Anda di halaman 1dari 7

JVK 5 (1) (2019)

JVK
JURNAL VOKASI KESEHATAN
http://ejournal.poltekkes-pontianak.ac.id/index.php/JVK

PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DALAM PENCEGAHAN KEKAMBUHAN


REMATIK

Suryanda , Asmawi Nazori, Zanzibar

Prodi Keperawatan Baturaja, Politeknik Kesehatan Palembang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah artikel : Rematik termasuk dalam kelompok penyakit reumatologi yang menunjukkan suatu
Diterima 25 April 2018 kondisi nyeri dan kaku yang menyerang anggota gerak atau system musculoskele-
Disetujui 21 Januari 2019 tal, yaitu sendi, otot, tulang, maupun jaringan disekitar sendi. Penelitian ini bertu-
Dipublikasi 31 Januari juan untuk mengetahui karakteristik keluarga, pengetahuan dan sikap keluarga dalam
2019 pencegahan kekambuhan rematik di Prabumulih tahun 2017. Deskriptif analitik den-
gan metode cross-sectional dengan Purposive sampling melibatkan seluruh keluarga
Keywords: Pengetahuan; penderita rematik yang tercatat berkunjungke Puskesmas Sukajadi Kecamatan Pra-
Sikap; Kekambuhan bumulih Timur bulan Oktober hingga Desember 2017, berjumlah 92 orang. Sampel
Rematik sebanyak 87 responden. Data diperoleh melalui kuisioner berupa ceklist dan studi
dokumentasi. Sebagian besar responden wanita, berpendidikan SMA, berpenghasilan
rata-rata tertinggi Rp 2.000.000 – Rp.3.000.000,pekerjaan wiraswasta, usia responden
terbanyak antara 21 tahun hingga 30 tahun.71,1% rematik anggota keluarganya jarang
kambuh, sisanya hanya 29,9% sering kambuh. Pengetahuan responden kurang 58,6%,
41,3 % baik. Sikap responden 56,3% mendukung upaya pencegahan kekambuhan
rematik dan 43,7% kurang mendukung. Hasil uji analisis chi-square menunjukkan
adanya hubungan signifikan antara pengetahuan keluarga dengan kekambuhan rema-
tik pada lansia dan sikap keluarga dengan kekambuhan rematik pada lansia.

KNOWLEDGE AND FAMILY ATTITUDE IN PREVENTION OF REMATICAL DEVICES


Abstract
Rheumatism belongs to a group of rheumatic diseases showing a painful and stiff
condition that attacks the limbs or the musculoskeletal system, ie joints, muscles,
bones, and tissues around the joint. This study aims to determine the characteristics
of family, knowledge and family attitudes in prevention of rheumatic recurrence in
Prabumulih 2017. Descriptive analytics with cross-sectional method with Purposive
sampling involving all families of rheumatic patients who visited visited Sukajadi
Public Health Center East Prabumulih District October to December 2017, amounting
92 person. Sample as many as 87 respondents. Data obtained through questionnaire in
the form of checklist and study documentation. Most of the female respondents, high
school educated, have the highest average income of Rp 2,000,000 - Rp.3,000,000,
self-employment, age of respondent most between 21 years to 30 years.71.1% rheu-
matic family members rarely relapse, the rest only 29 , 9% often relapse. Knowledge
of respondents less 58,6%, 41,3% good. Response respondents 56.3% support efforts
to prevent rheumatic recurrence and 43.7% less supportive. The results of chi-square
analysis showed a significant relationship between family knowledge with rheumatic
recurrence in elderly and family attitude with rheumatic recurrence in elderly

©2019, Poltekkes Kemenkes Pontianak

Alamat korespondensi : ISSN 2442-5478


Poltekkes Kemenkes Palembang, Indonesia.
Email: suryanda@poltekkespalembang.ac.id
1
Suryanda dkk, Pengetahuan dan Sikap Keluarga dalam Pencegahan Kekambuhan Rematik

