama yang kuat. Mengingat

bahwa pembekalan agama dan akhlak bagi seseorang, khususnya yang

sedang jatuh cinta adalah sangat penting sekali sebagai benteng diri agar

tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif yang dapat merusak dirinya.

2.1.3. Motif Berpacaran Pada Remaja

Sebagaimana telah dijelaskan lebih awal, bahwa salah satu tugas

perkembangan remaja adalah mencapai hubungan sosial baru yang lebih

matang dengan teman sebaya baik yang sejenis maupun /awan jenis

(Hurlock, 2000). Hal ini tercapai dalam bentuk persahabatan yang dijalin

dengan teman sejenisnya, sedangkan hubungan dengan teman lawan

jenisnya muncul dalam perilaku berpacaran.

Apa yang menyebabkan remaja saling tertarik satu sama lain, sehingga

mereka memutuskan untuk berpacaran? Pada umumnya, remaja cenderung

untuk dekat dengan orang yang memiliki kesamaan seperti dalam sikap,

perilaku, karakteristik, kebiasaan, nilai-nilai dan gaya hidup.

Papalia dan Olds (dalam Hermawan,2004) mengungkapkan beberapa jenis

cinta, salah satunya adalah infatuation. Infatuation adalah cinta yang bangkit

karena ketertarikan fisik dan dorongan seksual. Cinta seperti ini yang sering
20

dialami oleh para remaja Penyebab tumbuhnya cir1ta seperti ini biasanya

adalah ketertarikan fisik. Menurut Psikolog O'Sullivan dan O'Leary (dalam

Hermawan, 2004) cinta merupakan aspek penting dalam kehidupan dan

merupakan penyebab terjadinya bermacam-macam hubungan interpersonal,

dengan alasan cintalah banyak pria dan wanita menjalin hubungan yang

membawa mereka hingga ke jenjang pernikahan. Kahlil Gibran (dalam

Hermawan, 2004) mengatakan bahwa cinta adalah keindahan sejati yang

terletak pada keserasian spiritual.

Sears, Freedman, dan Peplau (1994) mengemukakan empat faktor penentu

yang sangat kuat dari rasa suka adalah: kualitas pribadi individu lain,

kesamaan (similarities), keakraban (familiaritas) dan kedekatan (proksimitas).

Menurut Rice (1990) beberapa hal yang menjadi alasan mengapa remaja

berpacaran adalah:

1. Rekreasi atau bersenang-senang

Salah satu alasan remaja berpacaran adalah bersenang-senang, karena

pacaran adalah bentuk dari rekreasi dan sumber dari kegembiraan.

2. Kebersamaan

Untuk mendapatkan rasa pertemanan atau persahabatan yang dekat

dengan lawan jenisnya adalah alasan yang kuat dalam berpacaran.


21

3. Mencari status dan prestasi

Remaja menggunakan pacaran sebagai cara untuk mendapatkan status

dan prestasi (penghargaan).

4. Bersosialisasi

Melalui pacaran:, remaja belajar bekerja sama, bertanggung jawab,

kecakapan sosial dan etika dan cara untuk berinteraksi serta

menyesuaikan diri dengan orang lain.

5. Untuk eksperimentasi atau kepuasan seksual

Beberapa penelitian menunjukan adanya remaja-renaja melakukan

hubungan seksual selama pacaran, tetapi perilaku ini tergantung dari

sikap, perasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh remaja itu sendiri.

6. Penyeleksian pasangan

Jika remaja pria dan wanita memiliki persamaan dalam karakteristik

kepribadian, hal ini lebih disukai untuk mengembangkan hubungan

daripada tidak ada persamaan dalam karakteristik fisik, psikologi dan

sosial.

7. Untuk mendapatkan keintiman

Keintiman yang dimaksud di sini adalah berkembangnya rasa saling

keterbukaan, saling berbagi, saling percaya, rasa hormat atau

penghargaan, afeksi atau emosi dan kesetiaan. Sehingga dalam

berhubungan dengan Jawan jenisnya ditandai dengan adanya kedekatan

serta melibatkan perasaan cinta dan komitmen (keterikatan).


22

Samet dan Kelly (dalam Rice, 1990) mengatakan bahwa motif utama dari

berpacaran adalah untuk menikmati kebersamaan dengan orang lain.

Sedangkan menurut Skipper dan Nass (dalam Grinder, 1978) ada beberapa

alasan mengapa remaja berpacaran, seperti rekreasi atau bersenang-

senang, mencari status, belajar bergaul atau bersosialisasi dan untuk memilih

pasangan hidup. Sedangkan menurut Yvonne Suzy Handayani (dalam

Masrurah, 2000) mengatakan beberapa motif utama mEmgapa remaja

berpacaran diantaranya adalah:

a. Untuk mencurahkan hati

b. Saling membagi kasih sayang

c. Saling percaya dan pengertian

d. Menilai karakter

e. Berpegangan tangan

f. Pergi berduaan

g. Berciuman

Penelitian Roscoe, Diana dan Brooks (dalam Rodriguez, 1993) menemukan

bahwa remaja pada tingkat perkembangan yang berbeda (remaja awal,

pertengahan dan remaja akhir) memiliki alas an yang berbeda-beda dalam

berpacaran. Remaja dan pertengahan lebih beronentasi egosentris dan

kesenangan langsung. Mereka berpacaran dengan tujuan untuk


23

mendapatkan kesenangan, keintiman dan terutama status. Sedangkan

remaja akhir, lebih mementingkan aspek hubungan timbal balik, companion

ship (kebersamaan) dan sosialisasi. Pada dasarnya, remaja ini berpacaran

karena mereka membutuhkannya, baik secara emosional maupun sosial.

Persepsi masyarakat terhadap pacaran kurang menggE1mbirakan bahwa tidak

sedikit yang bersifat antipati bahkan mengutuk. Namun semua hanya

bergumam dikerongkongan dan mereka tidal< mampu untuk mencari jalan

keluar terhadap masalah tersebut. Tidal< jarang orang tua dan masyarakat

memberikan persetujuan kepada anaknya yang memiliki pacar, untuk saling

mengenal lebih lanjut dan menambah taraf keintiman mereka dan senantiasa

memanfaatkan waktu dan usia yang dijalani dengan mereguk cinta yang

sebesar-besarnya.

Biasanya yang sedang kasmaran akan melakukan apasaja demi kekasihnya,

minimal mereka selalu siap untuk melakukan segala se~;uatunya. Masa

pacaran hendaknya remaja jangan sampai terlalu jauh baik dari segi

hubungan maupun keuangan, misalnya mentraktir pacar untuk menunjukkan

rasa sayang, kalau bisa jangan seperti itu meskipun pacaran sebaiknya jika

makan membayar dengan uang sendiri-sendiri sebab ini dapat menimbulkan

perasaan hutang budi. Apalagi kalau sampai membeli rumah atau barang-

barang lain secara bersama-sama. Hal ini akan memicu sesuatu yang tidak
24

diinginkan dikemudian hari, karena siapa yang bisa menjamin bahwa akan

ada jodoh diantara mereka. Alangkah baiknya jika mernka yang sedang

berpacaran ketika bertemu menggunakan waktu yang ada untuk melakukan

diskusi ilmiah atau memperbincangkan suatu permasalahan. Justru jangan

memperbincangkan misalnya "nanti kalau kila nikah mau punya anak

berapa?" ini akan memberi peluang untuk menyerempet kearah negatif.

Ketika kebersamaan dalam pacaran berlangsung sef\ian waktu, beberapa

inplikasipun muncul baik positif maupun negatif, mereka berasumsi bahwa

jika terdapat kecocokan yang maksimal selama berpacaran, akan menjadi

petunjuk dan jaminan untuk keberhasilan dan kebahagiaan dalam

perkawinan yang sesungguhnya. Walaupun terkadang orang yang

berpacaran lantas memiliki tanggung jawab, motivasi dan kesetiaan. Tapi

dipihak lain kadang muncul pula pelukan, ciuman, atau lebih jauh lagi. Hal ini

kian dianggap biasa ketika banyak muncul lagu-lagu yang bertema cinta

dengan bumbu ciuman dan pelukan, sementara banyak gadis yang hamil

diluar nikah karena hubungan seks dengan sang pacar.

Pandangan lbnu Qayyim mengenai ha! ini adalah bahwa "hubungan intim

tanpa pernikahan adalah haram dan merusak cinta. Bahkan, diantara

keduanya akan berakhir dengan sikap saling membenci dan bermusuhan,


25

karena bila kedua telah merasakan kelejatan dan cita rasa cinta maka akan

timbul keinginan lain yang tidak diperoleh sebelumnya".

Orang yang sedang dilanda cinta dalam berpacaran memandang segala

sesuatunya mudah, kecil dan bisa dilakukan selama masih ada harapan

cintanya. Sedangkan pada saat putus asa dia tidak takut kepada halangan

apapun yang berdiri dihadapannya demi melakukan balas dendam. Pada

umumnya orang yang sedang jatuh cinta jatuh cinta lid<lk akan tenang

sebelum membalas dendam untuk dirinya clan cintanya yang hilang. Jika

tidak bisa membalas dendam karena suatu sebab, mereka memilih bunuh

diri. lnilah bahaya-bahaya cinta yang bergelora di masa berpacaran, tidak

berfaedah dan tidak murni yang berlandaskan pada clasar yang salah.

2.1.4. Faktor-Faktor Penyebab Pacaran

Tumbuhnya rasa cinta kasih adalah fitrah bagi manusia yang diciptakan oleh

Allah SWT, agar kehidupan manusia tentram dan bahagia. Tanpa cinta kasih

kehidupan manusia terasa hampa dan hambar. Untuk itu Allah

menumbuhkan dihati laki-laki perasaan cinta kepacla wanita, begitu juga

dengan wanita ada rasa cinta dan ingin dicintai oleh kaum laki-laki. Hal ini

sesuai dengan firman Allah dalam Q.S Al-Ruum ayat 21:


26

Artinya: Oijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-

apa yang diingini, yaitu. cinta syahwat kepada i<aum wanita,harta yang

banyai< dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan

sawah ladang. /tu/ah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat

kembali yang baik (surga)". (Q S Al- lmran: 14)

Ayat di atas menjelaskan bahwa Islam tidak mengenal c:inta sebelum

perkawinan. Apalagi dengan pengumbaran nafsu syahwat diluar garis

perkawinan karena dorongan nafsu syahwat yang telah menjadi naluri

manusia sejak lahir cenderung mengajak kepada perbuatan serong yang

dimurkai Allah. Islam mengutamakan cinta sesudah perkawinan, karena cinta

yang dibangun dalam perkawinan adalah cinta yang dijamin oleh Allah, sebab

Dia-lah yang memberikan cinta sebenarnya. Nafsu syahwat terbagi dalam

dua kelompok besar yaitu "nafsu yang dirahmatr dan nafsu yang tidak

dirahmati Allah". Pacaran dikategorikan sebagai nafsu syahwat yang tidak

dirahmati Allah, karena ketiga rukun yang menumbuhkan perasaan cinta


27

menyatu diluar perkawinan. Hal ini biasanya dilakukan dengan dalih sebagai

suatu bentuk penjajakan guna mencari partner yang ideal dan serasi bagi

masing-masing pihak. Tapi kenyataannya, masa penjajakan itu ticlak lebih

dimanfaatkan sebagai pengumbaran nafsu syahwat semata-mata, bukan

bertujuan untuk secepatnya melaksanakan pernikahan.

Dalam buku yang berjudul Psikologi Islam, Sayyid Mujtaba Musafi Lari (dalam

Khalifah, 2002) mengatakan bahwa cinta merupakan landasan dari aman dan

rasa tenang. la merupakan kebutuhan rohani yang dapat dirasakan, tumbuh

berkembang bersama waktu. Tidak ada yang ternilai di dunia ini dari pada

cinta.

"Pergaulan dengan lawan jenis yang tidak disertai dengan tuntunan akhlaq

dan pegangan agama yang kuat, maka akan mengakibatkan pergaulan

bebas''. Hal ini diungkapkan oleh Fuad Kauma (1997) yang berjudul Sensasi

Remaja Di Masa Puber. Untuk menjaga agar tidak ter1adi pergaulan bebas,

Islam telah melarang laki-laki berduaan di tempat sepi, sebab kondisi seperti

ini akan mudah mendorong keduanya untuk melakukan yang dilarang

sebagai salah satu jalan untuk mengungkapkan rasa cinta dan pemuasan

hawa nafsu.pergaulan pria dan wanita sebelum menikah bila diatur dengan

ajaran Islam dapat merugikan wanita, karena dalam pergaulan pria selalu
1----.,~,,-~----..- ... ~-'~''''''''~·~~~·'*'-"~·-..-..._~,- ..

Ium ...
I SYABll ·''.
':'>\MJI
,11K11HTA
II 28

k----·-·····---···-·-...----------·--...J
Kita sering terlena oleh kehidupan perkawinan orang-orang Baral, seperti di

Amerika dan Eropa yang menggambarkan betapa perlunya pergaulan

sebelum menikah untuk menumbuhkan cinta. Mereka sebagian besar adalah

golongan yahudi, Nasrani dan Musyrikin. Konsep kebebasan bergaul,

pembauran antar laki-lakin dan perempuan sebagai ukuran manusia modern

dijejalkan pada pemikiran kaum muslimin. Padahal sebenarnya itu

merupakan bagian integral dari pemurtadan yang mereka lakukan. Allah dan

Rasulullah menetapkan rambu-rambu dalam pergaulan laki-laki dan

perempuan yang bukan muhrimnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT

dalam Q.S. Al-lsra ayat 32:

(3 2 .· .,.\ Y-",:11.) ~
... ~L- .b ~\.9
3 -
·.u~ ;U1-~.Y Y.YJ ':f3
·• . 11 I',_~.

