Anda di halaman 1dari 21

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan pengumpulan data pada bulan Juni 2017 di Puskkesmas

Wagir, Kabupaten Malang dengan jumlah responden 20 orang pasien diabetes

melitus yang melakukan kontrol gula darah dengan judul penelitian “Hubungan

Status Sosial Ekonomi Dengan Perilaku Pengendalian Kadar Gula Darah Pada

Klien Diabetes Melitus Tipe di Puskesmas Wagir, Kabupaten Malang”. Berikut

hasil penelitian akan dilampirkan pada bab 4 ini.

4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Puskesmas Wagir terletak di Desa Pandanrejo, Kecamatan Wagir,

Kabupaten Malang, Jawa timur. Wagir sendiri memiliki 2 pusat puskesmas antara

lain 1 puskesmas sebagai pusat pengobatan dan pusat kantor, dan 1 puskesmas

yang terletak di dekat koramil merupakan tempat pengobatan dan rawat inap.

4.1.2 Data Umum

Pada data umum hasil penelitian ditampilkan dalam data umum responden,

dengan variabel independen yang meliputikarakteristik responden berdasarkan

umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan dan pengahsilan.


Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis
Kelamin pada Klien Diabetes Melitus Tipe II di
Puskesmas Wagir Berdasarkan Kabupaten Malang
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
1 laki-laki 8 40%
2 Perempuan 12 60%
JUMLAH 20 100%
(suber: data primer, 2017)

Dari tabel di atas didapatkan sebagian besar responden

berjenis kelamin perempuan sejumlah 12 orang (60%).

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia pada


Klien Diabetes Melitus di Puskesmas Wagir Kabupaten
Malang
N
o Usia Frekuensi Persentase
1 26-35 4 20%
2 36-45 9 35%
3 46-55 6 40%
4 56-65 1 5%
JUMLAH 20 100%
(suber: data primer, 2017)

Dari tabel di atas hampir setengahnya dari jumlah

responden dengan usia 46-59 tahun sejumlah 11 orang (44%).


Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Pekerjaan Klien Diabetes
Melitus Tipe II di Puskesmas Wagir Kabupaten Malang
No Pekerjaan Frekuensi Persentase
Tidak
1 Bekerja 4 20%
2 Petani 5 25%
3 Swasta 11 55%
JUMLAH 20 100%

Dari tabel di atas sebagian besar responden dengan pekerjaan

swasta sebesar 11 orang (55%).

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan


pada Klien Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Wagir
kabupaten malang
No Pendidikan Frekuensi Persentase
1 SD 1 5%
2 SLTP 9 45%
3 SLTA 8 40%
4 PT 2 10%
JUMLAH 20 100%

Dari tabel di atas hampir setengahnya responden

pendidikan tertinggi adalah SLTP dengan jumlah 9 orang (45%).

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Penghasilan pada Klien Diabetes


Melitus Tipe IIdi Puskesmas Wagir Kabupaten Malang
Frekuens
No Penghasilan i Persentase
1 Tidak ada 1 5%
2 < Rp.1500.000 7 35%
3 Rp. 1.500.00-2.500.000 6 30%
4 Rp. 2.500.000-3.500.000 6 30%
JUMLAH 20 100%
Dari tabel di atas hampir setengahnya responden dengan

Penghasilan < Rp.1.500.000 dengan jumlah 7 orang (35%).


Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kadar Gula Darah
Saat Penelitian Pada Klien Diabetes Melitus Tipe II di
Puskesmas Wagir
No Kadar Gula Darah
1 124
2 103
3 100
4 112
5 120
6 114
7 108
8 102
9 94
10 90
11 112
12 120
13 99
14 100
15 111
16 110
17 102
18 130
19 98
20 141

Dari tabel di atas terdapat kadar gula darah tertinggi pada responden
nomer 20 (141) dan pada kadar gula darah terendah yaitu pada nomer responden
10 (90).
4.1.3 Data Khusus

1. Identifikasi sosial ekonomi

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Status Sosial Ekonomi pada Klien
Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Wagir Kabupaten Malang
Frekuen
No Status si Persentase
1 Kelas Ekonomi Tinggi 15 75%
2 Kelas Ekonomi Menengah 4 20%
3 Kelas Ekonomi Rendah 1 5%
Jumlah 20 100%
(Sumber : data primer, 2017)

Dari tabel di atas sebagian besar responden memiliki status ekonomi tinggi

berjumlah 15 orang (75%)

