Anda di halaman 1dari 10

STUDI EKOLOGI VARIABEL CUACA TERHADAP KEJADIAN CAMPAK DI 109

KOTA TANJUNGPINANG TAHUN 2010-2017

JURNAL KESEHATAN
http://ejournal.poltekkesternate.ac.id/ojs

STUDI EKOLOGI VARIABEL CUACA TERHADAP KEJADIAN CAMPAK DI


KOTA TANJUNGPINANG TAHUN 2010-2017
1 2
Indra Martias , Rinaldi Daswito
1
Prodi DIII Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang,
1
Indonesia Surel/Email indramartias@ymail.com

Info Artikel Abstrak

Sejarah Artikel: Campak merupakan penyakit sangat menular, penyebab utama kematian anak
Diterima 7 Mei 2019 serta masih menjadi masalah global termasuk di Indonesia (Nadhirin 2010).
Disetujui 27 Mei 2019 Pada kurun waktu 2010-2017 terdapat 129 kasus campak di Kota
Di Publikasi 30 Mei Tanjungpinang (Dinkes Kota Tanjungpinang 2010). Penelitian ini bertujuan
2019 mengetahui pola hubungan variabel cuaca (curah hujan, kelembaban udara, suhu
udara, dan kecepatan angin) terhadap kejadian campak di Kota Tanjungpinang
Kata Kunci : Tahun 2010-2017. Desain penelitian merupakan studi ekologi dengan
Ekologi, cuaca, campak pendekatan spasial-temporal. Unit analisis adalah kelompok individu (agregat)
mengukur paparan/faktor resiko kejadian penyakit dengan pertimbangkan faktor
temporal atau waktu ditingkat populasi. Populasi penelitian adalah wilayah
administrasi Kota Tanjungpinang dengan kejadian penderita campak selama
periode tahun 2010-2017. Data yang digunakan merupakan data sekunder dari
instansi terkait. Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan antara variabel
curah hujan dan kelembaban udara dengan kejadian campak per tahun di Kota
Tanjungpinang periode tahun 2010-2017. Sedangkan variabel suhu udara rata-
rata, suhu udara minimum, suhu udara maksimum serta kecepatan angin, tidak
berhubungan dengan kejadian campak. Saran kepada Dinas Kesehatan Kota
Tanjungpinang maupun Dinkes Provinsi Kepri perlu menggunakan data variabel
cuaca dalam hal upaya survailance penyakit campak untuk upaya mitigasi dan
kewaspadaan dini terhadap peningkatan kejadian campak terutama pada musim
hujan setiap tahunnya.

Abstract

Measles is a highly contagious disease, the main cause of child mortality and is still
a global problem, including in Indonesia (Nadhirin 2010). During the period of
2010-2017, there were 129 cases of measles in Tanjungpinang City (Dinkes Kota
Tanjungpinang 2010). This study aimed to determine the pattern of weather
variables (rainfall, air humidity, air temperature, and wind speed) on measles cases
in Tanjungpinang City in 2010-2017. The study design was an ecological study with
a spatial-temporal approach. The unit of analysis was a group of individuals
(aggregate) measuring exposure/risk factors for disease events by considering
temporal factors or time at the population level. The study population is the
administrative area of Tanjungpinang City with the incidence of measles sufferers
during the period 2010-2017. The data used were secondary data from related
agencies. Based on the results of the study there is a relationship between the
variables of rainfall and air humidity with the incidence of measles per year in
Tanjungpinang City in the period 2010-2017. While the variable average air
temperature, minimum air temperature, maximum air temperature, and wind speed,
were not related to the incidence of measles. The Health Office of Tanjungpinang
City and the Riau Provincial Health Office need to use weather variable data in
terms of surveillance measures for measles for

Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 12 (1), 2019, Pages 109 – 118


STUDI EKOLOGI VARIABEL CUACA TERHADAP KEJADIAN CAMPAK DI 110
KOTA TANJUNGPINANG TAHUN 2010-2017

mitigation and early vigilance towards the increase in measles incidence,


especially during the rainy season each year.