Pendahuluan Di Cina, Indonesia dan Filipina prevalensinya


kurang dari 0,4% baik didaerah urban ataupun ru-
Rematik termasuk dalam kelompok penyakit ral. Prevalensi kasus rheumatoid arthritis di Indone-
reumatologi yang menunjukkan suatu kondisi nyeri sia berkisar 0,1% sampai dengan 0,3% sementara di
dan kaku yang menyerang anggota gerak atau system Amerika mencapai 3% (Suarjana, 2009). Meskipun
musculoskeletal, yaitu sendi, otot, tulang, maupun demikian turut mengalami peningkatan, pada tahun
jaringan disekitar sendi (Soumya, 2011). Manifestasi 2011 prevalensinya mencapai 29,35%, tahun 2012
klinis yang sering dapat dilihat adalah, nyeri sendi, sebesar 39,47% dan tahun 2013 sebesar 45,59%. Ber-
kekakuan sendi selepas tidak bergerak (terutamanya dasarkan data Riskesdas tahun 2007 dan tahun 2013
pada waktu pagi), sendi yang tidak stabil, kehilan- prevalensi rematik Nasional mengalami peningkatan
gan fungsi, kelembutan pada sendi (joint tenderness), dari 32,2% menjadi 36,6%. (Ermalynda, 2014). Prev-
krepitus pada pergerakkan, pergerakkan terbatas, ta- alensi di Kota Palembang sendiri diketahui pada ta-
hap inflamasi yang bervariasi, dan pembengkakan tu- hun 2009 jumlah angka kejadian artritis rheumatoid
lang. (Kumar, P., & Clark, M., 2005). adalah 44.200 orang berada diurutan ke 3 dari sepu-
Penyakit rematik dan keradangan sendi meru- luh penyakit terbesar. Pada tahun 2010 jumlah ang-
pakan penyakit yang banyak dijumpai dimasyarakat, ka kejadian artritis rheumatoid adalah 84.852 orang
khususnya pada orang yang berumur 40 tahun ke atas. berada diurutan ke 2 dari sepuluh penyakit terbesar.
Lebih dari 40 persen dari golongan umur tersebut Pada tahun 2011 jumlah angka kejadian artritis rheu-
menderita keluhan nyeri sendi dan otot. Dalam hal ini matoid adalah 73.216 orang berada diurutan ke 1 dari
masalah rematik dipandang sebagai salah satu masalah sepuluh penyakit terbesar (Dinkes Palembang, 2014).
kesehatan utama sejak tahun 2000 (Priyanto, 2009). Sedangkan berdasarkan data dari Profil Kesehatan
Rematik harus ditangani dengan sempurna. Penderita Dinas Kesehatan Kota Prabumulih, jumlah penderita
harus diberi penjelasan bahwa penyakit ini tidak dap- rematik yang berobat ke Puskesmas tercatat pada ta-
at disembuhkan (Sjamsuhidajat, 2010). Terapi Rema- hun 2016 rata-rata di Puskesmas sebanyak 392 orang.
tik harus dimulai sedini mungkin agar menurunkan Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa rasa
angka perburukan penyakit. Penderita harus dirujuk nyeri akibat rematik sudah cukup mengganggu ak-
dalam 3 bulan sejak muncul gejala untuk mengonfir- tivitas masyarakat Indonesia, terutama mereka yang
masi diagnosis dan inisiasi terapi DMARD (Disease memiliki aktivitas sangat padat di daerah perkotaan