2. Identifikasi Perilaku Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Klien Diabetes

Melitus

Perilaku peringendalian kadar gula terdiri dari lima pilar yaitu edukasi,

aktifitas fisik, terapi nutrisi medis, terapi obat dan monitoring, sebagai berikut:

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Perilaku Pengendalian Kadar


Gula Darah dengan Pilar Edukasi pada Klien Diabetes Melitus
Tipe II di Puskesmas Wagir Kabupaten Malang
No Edukasi Frekuensi Persentase
1 Baik 1 5%
2 Cukup 14 70%
3 Kurang 5 25%
Jumlah 20 100%

Dari tabel di atas sebagian besar responden dengan pilar perilaku

pengendalian edukasi dengan kategori cukup sebanyak 14 orang (70%).


Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Perilaku Pengendalian Kadar
Gula Darah dengan Pilar Terapi Nutrisi Medis pada Klien
Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Wagir Kabupaten Malang
No Terapi Nutrisi Medis Frekuensi Persentase
1 Baik 11 55%
2 Cukup 9 45%
3 Kurang 0 0%
Jumlah 20 100%

Dari tabel di atas sebagian besar didapatkan responden dengan terapi

nutrisi medis yaitu sebanyak 11 orang (55%) dalam kategori baik.

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Perilaku Pengendalian Kadar


Gula Darah dengan Pilar Aktivitas Fisik pada Klien Diabetes
Melitus Tipe II di Puskesmas Wagir
No Aktivitas fisik Frekuensi Persentase
1 Baik 0 0%
2 Cukup 16 80%
3 Kurang 4 20%
Jumlah 20 100%

Dari tabel di atas terdapat sebagian besar didapatkan responden dengan

aktivisitas fisik adalah dengan kategori cukup sebanyak 16 orang (80%).


Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responde Perilaku Pengendalian Kadar
Gula Darah dengan Pilar Kepatuan Obat pada pada Klien
Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Wagir Kabupaten
Malang
No Kepatuan Obat Frekuensi Persentase
1 Baik 13 65%
2 Cukup 5 25%
3 Kurang 2 10%
Jumlah 20 100%

Dari tabel di atas didapatkan sebagian besar responden dengan terapi obat

yaitu kategori baik sebanyak 13 orang (65%).

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Responden Perilaku Pengendalian Kadar


Gula Darah dengan Pilar Monitoring pada Klien Diabetes Melitus
Tipe II di Puskesmas Wagir Kabupaten Malang
Frekuens
No Monitoring i Persentase
1 Baik 0 0%
2 Cukup 18 90%
3 Kurang 2 10%
Jumlah 20 100%

Dari tabel di atas hampir seluruh responden dengan pilar perilaku

pengendalian monitoring yaitu kategori cukup 18 orang (90%).

Tabel 4.12 Dristribusi Frekuensi Responden Perilaku Pengendalian Kadar


Gula Darah pada Klien Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas
Wagir Kabupaten Malang
No Perilaku Pengendalian Frekuensi Persentase
1 Baik 11 55%
2 Cukup 7 35%
3 Kurang 2 10%
Jumlah 20 100%
Dari tabel di atas sebagian besar responden perilaku pengendalian kadar

gula darah dengan kategori baik sebanyak 11 orang (55%).


Tabel 4.13 Cross Tab Dristribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku
Pengendalian Kadar Gula Darah Melalui Pilar Edukasi pada Klien
Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Wagir Kabupaten Malang
pada tanggal 6-24 juni 2017
Status sosial Ekonomi Edukasi
Baik Cukup Kurang Total
f % f % F % f %
Tinggi 1 5% 11 55% 3 15% 15 75%
Menengah 0 0% 2 10% 2 10% 4 20%
Bawah 0 0% 0 0% 1 5% 1 5%
Total 1 5 13 65 6 30% 20 100%
% %

Dari tabel di atas sebagian besar status sosial ekonomi tinggi responden

dengan kategori cukup sebanyak 11 orang (55%).

Tabel 4.13 Cross Tab Dristribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku


Pengendalian Kadar Gula Darah melalui Pilar Aktivitas Fisik
pada Klien Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Wagir
Kabupaten Malang pada tanggal 6-24 juni 2017
Status sosial Aktivitas Fisik
Ekonomi Baik Cukup Kurang Total
F % f % F % F %
Tinggi 0 0% 12 60% 3 15% 15 75%
Menengah 0 0% 4 20% 0 0% 4 20%
Bawah 0 0% 0 0% 1 5,% 1 5%
Total 0 0% 16 65% 4 20% 20 100%

Dari tabel di atas sebagian besar status sosial ekonomi tinggi dengan

pilar perilaku pengendalian aktivitas fisik tergolong dalam kategori cukup yaitu

sebanyak 12 orang (60%).


