Anda di halaman 1dari 14

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menyajikan hasil dari penelitian tentang ”Hubungan

frekuensi media pornografi dengan perilaku seksual pranikah remaja di SMA Negeri

1 Kenduruan Tuban”.

Pada hasil penelitian ini akan ditampilkan gambaran umum lokasi penelitian,

data umum responden yang meliputi karakteristik responden berdasarkan pertama

kali pacaran, hal yang pernah dilakukan ketika pacaran, tempat berpacaran, dan

alasan melakukan seks. Serta ditampilkan pula data khusus responden yang meliputi

frekuensi media pornografi dan perilaku seksual pranikah, serta adanya hubungan

antara frekuensi media pornografi dengan perilaku seksual pranikah.

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.2 Data Umum

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Pertama Pacaran.

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi Responden berdasarkan pertama pacaran di SMAN 1


Kenduran Tuban.
N Frekuensi Persentase
Pertama Pacaran
o (org) (%)
1 <13 tahun 0 0
2 13-15 tahun 17 42,5
3 >15tahun 23 57,5
Total 40 100
(Sumber : Data Primer, 2017)

38
2

Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar dari responden

mempunyai usia pertama pacaran >15 tahun yang berjumlah 23 orang (57,5%),

hampir setengahnya memiliki usia 13-15 tahun yang berjumlah 17 orang (42,5%).

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Hal yang Dilakukan

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi Responden berdasarkan hal yang dilakukan di SMAN 1
Kenduran Tuban.
No. kategori frekuensi %
1. Ngobrol 0 0%
2. nonton film 0 0%
3. Jalan 6 15%
4. berpegangan tangan 2 5%
5. Berpelukan 6 15%
6. cium pipi 2 5%
7. cium bibir 6 15%
8. cium leher 6 15%
9. raba payudara 6 15%
10. melakukan seks oral 6 15%
Total 40 100%
(Sumber : Data Primer, 2017)

Dari tabel 4.2 dapat diketahui responden sebagian kecil memiliki kategori

jalan-jalan berjumlah 6 orang (15%), memiliki kategori berpelukan berjumlah 6 orang

(15%), memiliki kategori cium bibir berjumlah 6 orang (15%), memiliki kategori

cium leher 6 orang (15%), memiliki kategori raba payudara 6 orang (15%), memiliki

kategori melakukan seks oral 6 orang (15%), memiliki kategori berpegangan tangan 2

orang (5%), dan cium pipi 2 orang (5%).


3

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Alasan Melakukan Hubungan

Seksual.

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi Responden berdasarkan Alasan Melakukan Hubungan


Seksual di SMAN 1 Kenduran Tuban.

No. kategori frekuensi %


1. ungkapan sayang 0 0%
2.
agar pacar tetap sayang 0 0%
3.
takut ditinggal pacar 0 0%
4.
untuk dapat pengalaman 0 0%
5.
untuk pergaulan 0 0%
6.
agar tidak ketinggalan jaman 0 0%
7.
terangsang karena dirayuu 24 60%
8.
ingin tahu rasanya 8 20%
9.
sama sama suka 8 20%
10.
iseng 0 0%
11.
dibujuk teman 0 0%
12.
agar mendapat uang 0 0%
Total 40 100%
(Sumber : Data Primer,2017)

Berdasarkan Tabel 4.3 diketahu bahwa sebagian besar responden memiliki

kategori terangsang karena dirayu berjumlah 24 orang (60%), sebagian kecil memiliki

kategori ingin tahu rasanya berjumlah 8 orang (20%), dan yang memiliki kategori

sama-sama suka berjumlah 8 orang (20%).


4

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat Melakukan Hubungan

Seksual.

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi berdasarkan Tempat Melakukan Hubungan Seksual di

SMAN 1 Kenduran Tuban.

No. kategori frekuensi %


1.
rumah sendiri 8 20%
2.
rumah pacar 8 20%
3.
rumah teman 0 0%
4.
hotel 0 0%
5.
mobil 0 0%
6.
taman 24 60%
7.
lain lain 0 0%
Total 40 100%
(Sumber : Data Primer, 2017)

Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki

kategori di taman 24 orang (60%), sebagian kecil responden memiliki kategori di

rumah sendiri 8 orang (20%), dan rumah pacar 8 orang (20%).