Modifying Anti-Rheumatic Drugs) (suarjana, 2009). seperti mengendarai kendaraan ditengah arus kemac-
Rematik merupakan suatu penyakit yang telah lama etan, duduk selama berjam-jam tanpa gerakan tubuh
dikenal dan tersebar luas diseluruh dunia yang secara yang berarti, tuntutan untuk tampil menarik dan pri-
simetris mengalami peradangan sehingga akan terja- ma, kurangnya porsi berolahraga serta faktor bertam-
di pembengkakan, nyeri dan akhirnya menyebabkan bahnya usia. Selain itu menurut Ferry dan Makhfud-
kerusakan bagian dalam sendi dan akan mengganggu li (2009) perlu pula peran yang besar dari keluarga
aktivitas penderita (Junaidi, 2006). sebagai orang-orang yang sangat dekat dengan klien
Laporan World Health Organization (WHO), untuk bagaimana bisa merawat dengan baik dan bah-
(2016) menyebutkan angka kejadian rematik menca- kan membuat lansia tersebut menjadi mandiri serta 3
pai 335 juta penduduk dunia, dimana 5-10% berusia sejahtera di masa tuanya. Kesibukan keluarga dalam
5-20 tahun dan 20% berusia 55 tahun sedangkan ta- pekerjaan berdampak terhadap kelonggaran mereka
hun 2012 meningkat menjadi 25% penderita rematik dalam merawat anggota keluarga termasuk lansia, se-
yang akan mengalami kecacatan akibat kerusakan hingga peran keluarga dalam merawat lansia kurang.
pada tulang dan gangguan pada persendian (Bawaro- Dahliyani (2014), yang meneliti aktivitas keluarga
di, 2017). Prevalensi penyakit ini relatif konstan yaitu dengan tingkat kemandirian dalam merawat anggota
berkisar antara 0,5-1% di seluruh dunia. (Suarjana, keluarga menyimpulkan bahwa semakin tinggi aktiv-
2009). Hasil perkiraan yang lebih baru menyebutkan itas keluarga maka kemandiriannya semakin rendah.
sekitar 35 juta kasus penyakit terdapat di amerika Maryam, dkk. (2008) menyampaikan bahwa
serikat. Di Jerman sekitar sepertiga orang menderita peran keluarga sebagai fasilitator keluarga mam-
nyeri sendi kronik mulai dari usia 20 tahun dan juga pu membimbing, membantu, dan mengalokasikan
seperduanya berusia 40 tahun. Satu dari penyebab sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhan lansia.
utama nyeri yang timbul, dengan konsekuensi yang Upaya ini juga dapat berfungsi sebagai rehabilitatif
serius, merupakan Rematik Ketidak sanggupan untuk meupun kuratif. Penelitian ini bertujuan untuk meng-
bekerja akibat penyakit ini mempunyai pengaruh yang etahui karakteristik keluarga, pengetahuan dan sikap
besar terhadap sistem ekonomi dan sosial. Keadaan keluarga dalam pencegahan kekambuhan rematik di
sosial serta ekonomi ini semakin dipengaruhi oleh wilayah Kecamatan Prabumulih Timur tahun 2017
proses proses penyakit yang kronis (Schneider, 2013).