Tabel 4.14 Cross Tab Dristribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku
Pengendalian Kadar Gula Darah Melalui Pilar Terapi Nutrisi Medis
pada Klien Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Wagir
Kabupaten Malang pada tanggal 6-24 juni 2017
Status sosial Terapi Nutrisi Medis
Ekonomi Baik Cukup Kurang Total
f % F % f % f %
Tinggi 9 45% 6 30% 0 0% 15 75%
Menengah 2 10% 6 10% 0 0% 4 20%
Bawah 0 0% 6 5% 0 0% 1 5%
Total 11 55% 1 45 0 0% 20 100%
8 %

Dari tabel diatas hampir setengahnya status sosial ekonomi tinggi

melalui pilar perilaku pengendalian terapi nutrisi medis tergolong dalam

kategori baik sebanyak 9 orang (45%).

Tabel 4.15 Cross Tab Dristribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku


Pengendalian Kadar Gula Darah Melalui Terapi Obat pada Klien
Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Wagir Kabupaten Malang pada
tanggal 6-24 juni 2017
Status sosial Terapi Obat
Ekonomi Baik Cukup Kurang Total
f % F % f % f %
Tinggi 11 55% 3 15% 1 5% 15 75%
Menengah 2 10% 2 10% 0 0% 4 20%
Bawah 0 0% 0 0% 1 5% 1 5%
Total 13 65% 5 25% 2 10% 20 100%

Dari tabel di atas sebagian besar status sosial ekonomi tinggi melalui

pilar perilaku pengendalian terapi obat tergolong dalam kategori bailk

sebanyak 11 orang (55%).


Tabel 4.16 Cross Tab Diristribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku
Pengendalian Kadar Gula Darah Melalui Pilar Perilaku
Pengendalian Monitoring pada Klien Diabetes Melitus Tipe II di
Puskesmas Wagir Kabupaten Malang.
Status sosial Monotoring
Ekonomi
Baik Cukup Kurang Total
F % F % F % f %
Tinggi 0 0% 14 70% 1 5% 15 75%
Menengah 0 0% 4 20% 0 0% 4 20%
Bawah 0 0% 0 0% 1 5% 1 5%
Total 0 0% 18 90% 2 10% 20 100%

Dari tabel 4.16 di atas sebagian besar responden status sosial ekonomi

tinggi melalui perilaku pengendalian monitoring dengan kategori cukup

sebanyak 14 orang (70%).

Tabel 4.17 Cross Tab Diristribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status


Sosial Ekonomi dengan Perilaku Pengendalian Kadar Gula Darah
Klien Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Wagir Kabupaten
Malang.
Status sosial Perilaku Pengendalian
Ekonomi Baik Cukup Kurang Total
F % F % F % f %
Tinggi 9 45 5 25% 1 5% 15 75%
%
Menengah 2 10 2 10% 0 0% 4 20%
%
Bawah 0 0% 0 0% 1 5% 1 5%
Total 11 0% 7 90% 2 10% 20 100%

Dari tabel 4.17 di atas sebagian besar responden dengan perilaku

pengendalian dengan kategori status sosial ekonomi tinggi sebanyak 9 orang

yaitu (45%) yaitu dengan kategori perilaku pengendalian baik.


4.1.4 Hubungan Status Ekonomi Dengan Perilaku Pengendalian Kadar

Gula Darah Pada Klien Dieabetes Melitus Tipe II

Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara Status Sosial Ekonomi

dengan Perilaku Pengendalian Kadar Gula Darah pada klien Diabetes Melitus

Tipe II dilakukan pengujian statistik dengan menggunakan Sparemant row.

Berikut hasil dari uji Sparemant row dengan menggunakan distribusi frekuensi

Status Sosial Ekonomi dengan Perilaku Pengendalian Kadar Gula Darah pada

klien Diabetes Melitus Tipe II di puskesmas wagir Kabupaten Malang.

