Anda di halaman 1dari 31

PRESENTASI KASUS Oleh: Anna Rosmalinda

Pembimbing: dr. Endyanto P, SP.B

ILEUS OBSTRUKTIF 17 Januari 2018


IDENTITAS
Nama : Tn. S
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 66 tahun
Alamat : Banyu urip
Nomor RM : 81156
Tanggal masuk RS : 9 Januari 2018
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
•Tidak bisa kentut
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
•2 minggu SMRS, pasien merasa nyeri pada ulu hati. pasien mengeluh sulit kentut dan
sulit BAB.
•3 hari SMRS pasien kembali lagi ke IGD dengan keluhan yang sama, yaitu
merasakan nyeri seperti melilit pada ulu hati, mual muntah (+) setelah makan dan
minum, flatus (-), BAB (+) cair, perut terlihat kembung.
•1 hari SMRS pasien tidak bisa BAB dan kentut, perut terlihat semakin kembung.
ANAMNESIS
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
•Riwayat operasi hernia dan hemoroid.
•Riwayat hipertensi (+)
•Riwayat DM (+)
•Riwayat alergi (-)
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
•Riwayat penyakit serupa disangkal
•Riwayat hipertensi (+)
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Compos Mentis
Vital sign
TD : 150/90 mmHg
Nadi : 78x/menit
RR : 18x/menit
Suhu : 36,4ºC
Head to toe
Kepala : CA (-/-), SI (-/-)
Leher : pembesaran limfonodi (-)
Thorax : simetris, sonor, SDV (+/+), S1-S2 reguler
Abdomen : Inspeksi  distensi (+), jejas (-), darm contour (+), darm steifung (+)
Auskultasi  bising usus (-), metallic sound (+)
Perkusi  timpani
Palpasi  nyeri tekan kuadran tengah atas (epigastric)
Ekstremitas: atas  akral dingin (-), oedem (-)
bawah  akral dingin (-), oedem (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM
Jenis Nilai Nilai Normal
Hemoglobin 11.6 (L) 11.7-15.5
Hematokrit 35 (L) 35-47
Lekosit 12.6 (H) 3.6-11.0
Eritrosit 4.12 (L) 3.8-5.2
Trombosit 436 150-440
MCV 83.7 80.0-100.0
MCH 28.2 26.0-34.0
MCHC 33.6 32.0-36.0
Eusinofil 0.1 (L) 2-4
Basofil 0.2 0-1
Netrofil 791 (H) 50.0-70.0
Limfosit 9.0 (L) 25.0-40.0
Monosit 11.6 (H) 2.0-8.0
Ureum 51.6 (H) 10-50
Kreatinin 1.36 (H) 0.6-1.2
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A
RADIOLOGI
DIAGNOSIS
Diagnosis Banding
•Ileus Obstruktif et causa adhesi et causa peritonitis umum et Causa Appendisitis
Perforasi
•Ileus obstruktif et causa tumor colon
•Ileus Paralitik

Diagnosis Kerja
•Ileus Obstruktif et causa adhesi et causa peritonitis umum et Causa Appendisitis
Perforasi
PENATALAKSANAAN
Terapi Non Bedah
•Pemasangan NGT dialirkan dan DC
•Infus RL 20 tpm
•Pemberian antibiotic dan antiemetic