Artinya: " Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah

perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk ". ( Q.S Al- lsra : 32 )

Menurut Al-Mukaffi (1999) mendekati zina adalah segala tindakan yang

menjurus kepada zina. Seperti berpandangan mata, berpegangan tangan,

menggenggam tangan, berciuman, dan seterusnya.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pacaran adalah pertama karena

sudah karunia dari Allah dan yang kedua adalah Karena pergaulan bebas.
29

2.2. Perilaku Seksual


2.2.1. Pengertian Perifaku Seksual

Seks adalah suatu perbincangan yang sensitif, dan cukup kontroversial

selama ini. Seksualitas menyangkut berbagai dimensi seperti sosial,

psikologis, agama dan lain-lain, dari dimensi agama ya1tu erat kaitannya

dengan norma dan hukum agama yang melarang umatnya untuk tidak

mendekati dan melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Adapun

keinginan para remaja untuk dapat melakukan hubungan seksual sebelum

menikah yang dikarenakan adanya dorongan seksual yang tinggi. Dorongan

seksual bisa diekspresikan dalam berbagai perilaku, namun tentu saja tidak

semua perilaku merupakan ekspresi dorongan seksual seseorang. Ekspresi

dorongan seksual atau perilaku seksual ada yang aman dan ada yang tidak

aman. Baik secara fisik, psikis, maupun sos1al. Setiap perilaku seksual

memiliki konsekuensi yang berbeda.

Pada masa remaja anak-anak sudah mulai teriarik dan rnenaruh minat

heteroseksual, dan ini biasanya berpusat pada satu orang khusus (Pikunas,

1976). Biasanya minat ini ditampilkan dalam bentuk pacaran. Bagi orang

yang berpacaran sudah sewajarnya bila menunjukkan rasa kasih sayangnya

pada orang yang dicintainya. Ekspresi kasih sayang ini b1asanya ditunjukkan

secara fisik maupun non fisik, ta pi menu rut Hurlock ( 1973), adakalanya kedua

hal tersebut biasa dilakukan. Oleh karena itu kini banyak remaja yang telah
30

berperilku seksual dari berciuman, berpelukan dan ada pula yang sampai

pada hubungan seksual.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2001) kecenderungan diartikan

kecondongan, kesudian, keinginan, kesukaan hati akan sesuatu. Sawitri

(2001) menjelaskan bahwa perilaku seksual merupan suatu perilaku yang

dimotivasi oleh keinginan untuk memperoleh kenikmatan seksual terutama

orgasme.

Sarwono ( 1994) menjelaskan perilaku seksual adalal1 segala tingkah laku

yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan

sesama jenis. Sedangkan bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam,

mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu dan

bersenggama. Duvall clan Miller (1985) berpendapat clalam ekspresi kasih

sayang yang bersifat fisik perilaku seksual yang dilakukan mempunyai titik

tertentu mulai dari sentuhan tangan, berpegangan tangan, pelukan, ciuman,

petting sampai pada hubungan seks.

Hadisumartono (1991 ), mengatakan perilaku seksual aclcilah hubungan seks

antara seorang pria cl·3n wanita dewasa baik dorongannya, pasangannya

maupun caranya ada!ah normal dan perilaku seksual ini tidak terbatas hanya

hubungan seks saja, ietapi juga mencakup bercumbuan, berciuman,

bergandengan tangan dan lain-lain. Selanjutnya clikatakan pula bahwa


31

perilaku seksual manusia mencakup kepribadian, sikap, dan seluruh

perilakunya sehari-hari. Jadi perilaku seksual manusia adalah aktivitas antara

dua orang yang berlainan jenis yang mempengaruhi kegiatan seksual serta

dipengaruhi oleh faktor biologis dan sosial. Ketiga faktor tersebut

berpengaruh secara simultan sepanjang hayat

Sedangkan Bachtiar (2004) mengartikan perilaku seksual sebagai perilaku

yang didasari oleh dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan

kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku. Seperti berfantasi,

masturbasi, cium pipi, berpegangan tangan, dan sebagainya.

Namun dengan banjirnya berbagai informasi tentang seks, mambuat dampak

yang nyata pada remaja yang memang sedang mengalami percepatan

pertumbuhan fisik dan pemasakan alat-alat r·eproduksi. !3ekarang remaja

sudah cukup banyak tahu tentang seks baik lewat media massa atau buku

porno atau melalui pembicaraan dari mulut ke mulut. lnformasi itu mungkin

benar mungkin pula menyesatkan, sehingga bisa merangsang dorongan-

dorongan seks remaja. Dalam kenyataannya organ-organ seks mereka

sudah mulai matang dan siap menjalankan fungsi reproduksi (Pikunas, 1976).

lni di satu pihak, di pihak lain norma agama yang ada tidak memperbolehkan

mereka melakukannya seperti apa yang dikatakan Sarwono ( 1981 ), bahwa


32

norma agama dan adat melarang hubungan seksual dilakukan diluar

pernikahan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa kecenderungan perilaku

seksual adalah keinginan atau tendensi untuk melakukan aktivitas yang

didorong oleh hasrat seksual baik dengan diri sendiri maupun dengan orang

lain yang dapat memberikan penyaluran dorongan seksual seseorang.

Perilaku seksual biasanya diawali dengan adanya individu secara khusus

mempelajari pasangannya untuk mengenal kepribadiannya apakah memadai

sebagai pasangan suami isteri kelak. Dalam proses pacaran ini biasanya

terdapat aktivitas seksual yang disebut percurnbuan, yaitu suatu aktivitas

mengadakan kontak fisik antara dua orang yang saling rnencintai dan sangat

dikuasai oleh erotisme.

Sementara akibat dari psikososial yang tirnbul dari perilaku seksual adalah

ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba

berubah. Misalnya pada kasus hamil diluar nikah, belum lagi tekanan dari

rnasyarakat yang menolak keadaan tersebut. Resiko yang lain adalah putus

sekolah karena malu dengan ternan-teman atau guru, te1·ganggu kesehatan,

resiko kelainan janin dan tingkat kematian bayi yang meningkat.


33

2.2.2. Faktor-Faktor Yang Mendorong Perilaku Seksual

Mengapa saat ini ada beberapa remaja khususnya remaja putri yang berani

melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Ada sementara orang

beranggapan bahwa hubungan seksual itu terjadi hanya karena ikut-ikutan

teman, mengikuti arus atau mode, namun ada pula 11ang karena tertipu atau

diperkosa (kompas, 5 Oktober 1992). Tetapi pada dasarnya ada yang sering

mencampur adukan antara perasaan cinta dengan seks, mereka

beranggapan bahwa seks adalah salah satu bentuk ekspresi darl perasaan

cinta. Juga remaja putri beranggapan bahwa itu merupakan persiapan

menuju perkawinan seperti yang dikemukakan oleh Coan (1983).

Namun kenyataan yang ada sekarang ini, di luar dijual kondom dan alat-alat

kontrasepsi yang lain, sehingga anak-anak yang mempunyai uang bisa

membeli. Di tempat-tempat rekreasi banyak penginapan-penginapan yang

disewakan. Tentu saja hal ini mempermudah juga bagi anak-anak yang

punya cukup uang, punya kesempatan, ditambah lagi dengan acara televisi

dan media elektronik yang dapat menyajikan adegan yang porno, juga

bacaan-bacaan pada media cetak yang kesemuanya dapat mendorong

remaja melakukan tingkah laku seksual (Sarwono, 1988).

Sedangkan menurut Turner dan Helms (1983) hal ini mendorong .remaja

melakukan hubungan seks sebelum menikah antara lain adalah:


34

a. Adanya keinginan untuk membuktikan kematangan seksual,

b. Untuk menggali hal-hal yang belum dilakukan,

c. Untuk menyalurkan dorongan-dorongan seksual,

d. Adanya kenyataan bahwa mereka saling jatuh cinta,

e. Adanya kebutuhan fisik dan emosi untuk melakukan dan mendapat

kepuasan seks.

Sedangkan Hurlock (1973) mengemukakan adanya perbedaan alasan yang

diberikan oleh remaja putra dan putri dalam hal melakukan hubungan

seksual. Pada remaja putra menekankan pada masalah penghargaan dari

teman sebaya dan berhubungan dengan pemuasan secara fisik. Sedangkan

pertimbangan pada remaja putri menekankan pada faktor emosi dan

keintiman

Faktor-faktor tersebut menurut Sarwono (1994) antara lain:

a. Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan libido seksual

remaja. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam

bentuk tingkah laku seksual tertentu.

b. Penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya

undang-undang tentang perkawinan yang menetapkan batas usia nikah,

maupun karena norma sosial yang makin lama makin menuntut

persyaratan yang makin tinggi untuk kawin.


35

c. Tabu atau larangan, dimana seseorang dilarang untuk melakukan

hubungan seks sebelum menikah. Bagi remaja yano tidak dapat menahan

diri akan mendapat kecenderungan untuk melanggar larangan tersebut.

d. Kurangnya informasi tentang seks

Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan

meniru apa yang dilihat atau didapat dari media massa, karena pada

umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara

lengkap dari orang tuanya.

e. Orang tua

Ketidaktahuan maupun sikap yang masih mentabukan pembicaraan

tentang seks dengan anak.

f. Pergaulan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat.

Di pihak lain, tidak dapat diingkari adanya kecenderungan pergaulan yang

makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai akibat

berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita

sejajar dengan pria.

Sedangkan Abu Ghifari (2004) berpendapat bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi penyimpangan seksualitas pada remaja disebabkan oleh

faktor internal dan eksternal, antara lain:

1. Kualitas diri remaja itu sendiri (faktor internal)


36

seperti perkembangan emosional yang labil, mengalami hambatan dalam

pergaulan yang sehat, kurang mendalami norma agama, kurang dapat

menggunakan waktu luang, berada dalam kelompok yang tidak baik dan

sebagainya.

2. Kualitas lingkungan keluarga (faktor eksternal)

3. Kualitas lingkungan tidak sehat (faktor eksternal)

misalnya lingkungan yang tidak ada pengajian agama dan lingkungan

masyarakat yang te/ah mengalami kesenjangan komunikasi antar

tetangga.

4. Kurangnya informasi seks yang benar (faktor eksternal)

Remaja yang ing1n memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap seks,

selalu mencari sumber infcrmasi untuk memuaskan rasa ingin tahunya itu.

Oleh karena itu perlu dibenkan informasi seks yang benar dan

konprehensif terutama dari orang tuanya.

Demikianlah kira-kira beberapa faktor dan alasan mengapa saat ini telah

banyak terjadi hubungan seksua/ di kalangan remaja.

2.2.3. Bentuk-bentuk Perilaku Seksual

Menurut Wimpie (1998) bentuk-bentuk perilaku seksual berdasarkan

penelitian tersebut menggunakan pembagian aktivitas seksual dari yang

ringan hingga yang berat, yaitu antara lain adalah: berpegangan tangan,
I

37

merangkul pinggang, berciuman pipi, berpelukan, berciuman bibir, berciuman

bibir sambil saling memainkan lidah (deep kissing), mencium leher,

berciuman bibir sambil berpelukan, berciuman bibir sarnbil meraba tubuh

bagian tertentu, meraba payudara di luar pakaian, rneraba payudara di balik

pakaian, mencium payudara, meraba alat kelamin di luar pakaian, meraba

alat kelamin di balik pakaian, mencium alat kelamin, merangsang atau

dirangsang alat kelamin dengan tangan, merangsang atau dirangsang alat

kelamin dengan mulut (oral seks), saling menernpelkan alat kelamin di luar

pakaian, saling menempelkan alat kelamin di balik pakaian dan berhubungan

kelamin (senggama, coitus). Yang dapat dibagr rnenjadi bentuk perilaku

seksual secara garis besar.

1. Masturbasi/ onani

Akibat rnaraknya film pornografi banyak remaja yang tidak kuasa rnenahan

nafsunya, sebagian rnereka memilih untuk berrnasturbasi. Menurut Abu

Ghifari (2004) rnasturbasi berasal dari bahasa /a tin masturbatio yang berarti

pemuasan kebutuhan seksual terhadap diri sendiri dengan menggunakan

tangan (mastur, tangan dan bat10; menodai). Jadi dapat clikatakan bahwa

rnasturbasi yaitu suatu cara mencapai kepuasan seksual clengan jalan

rnerangsang dirinya sendiri, serta menerima dan memberikan rangsangan

seksual. Namun tidak terjadi hubungan seksual yang sebenarnya atau

senggama. Narna lain dari masturbasi adalah zelbeulekking, autoeroticsm,

autostimuli, monosex, dan self gratification.


38

2. Berpegangantangan

Yaitu aktivitas seksual pra-senggama dimana remaja saling bergandengan

tangan atau meremas tangan pasangannya secar tidak normal meskipun

masih perlu dipertimbangkan menurut norma agama.

3. Berciuman

Perilaku ini mulai dari hanya sekedar ciuman ringan sampai pada deep

kissing yang menggunakan dan memainkan lidah dan bibir. Biasanya ciuman

digunakan remaja untuk mengekspresikan rasa cinta pada pasangan.

4. Petting atau bercumbu

Yaitu aktivitas fisik secara seksual antara laki-laki dan perempuan yang lebih

dari sekedar berciuman atau berpelukan yang mengarah pada pembangkitan

gairah seksual, namun tidak sampai pada berhubungan kelamin. Bentuk

aktivitas ini biasanya melibatkan sentuhan dan manipulasi daerah-daerah

erogen pasangan, seperti menjamah payudara pasangan wanita atau alam

kelamin pasangan. Petting tetap dapat menimbulkan kehamilan yang tidak

diinginkan walaupun tanpa melepas pakaian karena sperma tetap bisa masuk

ke dalam rahim, sedan;ikan sperma itu sendiri memiliki kekuatan untuk

berenang masuk ke dalam rahim jika tertumpah pada celana dalam yang

dikenakan perempuan, apalagi jika langsung mengenai bibir kemaluan,

dengan konsekuensi seperti itu tidak mempengarul1i sebagian orang untuk

melakukannya (Kesrepro, 2005).


39

5. Berhubungan intim

Yaitu adanya kontak atau penetrasi penis ke dalam vagina. Pada umumnya

hubungan seks ini merupakan tujuan akhir dari perilaku seks lainnya, karena

ini merupakan tuntutan dorongan seksual yang sebenarnya. Sebab dengan

melakukan itu orang dapat mencapai orgasme yang dirasakan sebagai suatu

sensasi erotik yang menyenangkan.

Sedangkan perilaku seksual berdasarkan aktivitas seksual menurut Kinsey

(1953) dan Duvall dan Miller (1985) adalah bersentuhan (touching),

berciuman \kissing), bercumbu (petting), dan berhubungan kelamin (sexual

intercours17).