Tabel 4.18 Hubungan Status Sosial Ekonomi Dengan Perilaku Pengendalian pada
Klien Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Wagir Kabupaten
Malang
Correlations

Status Perilaku
Ekonomi Pengendalian
Spearman's rho Statusekonomi Correlation
1.000 .656**
Coefficient
Sig. (2-tailed) . .002
N 20 20
perilakupengendalian Correlation
.656** 1.000
Coefficient
Sig. (2-tailed) .002 .
N 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Menurut hasil penelitian dengan menggunakan uji spearment rank dari

tabel di atas di dapatkan p=0,002< 0,05 yang menunjukkan terdapat hubungan

yang signivikan antara Hubunhan Status Sosial Ekonomi Dengan Perilaku

Pengendalian pada Klien Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Wagir


Kabupaten Malang. Yang memiliki hubungan yang kuat di buktikan dengan nilai

r=0,002.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Status Sosial Ekonomi

Dari data penelitian didapatkan bahwa status sosial ekonomi seseorang

meliputi: status sosial ekonomi tinggi, statu sosial ekonomi menengah, status

sosial ekonomi bawah. Sebagian besar responden status sosial ekonomi tinggi

sebanyak 17 orang (75%).

Status sosial ekonomi adalah kedudukan sesorang atau keluarga di

masyarakat berdasarkan pendapatan perbulan. Status ekonomi dapat dilihat dari

pendapatan yang di sesuaikan dengan harga-harga pokok (kartono,2006). Menurut

Badan Pusat Statistik (2012) penghasilan yang tergolong pada kategori atas

berada pada rentang penghasilan Rp. 2.500.000.- Rp. 3.500.000. selain itu ditinjau

dari segi pekerjaan yang menunjukkan status sosial ekonomi tinggi diantaranya

adalah PNS golongan IV ke atas, pedagang besar, pengusaha besar dan dokter.

Selain itutingkat pendidikan sesorang diharapkan dapat lebih baik dalam

kepribadian, kemapuan dan keterampilan agar lebih baik dalam kehidupan

masyarkat sehingga mempermudah seseorang dalam

Berdasarkan dari data penelitian didapatkan Sebagian besar responden status

sosial ekonomi tinggi sebanyak 17 orang (75%). Maka didapat hubungan antara

status sosial ekonomi dengan perilaku pengendalian kadar gula darah pada klien

Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Wagir Kabupaten Malang. Pengetahuan

seseorang sangat berkaitan erat dengan pendidikan yang telah dicapai. Pada
orang-orang yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, memiliki

pengetahuan tentang kesehatan tentu tidak terlalu mendalam. Hal ini dapat

menjadi penyebap tidak mengetahui penyakit Diabetes Melitus yang lebih

mendalam.

4.2.2 Perilaku pengendalian

Dari data penelitian yang didapatkan bahwa perilaku pengendalian kadar

gula darah didapatkan kategori perilaku penegndalian yaitu baik, cukup, dan

kurang. Sebagian besar responden perilaku pengendalian dengan kategori baik

sebanyak 11 orang (55%), sebagian kecil responden perilaku pengendalian dengan

kategori cukup sebanyak 7 orang (35%), dan sebagian kecil responden perilaku

pengendalian dengan kategori kurang 2 orang (10%).

Perilaku pengendalian kadar gula darah pada klien diabetes melitus yang

utama diperlukan menggunakan 5 pilar pengendalian yang terdiri dari edukasi,

terapi nutrisi medis, olahraga/ terapi aktivitas fisik, kepatuan pengobatan dan

monitoring.

Dari beberapa pilar perilaku pengendalian dapat terpenui sehingga dalam

penenelitian ini lebih banyak terdapat hasil kategori baik. Maka didapat hubungan

antara status sosial ekonomi dengan perilaku pengendalian kadar gula darah pada

klien Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Wagir Kabupaten Malang. Walaupun

Diabetes Melitus merupakan penyakit kronik yang tidak dapat menyebabkan

kematian secara langsung, tetapi dapat berakibat fatal bila pengelolaannya bila

tidak tepat. Pengelolaan Diabetes Melitus memelukan penanganan secara

multidisiplin yang mencakup terapi non-medis dan terapi obat. Penyakit Diabetes
Melitus memerlikan perawatan medis dan penyuluhan untuk self menagement

yang berkesinambungan untuk mencegah komplikasi akut maupun kronis.

Terdapat beberapa pilar perilaku pengendalian kadar gula darah, yaitu

sebagai berikut:

1. Pilar Perilaku Pengendalian Edukasi


Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.7 di atas terdapat

sebagian besar didapatkan responden dengan aktivisitas fisik adalah

dengan kategori cukup sebanyak 16 orang (80%).