2
JVK 5 (1) (2019) hlm. 1 - 7

Metode Jenis Kelamin


1. Laki-laki 31 35,6
Merupakan penelitian deskriptif analitik dengan
2. Perempuan 56 64,3
menggunakan pendekatan cross-sectional. Pengambi-
lan sampel menggunakan teknik purposive sampling.
Sedangkan populasinya adalah seluruh keluarga Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian
penderita rematik yang anggota keluarganya tercatat Berdasarkan tabel 1 diatas besar tingkat pendidikan
berkunjung ke Puskesmas Sukajadi Kecamatan Pra- responden adalah SMA, yaitu 45 responden (51,7%).
bumulih Timur, antara bulan Oktober hingga Desem- Pekerjaan responden terbanyak adalah wiraswasta,
ber 2017, berjumlah 92 orang. Sampel sebanyak 87 yaitu 33 responden (37,9%). Pendapatan rata-rata per-
responden yang memenuhi kriteria yaitu memiliki an- bulan tertinggi adalah Rp. 3.000.000, - Rp. 4.000.000,-
ggota keluarga dengan riwayat rematik yang berobat sebanyak 32 responden (36,8%). Kelompok umur
dan terdaftar dalam rekam medis Puskesmas Sukajadi responden terbanyak adalah kelompok umur 21-30
Kota Prabumulih tahun 2017. tahun, yaitu 36 responden (41,4 %), sedangkan pen-
Instrumen pengumpulan data berupa kuestioner derita rematik terbanyak adalah Perempuan, yaitu 56
berbentuk cheklis, responden terlebih dahulu diminta reponden (64,3%).
kesediaan mengisi kuesioner dengan menanda tan-
gani inform concern, selanjutnya dijelaskan aturan Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik responden
dan tata cara pengisian kuestioner. Responden diminta Berdasarkan Pengetahuan, Sikap dan Kekambuhan
mengerjakan angket yang telah diberikan dalam wak- penyakit.
tu kurang lebih 30 menit dengan ditunggui peneliti.
Karakteristik Frekuensi Persen (%)
Hasil dan Pembahasan Pengetahuan
1. Baik 36 41,3
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Re- 2. Kurang 51 58,6
sponden Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Pekerjaan,
Sikap
Pendapatan, Umur dan Jenis Kelamin.
1. Mendukung 49 53,3
Karakteristik Jumlah (n) Persen (%) 2. Kurang men- 38 43,7
dukung
Tingkat Pendidikan
Kekambuhan Penyakit
1. SD 5 5,74
1. Sering 26 29,9
2. SMP 11 12,6
2. Jarang 6 70,1
3. SMA 45 51,7
4. Perguruan tinggi 26 29,9
Berdasarkan tabel 2 diatas, tampak sebagian
Pekerjaan besar pengetahuan responden tentang pencegahan
1. Buruh 28 32,2 kekambuhan rematik masih kurang, yaitu sebanyak
2. Wiraswasta 33 37,9 51 responden (58,6%). Sedangkan sebagian sebagi-
3. PNS/TNI/Polri 23 26,4 an besar responden memiliki sikap mendukung upaya
4. Tidak bekerja 3 3,4 pencegahan kekambuhan, yaitu 43 responden 67,2%.
Distribusi frekuesnsi kekambuhan anggota keluarga
Pendapatan /bulan
responden menunjukkan dari 87 orang responden, 38
1. <2.000.000 9 10,3
responden (59,4%) anggota keluarganya jarang men-
2. 2.000.000- 22 25,2 galami kekambuhan. Sedangkan 61 responden (70,1
3.000.000 %) jarang kambuh.
3. 3.000.000- 32 36,8
4.000.000 Tabel 3. Hubungan Pengetahuan Responden terhadap
4. >4.000.000 24 27,6 Pencegahan Kekambuhan Rematik
Umur
1. 20 tahun 3 3,4 Peng- Kekambuhan Rematik p-Val-
2. 21 – 30 tahun 36 41,4 e t a - Sering Jarang Jumlah ue
huan
3. 31- 40 tahun 21 24,1 F % F % F %
4. >40 tahun 27 31,0