2.2.4. Perilaku Seksual Remaja

Masa remaja, merupakan masa di mana seorang anal< terlihat adanya

pen;bahan-perubahan pada bentuk tubuh yang disertai clengan perubahan

struktur dan fungsi fisiologis (kematangan organ-organ seksual). Perubahan

tubuh ini disertai dengan perkembangan bertahap dari karakteristik seksua/

primer dan karakteristik seksual sekunder. Pematangan kelenjar pituitary

berpengaruh pada proses pertumbuhan tubuh sehingga remaja mendapatkan

ciri-cirinya sebagai perempuan dan laki-laki dewasa (Waspada online).

Karakteristik seksual primer mencakup perl~embangan orqan-organ

reproduksi seclangkan karakteristik seksual sekunder mencakup perubahan


40

dalam bentuk tubuh sesuai dengan jenis kelamin, misalnya pada remaja putri

ditandai dengan pembesaran buah dada, pinggul, sedangkan pada remaja

putra mengalami pembesaran suara, tumbuh bulu di dada, kaki dan kumis

(Yusuf, 2001)

Seks adalah bagian dari kehidupan manusia, sesuatu yang ada dan tidak

ditolak, sesuatu yang muncul dan bisa menimbulkan berbagai masalah

apabila tidak dikendalikan, diatur, diredam secara baik (suarakarya online).

Remaja merupakan masa yang paling kritis sekaligus paling rentan terhadap

persoalan seks. Hal ini tidak saja disebabkan'.oleh membludaknya informasi

yang dapat diakses secara bebas khususnya menyangkut seksualitas atau

perilaku pornografi lainnya Akan tetapi secara biologis ada pertumbuhan di

dalam diri remaja yang merangsang dan rnendorongnya untuk rnenumpahkan

kebutuhan seksualnya. Perturnbuhan ini pula dipengaruhi dari faktor internal

juga eksternal seperti lingkungan.

Hurlock (2001) menyatakan adanya peningkatan rninat terhadap seks pada

remaJa yang selalu berusaha mencari lebih banyak informasi mengenai seks,

juga bagaimana tingkah laku perasaan atau ernosi yang berasosiasi dengan

perangsangan ala! kelamin, dan masalah reproduksi. Perilaku seksual itu

:,endiri diartikan dengan aktifitas atau tingkah laku seksual yang berhubungan

dengan perangsangan reproduksi.


41

Tugas perkembangan yang berhubungan dengan seks yang harus dikuasai

adalah pembentukan hubungan baru dan yang lebih matang dengan lawan

jenis, kondisi sekarang ini sering terjadi adalah adanya istilah berpacaran

yaitu dengan menjalin hubungan cinta kasih dengan lawan jenis sebelum

adanya akad nikah. Salah satu perwujudan dari kapasitas keintiman adalah

menjalin cinta kasih dengan lawan jenis yang disahkan dalam suatu ikatan

sakral yaitu pernikahan. Dengan terjadinya keingintahuan yang tinggi dan

latar belakang keagamaan yang kurang sering terjadi adanya remaja yang

melakukan hubungan suami istri sebelum menikah atau dengan kata lain

perz1naan.

Saat remaja mu/ai merasakan aktifitas seksua/nya, terjadi perubahan pola

berpikir yang ada sebelumnya menganggap hal tersebut dilarang, namun

sekarang sudah menjadi gaya hidup remaja. Sering dengan peri/aku dan

aktifitas seksualnya, sering terjadi kehamilan pada saat remaja tersebut

belum terikat pada sebuah hukum perkawinan, yang mengakibatkan

kehamilan tidak diinginkan (KTD) atau pengguguran paksa yaitu aborsi. Pada

saat hal ini terjadi, terdapat berbagai masalah yang dihadapi oleh remaja

tersebut, meskipun perilaku tersebut sudah dianggap sebagai hal biasa oleh

teman-temannya, tidak halnya dengan orang tua mereka, dengan alasan

norma, nama baik keluarga juga sudah barang tentu alasan hukum agama

yang sangat mengutuk perbuatan tersebut.


42

2.3. Kerangka Berpikir

Masa remaja merupakan masa di mana seorang anak terlihat adanya

perubahan-perubahan dalam bentuk tubuh yang disertai dengan perubahan

struktur dan fungsi fisiologis (kamatangan organ-organ seksual). Perubahan

tubuh ini disertai dengan perkembangan bertahap dari karakteristik seksual

primer dan karakteristik seksual sekunder. Pematangan kelenjar pituitary

berpengaruh pada proses pertumbuhan tubuh sehingga remaja mendapatkan

ciri-cirinya sebagai perempuan dan laki-laki dewasa, sehingga remaja akan

mengalami mulai adanya rasa ketertarikan antar lawan jenis, yang kemudian

diekspresik'ln melalui sebuah ikatan yang biasa disebut oleh remaja dengan

istilah berpacaran.

Berpacaran merupakan salah satu proses untuk saling mengenal pribadi

masing-masing pasangannya sebelum mereka masuk kejenjang pernikahan.

Proses berpacaran dianggap sebagai suatu hal yang biasa dijalani pada

masa remaja. Dengan sebuah harapan bahwa dengan berpacaran tidak akan

menimbulkan kekecewaan setelah mengarungi bahtera rumah tangga.

Namun fenomena yang terjadi saat ini justru berubah. Berpacaran yang pada

awalnya dilakukan untuk mengenal kepribadian pasangannya sebelum

pernikahan justru dijadikan ajang untuk melakukan perilaku seksual. Perilaku

seksual pada rnasa berpacaran yang dilakukan oleh remaja dimulai dari hal
43

yang ringan seperti berpegangan tangan, merangkul pin()gang, berciuman

pipi, berpelukan, berciuman bibir, berciuman bibir saling memainkan lidah

(deep kissing), mencium leher, Berciuman bibir sambil berpelukan,

berciuman bibir sambil meraba tubuh bagian tertentu, meraba payudara di

luar pakaian, meraba payudara dibalik pakaian, mencium payudara, meraba

alat kelamin diluar pakaian, meraba alat kelamin dibalik pakaian, mencium

alat kelamin, merangsang atau dirangsang alat kelamin clengan tangan,

merangsang atau dirangsang alat kelamin dengan mulut (oral seks), saling

menempelkan alat kelamin di balik pakaian, dan sampai dengan

berhubungan kelamin (senggama, coilusLPada sebagian orang, saat ini

perilaku seksual yang telah dianggap wajar pada masa berpacaran aclalah

berciuman (kissing), yang justru telan keluar dari budaya ketimuran bangsa.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pacaran yang dilakukan remaja saat ini selalu

mengarah kepada perilaku seksual yang semata-mata untuk memenuhi

kebutuhan seksual. Adapun bentuk perilaku seksual secara garis besar

meliputi masturbasi, berpegangan tangan, petting atau bercumbu, sampai

pada hubungan intim. Perilaku seksual yang dilakukan dalam berpacaran

sebenarnya telah melanggar norma-norma, baik norma a9ama maupun

norma kesusilaan. Namun saat ini justru remaja sudah tidak mengindahkan

ajaran suci tersebut. Biasanya para remaja selalu mengatasnamakan kata


44

cinta untuk melakukan perilaku seksual yang tanpa dosa. Cinta inilah yang

disebut cinta birahi.

Namun demikian perilaku seksual yang dilakukan sebagian remaja saat ini

tidak hanya dilakukan alas dasar cinta terhadap pasangannya (pacarnya)

tetapi dapat juga dilakukan tanpa ada rasa cinta dan tanpa adanya status

pacaran, yang biasanya perilaku seksual tersebut dilakukan hanya untuk

memenuhi kebutuhan seksual semata.

Kebutuhan seksual memang merupakan naluri yang dimiliki oleh setiap

manusia. Tetapi hendaknya kebutuhan tersebut disalurkan dengan jalan yang

sesuai dengan ajaran Islam yaitu bahwa perilaku seksual hanya dapat

dilakukan oleh seseorang yang telah memiliki sebuah ikatan yaitu ikatan

pernikahan. Ajaran Islam mengajarkan bahwa setiap insan harus bisa

menjaga pandangan matanya, baik perempuan ataupun laki-laki karena

ketertarikan terhadap sesuatu berawal dari sebuah pandangan.

Telah berkata Jurair bin Abdullah R. A

rL3 .yb ju I ~ ju I J _J-UJ_) ..::..J~ :JU .1~ I ~ ~ ~~Yi>- L;c


.:i3\.:i Y.\3 ~3 .JA::..\ 03_)) ~~ w.Y-""'I :Jl~ ~4-9JI fa Uc
((.si.ifl\3
/ ~-;E!f~•~;··-···-··'··---·----·--··--1
fB ~ ~ 1

1. U!N \.~'''!''''·
t/4 '1 l
.•
c --

,-,·
-

' ' - '


' .
.I
,- J
ri
: ...
j
·.. ,,, .
!\

I
'

4)"

•s1:1AHJt1)
-~-·-------------~--
·---------..........}
Artinya : " Saya bertanya kepada Rasulallah tentang pandangan yang tiba-

tiba, maka Rasulallah menyuruh saya mema!ingkan pandangan mata saya".

(H.R. Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan Turmidzi)

Dipertegas lagi sebagai tafsirnya ucapan Rasulallah SAW kepada Ali bin Abi

Thalib R. A

Rasulallah SAW bersabda :

;~~\ ccl.l ,.. ,,"1\3 ~ 3 ~1 ccl.l wµ ,;y:,_J1 ;>J.11 & 'l !~ y


(r.Si-i.)J\3 .::.3\j y,13 ~=-I o\3.J)

Artinya :"Hai Ali janganlah perturutkan satu pandangan kepada pandangan

yang lain, karena sesungguhnya buatmu adala/J pertama dan bukan yang

terakhir ( kedua) ". ( H.R Ahmad, Abu Dawud dan Turmidzi).

Selanjutnya dalam hadits yang lain berkata Beliau berkal:a pula :

0-" \j~ \+Sy~ ..JJI ~Al r4-ui u-Q f'~ ~ ;y:,_J1


'
~

.. ~ .;,.:;3 )b .b....i
i..s- . .. liw\
.. (..).:;>- . 'W .&I owl .&I
- i 3 -.y :. ls'

" Pandangan mata itu adalah anak pana/J beracun dari anak pana/J iblis,

siapa saja yang meng/Jindarkannya karena takut kepada Allah, ia akan


46

dikaruniai oleh Allah keimanan yang terasa manis didalam hatinya.

Khalasatul kalam". (H.R. Hakim).

Perilaku seksual yang dilakukan sebelum adanya ikatan pernikahan (masa

berpacaran) untuk saat ini telah marak terjadi baik dilakukan oleh remaja

awal, madya, ataupun remaja akhir. Mahasiswa atau mahasiswi yang

biasanya berada pada masa remaja madya dan remaja akhir. Alasan remaja

melakukan perilaku seksualpun bermacam-macam ada yang karena ikut-

ikutan, karena mengikuti arus mode dan ada juga yang mengatasnamakan

cinta. Mereka menganggap bahwa seks adalah ekspres1 dari perasaan cinta.

Salah satu faktor yang menyebabkan seorang remaja melakukan hubungan


'
seksual adalah kurangnya informasi tentang seks, dan pergaulan yang terlalu

bebas antara perempuan dan laki-laki yang kemudian menghilangkan jarak

antara perempuan dan laki-lakisebagai akibat dari adanya perubahan peran

perempuan yang saat ini telah disejajarkan dengan laki-laki.

Seks memang merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat

ditolak, jika tidak dapat dikendalikan dan diatur dengan baik maka seks dapat

menimbulkan berbagai masalah. Salah satu masalah yang ditimbulkan akibat

perlaku seksual yang tidak terkendali yang dilakukan selama berpacaran

adalah hamil di luar nikah, yang dapat berujung kepada pengguguran paksa

atau aborsi.
47

Na mun demikian tak dapat dipungkiri bahwa hampir sebagian besar remaja

yang berpacaran cenderung melakukan perilaku seksual, baik dimulai dari

perilaku seksual yang ringan seperti berpegangan tangan maupun sampai

melakukan hubungn intim. Lalu bagaimana dengan remaja yang tidak

berpacaran apakah akan cenderung melakukan perilaku seksual seperti yang

dilakukan remaja yang berpacaran? Hal inilah yang ingin diketahui penulis

mengingat seks merupakan sesuatu yang tak dapat ditolak dan menjadi

bagian dari kehidupan manusia.

Perbedaan perilaku seksual remaja yang berpacaran dan remaja yang

tidak berpacaran

Perilaku Seksual

/
Remaja berpacaran Remaja tidak
Perilaku seksual : berpac:aran
1. Masturbasi/ onani Perilaku seksual :
2. Berpegang tangan Onani/ Masturbasi
3. Berciuman
4. Petting

Bagan 1. Perilaku seksual


48

2. 4. Hipotesis
1. Hiotesis Nol (Ho) : Tidak ada perbedaan yang signifikan peri!aku

seksual antara remaja yang berpacaran dan rernaja yang tidak

berpacaran.

2. Hipotesis Alternatif (Ha) : Ada perbedaan yang signifikan perilaku

seksua/ pada remaja yang berpacaran dan remaja yang tidak

berpacaran
BAB 3

METODOLOGI PENELITllAN

3.1 Jenis Penelitian

3.1.1. Pendekatan Penelitian dan Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu

dimana data atau hasilnya diolah dan disajikan dengan menggunakan angka-

angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran data. dan penampilan dari

hasil penelitiannya.

Sedangkan metode penelitian adalah cara atau strategi menyeluruh untuk

menemukan atau memperoleh data yang diperlukan (Suhartono). Adapun

metode penelitian yang digunakan adalah komparatif yang juga dapat

dimasukkan dalam golongan penelitian causal comparative studies, yaitu

penelitian yang dilakukan untuk membandingkan dua atau tiga kejadian dan

melihat penyebab- penyebabnya, penelitian ini juga mencari permasalahan

dan perbedaan fenomena yang selanjutnya mencari arti atau persamaan dan

perbedaan (Arikunto, 2002).