Edukasi bertujan agar promosi hidup sehat selalu dilakukan

sebagai bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat

penting dari pengelolaan diabetes melitus secara holistik. Materi edukasi

terdiri dari materi edukasi tingkat awal, materi edukasi tingkat lanjut yang

dilakukan pelayanan kesehatan sekunder atau tersier dan perilaku hidup

sehat bagi penyandang Dieabetes Melitus adalah memenui anjuran.


Berdasarkan dari hasil penelian pada tabel 4.7 di atas pilar

perilaku pengendalian edukasi terdapat sebagian besar didapatkan

responden dengan aktivisitas fisik adalah dengan kategori cukup sebanyak

16 orang (80%). Maka didapatkan hubungan antara status sosial ekonomi

dengan perilaku pengendalian kadar gula darah pada klien Diabetes

Melitus Tipe II di Puskesmas Wagir Kabupaten Malang. Hal itu dapat

terjadi akibat adanya responden yang memiliki kesadaran yang cukup

untuk mencari informasi tentang bagaimana edukasi tingkat awal, edukasi

tingkat lanjut yang dilakukan pelayanan kesehatan sekunder atau tersier

dan perilaku hidup sehat bagi penyandang Dieabetes Melitus adalah

memenui anjuran.
2. Pilar Perilaku Pengendalian Terapi Nutrisi Medis
Berdasarkan dari hasil penilitian pada tabel 4.8 di atas sebagian

besar didapatkan responden terapi nutrisi medis yaitu sebanyak 11 orang

(55%) dalam kategori baik.


Pengaturan makan merupakan gambaran tentang pengaturan pola

makan atau kebiasaan makan meliputi jenis, frekuensi makan dan waktu

makan pengaturan ini merupakan bagian dari penatalaksanaan Dieabetes

Melitus secara total.


Berdasarkan penelitian didapatkan hasil responden dengan kategori

baik sebanyak 11 orang (55%), ini menunjukkan bahwa ada hubungan

antara status sosial ekonomi dengan perilaku pengendalian kadar gula

darah pada klien Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Wagir Kabupaten

Malang. Hal ini dikarenakan pengaturan pola makan dapat menstabilkan

kadar gula darah dan lipit-lipit darah dalam batas normal.


3. Pilar Perilaku Pengendalian Terapi Aktivitas Fisik
Berdasarkan hasil penelitian dari tabel 4.9 terdapat sebagian besar

didapatkan responden dengan aktivisitas fisik adalah dengan kategori

cukup sebanyak 16 orang (80%).


Latihan jasmani atau olahraga merupakan salah satu pilar dalam

pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 apabila tidak disertai adanya

nefropati. Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani dilakukan

secara secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45

menit, dengan total 150 menit perminggu. Jeda antar latihan tidak lebih

dari 2 hari berturut-turut. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan

glukosa darah sebelum latihan jasmani.


Apabila kadar glukosa darah <100 mg/dL pasien harus

mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu dan bila >250 mg/dL


dianjurkan untuk menunda latihan jasmani. Kegiatan sehari-hari atau

aktivitas sehari-hari bukan termasuk dalam latihan jasmani meskipun

dianjurkan untuk selalu aktif setiap hari. Latihan jasmani selain untuk

menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki

sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah.

Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat

aerobik dengan intensitas sedang (50-70% denyut jantung maksimal)

seperti: jalan cepat, bersepeda santai, jogging dan berenang. Pada

penderita Diabetes Melitus tanpa kontraindikasi (contoh: osteoartritis,

hipertensi yang tidak terkontrol, retinopati, nefropati) dianjurkan juga

melakukan resistance training (latihan beban) 2-3 kali/perminggu sesuai

dengan petunjuk dokter. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan

umur dan status kesegaran jasmani. Intensitas latihan jasmani pada

penyandang Diabetes Melitus yang relatif sehat bisa ditingkatkan,

sedangkan pada penyandang Diabetes Melitus yang disertai komplikasi

intesitas latihan perlu dikurangi dan disesuaikan dengan masing-masing

individu (PERKENI,2015).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa

kategori cukup sebanyak 16 orang (80%), maka menunjukan adanya

hubungan antara status sosial ekonomi dengan perilaku pengendalian

kadar gula darah pada klien Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Wagir

Kabupaten Malang hal ini dikarenakan olahraga dapat menurunkan kadar

gula darah acak pada penderita Diabetes Melitus. Salah satu olahraga yang

dapat dilakukan adalah dengan senam, yaitu senam Diabetes sangat


penting dilakukan karena senam Diabetes dapat mengelola semua organ

tubuh mulai otak hingga ujung kaki.