4.1.3 Data Khusus


5

1. Karakteristik Responden Berdasarkan berdasarkan Frekuensi Media


Pornografi.
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi Responden berdasarkan Frekuensi media pornografi di
SMAN 1 Kenduran Tuban.
N Frekuensi Persentase
Frekuensi Media Pornografi
o (org) (%)
1 Selalu 20 50
2 Sering 18 45
3 Kadang- Kadang 2 5
Total 40 100
(Sumber : Data Primer, 2017)

Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa setengah dari responden mempunyai

frekuensi mendia pornografi selalu yang berjumlah 20 orang (50%), hampir

setengahnya memiliki frekuensi media pornografi sering yang berjumlah 18 orang

(45%) dan sebagian kecil memiliki frekuensi media pornografi kadang - kadang

berjumlah 2 orang (5%).

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Perilaku Seksual Pranikah.

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi berdasarkan perilaku seksual pranikah di SMAN 1


Kenduran Tuban.

Perilaku Seksual Pranikah Frekuensi %

Beresiko 25 62,5%
Tidak beresiko 15 37,5%
Total 40 100
(Sumber : Data Primer, 2017)

Berdasarkan Tabel 4.6 dari total 40 responden di dapatkan data bahwa

sebagian besar sejumlah 25 orang (62,5%) mengalami perilaku seksual negatif,

hampir setengahnya mengalami perilaku seksual pranikah positif berjumlah 15 orang

(37,5%).
6

3. Analisa Hubungan Frekuensi Media Pornografi Dengan Perilaku

Seksual Pranikah Remaja.

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Media Pornografi Dengan Perilaku Seksual Pranikah

Remaja Di SMA Negeri 1 Kenduruan Tuban

seksual pranikah
frekuensi media total
Resiko tidak beresiko
pornografi
frekuensi % frekuensi % frekuensi %
sering 1 2,5% 1 2,5% 2 5%
selalu 6 15% 12 30% 18 45%
kadang-kadang 18 45% 2 5% 20 50%

(Sumber : Data Primer, 2017)

Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa frekuensi media pornografi sering memiliki

resiko 1 orang (2,5%), memiliki kategori tidak beresiko 1 orang (2,5%)

Tabel 4.11 Distribusi analisa hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal


(suntik) dengan usia menopause

Hubungan Kontingensi - Usia

Dari tabel diatas diketahui bahwa α 0,03 dan tingkat signifikasi 0,05

didapatkan 0,03< 0,05 dengan r value 0,510 menunjukkan bahwa ada hubungan

antara penggunaan kontrasepsi hormonal (suntik) dengan usia menopause di RW 03

Kelurahan Pandanwangi Kota Malang. Pengguna kontrasepsi hormonal (suntik) 1

bulan cenderung mengalami menopause lebih lama dari pada yang menggunakan

kontrasepsi hormonal (suntik) 3 bulan.

4.2 Pembahasan
7

4.2.1 Kontrasepsi Hormonal (Suntik) 1 Bulan dan 3 Bulan.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.7 dari seluruh responden sebagian

besar menggunakan kontrasepsi hormonal (suntik) 1 bulan sejumlah 21 orang (62%),

dan sebagian kecil menggunakan kontrasepsi hormonal (suntik) 3 bulan sejumlah 13

orang (38%). Dari data primer mengenai alasan menggunakan kontrasepsi hormonal

(suntik) diketahui bahwa dari 21 responden sebagian besar memilih kontrasepsi

suntik 1 bulan sejumlah 15 orang (72%) dengan alasan mendapatkan informasi dari

bidan dan hampir setengahnya sejumlah 6 orang (28%) mengatakan mengikuti suami.

Sedangkan pada responden yang menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan sebagian

besar menjawab alasan mengapa menggunakan kontrasepsi 3 bulan yakni sebagian

besar sejumlah 8 orang (61,5%) beralasan menghemat biaya, sedang sebagian kecil

sejumlah 1 orang (7,5%) beralasan mengikuti suami, dan hampir setengahnya

sejumlah 4 orang (31%) mengatakan mendapatkan informasi dari bidan.