50

3.1.2. Definisi Variabel dan Operasional Variabel

Definisi Variabel

Untuk dapat meneliti suatu konsep secara empiris harus dioperasionalkan

dengan merubahnya menjadi variabel. Variabel adalah symbol atau lambang

yang dapat dilekatkan bilangan atau nilai (Kerlinger, 1993). Sedangkan

menurut Suyadi Suryabrata (1989), variabel ada/ah segala sesuatu yang

menjadi obyek penelitian yang dianggap sebaga faktor yang berperan dalam

peristiwa atau gejala yang diteliti.

Dalam penelitian ini, penulis menyajikan dua variabel, yaitu variabel bebas

(independent variabel) adalah variabel yang dipandang sebagai sebab

kemunculan dan variabel terikat (dependent variabel) adalah konsekuensi

atau yang dipandang sebagai akibat. Adapun kedua variabe/ tersebut adalah

Variabel bebas (X1) yaitu Remaja yang berpacaran, (X2) remaja yang tidak

berpacaran. Variabel terikat ( Y) yaitu Perilaku Seksual.

Definisi Operasional Variabel

Menurut Kerlinger (1993), definisi operasional adalah rnelekatkan arti pada

suatu konsruk atau variabel dengan cara menetapkan kegiatan-kegiatan atau

tindakan-tindakan yang perlu untuk mengukur pada variabel tersebut. Definisi

operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini clirumuskan sebagai

berikut:
51

a. Pacaran adalah hubungan antara pria dan wanita yang diawali dari

perkenalan dilanjutkan dengan pertemuan, pengungkapan rasa cinta dan

adanya rasa saling memiliki, sehingga akhirnya timbul perasaan bahwa

semua yang mereka lakukan didasarkan atas cinta. Hubungan ini

berlangsung diluar pernikahan dan membutuhkan kornitmen dari kedua belah

pihak serta bertujuan untuk lebih saling rnengenal dan rnenikrnati aktivitas

sosial bersama.

b. Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesarna jenis. Sedangkan

bentuk tingkah laku ini berrnacarn-rnacam, mulai dari perasaan tertarik

sarnpai tingkah laku berkencan, bercurnbu, dan bersenggama.

3. 2. Pengambilan Sampel
3.2.1. Populasi dan Sampel
Populasi
Menurut Sugiono (2002) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas obyek atau Subyek yang rnernpunyai kuantitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kernudian ditarik

kesimpulan. Populasi dalarn penelitian ini adalah rnahasiswa-rnahasiswi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Mengingat akan tidak dimilikinya garnbaran yang

lengkap tentang populasi yang rnemenuhi kriteria, maka peneliti

merencanakan untuk mengambil 60 orang.


52

Sampel
Guilford dan Fruchter (1978) menje/askan sampe/ yang berjumlah sedikitnya

30 orang dapat dinyatakan sebagai ju111lal'1 yang m@ndekEiti b@ntuk normfill


dari suatu populasi dan merupakan jumlah yang dapat cligunakan sebagai

sampel dari suatu populasi dari suatu penelitian, selama penyebaran

distribusi sampel tersebut tidak menyeleweng jauh dari kurva normal. Lebih

lanjut lagi, Guilford dan Fruchter juga menyatakan bal1wa penggunaan

sampel dalam jumlah yang semakin besar, akan semakin mengurangi

terjadinya bias yang dapat ditemui, dibanding jika menmiunakan sampel

dalam jumlah yang kecil. Terlebih lagi penggunaan sampel dalam jumlah

yang semakin besar, juga akan meningkatkan reliabilitas dari hasil penelitian

tersebut. Oleh karena itu jumlah sampel yang akan diteliti adalah 60 orang

yang terdiri dari 30 mahasiswa-mahasiswi yang berpacarnn dan 30

mahasiswa-mahasiswi yang tidak berpacaran.

3.2.2. Tekhnik Pengambilan Sampel


Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode non

probabilitas (non-probability method) yaitu incidental sampling tehnique. Yang

dimaksud dengan non-probabilitas adalah suatu metode pengambilan sampel

dimana tidak semua anggota populasi memilil<i kesempatan yang sama untuk

menjadi sampel penelitian. Seperti yang dikatakan oleh k:idder dan Judd

(Dalam Anggraini, 1999).


53

"In non-probability sampling, there is no way estimate the probability each


.
element has of' being include in the sample and no asurance that every

element has some chance of being include "

Pernyataan Kidder dan Judd tersebut menjelaskan bahwa dengan metode ini,

peneliti tidak dapat memperkirakan kemungkinan tiap kEilompok populasi

terwakili dalam sampel dan tidak dapat dipastikan bahwa semua kelompok

populasi memiliki kemungkinan untuk terwakili dalam sampel. Keuntungan

dalam metode ini adalah memudahkan dalam pelaksanaan pengambilan

responden, sehingga dapat menghemat pengeluaran biaya dan jumlah

waktu. Sedangkan kekurangan dari metode ini, disebabkan karena tidak

semua individu dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk

menjadi sampel penelitian, sehingga hasil yang diperoleh tidak dapat

digeneralisasikan pada populasi yang lebih luas. Yang dimaksud oleh Kidder

dan Judd adalah penggunaan metode non-probabilitas pada suatu populasi

yang sangat heterogen, mungkin memperoleh responden yang tidak mewakili

tiap kelompok dalam populasi tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan

incidental sampling tehnique adalah cara pengambilan responden yang

memenuhi kriteria dan yang bersedia menjadi responden adalah sampel yang

lebih bersedia atau yang paling mudah ditemui.

Hal tersebut didukung oleh pernyataan Kidder dan Judd, (dalam Anggraini,

1999) mengenai tekhnik ini, yaitu :


54

" In incidental sampling, one simply reaches. Out and takes cases that are at

hand, continuing the process until the sample reaches a designated size ".

Pernyataan Kidder dan Judd tersebut menjelaskan bahwa dengan tekhnik ini,

peneliti 'hanya' perlu ada dalam populasi dan mengarnbil sembarang

responden yang ada dalam populasi tersebut untuk berpartisipasi dalam

penelitian sampai mendapatkan jumlah sampel yang diinginkan oleh peneliti.

Kelebihan dari tekhnik ini adalah kesederhanaan, karena sampel dapat

merupakan individu yang pertama kali ditemui atau dapat merupakan individu

yang memiliki hubungan yang dekat dengan peneliti. Seperti yang digunakan

oleh Guilford (1978), yaitu:

" The term incidental sampling is applied to those wich are taken because

they are the most available".

Pernyataan Guilford tersebut menjelaskan bahwa tekhnik incidental sampling

digunakan karena sampel yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini

merupakan responden yang paling tersedia dalam pengambilan sampel.

Disamping itu, tekhnik ini juga memungkinkan peneliti untuk memperoleh

responden dalam jumlah yang cukup banyak dalam waktu yang relatif

singkat, juga dapat menekan pengeluaran biaya yang dikeluarkan untuk

pelaksanaan penelitian.
55

3.3. Pengumpulan Data


3.3.1. Metode dan lnstrumen Penelitian
Untuk memperolah data yang dibutuhkan dalam penelitian ini penulis

menggunakan tehnik pengumpulan data yang berupa skala perilaku seksual.

Pernyataan dalam perilaku seksual berdasarkan teori Wimpie dalam bentuk

skala Liker!. Responden diminta untuk menyatakan kes(:itujuan atau

ketidaksetujuan terhadap isi pernyataan, yang dibagi dalam empat katagori

jawaban, yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju(S), Tidek Setuju (TS), dan Sangat

Tidak Setuju (STS). Penulis menetapkan penskoran dari 1-4 untuk dua

katagori Favorable dan Unfavorable. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

label di bawah ini:

Tabel 3.1
Bobot Nilai
-
P'oi~1--~ Favorable unfavorable
c---------~

STS SS
I 2 TS s
)_ _3 --
s TS
----1 STS
L 4 SS _L
56

Tabel 3.2
Blue Print Skala Perilaku Sek~ula~:~~be/um Uii Co ba

r~
Perilaku Seksual lndikator rable Unfavorable Jumlah
- - - - - ---- - - ---- -·--- ---- ~·--

Masturbas1 I Onarn a Tangan 44 13, 58 4


- ---·---- -··
b. Benda 2 9 2
-- -··-·- -- ------······---

i~-12~
c. Fantasi 1 11 2
.. ------- -----
2 Berpegangan Tangan a. Menggenggam 59 37, 51 4
··- ------- -·
b. Menggandeng 8 2

.•.
c. Meremas
-----·
·-1 -··1-
·---1---------2
------ --------
4
----~
22
-
2
3 Berciuman a. Mencium Tangan 1 25 2

t~-7:~:
------
b. Mencium Kening 47 ____
____ .,
10,40 4
------·····---·
c-:- Mendum Pli:T·-· 56 38, 50,60
'··--..·-- - - ·
6
--
-~117is~o~
d."Mencium bibif____ 39,48 27, 33, 52,54 8
---- - - - · - - ·
4 Petting/ Bercumbu a. Mencumbu Leher 2,41 19, 30, 36 6
---i-·
18 23, 35

_n~i;,5:4~
b. Meraba Payudara 4
1-. ....,____
- -··------ - ----· -----------·- ~-------

c. Meraba Alat Kelami 3, 55 46, 49, 57, 6


· - - -------·------- ---·------··.. .. _ ___ ---·--l-
5 Hubungan lntim Bersenggama 26,45 31, 34, 42, 53 8

__ •.=t~--~30----
··------·--·· ·--~---- -·----------
___
Total 30 60
\_.... , .. --

3.3.2. Tekhnik Uji Coba lnstrumen


Sebe/um instrumen digunakan da/am penelitian yang sebenarnya, ter/ebih

dahulu dilakukan uji coba atau try out pada tanggal 10 oktober 2006, hal ini

bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen. Untuk tujuan

tersebut,peneliti menyebarkan 60 item dalam bentuk ska/a kepada 65

responden.

3.3.3. Validitas lnstrumen


Va/iditas berasa/ dari kata "Validity" yang berarti sejauhmana ketepatan dan

kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungs;nya. Suatu tes atau

instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila


57

alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang

sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang

menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan

sebagai tes yang memiliki validitas rendah (Azwar, 1997). Untuk melihat

validitas suatu tes dapat dilihat dari validitas item yang berfungsi untuk

mengukur kesahihan masing-masing item, dengan cara perhitungan

statistik,yaitu tehnik korelasi.

Skor setiap item pada satu pernyataan dikorelasikan clengan skor total.

Koefisien korelasinya diperhitungkan sebagai validitas. Shahih tidaknya yaitu

pada taraf signifikan 0,01 atau 0,05. Untuk menguji validitas pada penelitian

ini, penulis menggunakan perhitungan korelasi Product Moment Person

dengan rumus sebagai berikut (Azwar, 1997):

LXY-(L){ )(Ly)! N
rxy = Jrf X; -(L: X)'I NITi Y' -(2:: l~)' I NJ
Keterangan:

rxy : Angka indeks koefisien korelasi

I: XY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y


LX : Jumlah seluruh skor X

LY : Jumlah seluruh skor Y


N : Jumlah Subyek
58

Perhitungan korelasi ini dilakukan dengan komputer yaitu program SPSS.

Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 3.3

Tabel 3.3
Blue Print Hasil Uji Coba lnstrumen§_k§l§_Eerilaku Seksual
L___
f
·-o~.-P-e-ril-a-ku_S_e-ksual lndikato:_ Favorab Unfavorable Jumlah

____ 5*, .~<!_'__

'"3
1 Masturbasi I Onani \a. Tangan -·· 13*, 58* 4
b. Benda 2* 9* 2
c. Fantasi 1* 11* 2
--------- ·--~ --·--------- ---
2 Berpegangan Tangan a. Menggenggam 12', 59 * 37*, 51* 4
-------------··--- ·-·---- ---------·--- .
b. Menggandeng 4* 8* 2
---------· ·-- -------------------····-·-- ----
c. Meremas 14* 22* 2
------- ------~~------- --- --- ----·-·· ---
3 Berciuman a. Mencium Tangan 21* 25* 2
--
b. Mencium Kening 3*, 47* 1 O*, 40* 4
---
c. Mencium Pipi ----i-7•:29•,-56' 38, 50*, 60* 6
I
d. Mencium bibir 3·9•48* 27*, 33*, 52*, 54'
· - \17*, 20*, 8
4 Petting/ Bercumbu a. Mencumbu Leher--1'28*, 32*·,--4
--
1* 19, 30*, 36* 6
b. Meraba Payudara 6", 18* 23*, 35* 4
--- ··-
c. Meraba Ala! Kelamin 15*, 43, 5 5* 46, 49*, 57, 6
- - - - - - - - - - - - - - - - + - - - - - - - - - - - - - _,, ___________ ,_ ------
5 Hubungan lntim Bersenggama 16*, 24*, 26* '45* :l1*, 34*, 42*, 53* 8
~------------- --- --- -
Total 30
_ _.
30
______ .._ ____ 60
---
Ket::* Valid

Seperti digambarkan pada tabe/ 3.3 maka dari 60 item pernyataan yang di

susun, didapatkan 55 item yang valid yaitu : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,

13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33,

34, 35, 36, 37, 39, 40, 41, 42, 44, 45, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56,

58, 59, 60. dan 5 item yang tidak valid yaitu nomor 19, 313, 43, 46, 57.
59

Tabel 3.4
-
vorable Unfavorable Jumlah
-··--------
5, 4'1 13, 53 4
·---··----
2 9 2
···- ·---····--·
c. Fantasi ·-1· 1 11 2
f-c---1=---,,,---~--+------------J
2 Berpegangan Tangan a. Menggenggam 12, 54 36,47 4
-----
b. Menggandeng 4 8 2
C, Meremas
·--·-·---,-- ---------------
14
-
21 2
3 Berciuman ---+a-._M_e_n-ci-um_T_a--ng-an .. --1--20- - - -
1

24 2
b. Mencium ~er1in~~ ~-) 43
3, 10, 38 4
-- -- -----------··
----·-
c. Mencium Pipi I 7, 28, 52 46, 55 5
------------
d. Mencium bibir 117, 19, 37,44 26, 32,48,50 8
-
,...--c=--~--ta-_~M~e-n_c
4 Petting/ Bercumbu __
u_milu-Leher j27 -- -------------
31, 39 29, 35 5
--------·-
b. Meraba Payucia;:;J-j 6, 18 22, 34 4
-----..----·----
c. MerabaAl·at-Kelamin r· 15, 51 45 3
5 Hubungan lntim Bersenggama ~~-~-2 - - - - - - - - -
------·-... --t
3, 25, 42 30, 33,40,49 8
Total I -
29
________ ,, ___ ---- 26 55

3.3.4. Reliabilitas lnstrumen


Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana a/at ukur dapat

dipercaya atau dapat diandalkan. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi

disebut sebagai pengukuran yang reliabel. Dengan penelitian ini, uji

reliabilitas dilakukan dengan menggunakan formulasi l<oefisien Alpha

Cronbach pada program excel dengan rumus sebagai berikut (Azwar, 1997).
60

a[-1£_1 [1 - L .'.'.!
K·lJ 5/1:' 2
2
j
Keter<tngan:
a = Koejlsien Rwalibitas
K = Hanyaknya Helahan Tes
J =l,2, . .. K
.\:I' Varian Helah(111 J
2
.\'.\' = Varian Skor Tes

Dari perhitungan diperoleh koefisen reliabilitas sebesar 0,9482 yang berarti

skala perlaku seksual ini sangat baik dan dapat dipercaya, karena mendekati

angka 1,00.