4. Pilar Perilaku Pengendalian Kepatuan Pengobatan
Berdasarkan dari hasil tabel 4.10 di atas didapatkan sebagian besar

responden dengan terapi obat yaitu kategori baik sebanyak 13 orang

(65%).
Menurut Tandra (2013) Pemberian obat dilakukan untuk mengatasi

kekurangan produksi insulin serta menurunkan resistensi insulin. Obat-

obatan di dibagi menjadi dua, yakni oral dan injeksi atau suntikan sesui

dengan tipe Diabetes melitus yang diderita.


Untuk Diabetes Melitus tipe I obat yang digunakan adalah insulin

karena keadaan pankreas pada Diabetes Melitus tipe I tidak bisa

menghasilkan insulin tetapi untuk pengobatan awal Diabetes Melitus tipe I

mesih bisa diberikan obat oral tentunya dengan dosis tinggi.


Kemudian untuk Diabetes Melitus tipe II pertama obat yang

digunakan untuk membantu produksi insulin yang kurang adalah obat yag

dapat merangsang pankreas untuk meningkatkan produksi insulin

(Novita,2012).
Berdasarkan penelitian didapatkan hasil sebagian besar responden

dengan kategori baik sebanyak 13 orang (65%), didapatkan adanya

hubungan status sosial ekonomi dengan perilaku pengendalian kadar gula

darah pada klien Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Wagir Kabupaten

Malang. Hal ini dikarenakan penderita Diabetes Melitus mengkonsumsi

obat secara teratur dan diimbangi dengan gaya hidup yang sehat yang

dapat menurkan atau menstabilkan kadar gula darah klien Diabetes

Melitus.
5. Pilar Perilaku Pengendalian Monitoring
Berdasarkan dari hasil penelitian tabel 4.11 di atas hampir seluruh

responden dengan pilar perilaku pengendalian monitoring yaitu kategori

cukup 18 orang (90%).


Monitoring pada praktik sehari-hari, yaitu hasil pengobatan

Diabetes Melitus Tipe 2 harus dipantau secara terencana dengan

melakukan wawancara, pemeriksaan jasmani, dan pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu Pemeriksaan Kadar Glukosa

Darah Tujuan pemeriksaan glukosa darah dan Waktu pelaksanaan

pemeriksaan glukosa darah.


Berdasarkan dari hasil penelitian tabel 4.11 di atas hampir seluruh

responden dengan pilar perilaku pengendalian monitoring yaitu kategori

cukup 18 orang (90%), didapatkan adanya hubungan status sosial ekonomi

dengan perilaku pengendalian kadar gula darah pada klien Diabetes

Melitus Tipe II di Puskesmas Wagir Kabupaten Malang. Dari penelitian

tersebut dapat dikatakan bahwa responden memiliki kesadaran yang cukup

untuk memantau keadaan kesehatanya sendiri.


4.2.3 Hubungan Perilaku Pengendalian Kadar Gula Darah pada Klien Diabetes

Melitus Tipe II di Puskesmas Wagir Kabupaten Malang

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tabel tabel 4.18

di atas sebagian besar responden dengan perilaku pengendalian dengan

kategori status sosial ekonomi tinggi sebanyak 9 orang yaitu (45%) yaitu

dengan kategori perilaku pengendalian baik.

Menurut hasil penelitian terdahulu yang berjudul “ Hubungan Empat Pilar

Pengendalian DM Tipe II Dengan Rerata Kadar Gula Darah” pada tahun 2013

didapatkan hasil analisis, kesimpulan yang diperoleh adalah terdapat hubungan di

semua variabel. Dengan penyerapan edukasi yang baik, pengaturan makan,

olahraga, dan kepatuan pengobatan mempunyai dampak menstabilakan glukosa

darah dan meningkatkan kualitas hidup.

Menurut data di tabel 4.18 didapatkan hasil status sosial ekonomi tinggi

sebanyak 9 orang yaitu (45%) yaitu dengan kategori perilaku pengendalian

baik, didapatkan hubungan status sosial ekonomi dengan perilaku pengendalian

kadar gula darah pada klien Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Wagir

Kabupaten Malang. Dengan adanya status sosial ekonomi yang baik, maka

dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan dan dapat melakukan

mengetahui pengobatan secara non-medis dan secara medissecara baik.

Anda mungkin juga menyukai