3
Suryanda dkk, Pengetahuan dan Sikap Keluarga dalam Pencegahan Kekambuhan Rematik

Baik 3 3,4 33 37,9 36 41,3 Sedangkan kekambuhan terhadap rematik dapat dice-
0.000 gah, sehingga penderita dapat hidup produktif dan
Kurang 23 26,4 28 32,2 51 58,6
sehat.
Jumlah 26 29,8 61 70,1 87 100
Dampak dari rematik tidak hanya menimbulkan
gangguan kenyamanan, tetapi dapat pula mengancam
Berdasarkan tabel 3 diatas dapat diketahui hasil jiwa penderitanya, dan masalah yang disebabkan oleh
analisis hubungan pengetahauan responden dengan penyakit rematik tidak hanya berupa keterbatasan
kekambuhan rematik menggunakan uji chi-square yang tampak jelas pada mobilitas dan aktifitas hidup
diperoleh p-Value 0,000. Hal ini berarti p-Value < sehari-hari seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah,
0.005 maka dengan demikian dapat dikatakan Ha dit- perubahan citra diri serta gangguan tidur tetapi juga
erima atau terdapat hubungan yang signifikan antara efek sistemik yang tidak jelas dan dapat menimbulkan
pengetahuan responden dengan kekambuhan rematik kegagalan organ bahkan kematian (Smeltzer & Bare,
di Wilayah kerja Puskemas Sukajadi Kota Prabumu- 2002)
lih. Kekambuhan adalah kejadian berulang yang di-
alami oleh penderita melebihi satu kali dengan kual-
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Sikap Responden terh- itas yang sering terjadi dan biasanya bersifat tidak
adap Pencegahan Kekambuhan Rematik menyenangkan. Setelah dilakukan diagnosa rematik
dapat ditegakan bahwa pendekatan pertama yang ha-
Sikap Kekambuhan Rematik p-Val- rus dilakukan adalah untuk pencegahan terulangnya
Sering Jarang Jumlah ue rasa nyeri rematik (Putri, 2012).
F % F % F % Ketika lansia menyadari bahwa tindakannya se-
M e n - 13 14,94 23 26,44 36 41,3 lama ini kurang tepat, sehingga muncul kekambuhan
dukung rematik pada dirinya, maka terjadinya kekambuhan
0.002
tersebut akan membuka kesadaran lansia tentang
Kurang 36 41,38 15 17,24 51 58,6
tindakannya selama ini kurang tepat. Berdasarkan
Jumlah 49 56,32 38 43,68 87 100
pengalaman dan pengetahuan yang mereka mili-
ki tersebut akan terbentuk sikap baru tentang cara
Pada tabel 4. diatas diketahui bahwa hasilanali- pencegahan kekambuhan rematik. Selanjutnya lansia
sis hubungan Sikap responden dengan kekambuhan akan mengevaluasi sikapnya terhadap pencegahan
rematik menggunakan uji chi-square diperoleh p-Val- kekambuhan rematik tersebut apakh telah sesuai den-
ue 0,002. Hal ini berarti p-Value p-Value < 0.005 gan harapannya atau tidak (Niven, 2002)
maka dengan demikian dapat dikatakan Ha diterima Dukungan dari keluarga juga menjadi sangat
atau terdapat hubungan yang signifikan antara sikap penting, mengingat sebagian besar penderita rema-
responden dengan kekambuhan rematik diWilayah tik adalah lansia. Menurut Setiadi, (2008) keluarga
kerja Puskemas Sukajadi Kota Prabumulih. perlu mengenal masalah kesehatan setiap anggotan-
Rematik lebih sering terjadi pada orang yang ya, perubahan sekecil apapun yang dialami anggota
mempunyai aktivitas berlebih dalam menggunakan keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan
lutut seperti pedagang keliling, dan pekerja yang ban- tanggung jawab keluarga.
yak jongkok karena terjadi penekanan yang berlebih Menurut teoristruktural fungsional keluarga
pada lutut, umumnya semakin berat aktivitas yang merupakan sebuah sistem yang terkait anggota dalam
dilakukan oleh seseorang dalam kegiatan sehari-hari keluarganya. Dalam hal ini setiap anggota keluarga
maka pasien akan lebih sering mengalami Rematik memiliki peran dan tugas yang harus dijalankan oleh
terutama pada bagian sendi dan lebih sering terjadi anggota keluarga. Fungsi dan peran tersebut dimiliki
pada pagi hari. oleh setiap angota keluarga. tanpa pembagian peran
Secara umum, penyakit rematik disebabkan dantugas yang jelas maka fungsi keluarga akan ter-
oleh kombinasi gen dan faktor lingkungan. Beberapa ganggu dan akan mempengaruhi sistem yang lebih
orang memiliki varian gen tertentu yang dapat men- besar.(Megawangi 1999).
ingkatkan kerentanannya pada penyakit rematik, dan Keluarga dalam hal ini wajib melakukan berb-
faktor-faktor di lingkungan juga memicu timbulnya agai upaya pencegahan kekambuhan tersebut. Salah
penyakit (Gourley, 2007) satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan adan-
Menurut Wijayakusuma, Hembing, (2006) fak- ya pengetahuan yang baik mengenai Rematik. Peng-
tor-faktor yang mempengaruhi tembulnya rheuma- etahuan yang perlu dimiliki antara lain terkait men-
toid arthritis di antaranya adalah infeksi, pekerjaan, genai istirahat yang cukup, dan latihan spesifik yang
makanan, gangguan imunitas, kelenjar/hormon, fak- bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi,dan
tor usia, faktor genetik, psikologis, dan lingkungan. menjaga pola makan yang baik dengan mengurangi
asupan purin yang tinggi (Gordon,2002)