© 2019 Poltekkes Kemenkes Ternate


Alamat korespondensi:
Poltekkes Kemenkes Ternate, Ternate - West Maluku Utara , Indonesia ISSN 2597-7520
Email: uppmpoltekkesternate@gmail.co.id

Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 12 (1), 2019, Pages 109 – 118


STUDI EKOLOGI VARIABEL CUACA TERHADAP KEJADIAN CAMPAK DI
111
KOTA TANJUNGPINANG TAHUN 2010-2017

Pendahuluan pada daerah yang beriklim tropis(Kamruzzaman et


Campak merupakan penyakit yang sangat al., 2015). Pada penelitian di Bangladesh oleh
menular dan sebagai penyebab utama kematian Kamruzzaman (2015) menunjukan bahwa insiden
anak di negara berkembang termasuk Indonesia. campak memiliki korelasi positif dengan suhu
Hasil kegiatan surveilans yang dilakukan setiap udara maksimum dan berkorelasi negatif dengan
tahun dilaporkan lebih dari 11.000 kasus suspek suhu udara rata-rata dan total curah hujan tahunan.
campak, dan hasil konfirmasi laboratorium Laporan penelitian lain mengenai hubungan antara
menunjukkan 12–39% di antaranya adalah campak variabel cuaca dan kejadian luar biasa (KLB)
pasti (lab confirmed) sedangkan 16–43% adalah penyakit infeksi di Eropa menunjukan bahwa
rubella pasti. Diperkirakan terdapat 23.164 kasus infeksi adenovirus, campak, Aseptic viral
campak dan 30.463 kasus rubella pada kurun meningitis, Q-fever, gastroenteritis, tularaemia,
waktu tahun 2010 sampai 2015. Jumlah kasus ini shigellosis and trichinosis memiliki asosiasi dengan
diperkirakan masih lebih rendah dibanding angka indeks North Atlantic Oscillation (NAO) terutama
sebenarnya di lapangan, mengingat masih dengan fase positif musim dingin pada bulan
banyaknya kasus yang tidak terlaporkan, terutama November hingga Februari dengan kondisi suhu
dari pelayanan kesehatan swasta serta kelengkapan udara dan curah hujan diatas rata-rata(Morand et
laporan surveilans yang masih rendah al., 2003).
(Kementerian Kesehatan, 2018). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Berdasarkan data kasus campak terbaru dari pola hubungan variabel cuaca (curah hujan,
Kementerian Kesehatan RI terdapat 471 kasus kelembaban udara, suhu udara dan kecepatan
campak di Provinsi Kepulauan Riau dalam kurun angin) terhadap kejadian campak di Kota
waktu tahun 2017. Dari total 471 orang terkena Tanjungpinang Tahun 2010- 2017.
campak, kasus paling banyak ditemukan pada
kelompok umur 5-9 tahun yaitu sebanyak 172 Metode
kasus dan disusul pada kelompok umur 10-14 Jenis penelitian yang digunakan adalah
tahun sebanyak 96 kasus. Sepanjang tahun 2017 penelitian observasional dengan desain penelitian
tidak ada laporan KLB campak yang terjadi di studi ekologi melalui pendekatan spasial-temporal.
Kepulauan Riau (Kementerian Kesehatan, 2018). Penelitian ini dilaksanakan di Kota Tanjungpinang