Terapi Bedah
•Laparotomy eksplorasi
PEMBAHASAN
ANATOMI
ANATOMI INTESTINUM TENUE
• Usus halus merupakan tabung yang membentang dari pilorus sampai katup ileosekal.
Panjang usus halus sekitar 12 kaki. Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah abdomen.
Ujung proksimalnya berdiameter sekitar 3,8 cm, tetapi semakin kebawah lambat laun
diameterya berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm. Usus halus dibagi menjadi duodenum,
jejenum, dan ileum.
• Duodenum panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari pilorus sampai kepada jejenum.
Pemisahan duodenum dan jejenum ditandai oleh ligamentum treitz, suatu pita muskulofibrosa
yang berorigo pada krus dekstra diafragma dekat hiatus esofagus dan berinsersio pada
perbatasan duodenum dan jejenum. Ligamentum ini berperan sebagai ligamentum
suspensorium (penggantung). Kira-kira 2/5 dari sisa usus halus adalah jejenum, dan 3/5
terminalnya adalah ileum.
• Jejenum terletak di regio abdominalis media sebelah kiri, sedangkan ileum cenderung
terletak di region abdominalis bawah kanan. Jejunum mulai pada juncture denojejunalis dan
ileum berakhir pada junctura ileocaecalis.
ANATOMI INTESTINUM CRASUM
• Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki
(sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus
besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil.
• Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus semakin kecil.
Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum terdapat katup
ileocaecaal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati
sekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileocaecaal mengontrol
aliran kimus dari ileum ke sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon asendens,
transversum, desendens dan sigmoid. Kolon ascendens berjalan ke atas dari sekum
ke permukaan inferior lobus kanan hati, menduduki regio iliaca dan lumbalis kanan.
Setelah mencapai hati, kolon ascendens membelok ke kiri membentuk fleksura koli
dekstra (fleksura hepatik). Kolon transversum menyilang abdomen pada regio
umbilikalis dari fleksura koli dekstra sampai fleksura koli sinistra.
• Kolon transversum, waktu mencapai daerah limpa, membengkok ke bawah,
membentuk fleksura kolisinistra (fleksura lienalis) untuk kemudian menjadi kolon
Descendens.
• Kolon sigmoid mulai pada pintu atas panggul. Kolon sigmoid merupakan lanjutan
kolon descendens. Ia tergantung kebawah dalam rongga pelvis dalam bentuk
lengkungan. Kolon sigmoid bersatu dengan rektum di depan sakrum.
• Rektum menduduki bagian posterior rongga pelvis. Rektum ke atas dilanjutkan oleh
kolon sigmoid dan b erjalan turun di depan sekum, meninggalkan pelvis dengan
menembus dasar pelvis. Disini rektum melanjutkan diri sebagai anus dalam
perineum.
FISIOLOGI
• Fungsi usus halus terdiri atas Transportasi, Pencernaan makanan dan Absorpsi
cairan, elektrolit serta unsur makanan
• Isi usus digerakan oleh peristaltic dengan gerakan segmental dan longitudinal.
• Setiap hari beberapa liter cairan dan puluhan gram makanan akan berlalu di
usus halus dan setelah dicerna akan masuk ke aliran darah
• Bersama cairan yang masuk dengan makanan dan minuman, ludah, cairan
lambung, empedu, secret pancreas dan cairan usus halus membentuk cairan cerna
dengan volume 6-8 Liter. Semua cairan akan diserap kembali sebelum isi usus
melewati katup ileosekal sehingga hanya sekitar 0,5 liter cairan yang diteruskan
ke kolon.
• Proses keluar masuknya cairan tersebut dipengaruhi tekanan hidrostatik.
FISIOLOGI
•Fungsi utama kolon untuk absorbsi air, vitamin dan elektrolit dari kimus untuk
membentuk feses yang padat dan penyimpanan feses, dan kemudian mendorongnya
keluar.
•Dari 700-100 ml cairan usus halus yang diterima kolon, hanya 150-200ml yang
dikeluarkan sebagai feses setiap harinya.
•Udara yang didapat saat makan, minum atau menelan ludah. O2 dan CO2 akan
diserap di usus, sedangkan nitrogen bersama gas hasil pencernaan dikeluarkan
sebagai flatus.
•Pada infeksi usus, produksi gas meningkat dan bila obstruksi usus gas akan tertimbun
di saluran cerna dan menimbulkan flatulensi.
DEFINISI
•Ileus adalah gangguan / hambatan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi
usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau tindakan.

Macam-macam ileus:
•Ileus obstruktif / ileus mekanik  Isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal
atau anus karena adanya sumbatan, baik di lumen usus, dinding usus maupun luar usus yang
menekan.
•Ileus paralitik  Keadaan dimana usus gagal atau tidak mampu melakukan kontraksi
peristaltik untuk menyalurkan isinya.
KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi obstruksinya, ileus obstrukif atau ileus mekanik dibedakan
menjadI:
•Ileus obstruktif letak tinggi
 obstruksi mengenai usus halus (dari gaster sampai ileum terminal).
•Ileus obstruktif letak rendah
 obstruksi mengenai usus besar (dari ileum terminal sampai rectum).
STADIUM
Obstruksi sebagian (partial Obstruksi sederhana (simple Obstruksi strangulasi
obstruction) obstruction) (strangulated obstruction)