Kontrasepsi suntik 1 bulan adalah 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat

dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi IM sebulan sekali (cyclofem) dan

50 mg Noretindon Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan secara IM.

Kontrasepsi suntik 3 bulan adalah Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera),

mengandung 150 mg DMPA. Diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntikkan

intramuskuler (Mulyani, 2013). Menurut Baziad (2003), karena kandungan dalam

kontrasepsi berbeda, dimana suntik 1 bulan mengandung hormon estrogen dan

progesteron yang dapat menghambat masa menopause seseorang sedang suntik 3

bulan mengandung hormon progesteron yang hanya dapat mencegah kehamilan dan

mengentalkan lendir serviks. Menurut Everett (2007), mekanisme kerja kontrasepsi


8

suntik adalah mencegah ovulasi, mengentalkan lendir servik dan menjadi sedikit

sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan selaput lendir rahim

tipis dan atropi, dan menghambat transportasi gamet dan tuba.

Pada dasarnya sama antara kontrasepsi hormonal suntik 1 bulan dan 3 bulan,

yang membedakan isi hormone yang ada di dalamnya yaitu pada suntik 1 bulan

terdapat hormon estrogen dan progesteron sedang suntik 3 bulan hanya terdapat

hormon progesteron. Sehingga pada pengguna suntik 1 bulan akan selalu terpenuhi

kebutuhan hormon estrogen dan progesteron sedang pengguna suntik 3 bulan hanya

terpenuhi kebutuhan hormon progesteron. Dan untuk kepatuhan bagi wanita usia

subur untuk suntik 1 bulan terlaksana rutin, sedang yang suntik 3 bulan sering lupa

karena jarak yang terlalu lama.

4.2.2 Usia Menopause

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.9 dari seluruh responden diperoleh

hasil setengah responden memiliki usia menopause > 52 tahun (lambat) sejumlah 17

orang (50%), sedang usia 45-52 tahun (normal) sejumlah 16 orang (47%), dan

sebagian kecil usia < 45 tahun sejumlah 1 orang (3%).

Menopause adalah periode berhentinya haid secara alamiah yang biasanya

terjadi antara usia 45-50 tahun. Menopause kadang-kadang juga dinyatakan masa

berhentinya haid sama sekali (Kasdu, 2002). Mulyani (2013) menyatakan beberapa

faktor yang berhubungan dengan menopause yaitu usia pertama kali menstruasi

(menarche), stress, pemakaian metode kontrasepsi, status keluarga (seperti status

perkawinan, jumlah anak dan usia melahirkan anak terakhir), riwayat keluarga,

pekerjaan, pendapatan, merokok, dan minum alkohol. Menurut Everett (2007),


9

efektivitas kontrasepsi suntik adalah antara 99% dan 100% dalam mencegah

kehamilan. Kontrasepsi suntik yakni bentuk kontrasepsi yang sangat efektif karena

angka kegagalan penggunaannya lebih kecil, hal ini dikarenakan wanita tidak perlu

mengingat untuk meminum pil dan tidak ada penurunan efektivitas seperti diare.

Wanita dapat menopause dengan lambat dipengaruhi oleh dua hormon yaitu

estrogen dan progesteron selama wanita masih mendapatkan hormon estrogen maka

akan membantu pertumbuhan dan pematangan ovum di dalam ovarium. Selain

dipengaruhi oleh penggunaan kontrasepsi, masa menopause juga dipengaruhi oleh

usia menarche dan usia pertama melahirkan. Dari hasil penelitian di RW 03

Kelurahan Pandanwangi Kota Malang pada tabel 4.6, dari total 34 responden di

dapatkan data bahwa sebagian kecil sejumlah 1 orang wanita (4,5%) mengalami

menopause cepat (<45th) pada wanita yang memiliki riwayat menarche <12 tahun.