Kota Tanjungpinang mempunyai wilayah dengan waktu penelitian dari bulan Agustus-
yang cukup luas. Jumlah penduduk yang padat November 2018. Populasi pada penelitian ini
memungkinkan terjadinya penularan penyakit adalah wilayah administrasi Kota Tanjungpinang
terutama penyakit campak. Pada kurun waktu dengan kejadian penderita campak selama periode
2015-2017 terdapat 129 kasus campak di delapan tahun 2010-2017. Keseluruhan kasus campak
wilayah puskesmas yang ada di Kota selama periode 2010-2017 diteliti dalam penelitian
Tanjungpinang. Jumlah kasus tertinggi terjadi pada ini. Data yang digunakan merupakan data sekunder
tahun 2016 sebanyak 51 kasus dan yang terendah dari instansi terkait.
pada tahun 2015 sebanyak 44 kasus, sedangkan Analisis hubungan secara grafik/time
pada tahun 2017 terdapat 44 kasus campak (Dinkes trend dilakukan untuk melihat pola hubungan
Kota Tanjungpinang, 2018). secara grafik antara variabel cuaca (suhu udara,
Pola kejadian penyakit infeksi dipengaruhi curah hujan, kelembaban, dan kecepatan angin)
dengan adanya perubahan lingkungan terutama terhadap kejadian campak. Uji bivariat digunakan
faktor lingkungan fisik berupa cuaca yang tidak adalah uji korelasi Pearson Moment apabila data
menentu akibat adanya perubahan iklim. Efek dari berdistribusi normal. Namun jika data tidak
perubahan cuaca sendiri menjadi perhatian berdistribusi normal maka uji yang digunakan
berbagai Negara dalam penanggulangan penyakit adalah uji korelasi Spearman-Rho.
infeksi. Perubahan cuaca secara umum Analisis spasial dilakukan untuk melihat
berhubungan dengan variabel penenentu cuaca distribusi kejadian campak di Kota Tanjungpinang
berupa suhu udara, curah hujan, dan kelembaban berdasarkan area administrasi kecamatan. Sehingga
udara yang mempunyai efek langsung maupun diketahui area administrasi yang memiliki
tidak langsung yang berkontribusi dalam kejadian distribusi tertinggi hingga terendah kejadian
suatu penyakit infeksi, ketersedian air, penyakit campak.
tular vektor dan penyakit tular dengan transmisi
udara, termasuk didalamnya diare, campak, rubella, Hasil dan Pembahasan
malaria, DBD, chikungunya dan penyakit infeksi Berdasarkan hasil analisis spasial kejadian
lainnya (Kamruzzaman et al, 2015). campak berdasarkan wilayah administratif
Transmisi penyakit campak biasanya Kecamatan pada gambar 4 menunjukan bahwa pola
menular melalui udara terutama melalui batuk dan kejadian campak di Kota Tanjungpinang pada
droplet pada sistem pernafasan dan biasanya tahun 2010 Kecamatan Tanjungpinang Barat
meningkat selama periode sebelum musim dingin merupakan Kecamatan dengan kategori kejadian
dan awal musim panas atau setelah musim hujan campak tinggi dengan kategori rendah Kecamatan

Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 12 (1), 2019, Pages 109 – 118


STUDI EKOLOGI VARIABEL CUACA TERHADAP KEJADIAN CAMPAK DI
112
KOTA TANJUNGPINANG TAHUN 2010-2017

Tanjungpinang Kota dan Tanjungpinang Timur.


Sedangkan pada tahun 2011, 2012, 2013, 2014,

2015 dan 2017 berturut-turut Tanjungpinang Timur


dalam kategori tinggi. Berbeda dengan tahun 2016 Tabel 1.Hasil Uji Korelasi variabel cuaca secara
Kecamatan Bukit Bestari merupakan Kecamatan statistik dengan kejadian Campak di Kota
dengan kejadian campak tertinggi. Tanjungpinang bulanan tahun 2010-2017
Gambar 1, menggambarkan kejadian
Variabel Bebas pvalue r
kumulatif campak per wilayah Kecamatan selama
Curah Hujan 0,038 0,734
8 tahun (2010-2017) di Kota Tanjungpinang. Hasil
Kelembaban Udara 0,008 0,842
tersebut menunjukan bahwa selama kurun waktu
Suhu Udara Rata-rata 0,359 -0,376
delapan tahun Kecamatan tertinggi kejadian
Suhu Udara Minimum 0,889 0,060
campaknya adalah Kecamatan Tanjungpinang
Suhu Udara Maksimum 0,332 -0,360
Timur, dengan kategori sedang Kecamatan
Kecepatan Angin 0,420 0,333
Tanjungpinang Barat sedangkan kategori rendah
Sumber: Data Primer
adalah Kecamatan Bukit Bestari dan
Tanjungpinang Kota.
Apabila kita lihat lebih lanjut pada
analisis time-trend pada grafik dibawah ini
(Gambar 2) terdapat pola hubungan secara grafik
antara curah hujan dengan kejadian campak.
Kejadian campak di Kota Tanjungpinang per bulan
selama data delapan tahun mulai 2010-2017
menunjukan pola seperti huruf “U” dimana campak
akan tinggi diawal tahun lalu berlahan turun dan
meningkat lagi pada akhir tahun. Apabila di
bandingkan dengan grafik curah hujan per bulan
terdapat pola yang sama, meskipun karakteristik
curah hujan Kota Tanjungpinang terdapat hujan
sepanjang tahun namun puncak hujan biasanya
terjadi pada awal tahun dan akhir tahun.
Berdasarkan grafik pola hubungan per
tahun antara curah hujan dan kejadian campak
terdapat pola searah dimana ketika ada kenaikan
curah hujan pada tahun 2011 dibandingkan tahun
Gambar 1. Peta Kasus Campak Periode Tahun
2010. Adanya kenaikan yang sama pada kejadian
2010-2017 di Kota Tanjungpinang
campak, begitu juga penurunan rata-rata curah
hujan tahun 2012 dan tahun 2014, pola kejadian
Hasil analisis korelasi antara variabel cuaca campak mengikuti penurunan juga. Fluktuasi
per bulan dengan kejadian campak per bulan kejadian campak dengan curah hunan tersebut
(Tabel 1) menunjukan untuk variabel curah hujan, sama halnya dengan pola fluktuasi kelembaban
kelembaban udara, suhu udara rata-rata, suhu udara udara dan kasus campak per tahun, 2010-2018.
minimum, suhu udara maksimum serta kecepatan
angin tidak terdapat hubungan dengan kejadian
campak dengan p > 0,05, artinya tidak ada Tabel 2.Hasil Uji Korelasi variabel cuaca secara
hubungan antara variabel cuaca dengan kejadian statistik dengan kejadian Campak di Kota
Tanjungpinang tahunan tahun 2010-2017
campak.
Berbeda dengan hasil analisis data pertahun Variabel Bebas pvalue r
(Tabel 2), secara statistik terdapat hubungan antara Curah Hujan 0,038 0,734
variabel curah hujan dengan pvalue (0,038) < 0,05 Kelembaban Udara 0,008 0,842
dan kelembaban udara dengan pvalue (0,008) < Suhu Udara Rata-rata 0,359 -0,376
0,05 dengan kejadian campak per tahun di Kota Suhu Udara Minimum 0,889 0,060
Suhu Udara Maksimum 0,332 -0,360
Tanjungpinang periode tahun 2010-2017.
Sedangkan variabel suhu udara rata-rata, suhu Kecepatan Angin 0,420 0,333
udara minimum, suhu udara maksimum serta Sumber: Data Primer
kecepatan angin, kepadatan penduduk serta
cakupan imunisasi tidak berhubungan dengan Sehingga dapat disimpulkan terdapat
kejadian campak. hubungan secara statistik dan juga di dukung

dengan analisis grafik antara curah hujan dan


kelembaban udara baik per tahun dan per bulan.
Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 12 (1), 2019, Pages 109 – 118
STUDI EKOLOGI VARIABEL CUACA TERHADAP KEJADIAN CAMPAK DI
113
KOTA TANJUNGPINANG TAHUN 2010-2017
Tidak terdapat pola hubungan secara grafik antara
variabel suhu udara rata-rata, suhu udara minimum,
suhu udara maksimum serta kecepatan angin,

kepadatan penduduk kejadian campak baik grafik


per bulan maupun per tahun. Hal tersebut sejalan
hasil analisis statistic dimana tidak dapat hubungan
yang signifikan antar varibel-variabel tersebut.

Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 12 (1), 2019, Pages 109 – 118


J
a
Ja n
Ja n- -

60
70
80
90
100
10.0
20.0
30.0

0.0
1000

0
500
n- 1 1
10 0 0
Jun-10 Jun-10 Jun-10
Nov-10 Nov-10 Nov-10
Apr-11 Apr-11 Apr-11
Sep-11 Sep-11 Sep-11
Feb-12 Feb-12 Feb-12
Jul-12 Jul-12 Jul-12

Dec-
12May- Dec-
13 12May-13 Dec-12May-13
Oct-
a

e
Curah Hujan

Oct-13 Oct-13 13

Suhu Minimum

Kelembaban Udara
Mar-14 Mar-14 Mar-14
Aug-14 Aug-14 Aug-14
Jan-15 Jan-15 Jan-15
Campak

Jun-15 Campak Jun-15 Jun-15

Campak
Nov-15 Nov-15 Nov-15
Apr-16 Apr-16 Apr-16

Angin (f) dengan Kasus Campak per bulan periode tahun 2010-2017
Sep-16 Sep-16 Sep-16
Feb-17 Feb-17 Feb-17
Jul-17 Jul-17 Jul-17

Dec- 0 Dec- Dec-


0
0

10
20
10
20
10
20

17 17 17
30
32
34
36

10

0
5
24.0
26.0
28.0
30.0

Jan-10 Jan-10
Jan-10
Jun-10 Jun-10
Nov- Jun-10
Nov-10 10
Nov-10
Apr-11 Apr-11
Apr-11
Sep-11 Sep-11
Sep-11
D D
Feb-12 e Feb-12 e
c Feb-12 c
- -
1 Jul-12 1
Jul-12 2 2
M
Jul-12 M
a Dec- a
y y
- 12 -
1 1
3 3
O O
c May-13 c
t t
- -
1 1
3 Oct-13 3
M M
b

a a
d

r r
f
Suhu Rata-rata

- -
Suhu Maksimum

1 1
Kecepatan Angin

4
Mar-14 4
Aug-
Aug-14 Aug-14 14
Jan-15 Jan-15
Jan-
15Ju
n-
Jun-15Nov- 15N
Campak

Campak

ov-
15
Campak

Jun-15Nov-15 15

Apr-16 Apr-16
STUDI EKOLOGI VARIABEL CUACA TERHADAP KEJADIAN CAMPAK DI KOTA TANJUNGPINANG TAHUN 2010-2017

Apr-16
Sep-16 Sep-16 Sep-16

Feb-17 Feb-17 Feb-17


Gambar 2. Grafik Time-Series Curah hujan (a), Suhu Udara Rata-rata (b), Suhu Udara Minimum (c), Suhu Udara Maksimum (d), Kelembaban Udara (e), dan Kecepatan

Jul-17 Jul-17 Jul-17


Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 12 (1), 2019, Pages 109 – 118
0
0

0
10
20
10
20
114

Dec-17 Dec-17
10
20

Dec-17
STUDI EKOLOGI VARIABEL CUACA TERHADAP KEJADIAN CAMPAK DI KOTA TANJUNGPINANG TAHUN 2010-2017 115

350.00 90 86.00 90
80 85.50 80
300.00
70 70
250.00 85.00
60 60
84.50
200.00 50 50
84.00
150.00 40 40
83.50 30
30
100.00 83.00
20 20
50.00 82.50 10
10
0.00 0 82.00 0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Campak Curah Hujan Campak Kelembaban Udara

a b

33.80 90 27.80 90
33.60 80 80
27.60
33.40 70 70
33.20 27.40
60 60
33.00
50 27.20 50
32.80
32.60 40 27.00 40
32.40 30 30
26.80
20 20
32.20
32.00 10 26.60
10
31.80 0 26.40 0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Campak Suhu Maksimum Campak Suhu Rata-rata

c d

Gambar 3. Grafik Curah Hujan (a), Kelembaban Udara (b), Suhu Maksimum (c) dan Suhu Udara Rata-rata (d) dengan Kejadian Campak Per Tahun di Kota
Tanjungpinang, 2010-2017
Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 12 (1), 2019, Pages 109 – 118
STUDI EKOLOGI VARIABEL CUACA TERHADAP KEJADIAN CAMPAK DI 116
KOTA TANJUNGPINANG TAHUN 2010-2017