Tabel 3.4 Reliabilitas Guilford


Kriteria Koefisien reliabilitas
f-------------------------+-~----------··-····--__,
Sangat reliabel > 0,9
Reliabel 0, 7 - 0,9
Cukup reliabel 0,4 -- 0,7
Kurang reliabel 0,2 -0,4
I Tidak reliabel < 0,2

3.4. Tekhnik Analisa Data


Analisa data diarahkan untuk menguji hipotesis yang diaJukan sesuai dengan

tujuan penelitian yang digunakan. Menurut Nurgiantoro (:2002) pada

penelitian ini menggunakan Hes sebagai analisa data yaitu kelompok sampel

yang mengukur perbdaan rata-rata hitungnya (mean) "hanya" terdiri dari dua

kelompok. Senada dengan Sudjiono (2004) mendefinisikan Hes sebagai


61

salah satu tes statistik yang dipergunakan untuk mengu.1i kebenaran atau

kepalsuan hipotesis nihil yang menyatakan bahwa diantara dua buah mean

sampel yang diambil secara incidental sampling, ada perbedaan yang

signifikan antara remaja yang berpacaran dan remaja yang tidak berpacaran.

Adapun rumus I-score adalah:

T- /'v/x-My
SDbm

Keterangan

Mx : Mean dari sampel x

My : Mean dari sampel y

SDbm : Standar kesalahan perbedaan mean

Data yang diperoleh dari penelitian ini diolah dengan menggunakan SPSS for

window versi 11,5

3.5. Prosedur Penelitian


1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan beberapa hal sebelum melak:ukan penelitian di

lapangan, yaitu :

a. Di mulai dengan perumusan masalah

b. Menentukan variabel yang akan di teliti

c. Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatk:an gambaran dan

landasan teori yang tepat mengena variabel penelitian.


62

d. Menyusun dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam

penelitian yakni skala perilaku seksual

e. Menentukan lokasi penelitian, yaitu dilaksanakan di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta sebagai lokasi try out

2. Uji Caba Alat Ukur

Setelah instrumen penelitian selesai disusun, peneliti melakukan try out pada

tanggal 10 Oktober 2006 dengan menyebarkan angket sebanyak 60 item

kepada 65 responden.

3. Tahap Pelaksanaan

Setelah melakukan try out, peneliti melakukan uji coba instrumen untuk

mengetahui validitas dan reliabilitas item. Kemudian item-item yang valid

disebarkan kembali kepada responden penelitian. Penelitian dilaksanakan di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 16 Oktober 2006 dengan

menyebarkan angket sebanyak 55 item kepada 60 responden.

4. Tahap Pengolahan Data dan lnterpretasi

Pada tahap ini, peneliti melakukan edit terhadap data yang masuk dan

melakukan skoring setiap hasil skala yang telah diisi oleh masing-masing

responden penelitian, yang kemudian dibuat tabel data. Melakukan analisis

data dengan menggunakan metode statistik untuk menguji hipotesis

penelitian, lalu menginterpretasikannya dan merumuskan kesimpulan dari

hasil penelitian dengan menggunakan data penunjang yang diperoleh.


BAB4

PRESENTASI DAN ANALISA DATA

Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum responden, berdasarkan

jenis kelamin dan usia. Hasil penelitian terdiri dari hasil utama dan hasil

tambahan.

4.1. Gambaran Umum Responden


Subyek penelitian ini adalah remaja yang berpacaran dan tidak berpacaran di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, sebanyak 60

responden. Dari jumlah tersebut diklasifikasikan 30 responden sebagai

remaja yang berpacaran dan 30 responden sebagai remaja yang tidak

berpacaran. Berikut ini akan diuraikan gambaran umum responden

berdasarkan jenis kelamin dan usia. Berdasarkan jenis k13lamin terdapat 30

responden berjenis kelamin laki-laki dan 30 responden berjenis kelamin

perempuan, dengan rincian 15 responden sebagai laki-laki yang berpacaran

dan 15 responden sebagai perempuan yang berpacaran, 15 responden

sebagai laki-laki yang tidak berpacaran dan 15 responden sebagai

perempuan yang tidak berpacaran (Ii hat tabel 4.1)


Tabel 4.1

Gambaran Umun Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


·--.-----------··
Remaja yang Berpacaran Remaja yang tidak Berpacaran
~--- ··---··--·-----···-
Jenis Kelamin Jumlah % Jenis Kelamin i Jumlah %
Laki-Jaki
'

15 25%
---
'-·····-···--j--
Laki-laki
--
15 25%
Perempuan 15 25% Perempuan 15 25%
Total 30 / 50% Total 30 50%
~--·· ..·-----·---

Berdasarkan usia koresponden yang berus1a antara 14 sampai 19 tahun

berjumlah 32 responden dengan rincian 18 responden (:30,0%) dari remaja

yang berpacaran dan 14 responden (23,3%) dari remaja yang tidak

berpacaran, dan responden yang berusia antara 20 sampai 24 tahun

berjumlah 28 responden dengan rincian 12 responden (20,0%) dari remaja

yang berpacaran dan 16 responden (26,7%) dari remaja yang tidak

berpacaran. (Lihat label 4.2).

Tabel 4.2

Gam baran umum Respon d en Berdasarkan Usia


Remaja yang Berpacaran Re maja yang tidak Berpacaran
----- -~---- ---···---- -----
Usia Jumlah % Usia Jumlah %
··----- __ __ ·-
.,

14 - 19 tahun 18 30,0% 14- 19 tahun 14 23,3%


---·
20 - 24 tahun 12 20,0% 20 - 24 tahun 16 26,7%
- > - - - · - - · · - ···--·-·--~--·- - - - · --i--~~
Total 30 50% Total 30 50%
I
4.2. Presentasi Data
4.2.1. Uji Persyaratan
1. Uji Normalitas

Uji persyaratan merupakan syarat untuk melakukan analisis lebih lanjut

dalam mengolah data. uji persyaratan yang digunakan disini adalah uji

normalitas dan uji homogenitas. Menurut Ashari dkk (2005), pengujian

normalitas adalah adalah pengujian tentang penormalan distribusi data. data

yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni

distribusi data tersebut tidak miring ke kiri atau ke kanan.

Tabel 4.3

Tests of Normality
--~--···--
... _. ----
Jenis Kolmogoro hapiro-Wilk
kelamin Statistic -rdf Sig.
-···-~

perilaku Laki-laki .145 30 .012


seksual Perempuan .142 30 .137
a L1lliefors S1gn1f1cance Correction

Berdasarkan uji normalitas pada Kolmogorov Smirnov mEmgenai perilaku

seksual pada laki-laki diperoleh nilai probabilitas 0, 107 ini menunjukkan

tingkat signifikansi atau nilai probabilitas berada diatas 0.05 maka dapat

dinyatakan distribusi perilaku seksual pada laki-laki adalah normal. Begitupun

dengan perilaku seksual pada wanita berdasarkan Kolmogorov Smirnov

diperoleh nilai 0. 127 ini menunjukkan tingkat signifikansi atau nlai


6c~

probabilitas berada diatas 0.05 maka dapat dinyatakan distribusi perilaku

seksual pada wanita adalah normal. Sedangkan perilaku seksual pada laki-

laki berdasarka uji normalitas data Shapiro Wilk diperoleh nilai probabilitas

0.12, ini menunjukkan tingkat signifikan atau nilai probabilitas berada diatas

0.05, maka dapat dinyatakan distribusi perilaku seksual pada laki-laki adalah

normal. Begitupun perilaku seksual pada wanita berdasarkan uji normalitas

data Shapiro Wilk diperoleh nilai probabilitas 0.137, ini menunjukkan tingkat

signifikansi atau nilai probabilitas berada diatas 0.05 maka dapat dinyatakan

distribusi perilaku seksual pada remaja wanita adalah normal.

Tabel 4.4

Tingkat Perilaku Seksual

Group Statistick

Status N I I Mean
!
Std
Deviation
Std.
Error
Mean
_3 _[ ~~1 3.· 7--6-67
1
Perliaku
Seksual
Remaja yang berpacaran ___ __ci

Re~~r~~~~~~d~-~---j
30 9 5 6000 i 26.40361

i
22.11506
4.82062
4.03764

Dari tingkat perilaku seksual pada kedua kelompok diperoleh hasil bahwa

rata-rata (mean) perilaku seksual remaja yang berpacaran lebih tinggi

(113. 7667) artinya bahwa remaja yang berpacaran cenderung akan

melakukan perilaku seksual dibandingkan dengan remaja yang tidak

berpacaran (95.6000). Hal ini menunjukkan bahwa remaja yang tidak

berpacaran akan cenderung tidak melakukan perilaku seksual.


.,
() !

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa remaja yang berpacaran

cenderung lebih tinggi akan melakukan perilaku seksual dibandingkan remaja

yang tidak berpacaran.

Gambaran Perilaku Seksual


Normal Q-Q Plots
Normal 0-0 Plot of perilaku seksual O()tn:1-,jed I io:nal Q.Q P1ot ol penlahu seksual

For VAR00002= lak1-l3ki For VAR00002= bkl-lak1

---·----·----·------

E
0
z -1
0

0
0

w -2 ----- . ------~-,----~--.,,--·-·--·-
),·) '> ";
"' '°" '" '° '"' 1:(• 110 1~0 1$(

Qb$(>rv&d Value

Oatri:nocd f.lormal 0--0 Plot of pcnloku seksual


Norrnal Q-Q Plot o( perilaku sekstal
For VAR00002= pererr'()U<lO
For VAR00002= perelllJuan

;;
§ -5 ~
0
z
~
., 0
z
E
0
00 - - ..- - - - - - · · · - - - -------

11
0
,;
" '
>
0
20
,,--oo
'" " w 00 100 120 ~ 100 llli
0 ' ------~·w--;oo- 120 140-100 11)(

Observed Value Observed Value

2. Uji Homogenitas

Pada prinsipnya uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah

sebuah group (data kategori) mempunyai varians yang sama diantara

anggota group tersebut (singgih, 2004).


68

Tabel 4.5

Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variance

Levene
Statistic
cff1 df2 Sio.
Perilaku Seksual Based on Mean .000 1 58 .995
Based on Median .000 1 58 .993
Based on Median
.000 1 50.248 .993
and with adiusted df
-
Based on trimmed
.001 1 58 .978
mean
.. - - -
Dari tabel d1atas, d1dapat angka s1gnif1kans1 0,995 untuk perilaku seksual

pada remaja yang berpacaran. Dan pada perilaku seksual remaja yang tidak

berpacaran angka signifikansi 0,993. Berdasarkan hasil tersebut menunjukan

bahwa ada persamaan perilaku seksual antara remaja yang berpacaran dan

remaja yang tidak berpacaran, namun berbeda jenis perilaku seksualnya.

4.2.2. Analisis Data

Uji-t atau asumsi dasar uji-t, antara lain untuk menguji hipotesis nihil (nol),

menentukan ukuran sampel (secara random), pengujian normalitas distribusi

data, pengujian homogenitas dan data yang digunakan adalah data interval.

Dari berbagai persyaratan tersebut diperoleh hasil uji-t dengan menggunakan

program SPSS Versi 11.5 diperoleh hasil bahwa t hitung sebesar 2,889

sedangkan t label sebesar 2,021 dengan taraf signifikansi 0,05 yang berarti

t hitung lebih besar dari t label, sehingga hipotesis menyatakan Ho ditolak.


Tabel 4.6

Hasil Data Uji-t

t hitung t tabel
Cl= 0,05; df =
2,889 2,021
..

Dengan demikian, hipotesis alternatif yang menyatakan terdapat perbedaan

yang signifikan antara remaja yang berpacaran dengan remaja yang tidak

berpacaran diterima. Sedangkan hipotesis nol yang menyatakan, bahwa tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara remaja yang berpacaran dengan

remaja yang tidak berpacaran ditolak.


BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data serta pengujian hipotesis yang telah

dikemukakan pada bab 4, dapat diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan

perilaku seksual yang signifikan antara remaja yang berpacaran dan tidak

berpacaran dengan hitungan l-h1tung sebesar 2,889 sedangkan t-1abe1 sebesar

2,021 dengan taraf signifikansi 0.05 yang berarti t-h1tun 9 lebih besar dari t-tabel,

sehingga hipotesis menyatakan Ho ditolak. Dengan dem1kian kesimpulannya

adalah bahwa remaja yang berpacaran akan cenderung melakukan perilaku

seksual, mulai dari berpegangan tangan, berciuman, bercumbu, masturbasi,

hingga melakukan hubungan intim. Sedangkan yang tidak berpacaran

mereka akan cenderung melakukan masturbasi I onani.

5.2. Diskusi

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa data yang dipero\eh dari lapangan

berbanding terbalik dengan asumsi awa\. Artinya asumsi awal menyatakan

bahwa tidak ada perbedaan peri\aku seksua\ antara remaja yang berpacaran

dan remaja yang tidak berpacaran, namun setelah melakukan penelitian,

ternyata ada perbedaan perilaku seksua\ pada remaja yang berpacaran dan

remaja yang tidak berpacaran. Dengan kata lain bahwa ada perbedaan
71

perilaku seksual antara remaja yang berpacaran dan remaja yang tidak

berpacaran.