4
JVK 5 (1) (2019) hlm. 1 - 7

Misnadirly. (2007), mengatakan bahwa Lansia mengenai keterpaparan media informasi yang juga
memerlukan perhatian khusus, apalagi terkait dengan penting dalam pengetahuan seseorang.
adanya keluhan nyeri sendi. Keluarga dalam hal ini Menurut Markum (1991) dalam Nursalam
sebagai orang terdekat harus memiliki pengetahuan (2001), Bekerja bagi keluarga mempunyai pengaruh
terutama terkait penyakit Rematik yang memang terhadap kehidupannya sehingga keluarga tidak pun-
lebih sering dialami oleh lansia.Selain itu kesadaran ya banyak waktu untuk mendapatkan informasi. Pek-
akan pentingnya upaya mencegah kekambuhan dapat erjaan seperti buruh, wiraswasta, pedagang tentunya
membantu meningkatkan produktifitas dan harapan banyak menyita waktu sehingga keluarga relative ter-
hidup bagi lansia. abaikan.
Menurut Notoadmodjo, (2007). Pengetahuan Hasil penelitian ini yang menyatakan adanya
adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang mel- hubungan antara pengetahuan keluarga dengan kek-
akukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. abuhan rematik di Kecamatan Prabumulih Timur ta-
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh mel- hun 2017, ternyata sejalan dengan penelitian Bawaro-
alui mata dan telinga (melihat dan mendengar). di, (2017) yang menyebutkan adanya hubungan yang
Pengetahuan juga sangat erat dengan pendidi- signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kekam-
kan, sebab pengetahuan didapat baik melalui pen- buhan rematik di Wilayah Puskesmas Beo Kabupat-
didikan formal maupun informal.Dalam penelitian en Talaud. Hanya saja di dalam penelitian ini tidak
ini karakteristik tingkat pendidikan responden di Per- diketahui sikap keluarga, apakah mendukung atau
guruan tinggi ternyata hanya 29,9% tetapi terbanyak tidak upaya penegahan kekabuhan penyakit rematik.
adalah SMA yaitu 51,7%.Hal ini menunjukkan bahwa Menurut Erwin, (2016) juga berkesimpulan
dengan tingkat pendidikan responden tersebut, peng- masih kurangnya pengetahuan keluarga tentang per-
etahuannyapun relatif baik. awatan Reumatoid Arthritis pada lansia di Puskesmas
Meskipun dengan hasil kuestioner menunjukkan Gurah, kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri tahun
tingkat pengetahuan responden tentang upaya pence- 2014.Pengetahuan dan sikap keluarga yang baik dap-
gahan kekambuhan rematik yang baik hanya 41,3%, at mendukung upaya pencegahan kekabuhan rema-
hal ini belum menjadi tolok ukur suatu kesimpulan, tik. Utami, (2010) mengatakan peran keluarga dalam
mengingat beberapa faktor yang turut mempengaruhi merawat lansia sangat diperlukan sebab penurunan
pengetahuan, seperti faktor lingkungan, pengalaman fungsi organ pada lansia (ditambah dengan keadaan
dan ketersediaan informasi tidak diteliti dalam pene- lansiayang mengalami rheumatoid arthritis) men-
litian ini. gurangi kemampuan lansia dalam merawat dirinya
Pengetahuan juga dapat dipengaruhi oleh faktor sendiri sehingga kekabuhan akan sering terjadi.
umur, hal ini adalah terkait dengan proses perkem- Sementara itu dalam penelitan ini diperoleh has-
bangan mental seseorang (Singgih, 1998 dalam Er- il adanya hubungan yang signifikan antara sikap kel-
win, 2016). Dalam penelitian ini, usia responden uarga dengan upaya pencegahan kekabuhan rematik.
relatif bervariasi antara dewasa muda dan tua. Ada 2 Keluarga sebagian besar mendukung upaya pencega-
kelompok yang relatif besar jumlahnya, yaitu umur han kekabuhan rematik, tetapi bila dikaitkan dengan
20-30 tahun dan umur diatas 40 tahun. Pentingnya karakteristik pekerjaan keluarga sebagaimana telah
kematangan dalam berfikir tentunya berdampak pada dijelaskan sebelumnya, tentu perlu diteliti lebih lanjut
pengetahuan seseorang, meskipun demikian menurut mengenai upaya pencegahan yang sudah dilakukan
Notoadmodjo, (2003) bahwa tingkat pendidikan mut- oleh keluarga.
lak mempengaruhi pengetahuan seseorang. Menurut Notoadmodjo (2007) sikap adalah pe-
Potter dan Perry (2005) yang menyatakan bahwa nilaian (bisa berupa pendapat) seseorangterhadap
tingkat pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan stimulus atau objek. Setelah seseorang mengetahui
seseorang tentang kesehatan. Dengan tingkat pen- stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai
didikan yang baik diharapkan dapat mempengaruhi atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan
tingkat pengetahuan dan sikap lansia dalam mener- tersebut. Oleh sebab itu indikator untuk sikap kese-
ima dan memahami pengetahuan tentang mengatasi hatan juga berjalan dengan pengetahuan kesehatan.
kekambuhan penyakit rematik pada lansia. Sikap seseorang terhadap suatu objek menunjukkan
Secara tidak langsung juga, faktor pendapatan pengetahuan orang tersebut terhadap objek yang ber-
keluarga, pekerjaan dan jenis kelamin cukup mem- sangkutan. Sejalan dengan pendapat Allport (1945)
pengaruhi pengetahuan dan sikap keluarga dalam cit Notoatmojo (2003), sikap dipengaruhi oleh peng-
mencegah kekambuhan rematik (Sarwono, 2001). etahuan, berfikir, keyakinan dan emosi. Pengetahuan
Karakteristik keluarga dalam penelitian ini cenderung akan merangsang individu untuk berfikir dan berusa-
dapat terlibat lebih jauh dalam upaya pencegahan ha supaya tercipta keseimbangan. Sedangkan menurut
kekabuhan rematik, meskipun tidak diteliti disini Benjamin S. Bloom, dalam Notoatmodjo (2003),