obstruksi disertai dengan


obstruksi/sumbatan yang tidak
terjepitnya pembuluh darah
makanan masih bisa sedikit lewat, disertai terjepitnya pembuluh darah
sehingga terjadi iskemia yang
dapat flatus dan defekasi sedikit. (tidak disertai gangguan aliran
akan berakhir dengan nekrosis
darah).
atau gangren.
ETIOLOGI
•Adhesi atau perlengketan pascabedah  Adhesi bisa terjadi setelah pembedahan abdominal
sebagai respon peradangan intra abdominal. Jaringan parut bisa melilit segmen dari usus, dan
membuat segmen itu kusut atau menekan segmen itu sehingga bisa terjadi segmen tersebut
mengalami supply darah yang kurang.
•Tumor atau polip  Tumor yang ada pada dinding usus meluas ke lumen usus atau tumor diluar
usus menyebabkan tekanan pada dinding usus.
•Hernia  Hernia bisa menyebabkan obstruksi apabila hernia mengalami strangulasi dari
kompresi sehingga bagian tersebut tidak menerima supply darah yang cukup. Bagian tersebut
akan menjadi edematosus kemudian timbul necrosis.
•Volvulus  Merupakan usus yang terpuntir sedikitnya sampai dengan 180O sehingga
menyebabkan obstruksi usus dan iskemia, yang pada akhirnya bisa menyebabkan gangrene dan
perforasi jika tidak segera ditangani karena terjadi gangguan supply darah yang kurang.
ETIOLOGI
•Ascariasis  Cacing askaris hidup di usus halus bagian jejunum, biasanya jumlahnya
puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di mana-mana di usus halus,
tetapi biasanya di ileum terminal. Obstruksi umumnya disebabkan oleh suatu
gumpalan padat terdiri atas sisa makanan dan puluhan ekor cacing yang mati atau
hampir mati akibat pemberian obat cacing.

•Intususepsi / invaginasi  Intussusepsi adalah masuknya sebagian dari usus ke


dalam lumen usus yang berikutnya. Intussusepsi sering terjadi antara ileum bagian
distal dan cecum, dimana bagian terminal dari ileum masuk kedalam lumen cecum.
PATOFISIOLOGI
1. Efek dari obstruksi
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit seluruh tubuh
•Kehilangan cairan dari muntah, edema usus dan kehilangan kemampuan dalam
mengabsorbsi cairan akan menimbulkan dehidrasi.
•Emesis akan memicu kehilangan ion natrium, hidrogen dan chlor.
•Dehidrasi yang ada juga akan memicu tubulus proximal ginjal untuk mereabsorbsi ion
bikarbonat dan membuang chlor sehingga memicu terjadinya alkalosis metabolik.
PATOFISIOLOGI
2. Efek mekanik dari peningkatan tekanan pada perfusi intestinal
•Pangkal dari obstruksi akan berdilatasi, diisi oleh sekresi intestinal dan air yang
ditelan Dilatasi yang terus-menerus dapat memicu peningkatan tekanan luminal
sehingga menimbulkan tekanan vena meningkat, hilangnya drainase vena sehingga
terbentuk edema dan hiperemis pada usus. Hal ini dapat memicu tahanan aliran
arteri sehingga timbul iskemia, nekrosis hingga perforasi.
•Gangguan aliran konten intralumen usus akan menimbulkan gangguan flatus serta
gangguan pergerakan usus.
•Usus yang tidak bekerja akan memicu pertumbuhan flora dalam usus yang akan
mengakibatkan terjadinya emesis berlebih  Pertumbuhan flora normal yang
berlebih membuat bakteri bisa menembus dinding usus sehingga dapat keluar dari
dinding usus  peradangan.
GEJALA KLINIS
Ileus obstruksi usus halus
 nyeri abdomen bagian tengah  bertambah berat dengan makin beratnya obstruksi.
 Nyeri bersifat hilang timbul.
 Bila terjadi strangulasi, biasanya nyeri lebih terlokalisir dan mungkin menetap.
 Muntah paling sering ditemukan dan timbulnya lebih awal pada obstruksi usus halus.
 Obstipasi dan kegagalan mengeluarkan gas sering ditemukan  obstruksinya komplit, meskipun pada
awal terjadinya obstruksi beberapa feses dan gas dapat dikeluarkan spontan atau setelah pemberian
enema.
 Diare kadang terdapat pada obstruksi parsial.
 Darah dalam feses jarang ditemukan, tetapi muncul pada kasus intusepsi.
GEJALA KLINIS
Ileus obstruksi pada usus besar
 nyeri kolik
 Muntah muncul terakhir, terutama bila katup ileosekal kompeten.
 Riwayat perubahan kebiasaan buang air besar dan darah dalam feses sering disebabkan oleh
karsinoma dan divertikulitis.
 Gejala akut dapat berkembang dalam waktu satu minggu.