Mengapa saat ini ada beberapa remaja khususnya remaja putri yang

melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Sementara ada orang

beranggapan bahwa hubungan seksual itu terjadi hanya karena ikut-ikutan

teman, mengikuti arus atau mode, namun ada pula yang karena tertipu atau

diperkosa. Mereka beranggapan bahwa seks adalah salah satu bentuk

ekspresi dari perasaan cinta sehingga mereka tidak dapat membedakan

keduanya. Remaja putri juga mengganggap seks merupakan persiapan

menuju perkawinan (Coan, 1983).

Pacaran dikategorikan sebagai nafsu syahwat yang tidak dirahmati Allah,

karena ketiga rukun yang menumbuhkan perasaan cinta menyatu di luar

perkawinan. Hal ini biasanya dilakukan dengan dalih sebagai suatu bentuk

penjajakan guna mencari partner yang ideal dan serasi bagi masing-masing

pihak. Tapi dalam kenyataannya masa penjajakan itu tidak lebih

dimanfaatkan sebagai pengumbaran nafsu syahwat semata-mata, dan bukan

bertujuan untuk secepatnya melaksanakan pernikahan.Hal ini tercermin dari

anggapan mereka yang berpacaran, mereka merasakan keidealan dan

kecocokan dalam memilih partnernya jika adanya sifat-sifat sebagai berikut :


72

1. Mereka merasa beruntung sekali j1ka selalu dapat berduaan, dan

berpisah dalam waktu yang pendek saja tidak tertahan rasanya. Dan

keduanya merasa satu sama lainnya saling memerlukan.

2. Mereka merasa cocok satu dengan yang lainnya. Karena segala

permasalahan yang sedang dihadapi dan dirasakan menjadi masalah

yang perlu pemecahan secara bersama.

3. Mereka satu dengan yang lainnyasenantiasa berusaha sekuat tenaga

untuk menuruti kemauan sang kekasih. Hal ini dimungkinkan, karena

perasaan cinta telah tumbuh secara sempurna dengan pertautan yang

kuat.

Turner dan Helm (1983) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku seksual antara lain adanya keinginan untuk

membuktikan kematangan seksual, untuk menggali hal-hal yang belum

dilakukan, untuk menyalurkan dorongan-dorongan seksual, adanya

kenyataan bahwa mereka saling jatuh cinta,dan adanya l<ebutuhan fisik dan

emosi untuk melakul<an dan mendapat kepuasan seks.

Skipper dan Nass (dalam Grinder, 1978) dan Rice (1990) ada beberapa

alasan mengapa remaja berpacaran, seperti untuk berekreasi atau

bersenang-senang, mencari status, belajar bergaul atau bersosialisasi , untuk

memilih pasangan hidup, mendapatl<an pertemanan atau persahabatan,


73

untuk eksperimentasi kepuasan seksual dan untuk memperoleh keintiman

atau kedekatan. Sedangkan Hurlock (1973) Mengemukakan adanya

perbedaan alasan yang diberikan oleh remaja putra dan remaja putri dalam

melakukan hubungan seksual. Pada remaja putra menekankan pada

masalah penghargaan dari teman sebaya dan berhubungan dengan

pemuasan secara fisik. Sedangkan pertimbangan pada remaja putri

menekankan pada faktor emosi dan keintiman.

Penelitian Roscoe, Diana dan Brooks menemukan bahwa remaja pada

tingkat perkembangan yang berbeda (remaja awal, pertengahan dan remaja

akhir) memiliki alasan yang berbeda-beda dalam berpacaran. Dalam

hubungan romantik yang terjadi pada remaja awal, seba~1ian besar remaja

tidak termotivasi untuk menciptakan suatu attachment (kelekatan) tertentu

ataupun untuk memenuhi kebutuhan seksual. Sehubungan dengan aktivitas

pacaran ini, Feiring (dalam Santrock, 2001) menemukan bahwa aktivitas

yang paling sering dilakukan oleh remaja dalam berpacaran adalah nonton

bioskop, makan malam, jalan-jalan ke Mall atau ke sekolah, pergi ke pesta

dan saling mengunjungi rumah masing-masing. Berdasarkan uraian di alas

bahwa remaja pada tingkat perkembangan yang berbeda memiliki alasan

yang berbeda-beda dalam berpacaran.


74

5.3. Saran

5.3.1. Saran Teoritis dan Praktis

Berdasarkan diskusi diatas, maka penulis menganjurkan saran-saran untuk

perbaikan dan pengembangan ini lebih lanjut, juga untuk perbaikan pola

perilaku, yaitu :

1. Saran Teoritis

a. Bagi para Mahasiswa, karena masalah dalam penelitian ini cukup

sensitif, maka untuk penelitian lebih lanjut hendaknya ada perbaikan

dalam metode penelitian. Akan lebih dapat mempresentasikan

populasi jika dalam penentuan sampel menggunakan metode stratified

random sampling. Dalam pengambilan data, hendaknya tidak hanya

menggunakan angket tetapi juga dengan wawancara guna

mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan mendalam tentang

penghayatan individu terhadap agamanya dan masalah-masalah yang

dihadapi individu berkaitan dengan kebutuhan seksualnya.

b. Untuk penelitian yang akan datang hendaknya dapat membandingkan

antara pria dan wanita, Fakultas, kelompol<, umur, latar belakang

pendidikan, kegiatan keagamaan, tempat tinggal, keluarga dan lain-

lain.

c. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi kita bahwa

selama ini tanpa disadari oleh semua pihak, telah terjadi


75

kecenderungan untuk semakin permisif dalam be1·perilaku seksual pra-

nikah dikalangan Mahasiswa, khususnya Mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Pelaksanaan kode etik Mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta nampaknya belum dapat direalisasikan secara

penuh. Bila dibandingkan dengan pembinaan kedisiplinan di

Pesantren, jelas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta nampaknya perlu

membenahi tataran nilai yang diberlakukan serta pelaksanaannya.

2. Saran Praktis

a. Bagi pihak-pihak yang terkait dalam pembinaan generasi, terutama

Mahasiswa segera mengambil langkah yang lebih dapat mengarahkan

penyaluran dorongan seks secara positif, misalnya dengan pelatihan,

konseling, dan kegiatan-kegiatan minat, dengan catatan dilakukan

secara bebas tanpa rasa takut dan curiga dikendalikan atau

direkayasa orang lain untuk maksud-maksud politil<.

b. Khusus bagi para pemilik rumah kost, hendaknya merubah persepsi

dari hanya sebagai orang yang menyewakan kamar dan menerima

uang menjadi orang yang turut serta dalam proses pendidikan

Mahasiswa yang kost dirumahnya.

c. Nilai "Perl<awinan yang ditunda" hendaknya didiskusikan dan dikurangi

dengan catatan selama study mereka kawin secara sah dan belum

terbebani oleh adanya tanggungan orangtuanya dan belum ada

tanggung jawab memelihara anal< (menunda kelahiran dengan alat


76

kontrasepsi) sampai studinya selesai. Hal ini sangat mungkin untuk

dilakukan dari pada melakukan perzinahan yang dilarang oleh agama.

Hal ini terkait dengan mereka yang tidak mampu menahan nafsu

(terutama kebutuhan seksualnya).


11

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Al-Mukaffi. (1999). Pacaran Dalam Kacamata Islam. Jakarta :

Media Dakwah.

Ali Akbar. (1986). Seksualitas ditinjau dari hulwm Islam. Jakarta : Gha/ia cet.

Ke 3.

Al-Our' an dan Terjemahan. (2001 ). Jakarta : Departemen Agama.

Andi Mappiare (1982) Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional.

Ashari , dkk, (2005) Analisis Statistik Dengan Microcoff Excel dan SPSS.

Yogyakarta : Andi.

Aziz, Bachtiar (2004), Cinta Remaja: Mengungkap Pola dan Perilaku Cinta

Remaja, Yogyakarta: lndie Books.

Duvall. E. M & Miller. B.C. (1985). Marriage & Family Development (61h ed).

New York & Row. Publisher.

Garrison, KC (1975), Psychology of Adolescence (3th edit)Prentice Hall, Inc

Englewood Cliffts New Jersey.

Grinder, Robert. E (1978), Adolescence, USA: Jahn Wiley dan Sons.

Guilford. J. P dan B. Fruchter. (1981). Fundamental Statistik In Psychology

and Education. USA : Mc Graw Hill International.

Gunarsa D Singsih, D Singsih Yulia (2004), Psikologis Praktis: Anak,

Keluarga dan Remaja, PT. BPK Gunung Mulia.


Hermawan, Didik (2004), Saal Harus Pacaran, Surakarta: Media lnsani Press

Hurlock, E.Z. (1980), Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentan Kehidupan, Jakarta Erlangga.

lbnu Hajar (1996), Dasar-Dasar Metode Penelitian kualitatif. Jakarta: Rajawali

Press.

Rice, F. Philips (1990), The Adolescence. Massac Hustts: Allyn and Bacon

Santrock, J.W. Adolescence; Perkembangan Remaja, Shinto B. Adelar

(terj),2003, Jakarta: Erlangga

Sarwono, Sarlito (2004) Psikologi Rema;a, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persad a.

Sawitri (2001 ). Seksualitas Wanita, Suatu Pendekatan Psikoanalitik, Jurnal

Psikologi Vol. 7 Maret 2003.

Sears, David, 0, et, al, Psikologi Sosial, Michael Adryanto dan savitri

Soekrisno (Terj), 1994, Jakarta: Erlangga.

Turner, Jeffers. S, dan Donald B Helms ( 1995), Lil'e Span Depelopment,

USA: Holt, Rinenart and Winston.

Wimpie Pangkahila (1980), Seksualitas Anak dan Remaja, Gramedia.


Saudara I I yang saya hormati

Assalamualaikum Wr. Wb.

Saya Nurjannah, Mahasiswi Tingkat Akhir Fakultas Psikologi Universitas


Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sedang menyelesaikan skripsi
dalam rangka memenuhi sebagian dari syarat-syarat Akademis guna
memperoleh ge/ar Sarjana Psikologi, yang ditempuh dengan melakukan
penelitian tentang" Perilaku seksual pada remaja yang berpacaran dan
remaja yang tidak berpacaran ."

Maka dengan ini, Saya membutuhkan kesediaan Saudara/I sebagai


responden dalam penelitian ini yang telah mempunyai pasangan (pacar) atau
yang tidak mempunyai pasangan (pacar) untuk membantu dalam penelitian
ini.

Adapun dalam pengisian kuosioner ini, tidak ada jawaban yang benar atau
sa/ah, jawaban yang diberikan. Sesuai dengan kode etik, peneliti akan
menjaga kerahasiaan identitas dan jawaban yang akan diberikan. Dimohon
untuk menjawab se/uruh pernyataan dengan sebaik-baiknya, serta tidak
melewatkan satupun pernyataan. Diharapkan jawaban yang diberikan ada/ah
jawaban yang sesuai dengan keadaan Saudara/I alami dengan keadaan
yang sebenar-benarnya.

Alas bantuan dan kerjasama yang baik, Saya ucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, Oktober 2006


Peneliti

Nurjannah
101070023079
Pernyataan kesediaan Responden

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama lengkap
Tempat Tnggal Lahir
Jenis Kelamin : (laki-laki/ perempuan)*
Pekerjaan
Alamat

Status pacaran : (pacaran/ tidak pacaran)*


Lama pacaran

Menyatakan bahwa

Bersedia menjadi responden penelitian yang d1lakukan oleh Nurjannah,


Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negen Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Data Saya dijamin kerahasiaannya, dan hanya digunakan untuk kepentingan


penelitian semata.

Jakarta, ...... Oktober, 2006

Tertanda,

( .. .. . .)

*) Corel yang tidak perlu


Lampiran

Nam a
Jenis Kelamin
Usia

Jawablah pernyataan di bawah ini dengan kondisi Anda sekarang.

1. Pernahkah Anda mempunyai pacar?


a. Ya b. Tidak

2. Apakah saat ini mempunyai pasangan?


a. Ya b. Tidak
Jika Ya sudah berapa lama Anda berpacaran?
a. <1 bu/an b. >1 bu/an c. >1 tahun

3. Apa yang mendorong Anda ingin berpacaran dengannya?


a. Karena Fisiknya b. Karena Kepribadiannya

Di bawah ini terdapat pernyataan. Silahkan Anda baca dan pahami setiap
pernyataan tersebut, kemudian silanglah (X) huruf di belakang masing-masing
pernyataan, sesuai dengan pendapat Anda.

Adapun arti pilihan jawaban tersebut adalah:

SS bila Anda sangat setuju dengan pernyataan itu


S bila Anda setuju dengan pernyataan itu
TS bila Anda tidak setuju dengan pernyataan itu
STS bi/a Anda sangat tidak setuju dengan pernyataan itu

Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda. Pilihlah jawaban yang


sesuai menurut Anda, karena tidak ada pilihan yang dianggap benar atau salah.

No Pernyataan --
SS s TS STS
1 Saya berfantasi seksual untuk mengisi waktu
Juanq --·-·--- -·
2 Setelah saya menonton film porno, saya
terangsang untuk melakukan masturbasi dengan
sabun
·-
3 Saya akan mencium kening pacar sebagai

4
unqkaean rasa sa:iiang
Saya bahagia bergandengan tangan dengan
mesra bersama pacar di temeat umum
..._ _I

___ __
I
5 Ketika sepi saya suka bermasturbasi dengan ----1
--·rtangan _ _ ··---··------···-·-···· ---··--·-··-·---··--·----!-----'---~
6 Meraba payudara pasangan wanita adalah hal
,___,~v~a_ng_ biasa dilakukan remaja pr_ia saat berpacaran -~----+---1---+---
7 Mencium pipi pacar di tempat umum adalah hal
yang wajar dilakukan --~--l-----1----1---
8 Saya enggan bergandengan tangan dengan
mesra bersama pacar di temoat umum
f----l-'--'-'_;c_c_-"-''-=-"----'--"-"--'----'--'-',____'-'-'-'-'-"-------1-----+--------+--
9 Meskipun saya telah menonton film porno, saya
tidak terangsang melakukan masturbasi dengan
sabun
f----l_c;_c;'-'-'-'-'-----------------------+--·--+--I---+----'
10 Mengungkapkan rasa sayang terhadap pacar
tidak harus mencium keningnya ·--··--·-··-----+---1----1---
11 Saya enggan berfantasi seksual meskipun di
waktu luang
12 Saya bahagia dapat menggenggam tangan pacar
sava saat mengutarakan perasaan --i----1----+----+--
' 13 Sava tidak berani bermasturbasi denqan tanqCl_!_l____+ - - - - ---+---+---
14 Saya akan meyakinkan pacar dengan meremas
tanaannya
15 Jika ada kesempatan, saya ingin meraba alat
kelamin pacar sava
16 Berhubungan intim dengan pacar boleh saja
r
dilakukan jika memakai alat pengaman/kondom ___ 1----1--....--4--+---....--4
17 Menurut saya percumbuan di bibir sangat
menyenangkan dan dapat mengundang nafsu
birahi
~-+------------------- ·----·-~·-----------1---·-l--~---I
18 Pasangan saya/pacar saya pernah meraba
daerah seputar buah dada sava
--+---~-------"----------··------t----1----1----l
19 Sava suka mencium bibir saat berpacaran
20 Mencium tangan pacar saat bertemu/berpisah
adalah hal yang wajar dilakukan
21 Saya meyakinkan perasaan pacar tidak harus
meremas tangannya
22 Bercumbuan di sekitar payudara dapat membuat
sava menvesal
__ ,-1-~~--'----,------,---------------1---1---+-----1
23 Menurut saya hubungan intim merupakan bentuk
keseriusan dengan pacar
24 Saya malu mencium tangan pacar saat
bertemu/berpisah
25 Saya menyalurkan hasrat seksual dengan
melakukan hubunqan intim denqan pacar
26 Percumbuan di bibir dapat merusak percintaan
27 Jika kencan dengan pacar, saya merasa senang
bercumbu di sekitar leher
28 Sava senana iika pacar saya mencumbu di e!r._i__~--~--~--'----"
-·------
saya :
- --
29 Meskipun sedang nonton film di bioskop, saya
tidak pernah melakukan percumbuan di sekitar
leher denaan pacar sava -- ~-

30 Hubungan intim tidak boleh dilakukan, walaupun


kedua belah Pihak mau menanaauno resiko
31 Saya percaya dengan mencumbui leher pacar
adalah ekspresi keromantisan sava
32 Saya enggan mencium bibir pasangan saya saat
bemacaran
33 Tidak perlu berhubungan intim dengan pacar
sebelum menikah untuk memuaskan hasrat
seksual
34 Menjamah payudara pasangan wanita tidal< boleh
dilakukan saat berQacaran ·----
35 Saya tidak pernah melakukan percumbuan di
sekitar leher dengan i:iacar saya -·-·-·-·-·---·- ··---
36 Saya enggan menggenggam tangan pacar saya
saat menautarakan perasaan --
37 Menurut saya berciuman bibir saat berpacaran
akan menambah rasa sayang terhada[J i:iacar - -
38 Saya tidak akan pernah bercumbu di kening
meskipun denaan pacar
39 Saya biasa melakukan percumbuan di sekitar
Jeher ketika sedanq menonton di bioskop
40 Sekalipun hasrat seksual saya meningkat, saya
tidak akan melakukan hubungan intim dengan
pacar
41 Saya selalu memasukkan tangan ke vagina/penis
ketika nafsu seksual sava meningkat
42 Bagi saya hubungan intim biasa dilakukan oleh
orang yang berpacaran dan itu tidak membuat
rasa rendah diri dan malu ·--
43 Sava tertarik iika bercumbu di kening --
44 Ketika berpacaran saya tertarik untuk mencium
bibir pacar sava
45 Sekalipun kesempatan itu ada, saya tidak al<an
pernah meraba alat kelamin pacar sava
46 Saya tidal< suka jika pacar saya mencumbu di pipi
saya
47 Jil<a saya sedang menonton di bioskop, saya
enaaan menaaenaaam tanaan pacar sava
48 Bercumbuan di bibir tidak menjamin kebahagiaan
dalam bercinta
49 Hubungan intim dapat membuat rasa rendah diri
dan malu -
50 Ketika berpacaran saya tidak suka jika pacar - - - i - - -
sava mencium bibir saya ··---- ···-·-·····-- - - - - · - - - - - - i - - + - - - - i
51 Menurut saya bercumbu di sekitar alat kelamin
di lamar -- -------- ------1---+----I
boleh_ saja dilakukan meski[>Un beJ1J_IJ:I_-·--·----·-·---
52 Saya berniat untuk melakukan percum buan di
sekitar [>i[>i
53 Sekalipun nafsu seksual saya meningk at, saya
enggan memasukkan tangan ke vagin a/penis
saya
54 Setiap kali saya menonton di bioskop, saya selalu
menggenggam tangan [>acar saya ·--- - - - < - - - + - - - - <
~·---···--

55 Saya enggan melakukan percumbuan di sekitar


pipi
Lampiran Data Penelitian
PERILAKU SEKSUAL
,.v,nur 1ren1
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 910 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
1 2 2 3 3 2 2 2 4 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3
2 1 3 4 4 1 3 4 3' 2 2 2 4 1 4 1 1 2 1 2 4 2 1 1 3 1 3 2 1 1
3 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 1 3 1 2 3 2 1 1 2 1 3 2 1 1
4 2 1 2 3 1 1 1 3 2 3 1 4 1 2 1 1 1 2 1 4 1 1 1 4 1 2 1 3 1
5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 1 1 3 1 2 3 2 2 3 2 1 2 2 2 1
6 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 4 2 1 1 1 4 1 1 4 1 4 1 2 1 2 3 3 2
7 3 1 2 4 1 1 1 2 1 4 4 1 4 2 1 3 2 2 4 1 1 1 4 1 1 2 2 1 2
8 2 2 4 3 1 2 3 4 1 4 1 4 2 4 1 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3
9 2 2 4 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3
10 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 4 2 1 2 1 2 1 1 2
11 3 2 3 3 2 2 3 4 2 2 1 3 1 2 1 3 2 3 3 3 3 2 1 3 2 3 2 3 2
12 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 3 1 2 1 2 1 4 1 1 1
13 2 2 4 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 1 3 2 3 2 2 3 1 3 1 4 1 3 4
14 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 2 2 4 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 4 1 3 4 3 3 4 2 1 1 2 2 4 3 3 2
16 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1
17 1 1 1 1 1 1 1 4 4 1 4 3 4 1 1 1 1 1 1 4 1 4 1 2 1 1 1 3 4
18 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 2
19 2 2 3 2 1 3 1 2 2 2 2 4 2 4 4 1 4 3 3 4 2 1 1 2 3 2 3 3 2
10 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2
11 2 3 2 3 4 1 4 3 2 1 4 4 4 4 2 3 4 2 3 2 1 2 4 3 3 1 2 3 1
12 1 4 2 3 2 4 1 1 3 2 3 4 4 4 2 4 2 2 3 2 1 1 4 3 4 3 4 3 1
13 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 3 1 2 1 1 1 1 1 2 2 3 1 3 1 3 1 3 1
!4 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2
!5 1 1 3 3 1 1 1 1 1 2 1 4 1 2 1 1 1 1 1 4 1 2 1 3 1 1 1 2 1
!6 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 3 2 2 2 2 3
!7 1 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 4 2 2 3 1 3 1 2 3 3 2 1 1 1 4 1 4 1
!8 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 3 2 2 1 1 1 1 1 3 3 2 1 3 1 2 2 2 4
!9 1 1 3 2 1 1 2 3 1 1 1 3 1 2 1 1 3 1 2 1 1 4 4 4 3 2 1 2 2
iO 1 3 4 4 1 3 4 3 2 2 2 4 1 4 1 1 2 1 2 4 2 1 1 3 1 3 2 4 1
•1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 2
,z 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 3 2 1 1 3 1 1 1 1
,3 1 1 3 2 1 4 2 4 1 1 1 3 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1
4 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 3 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2
5 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 1 3 2 2 2 2 3 1
6 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 3 2 1 2 1 2 1 2 1 3 2 2 4
7 3 2 3 3 2 4 2 2 1 1 2 3 2 1 1 1 3 2 3 3 2 3 1 3 1 3 2 3 2
8 3 2 4 4 2 2 2 3 3 3 3 4 3 4 2 2 3 2 2 4 3 2 2 3 2 3 2 3 2
9 1 1 2 2 1 2 1 4 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 3 2 1 1 3 1 2 1 1 1
0 2 2 3 3 2 4 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 4 3 3 4 2 2 2 3 2 3 2 3 2
1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 4 1 1 2 4
2 1 1 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 1 3 3 3 4 2 1 1 3 1 2 2 3 2
3 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 4 1 2 2
4 2 1 3 3 1 1 2 2 1 2 3 3 1 3 1 1 1 1 2 3 2 1 1 3 1 2 1 3 1
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 1 1 3 3 1 1 1 4 2 2 2 3 2 2 1 3 1 1 1 3 2 1 1 3 1 3 1 1 2
7 1 1 3 3 1 1 1 3 2 3 2 2 1 1 1 1 3 1 1 3 2 2 1 2 1 2 1 1 2
3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 1 1 3 1 3 3 3 1 1 3 1 3 3 3 2
l 1 1 3 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2
) 1 1 2 2 1 1 1 3 1 2 1 3 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1
1 1 1 3 3 1 1 1 2 4 2 4 2 4 1 1 1 1 1 1 2 2 4 1 2 1 4 1 2 1
1 2 2 4 4 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 1 2 3 2 3 2 3 2
l 1 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 1 3 3 3 1 1 3 2 3 2 1 1 3 1 3 3 '•, 3 1
1 2 1 3 3 1 2 2 3 1 2 3 3 4 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 '2
; 4 2 3 3 1 1 4 2 3 1 3 1 3 2 2 1 4 1 3 4 1 1 1 4 1 4 3 3 3
; 4 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 1 3 3 3 3
' 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1
I 2 1 2 2 2 1 1 3 3 2 3 3 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 4 1 1 2
I 1 2 1 1 2 1 1 4 2 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 4 1 1 1
I 2 2 3 3 2 1 1 4 2 1 2 3 2 1 1 1 3 1 1 :2 1 1 1 3 1 1 1 1 2
Lampiran Data Penelitian
PERILAKU SEKSUAL
NO
'"vl11v1 item
30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
1 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 1 3 2 3 3
2 1 1 2 1 1 1 3 2 3 2 1 1 2 3 2 1 3 2 2 1 3 2 3 1 3 3
3 1 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 3 1 1 1 1 1 4 2 3
4 1 1 1 1 1 1 3 2 3 1 2 1 1 3 1 1 3 4 1 1 2 1 3 1 4 4
5 1 3 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2
6 2 1 2 1 •1 2 2 3 2 1 1 1 1 3 3 2 1 4 1 2 4 1 3 1 3 2
7 3 4 3 1 ,4 2 1 3 1 4 4 1 4 4 1 1 3 :2 1 1 4 4 2 3 4 3
8 4 4 2 1 4 3 3 4 3 4 2 2 4 4 4 1 4 4 4 1 4 3 3 2 4 4
9 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 :J 3 3 3 2 2 3 2 3
10 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2
11 2 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 :1 2 2 3 2 3 2 3 3
12 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 1 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 1 2 2 2 3 3 2
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 4 3 2 1 2 2 3 4 3 2 1 3 4 4 4 1 2 1 2 4 4 1 3 4 4 2
16 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2
17 4 1 4 4 4 4 3 1 3 1 4 1 1 3 1 1 1 4 4 4 2 1 3 4 1 4
18 1 1 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 3
19 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 1 2 2 3 3
20 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 3 3 2 2
21 3 3 1 3 1 3 1 3 3 4 3 3 2 3 2 1 3 2 4 1 2 2 4 2 3 1
22 2 4 3 2 3 2 4 3 1 1 1 2 3 4 1 2 4 1 4 1 3 3 2 1 1 1
23 1 1 1 1 1 1 2 3 2 4 1 1 1 2 1 1 3 3 1 1 1 1 1 1 3 2
24 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2
25 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 4 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 3 2
26 1 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
27 1 2 4 1 2 1 4 4 3 2 1 2 4 3 3 3 1 1 3 1 2 4 2 1 3 2
28 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2 2
29 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 3 1 1 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2
30 1 1 2 1 1 1 3 2 3 2 1 1 2 3 2 1 2 2 2 1 3 2 3 1 3 3
31 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
32 1 1 4 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 4
33 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2
34 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 3 2 2
35 1 2 2 2 1 2 2 3 3 2 1 3 1 3 3 2 2 2 2 1 3 1 3 1 2 2
36 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 1 3 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2
37 1 2 3 1 3 3 3 2 3 2 1 2 1 2 3 1 3 3 2 4 3 4 3 2 2 3
38 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2
39 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2
40 2 3 3 2 2 2 3 4 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2
41 3 2 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 4 4 1 1 1 1 1 2 1 1 1
42 2 2 2 1 1 1 3 2 2 2 1 1 1 3 3 2 3 3 2 1 3 2 2 1 4 2
43 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 3 2 1 1 2 1 1 1 1 1 4 3 2
44 1 1 2 1 1 1 3 2 3 1 1 1 1 3 3 1 3 3 2 1 2 1 2 1 2 3
45 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
46 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 4 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2
47 3 2 2 2 2 2 3 3 2 1 1 1 3 4 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 4 2
48 1 2 3 1 1 1 3 3 3 2 2 1 1 3 3 1 2 3 2 1 3 1 2 1 3 3
49 1 4 2 1 2 2 2 2 2 4 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2
50 1 1 1 1 1 1 2 1 3 1 1 1 1 2 1 1 3 2 1 1 1 1 2 1 2 3
51 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 3
52 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 1 3 3 2 1 3 2 1 3 1 2 2 3 2
53 1 2 3 4 2 2 3 3 3 1 1 1 1 3 2 1 3 3 1 1 3 1 3 1 3 3
54 2 3 3 3 2 2 3 3 3 1 3 1 2 3 3 4 3 3 3 3 2 1 3 4 3 2
55 1 1 3 1 2 2 2 3 2 1 1 2 1 1 4 2 3 2 1 1 4 2 2 2 1 2
56 2 2 4 3 3 3 1 2 2 1 2 1 4 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 4
57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1
58 2 1 2 2 2 2 3 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 4 1 4
59 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 4 1 4
60 1 1 1 1 1 1 2 1 3 1 4 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 4 1 1 4. 1
Explore
jenis kelamin
Case Processing Sun11nary