5
Suryanda dkk, Pengetahuan dan Sikap Keluarga dalam Pencegahan Kekambuhan Rematik

menyatakan bahwa pengetahuan (knowlegde) adalah depan dalam upaya pencegahan kekambuhan rematik
hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang mel- pada lansia dikeluarganya.
akukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar Daftar Pustaka
untuk mengambil keputusan dan menentukan tinda-
kan terhadap masalah yang dihadapi. Schifter, D. E., & Ajzen, I. (1985). Intention, per-
Apabila individu memiliki sikap yang baik terh- ceived control, and weight loss: an applica-
adap suatu rangsangan atau objek kesehatan maka ia tion of the theory of planned behavior. Jour-
akan memiliki sikap yang menunjukkan atau mem- nal of personality and Social Psychology,
perlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui serta 49(3), 843-851.
melaksanakan norma-norma yang berlaku dimana Bawarodi, F., Rottie, J., & Malara, R. T. (2017).
individu tersebut berada. Sebaliknya bila ia memili- Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan
ki sikap yang buruk terhadap suatu rangsangan atau Kekambuhan Penyakit Rematik Di Wilayah
objek kesehatan, maka ia akan memiliki sikap yang Puskesmas Beo Kabupaten Talaud. Jurnal
menunjukkan atau memperlihatkan penolakkan atau Keperawatan, 5(1).1-7
menjadi rentan untuk tidak menyetujui terhadap nor- Dahliyani, Arneliwati, , Wasisto utomo. (2014).
ma-norma yang berlaku dimana individu tersebut be- Hubungan Aktivitas Keluarga Dengan Ting-
rada (Tulus, 2008). Sedangkan Deborah E. Schifter kat Kemandirian Dalam Merawat Anggota
dan Icek Ajzen (1985), berdasarkan teori tindakan Keluarga Dengan Penyakit DM Tipe 2. Jur-
beralasan (Theory of Reasond Action), menyatakan nal Keperawatan. 11(2). 786-794.
bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu Dinkes Palembang. (2014). Profil Kesehatan Kota
proses pengambilan keputusan yang diteliti dan be- Palembang tahun 2014.
ralasan dan dampaknya terbatas pada tiga hal, yaitu: Ermalynda. (2014). Peran Keluarga DalamMerawat
pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap Klien Rematik Di Rumah. Jurnal Ners LEN-
umum tetapi oleh sikap spesifik terhadap sesuatu; TERA, 2, 7-18.
kedua, perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh sikap Ferry Efendi dan Makhfudli. (2009). Keperawatan
spesifik tetapi juga oleh norma-norma subjektif yaitu Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik da-
keyakinan seseorang terhadap yang inginkan orang lam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medi-
lain agar ia berprilaku; ketiga, sikap terhadap suatu ka.
perilaku bersama norma-norma subjektif membentuk Gordon, Neil F. (2002). Radang Sendi (atrhitis).
suatu intensi atau niat untuk berperilaku tertentu. Panduan latihan lengkap Jakarta: PT Raja
Pengetahuan dan sikap keluarga tentang pence- Grafindo
gahan kekambuhan rematik pada lansia tentunya Gourley, M., & Miller, F. W. (2007). Mechanisms of
dapat memaksimalkan upaya lansia dalam menceg- disease: Environmental factors in the patho-
ah kekambuhan rematik. Penelitian ini mendukung genesis of rheumatic disease. Nature Re-
penelitian sebelumnya oleh Purnomo, (2010) yang views Rheumatology, 3(3), 172–180.
mengatakan terdapat hubungan yang erat antara peng- Junaidi. (2006). Rematik dan Asam Urat. BIP. Jakar-
etahuan dan sikap lansia dalam mengatasi kekambu- ta.
han penyakit rematik pada lansia di Posyandu Lansia Kumar, P.P.J. and Clark, M.L. (2005). Kumar & Clark
Kelurahan Karangasem Kecamatan Laweyan Kota : Clinical Medicine . Edinburgh : Saunders
Surakarta. Ltd. 1101-1131.
Mansjoer, A. (2011). Kapita Selecta Kedokteran. Ji-
PENUTUP lid 1 Edisi 3 Jakarta : EGC.
Maryam, S, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan
Dukungan keluarga dalam upaya pencegahan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medi-
kekambuhan rematik pada lansia menjadi sangat pent- ka.
ing karena sangat membantu lansia dalam mengam- Misnadirly. (2007). Rematik: asam urat-hiperurisem-
bil keputusan dan menentukan tindakkan yang akan ia, atritis gout. Pustaka Jakarta : Obor Pop-
diambil. Pengetahuan dan sikap keluarga yang baik uler.
dalam upaya pencegahan kekambuhan rematik meru- Megawangi. (1999). Membiarkan berbeda? Sudut
pakan bentuk perhatian dan perawatan mandiri yang pandang baru tentang relasi Gender. Band-
dapat memberikan rasa nyaman dan aman pada lansia. ung. Mizan.
Perlunya edukasi yang terus menerus kepada masyar- Niven, Neil. (2002). Psikologi Kesehatan Kepera-
akat khususnya penderita rematik dan keluarga agar watan Pengantar untuk Perawat dan Profe-
mampu bersikap dan berperilaku sebagai garda ter- sional Kesehatan lain. Jakarta: EGC.