Pada ileus adinamik


 tidak ada gejala kolik
 hanya rasa tidak enak yang disebabkan distensi.
 Muntah dapat sering terjadi tapi jarang profus.
 Obstipasi komplit dapat atau tidak ditemukan.
PENEGAKAN DIAGNOSIS
•Anamnesis:
Gejala yang timbul dapat bervariasi sesuai dengan level obstruksi yang terjadi. Manifestasi klinis yang umum
didapatkan adalah nausea, emesis, nyeri kolik abdomen atau nyeri abdomen bersifat cramping, dan
kegagalan dalam flatus atau defekasi (obstipasi) yang menunjukkan adanya gangguan pergerakan usus.

•Pemeriksaan fisik:
Inspeksi : distensi abdomen
Auskultasi : didapatkan high pitch suara usus (metallic sound) hingga suara usus yang minimal dikarenakan
traktus Intestinal menjadi hipotonik.
Perkusi : Hipertimpani
Palpasi : NT (+)
Rectal Touche: Ampula rekti kolaps
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan Laboratorium
Dapat ditemukan peningkatan urea-nitrogen darah, peningkatan kreatinin, hemokonsentrasi, hiponatremi, hipokalemi dan
proteinuria.
Leukositosis dengan sebagian shift to the left. Lekosit berjumlah 15.000 – 25.000/mm3 dengan predominan PMN dengan
banyak sel imatur  strangulasi.

• Pemeriksaan X-Ray
Foto polos abdomen (foto posisi supine, posisi tegak abdomen atau posisi dekubitus) dan posisi tegak thoraks. Pada foto
abdomen dapat ditemukan beberapa gambaran, antara lain:
1) Distensi usus bagian proksimal obstruksi
2) Kolaps pada usus bagian distal obstruksi
3) Posisi tegak atau dekubitus: Air-fluid levels
4) Posisi supine dapat ditemukan distensi usus dan step-ladder sign
5) String of pearls sign, gambaran beberapa kantung gas kecil yang berderet
6) Coffee-bean sign, gambaran gelung usus yang distensi dan terisi udara dan gelung usus yang berbentuk U yang
dibedakan dari dinding usus yang oedem.
7) Pseudotumor Sign, gelung usus terisi oleh cairan.
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Ileus obstruktif letak tinggi

• Coil spring appearance

• Hearing bone appearance

• Air fluid level yang pendek - pendek dan banyak (step ladder sign).

• Dilatasi di proximal sumbatan (sumbatan paling distal di ileocaecal junction) dan kolaps usus di bagian distal sumbatan.

Ileus obstruktif letak rendah

• Gambaran sama seperti ileus obstruksi letak tinggi

• Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi abdomen.

• Air fluid level yang panjang - panjang di kolon


Foto polos 3 posisi pada ileus obstruktif letak tinggi

Posisi supine dapat Posisi setengah duduk Posisi lateral dekubitus


ditemukan gambaran dengan gambaran air fluid dapat ditemukan gambaran
distensi usus, coil spring dan level yang membentuk step step ladder pattern
herring bone appearance ladder pattern
PENATALAKSANAAN
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah :

1. Koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan (Infus dan kateter).

2. Menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi (Suction,


NGT).

3. Mengatasi peritonitis dan syok bila ada.

4. Menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus


kembali normal.
PENATALAKSANAAN
Operatif  Operasi dini setelah dekompresi dengan penggantian cairan dan
elektrolit dilakukan untuk mencegah komplikasi sepsis sekunder terhadap strangulata
atau ruptur usus. Sehingga obstruksi yang dicurigai disertai dengan jenis strangulasi,
mempunyai prioritas bedah tinggi.
Indikasi dilakukan tindakan pembedahan:
•Indikasi Absolut  Peritonitis umum, peritonitis lokal, perforasi viseral, hernia
irreponibilis
•Indikasi relative  teraba massa, ‘virgin’ abdomen, kegagalan perbaikan secara
konservatif
•Dicoba untuk konservatif (48 jam)  Obstruksi parsial, riwayat operasi sebelumnya,
keganasan stadium terminal, keraguan diagnosis dengan kemungkinan ileus

Anda mungkin juga menyukai