Dari 16 orang wanita yang mengalami menopause normal (45-52 th), hampir

setengahnya mengalami usia menarche <12 tahun berjumlah 10 orang (45,5%), dan

sebagian kecil mengalami usia menarche 12-16 tahun berjumlah 6 orang (18%). Dari

17 orang wanita yang mengalami menopause lambat (>52th) mayoritas mengalami

usia menarche pada usia <12 tahun berjumlah 11 orang (50%), sedang yang

mengalami usia menarche 12-16 tahun berjumlah 4 orang (40%), dan yang

mengalami usia menarche pada usia < 16 tahun berjumlah 2 orang (100%).Hal ini

disebabkan semakin muda seorang wanita mengalami menarche, maka hormon di

dalam tubuh estrogen dan progesteron sudah mulai berperan penting dalam proses

pematangan organ reproduksi dan menunjukkan bahwa organ reproduksi sudah


10

berfungsi dengan baik, sehingga semakin muda wanita mengalami menarche maka

akan semakin tua wanita mengalami menopause (Kasdu, 2002).

Selain dipengaruhi oleh usia menarche, masa menopause seseorang juga

dipengaruhi oleh usia pertama melahirkan. Dari hasil penelitian di RW 03 Kelurahan

Pandanwangi Kota Malang pada tabel 4.7 sebagian kecil wanita (7%) mengalami

menopause cepat (<45th) yang mengalami usia melahirkan <16 tahun.Dari 16 orang

wanita mengalami menopause normal (45-52 th), mengalami pertama melahirkan

<16 tahun berjumlah 8 orang (53%), dan yang mengalami usia pertama melahirkan

16-35 tahun berjumlah 8 orang (42%). Dari 17 orang wanita mengalami menopause

lambat (>52th) mayoritas mengalami usia pertama melahirkan pada usia 16-35 tahun

berjumlah 11 orang (58%), dan yang mengalami usia melahirkan <16 tahun

berjumlah 6 orang (40%). Menurut Rosenthal (2009) dalam bukunya menyebutkan

bahwa semakin tua orang melahirkan anak, semakin tua pula memasuki usia

menopause. Hal ini terjadi karena kehamilan dan persalinan akan memperlambat

sistem organ reproduksi bahkan memperlambat proses penuaan tubuh.

4.2.3 Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal (suntik) dengan Usia

Menopause

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan di analisa dengan uji

Koefisien kontingensi diketahui bahwa α 0,03 dan tingkat signifikasi 0,05 didapatkan

0,03< 0,05 dengan r value 0,510 menunjukkan bahwa Ada hubungan antara

penggunaan kontrasepsi hormonal (suntik) dengan usia menopause di RW 03

Kelurahan Pandanwangi Kota Malang. Kecenderungan yang didapat dari crosstab


11

yaitu pengguna kontrasepsi hormonal (suntik) 1 bulan mengalami menpause lebih

lama dari pada yang menggunakan kontrasepsi hormonal (suntik) 3 bulan.

Menurut Baziad (2002), hal ini disebabkan karena kandungan hormon dari

kedua metode kontrasepsi tersebut berbeda, pada suntik 1 bulan mengandung hormon

estrogen dan progesteron sehingga masih dapat stabil di dalam tubuh dan siklus

menstruasi akan berlangsung dengan baik. Sedangkan pada suntik 3 bulan hanya

terdapat hormon progesteron yang bekerja mencegah kehamilan dengan

mengentalkan lendir serviks tanpa berpengaruh pada siklus menstruasi. Menurut

Baziad (2003), komponen utama estrogen dalam suntik 1 bulan adalah etinilestradiol.

Etinilestradiol disebut juga estrogen yang kuat karena memiliki efek yang sangat kuat

terhadap proliferasi endometrium dibandingkan estrogen alamiah. Estradiol

merupakan estrogen utama pada wanita usia reproduksi yang begitu memasuki masa

menopause produksinya oleh ovarium akan berkurang, oleh sebab itu masih dapat

menstruasi. Selain teori Baziad (2003), ada teori lain yang mendukung hasil

penelitian menurut Hartanto (2006), mekanisme kerja pada suntik 1 bulan yaitu

estrogen bekerja primer untuk membantu pengaturan hormon releasing factors di

hipotalamus, membantu pertumbuhan dan pematangan dari ovum di dalam ovarium.