- Cases
Valid Missina Total
jenis kelamin N N- - -
Percent · - - - - Percent N Percent
perilaku seksual laki-laki 30 100.0IYo 0 .0°/o 30 100.0%
perempuan 30 100.0% 0 .0°/o 30 100.0%

Descriptives

- jenis kelamin
Statistic Std. Error
---------~ · · · - - · · - - ···--··--·--·--·---
perilaku seksual laki-laki Mean 113.4333 4.12441
95% confidence-rc0-wer8our1ci____
·------·
104.9980
Interval for Mean Upper Bound
121.8687
------·
\ 5% Trimmed Mean 114.0185
Median 117.5000
Variance 510.323
Std. Deviation 22.59033
---
Minimum 73.00
Maximum 142.00
Range 69.00
Interquartile Range 42.5000
Skewness -.372 .427
Kurtosis -1.324 .833
perempuan Mean 95.9333 4.78958
95o/o Confidence Lower Bound 86.1375
Interval for Mean Upper Bound
105.7291
..
5% Trimmed Mean 94.4630
Median 91.0000
Variance 688.202
Std. Deviation 26.23361
Minimum 57.00
Maximum 171.00
Range 114.00
Interquartile Range 37.2500
Skewness .844 .427
Kurtosis 1.027 .833
Tests of Normality

Kolmoaorov-Smirnov!al Shaoiro-Wilk
jenis kelamin Statistic df Sig. Statistic df Sia.
perilaku seksual laki-laki .145 30 .107 .906 30 .012
perempuan .142 30 .127 .947 30 .137
a L1lliefors Significance Correction
--
Test of Homogeneity of Variance

Levene
Statistic df1 df2 Sia.
perilaku seksual Based on Mean .000 1 58 .995
Based on Median .000 1 58 .993
Based on Median and
with adjusted df .000 1 50.248 .993
----
Based on trimmed
.001 1 58 .978
mean

perilaku seksual
Normal Q-Q Plots

Normal Q-Q Plot of perilaku seksual

For VAR00002= laki-laki


a
a
a
0
0
a
a
a
. J'
/d'
0 _/ ad'

60 16(

Observed Value
Normal Q-Q Plot of perilaku seksual

For VAR00002= perempuan


2.0
D

D
1.5
D
D
1.0 D
D
/0
D
.5 8 ./
Cl,/
0
0.0 D /
9--"/
Cii ,o
E
~
-.5 /0
0 JI
z -1.0
D
-0
Q)
aY
u /'/
Q) -1.5 /
c. /o
x
w -2.0 . . . . . .
18(
40 60 80 100 120 140 160

Observed Value

Detrended Normal Q-Q Plot of perilaku seksual

For VAR00002= laki-laki


.4
0
--
0 0
D 0 0
0
0
.2' 0
0
0

0
0

·.O
0
--
0 0
Cii -.2
0
E
~
0 0
0

0 D
z 0 0
0

E -.4
0
.)::
>
Q)
0 ·.6
80
.
90 100
. .
110
.
130
. 0
.
15(
70 120 140

Observed Value
Detrended Normal Q-Q Plot of perilaku seksual

For VAR00002= perempuan


1.2 . . - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - · - - - ,

1.0 0

.8

.6

.4
Cii 0 D
E~
.2 0
0 0 0
z 0.0
00 n 0 -
0 0

-
E "a 0
0
~ 0
-.2 0
0
>
<!>
0 0
0
0 -.4
. . 100 120
. .
140
- - -18(.
160
40 60 80

Observed Value

Spread vs. Level Plot of VAR00001 By VAR00002


3.76
0
3.74

3.72

3.70

3.68

3.66

3.64
u
C\l
<!> 3.62 0
~
c.
(j) 3.60
4.5 4.6 4.7 4.8

Level

' Flot of LN of Spread vs LN of Level

Slope = .516 Fbw er for transformation = .484


~st

Group Statistics

Std. Std. Error


jenis kelamin N Mean
Deviation Mean
iku laki-laki 30 113.4333 22.59033 4.12441
ual perempuan 26.23361 4.78958
30 95.9333

Independent San1ples Test

Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Eoualit of Means
95% Confidence
Sig. Mean Std. Error
F Sig. t df Interval of the
2-tailed) Difference Difference
Difference
Lower Upper
1ku Equal variances
.000 .995 2.769 58 .008 17.!iOOO 6.32067 4.84781 30.15219
Jal assumed
Equal variances
2.769 56.750 .008 17.5000 6.32067 4.84187 30.15813
not assumed - ---------

st
Group Statistics
--------,----
Std. Error
status N Mean Std. Deviation
Mean
ku seksual berpacaran 30 113.7667 26.40361 4.82062
tidak berpacaran 30 95.6000 22.11506 4.03764

Independent Samples Test


-
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for E~lit1 of Means
95% Confidence
Interval of the
Sig. Mean Std. Error Difference
F Sig. t df
(2-tailed) Difference Difference
Lower Upper

~u Equal variances 30.7537


31 assumed 1.454 .233 2.889 58 .005 18.1667 6.28815 5.57956
7
Equal variances 30.7620
not assumed 2.889 56.269 .005 18.1667 6.28815 5.57131
3
Uji Validitas Skala Perilaku Seksual

****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis *****•k

RELIABI L I T Y AN A L Y S I s s c A L r: (A L P fl A)

N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 116.7692 662.2740 25.7347 60

Item-total Statistics

Scale Scale Corrected


Mean Variance Iten1- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted

VAROOOOl 115.1538 646.1322 . 4396 . 94 7 5


VAR00002 115. 3077 645.6538 .5203 . 9473
VAR00003 114. 3231 625.5346 .6613 . 94 63
VAR00004 114 .5846 638.9654 .5848 . 94 69
VAR00005 115.3692 648.4553 . 4794 .9475
VAR00006 115. 0154 630.4216 .6355 .9465
VAR00007 115 .1385 644.7462 . 4 655 . 94 7 4
VAR00008 114. 5385 644.7524 .4124 . 9476
VAR00009 114. 9231 643.1971 . 5Hl . 9472
VAROOOlO 114.9846 648.2029 . 397 4 .9477
VAROOOll 114. 7231 636.5159 .5931 . 9468
VAR00012 114. 2615 634. 9149 .5829 . 94 68
VAR00013 114. 8923 641.2226 .5316 . 9471
VAR00014 114.5385 638.6899 .5243 . 9471
VAR00015 115.4000 647.3063 .4227 . 9476
VAR00016 115. 5231 648.4409 . 4511 . 94 7 5
VAR00017 114. 7538 629.7510 .590 . 94 67
VAR00018 115.1538 633.4760 .6626 .9465
VAR00019 114.6923 660.9663 . 0065 . 9498
VAR00020 114. 9077 631.3351 .6667 . 94 64
VAR00021 114. 2000 646.5688 .3183 . 94 81
VAR00022 114. 7077 641.4601 .5694 .9470
VAR00023 115. 0308 638.9365 .5368 .9471
VAR00024 115.4923 645.8163 .5282 . 94 73
VAR00025 114.4923 644.5663 . 4 092 . 94 7 6
VAR00026 115.4000 643.4313 . 5372 . 9472
VAR00027 114 .3077 633.9038 .5942 . 9468
VAR00028 115. 0308 640.4990 .5389 . 94 71
VAR00029 114.6769 637.7846 .5461 . 9470
VAR00030 114 .8615 643.8087 . 4 056 . 94 77
VAR00031 115 .1077 642.6288 .3599 . 9480
VAR00032 115.0462 638.1072 .6139 . 94 68
VAR00033 114.4923 634. 9726 .5451 . 94 70
VAR00034 115. 2308 645.4615 .3820 .9478
VAR00035 115. 0000 635.9375 . 4960 .9473
VAR00036 114. 6615 636.6962 .5124 . 9472
VAR00037 114.4308 635.7490 . 6289 . 9467
VAR00038 114.9538 652.0447 .2149 .9486
VAR00039 114.6615 634.3837 .5157 . 94 72
VAR00040 114.4462 630.8447 .6887 .9463
VAR00041 115.1538 645.6010 .3730 . 9478
VAR00042 ll5. 1231 643.9B4C ,3(3()'/ .9478
VAR00043 114.1077 659.0663 .0329 . 9501
VAR00044 115. 3231 647.4721 .4109 .9476
VAR00045 115.1692 641.2365 . 4 64 6 . 94 7 4
VAR00046 113. 8769 665.0471 -.0691 . 9508
VAR00047 114.4923 637.2851 .5605 . 9470
VAR00048 114. 6308 634.0490 .5819 . 94 68
VAR00049 114. 7846 640.4216 .3954 . 94 78
VAR00050 114.4769 637.3159 .5571 .9470
VAR00051 114.3846 625.9279 . 8094 . 94 57
VAR00052 114.8615 631. 4 962 .6519 .9465
VAR00053 114.8308 638.6115 . 4 57 2 . 94 7 5
VAR00054 114.5538 626. 9072 . 6808 . 94 62
VAR00055 115. 3538 645.3572 .4306 . 9476
VAR00056 114.6769 641.6596 .5028 . 9472
VAR00057 115.1692 649. 9865 .2403 .9485
VAR00058 115.0462 649.7010 .2531 . 94 84
VAR00059 114.4923 635.1288 .6255 .9467
VAR00060 114.4615 638 .1274 .5356 .9471

Reliability Coefficients
N of Cases 65.0 N of Items 60
Alpha . 9482

Reliabilitas Skala Perilaku Seksual


****** Method 1 (space saver) will be used for thls analysis ******

R E L I A B I L I T Y ANALYSIS SCl\LE (A L P H A)

N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 105. 7231 638.2659 25. 2639 55

Item-total Statistics

Scale Scale Corrected


Mean Variance Item- Alpha
i f Item i f Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted

VAROOOOl 104.1077 621.7538 . 4 588 .9548


VAR00002 104.2615 621.5399 .5337 . 954 6
VAR00003 103.2769 600. 6096 .6922 .9537
VAR00004 103.5385 614.6899 .6033 .9543
VAR00005 104.3231 624.4096 .4899 .9548
VAR00006 103. 9692 606.7490 .6407 .9540
VAR00007 104.0923 620.9288 . 4 690 .9548
pi;;i::n· . ' 1\\-

. ''''1'1I' S""''.
• th;•;:~

... -· --~--·-
-
. .,. ·--·- -··-- -"~-~-··~-'~' ~

VAR00008 103'.4923 621.0351 . 4130 .9550


VAH00009 103'. 8769 619.953•1 . '.>0:20 . 954 7
VAR00010 103.9385 624.7774 .3875 .9551
V!IROOO 11 103. 6769 613. 4·109 . :)n 1 7 .9543
V/\!\!lUO l) LOJ. 2 !_~rJ l> I U. '/ \1'.JiJ • EJ l)'/ :j . (J'.J4 2
VAROOOJ.3 103.8462 618' 5072 . 50'11 .9546
VAR0001'l 103.4923 614.0038 . 5'.)06 .9544
623. Gon s
VARO 0 0 JC,
VAR00016
VAR00017
l O•l. 3538
104.4769
103.7077
624. 6596
605.0538
. !] ~?.1
519
, rJ
.6196
.9550
.9549
.9541
L
VAR00018 104 .1077 609.7226 .6693 .9539
VAR00020 103.8615 606.9962 . 687 4 .9538
VAR00021 103.1538 622.0385 . 3360 .9554
VAR00022 103.6615 618.3837 .5534 .9545
VAR00023 103.9846 616.2654 .5143 .9546
VAR00024 104.4462 622.3447 .5201 .9547
VAR00025 103.4462 620.34fl • t} ~~ ;? 1j . 0:)50
VAR00026 104.3538 620. 0135 . 5296 . 954 6
VAR00027 103.2615 611.1649 . 5773 .9543
VAR00028 103.9846 616.8904 . '.J388 .9545
VAR00029 103.6308 613. 3303 . 567 3 .9544
VAR00030 103.8154 621.9341 .3630 .9553
VAH00031 104.0615 620. 7462 .3243 .9556
VAR00032 104.0000 614.4375 . 6167 .9542
VAR00033 103.4462 611.1260 .5522 .9544
VAR00034 104.1846 622.8716 .3547 .9553
VAROC035 103.9538 613. 6385 . 4708 .9549
VAR00036 103.6154 613.4591 .5057 . 9547
VAR00037 103.3846 612.4591 .6229 .9541
VAR00039 103.6154 610.1154 .5309 . 954 6
VAR00040 103.4000 606.7750 . 7036 .9537
VAR0004l 104.1077 621.1601 .3906 .9551
VAR00042 104.0769 620.8221 .3748 . 9552
VAR00044 104.2769 623.3284 . •1228 .9550
VAR00045 104.1231 616.8909 .4816 .9547
VAR00047 103.4462 611. 9385 .6035 .9542
VAR00048 103.5846 609.9029 . 5963 . 9542
VAR00049 103.7385 616.6024 .3992 .9553
VAR00050 103.4308 613.5615 . 5618 . 954 4
VAR0005l 103.3385 602 .1337 .8202 .9532
VAP.00052 103.8154 608.7466 . 6361 .9540
VAR00053 103.7846 616.5779 .4248 . 9551
Vl\R00054 103. 5077 603.7538 . 67 64 .9538
VJl.R00055 104.3077 620. 9663 . 4 4 92 ~.9549
VAR00056 103.6308 616.9553 .5306 .9545
VAR00058 104.0000 626.8125 .2331 .9559
VAR00059 103.4462 611.1260 . GJ'J 6 .9541
VAROOOGO 103.4154 614.8404 . ~.2n 9 .9545

<eli.abil i. ty Coefficients
~ of Cases 65.0 N of It ems 55
Upha .9554

Anda mungkin juga menyukai