Gambar 4. Peta Kejadian Campak Per Tahun Per Kecamatan di Kota Tanjungpinang, 2010-2017

Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 12 (1), 2019, Pages 109 – 118


STUDI EKOLOGI VARIABEL CUACA TERHADAP KEJADIAN CAMPAK DI 117
KOTA TANJUNGPINANG TAHUN 2010-2017

Iklim merupakan rata-rata cuaca pada menunjukan bahwa infeksi adenovirus, campak,
suatu wilayah tertentu yang meliputi suhu, Aseptic viral meningitis, Q-fever, gastroenteritis,
kelembapan, curah hujan di permukaan bumi. tularaemia, shigellosis and trichinosis memiliki
Iklim dapat mempengaruhi ekosistem, habitat asosiasi dengan indeks North Atlantic Oscillation
binatang, bahkan tumbuh kembang agen penyakit. (NAO) terutama dengan fase positif musim dingin
Dengan demikian, secara langsung maupun tidak pada bulan November hingga Februari dengan
langsung iklim dapat mempengaruhi munculnya kondisi suhu udara dan curah hujan diatas rata-rata
suatu penyakit(Achmadi, 2010). Dari berbagai (Morand et al., 2003).
penelitian faktor perubahan iklim memiliki Pada penelitian ini kelembaban memiliki
hubungan baik secara langsung maupun tidak hubungan signifikan dengan kejadian campak. Hal
langsung pada kehidupan manusia terutama tersebut sama halnya dengan temuan penelitian
kesehatan(Liang & Gong, 2017). Perubahan cuaca dilakukan oleh Yang (2014) di Guangzhou, China
secara umum berhubungan dengan variabel menejelaskan bahwa terdapat asosiasi variabel
penenentu cuaca berupa suhu udara, curah hujan, kelembaban udara relatif dengan campak serta
dan kelembaban udara yang mempunyai efek kelembaban udara merupakan faktor resiko
langsung maupun tidak langsung yang morbiditas penyakit campak. Penelitian tersebut
berkontribusi dalam kejadian suatu penyakit menyarankan bahwa perlunya menyoroti
infeksi, ketersedian air, penyakit tular vektor dan transformasi cuaca disamping juga meningkatkan
penyakit tular dengan transmisi udara termasuk kekebalan populasi rentan untuk melakukan
didalamnya diare, campak, rubella, malaria, DBD, eliminasi campak(Yang et al., 2014).
chikungunya dan penyakit infeksi
lainnya(Kamruzzaman et al., 2015). Penutup
Pada penelitian ini baik berdasarkan Berdasarkan analisis statistik ataupun grafik
analisis statistik ataupun grafik time-trend terdapat time-trend terdapat hubungan antara variabel
hubungan antara variabel curah hujan dan curah hujan dan kelembaban udara dengan
kelembaban udara dengan kejadian campak per kejadian campak per tahun di Kota Tanjungpinang
tahun di Kota Tanjungpinang periode tahun 2010- periode tahun 2010-2017. Sedangkan variabel
2017. Sejalan dengan penelitian Kamruzzaman suhu udara rata-rata, suhu udara minimum, suhu
dkk (2015) bahwa transmisi penyakit campak udara maksimum serta kecepatan angina, tidak
biasanya menular melalui udara terutama melalui berhubungan dengan kejadian campak.
batuk dan droplet pada sistem pernafasan dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota maupun
biasanya meningkat selama periode sebelum Provinsi perlu menggunakan data variabel cuaca
musim dingin dan awal musim panas atau setelah dalam hal upaya survailance penyakit campak
musim hujan pada daerah yang beriklim tropis. untuk upaya mitigasi dan kewaspadaan dini
Sejalan dengan hasil penelitian Bonnic et al. terhadap peningkatan kejadian campak terutama
(2006) serta Lindgren dan Ebu (2010) menyatakan pada musim hujan setiap tahunnya. Perlunya
penyakit campak akan lebih meningkat pada peningkatan persentasi populasi yang kebal
musim hujan karena pada musim hujan, orang terhadap campak karena bagaimanapun campak
akan berasa lebih sering di dalam rumah yang adalah penyakit yang dapat dicegah dengan
mempengaruhi kepadatan hunian lalu berimbas imunisasi. Persentasi cakupan imunisasi yang
pada mudahnya penularan virus ke anggota tinggi diharapkan menghasilkan populasi yang
keluarga lain. Hasil penelitian Ferrari et al. (2010) rentan terhadap campak dan bias menurunkan
menyatakan sebenarnya pengaruh iklim tidak lah ataupun mengeliminasi kejadian campak.
berdampak langsung pada kejadian campak
melainkan kepadatan penduduk dan interaksi antar
manusia yang memungkinkan terjadi peningkatan Daftar Pustaka
penularan campak Sedangkan variabel suhu udara Achmadi, U. F. (2010). Manajemen Penyakit
rata-rata, suhu udara minimum, suhu udara Berbasis Wilayah. Jakarta: UI Press.
maksimum serta kecepatan angin, kepadatan Bonnic, B. B. (2006). Human Healthy
penduduk serta cakupan imunisasi tidak Vuberability and Public Health Adaptation
berhubungan dengan kejadian campak. Hal ini to Climate Change: Risks and Responses.
berbeda dengan penelitian di Bangladesh oleh Ghana.
Kamruzzaman (2015) menunjukan bahwa insiden
campak memiliki korelasi positif dengan suhu Ferrari, M. J. (n.d.). Rural-urban Gradient in
udara maksimum dan berkorelasi negatif dengan Seasonal Forcing of Measles Transmission
suhu udara rata-rata. Laporan penelitian lain in Niger. Proceedings of The Royal Society
mengenai hubungan antara variabel cuaca dan 277; 2775-2782.
kejadian luar biasa penyakit infeksi di Eropa Kamruzzaman, A. K. M., Jahan, S., Rahman, R.,
& Khatun, M. M. (2015). Impact of climate

Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 12 (1), 2019, Pages 109 – 118


STUDI EKOLOGI VARIABEL CUACA TERHADAP KEJADIAN CAMPAK DI 118
KOTA TANJUNGPINANG TAHUN 2010-2017

change on the outbreak of infectious


diseases among children in Bangladesh.
American Journal of Health Research, 3(1),
1–7.
https://doi.org/10.11648/j.ajhr.20150301.11
Kementerian Kesehatan. (2018). Status campak
dan rubella saat ini di indonesia. Jakarta.
Kementerian Kesehatan (2018). Profil Kesehatan
Indonesia 2017. Jakarta.
Liang, L., & Gong, P. (2017). Climate change and
human infectious diseases : A synthesis of
research fi ndings from global and spatio-
temporal perspectives. Environment
International, 103, 99–108.
https://doi.org/10.1016/j.envint.2017.03.011
Lindgren, Elisabet, K. L.
Change and Communicable Diseases in The
EU Member States. Stocholm.
Morand, S., Owers, K. A., Waret-szkuta, A.,
Mcintyre, K. M., Baylis, M., Nin, E., &
African, N. (2003). Climate variability and
outbreaks of infectious diseases in Europe.
SCIENTIFIC REPORTS, 1–6.
https://doi.org/10.1038/srep01774
Tanjungpinang, Dinas Kesehatan. (2018). Situasi
Campak di Kota Tanjungpinang
berdasarkan Data Surveilance tahun 2015-
2017. Tanjung Pinang.
Yang, Q., Fu, C., Wang, N., Dong, Z., Hu, W., &
Wang, M. (2014). The effects of weather
conditions on measles incidence in
Guangzhou , Southern China. Human
Vaccines & Immunotherapeutics, 10(4),
1104–1110.

Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 12 (1), 2019, Pages 109 – 118

Anda mungkin juga menyukai