Sedangkan progesteron bekerja primer menekan hipotalamus, dan mencegah

pelepasan ovum yang terlalu dini dari ovarium. Sedang pada suntik 3 bulan hanya

memiliki satu hormon dan tidak memiliki hormon estrogen. Menurut penelitian yang

telah dilakukan Herdini (2014) didapatkan data dari 55 responden di kota Salatiga

yang menggunakan kontrasepsi hormonal (suntik) 1 bulan yaitu dengan jumlah 31

orang (56,4%) dan 24 orang ( 43,6 %) menggunakan kontrasepsi hormonal (suntik).


12

Wanita yang mengalami menopause normal yaitu dengan jumlah yaitu 34 orang (61,8

%). Sedangkan menopause terlambat berjumlah 19 orang (34.5%) dan yang

mengalami menopause dini 2 orang (3,7%). Terdapat kecenderungan pemakai

kontrasepsi hormonal (suntik) 1 bulan akan mengalami masa menopause lebih lama.

Adanya hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal (suntik) dengan

usia menopause dipengaruhi dari adanya hormon yang terkandung dalam kontrasepsi

yaitu estrogen dan progesteron. Di dalam suntik 1 bulan terdapat hormon

progesterone dan estrogen sedang di suntik 3 bulan hanya terdapat hormon

progesteron. Hormon yang paling berperan penting dengan usia menopause yakni

hormon estrogen, yang memiliki fungsi membantu mengatur siklus menstruasi,

mengendalikan pertumbuhan lapisan rahim selama menstruasi.

Dan didapatkan data dari 16 orang wanita yang mengalami menopause

normal (45-52 th), hampir setengahnya mengalami usia menarche <12 tahun

berjumlah 10 orang (45,5%), dan sebagian kecil mengalami usia menarche 12-16

tahun berjumlah 6 orang (18%). Dari 17 orang wanita yang mengalami menopause

lambat (>52th) mayoritas mengalami usia menarche pada usia <12 tahun berjumlah

11 orang (50%), sedang yang mengalami usia menarche 12-16 tahun berjumlah 4

orang (40%), dan yang mengalami usia menarche pada usia < 16 tahun berjumlah 2

orang (100%).Hal ini disebabkan semakin muda seorang wanita mengalami

menarche, maka hormon di dalam tubuh estrogen dan progesteron sudah mulai

berperan penting dalam proses pematangan organ reproduksi dan menunjukkan

bahwa organ reproduksi sudah berfungsi dengan baik, sehingga semakin muda wanita
13

mengalami menarche maka akan semakin tua wanita mengalami menopause (Kasdu,

2002).

Selain dipengaruhi oleh usia menarche, masa menopause seseorang juga

dipengaruhi oleh usia pertama melahirkan. Dari hasil penelitian di RW 03 Kelurahan

Pandanwangi Kota Malang pada tabel 4.7 sebagian kecil wanita (7%) mengalami

menopause cepat (<45th) yang mengalami usia melahirkan <16 tahun.Dari 16 orang

wanita mengalami menopause normal (45-52 th), mengalami pertama melahirkan

<16 tahun berjumlah 8 orang (53%), dan yang mengalami usia pertama melahirkan

16-35 tahun berjumlah 8 orang (42%). Dari 17 orang wanita mengalami menopause

lambat (>52th) mayoritas mengalami usia pertama melahirkan pada usia 16-35 tahun

berjumlah 11 orang (58%), dan yang mengalami usia melahirkan <16 tahun

berjumlah 6 orang (40%). Menurut Rosenthal (2009) dalam bukunya menyebutkan

bahwa semakin tua orang melahirkan anak, semakin tua pula memasuki usia

menopause. Hal ini terjadi karena kehamilan dan persalinan akan memperlambat

sistem organ reproduksi bahkan memperlambat proses penuaan tubuh.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti, diantaranya

adalah :

1. Instrumen data yang digunakan adalah kuesioner dimana jawaban

telah disediakan sehingga kejujuran responden dalam menjawab juga

mempengaruhi hasil data.


14

2. Instrumen yang digunakan belum dilakukan uji validitas dan

realibilitas.

3. Keterbatasan kemampuan dan pengalaman karena peneliti baru

pertama kali melakukan penelitian.

Anda mungkin juga menyukai