6
JVK 5 (1) (2019) hlm. 1 - 7

Notoadmojo. S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kes- Utami, Prapti. (2010). Solusi Sehat Mengatasi Asam
ehatan, Jakarta, Rineka Cipta. Urat & Rematik. Jakarta: Agromedia Pusta-
Notoadmojo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu ka.
Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. Wijayakusuma, Hembing. (2006). Atasi Asam Urat
Nursalam. (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Ri- & Rematik ada Hembing. Jakarta : Puspa
set Keperawatan. Jakarta : Sagung Seto Swara.
Putri, M.I. (2012). Hubungan Aktivitas,Jenis Kelamin Erwin Yektiningsih dan Siti Nurkhalimah. (2016).
Dan Pola Diet Dengan Frekuensi Kekambu- Pengetahuan Keluarga Tentang Perawatan
han Artritis Reumatoid di Puskesmas Nuasa Penyakit Reumatoid Arthritis Pada Lansia.
Indah Bengkulu. Jurnal AKP. (7) 2, 57-63
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Kep-
erawatan, Konsep, Proses, dan Praktis. Ja-
karta : Buku Kedokteran EGC
Priyanto. (2009). Waspadai Gangguan Rematik URL
http://books.google.co.id, diakses pada 16
Juli 2017.
Purnomo, Joko. (2010). Hubungan Antara Tingkat
Pengetahua Tentang Penyakit Rematik Den-
gan Sikap Lansia Dalam Mengatasi Kekam-
buhan Penyakit Rematik Di Posyandu
Lansia Kalurahan Karangasem Kecamatan
Laweyan Kota Surakarta, Skripsi. Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadi-
yah Surakarta.
Sarwono, N. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid I (Edisi Ketiga). Jakarta : Balai Pener-
bit FKUI.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Buku ajar kep-
erawatan medikal bedah. Jakarta: EGC.
Schneider, Matthias., Krüger, Klaus. (2013). Rheu-
matoid Arthritis—Early Diagnosis and Dis-
ease Management. Deutsches Ärzteblatt In-
ternational. Jerman.
Setiadi. (2008). Konsep dan proses keperawatan kel-
uarga. Edisi 1. Yogyakarta : GrahaIlmu
Sjamsuhidajat, R, et al. (2010). Buku Ajar ilmu Be-
dah Sjamsuhidajat-de Jong Edisi 3. EGC.
Jakarta.
Soumya Raychaudhuri. (2011). Approach to the Pa-
tient with Musculoskeletal Disease. In: Co-
blyn, J.S., Bermas, B., Weinblatt, M., and
Helfgott, S., Brigham & Women’s Experts’
Approach to Rheumatology. Jones & Bart-
lett Learning.
Suarjana, I Nyoman. (2009). Artritis Reumatoid Da-
lam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi
V. Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, Id-
rus, et al. Interna Publishing. Jakarta.
Tulus Aji Yuwono. (2008). Faktor–Faktor Lingkun-
gan Fisik Rumah Yang Berhubungan Den-
gan Kejadian Pneumonia Pada Anak Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas Kawunganten
Kabupaten Cilacap. Tesis. Program Pasca
Sarjana Universitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai