Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia

21 (2), 2022, 170 – 179

DOI : 10.14710/ jkli.21.2.170-179

Hubungan Kondisi Fisik Lingkungan Rumah dan Angka Kuman


Udara Dengan Kejadian Pneumonia Balita (Studi di Wilayah
Kerja Puskesmas Baturraden II Banyumas)

Bahri*, Mursid Raharjo, Suhartono

Program Studi Magister Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudarto,
S.H. Tembalang, Semarang 50275, Indonesia
*
Corresponding author: bhrdnk@gmail.com

Info Artikel:Diterima 5 April 2022 ; Direvisi 20 Mei 2022 ; Disetujui 20 Mei 2022
Tersedia online : 25 Mei 2022 ; Diterbitkan secara teratur : Juni 2022

Cara sitasi (Vancouver): Bahri B, Raharjo M, Suhartono S. Hubungan Kondisi Fisik Lingkungan Rumah dan Angka
Kuman Udara Dengan Kejadian Pneumonia Balita (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Baturraden II Banyumas). Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia [Online]. 2022 Jun;21(2):170-179.

ABSTRAK
Latar belakang: Kejadian kasus penyakit pneumonia merupakan urutan kedua masalah utama yang
menyebabkan 277 kematian pada kelompok anak usia 29 hari hingga usia 11 bulan di Indonesia. Prevalensi
kejadian kasus pneumonia tertinggi sejumlah 13,7% di Kabupaten Banyumas terdapat di daerah binaan
Puskesmas Baturraden II. Penelitian dilakukan untuk menganalisis keberadaan hubungan kondisi fisik
lingkungan rumah dan angka kuman udara pada kejadian kasus pneumonia balita.
Metode: Desain dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kasus kontrol. Popupasi terdiri atas balita yang
tercatat tinggal di daerah binaan Puskesmas Baturraden II pada waktu penelitian dilakukan. Teknik pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling dengan sampel umur 1-5 tahun, perbandingan sampel kasus dengan
kontrol 1:1, sehingga total berjumlah 130 sampel. Data dikumpulkan dengan cara wawancara dan pengamatan
dengan instrumen. Data penelitian dianalisis menggunakan program komputer dengan uji chi square (bivariat)
dan uji regresi logistik (multivariat).
Hasil: Hasil analisis menunjukan variabel kepadatan hunian, kelembapan rumah, jenis lantai rumah intensitas
cahaya dan angka kuman udara memiliki hubungan yang signifikan pada kejadian kasus penyakit pneumonia
balita. Hasil analisis multivariat menyimpulkan bahwa angka kuman udara menjadi variabel paling besar dalam
mempengaruhi terjadinya pneumonia pada balita dengan nilai OR paling besar yaitu 4,613.
Simpulan: Hasil analisis membuktikan bahwa ada hubungan antara variabel lingkungan fisik rumah kepadatan
hunian, kelembapan rumah, jenis lantai rumah, intensitas cahaya dan angka kuman udara dengan kejadian kasus
penyakit pneumonia pada balita.

Kata kunci: Lingkungan; Pneumonia; Balita

ABSTRACT
Title: The Relationship Between Physical Conditions of The Home Environment and The Number of
Bacteria With The Incidence of Toddlers Pneumonia (Study In The Working Area of Baturraden II Public
Health Center Banyumas)
Background: The incidence of pneumonia cases is the second major problem that causes 277 deaths in the
group of children aged 29 days to 11 months in Indonesia. The highest prevalence of pneumonia cases of 13.7%
in Banyumas Regency was in the target area of Baturraden II Public Health Center. The study was conducted to

Copyright © 2022 The Author. JKLI, ISSN: 1412-4939 – e-ISSN: 2502-7085.


171 Bahri., Mursid R., Suhartono /Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 21(2), 2022

analyze the relationship between the physical condition of the home environment and the number of bacteria in
the incidence of pneumonia cases in toddlers.
Method: The design in this study used a case control. The population consisted of toddlers who were recorded
as living in the target area of the Baturraden II Public Health Center at the time the study was conducted. The
sampling technique used purposive sampling with samples aged 1-5 years, the comparison of case samples with
controls was 1:1, so that the total number of samples was 130. Data were collected by means of interviews and
observations with instruments. Research data were analyzed using a computer program with chi square test
(bivariate) and logistic regression test (multivariate).
Result: The results of the analysis showed that the variables of occupancy density, house humidity, type of house
floor, light intensity and air of bacteria had a significant relationship with the incidence of pneumonia cases in
toddlers. The results of the multivariate analysis concluded that the number of bacteria was the biggest variable
in influencing the occurrence of pneumonia in toddlers with the largest OR value of 4.613.
Conclusion: The results of the analysis prove that there is a relationship between the physical environment
variables of the house, residential density, house humidity, type of house floor, light intensity and airborne germ
numbers with the incidence of pneumonia cases in toddlers.

Keywords: Environment; Pneumonia; Toddlers

PENDAHULUAN (DIY) sebesar 3,7%, Bengkulu sebesar 3,5%,


Penyakit pneumonia merupakan infeksi akut Kalimantan Utara sebesar 3,1%, Jawa Barat (Jabar)
dan menyerang alveoli, penderita mengalami sesak sebesar 2,8% dan Jawa Tengah (Jateng) sebesar
napas dan peningkatan frekuensi napas yang 2,1%(5).
disebabkan oleh peradangan paru secara mendadak. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Penyebab utama terjadinya penyakit pneumonia yaitu (Kemenkes RI) pada tahun 2019 menyatakan bahwa
infeksi dari bakteri Streptococcus pneumonia(1), virus salah satu penyebab kematian pada kelompok anak
dan jamur yang dapat menimbulkan efek yang berat berumur 29 hari hingga 11 bulan adalah penyakit
yaitu kematian pada bayi dan balita(2). Tahun 2019, infeksi. Kejadian kasus pneumonia merupakan urutan
World Health Organization (WHO) menyatakan kedua masalah utama yang menyebabkan 277
bahwa penyakit pneumonia menjadi salah satu kematian pada kelompok anak usia 29 hari hingga
penyebab kematian penyakit menular peringkat usia 11 bulan di Indonesia. Pada tahun 2019 angka
pertama pada balita diseluruh dunia. Mortality rate kematian atau CFR (case fatality rate) penyakit
anak didunia dalam usia kurang dari 5 tahun sebesar pneumonia pada anak balita di Indonesia yaitu 0,12%.
15% atau sejumlah 808.694 kematian anak usia CFR yang disebabkan oleh kejadian kasus pneumonia
kurang dari 5 tahun disebabkan oleh pneumonia. pada tahun 2019 kelompok bayi lebih tinggi 2x lipat
Kejadian kasus pneumonia dapat menginfeksi anak- jika dibandingkan dengan kelompok balita usia 1 - 4
anak dan anggota keluarga di wilayah manapun, tahun(6). Perkiraan kejadian kasus pneumonia di
namun paling umum terjadi di wilayah Afrika dan Jateng pada tahun 2019 yaitu sejumlah 3,61%,
Asia Selatan(2). Pneumonia lebih banyak menjadi sehingga diperkirakan terdapat 83.101 kejadian kasus
penyebab kematian anak balita dibandingkan dengan penyakit pneumonia pada balita. Pada tahun 2019
penyakit lainnya, bahkan lebih banyak dari jumlah temuan kasus dan penanganan kasus pneumonia pada
kematian yang disebabkan oleh penyakit malaria, balita di Jateng sebesar 67,7%, mengalami kenaikan
penyakit campak dan penyakit Acquired Immune 62,5% dibandingkan dengan capaian pada periode
Deficiency Syndrome (AIDS) jika dijumlahkan. tahun sebelumnya(8). Kejadian kasus penyakit
Meskipun demikian masih sedikit kepedulian pneumonia dengan temuan kasus tertinggi salah satu
penanganan terhadap penyakit pneumonia(3). wilayahnya adalah Kabupaten Banyumas. Perkiraan
Penyebab kematian balita nomor tiga di kejadian kasus pneumonia pada balita di Kabupaten
Indonesia ditempati oleh penyakit pneumonia setelah Banyumas pada tahun 2019 yaitu 3.957 kasus dari
kardiovaskular dan tuberkulosis(4). Kejadian 109.599 balita dengan realisasi target penemuan kasus
pneumonia pada balita menjadi satu dari banyak pneumonia balita sebanyak 77,8% atau 3.079 balita(9).
penyakit dengan penanganan yang sungguh-sungguh Berdasarkan kesimpulan penelitian yang telah
dilakukan di Indonesia, hal ini dilakukan karena dari dilakukan Hasanah di wilayah Kabupaten Magetan
daftar penyakit penyebab kematian bayi dan balita tahun 2017 menyatakan bahwa kejadian kasus
peringkat pertama selalu ditempati oleh penyakit pneumonia pada balita memiliki hubungan yang
pneumonia setiap tahunnya. Indonesia mempunyai bermakna dengan intensitas pencahayaan rumah,
prosentase kejadian kasus pneumonia 3,55% dari proporsi luas ventilasi dengan luas lantai ruangan
18.913.420 balita. Jumlah keseluruhan kejadian rumah, jenis atau tipe dinding rumah, jenis atau tipe
pneumonia pada balita di Indonesia menurut provinsi lantai yang digunakan dan prilaku merokok yang
yang menempati urutan enam besar yaitu Provinsi dilakukan didalam rumah(10). Hasil penelitian lainnya
Papua sebesar 3,9%, Daerah Istimewa Yogyakarta yang dilakukan oleh Darmawati AT di wilayah Kota

Copyright © 2022 The Author. JKLI, ISSN: 1412-4939 – e-ISSN: 2502-7085.


Bahri., Mursid R., Suhartono /Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 21(2), 2022 172

Metro pada tahun 2016 menyimpulkan bahwa kelompok balita yang tidak mengalami dampak dan
kejadian kasus pneumonia pada balita dipengaruhi gejala atau tidak mengalami kejadian kasus pneumoia
oleh kualitas pencahayaan atau besarnya intensitas yang selanjutnya disebut sebagai kontrol(16).
cahaya dalam rumah, kualitas kelembapan udara Populasi dalam penelitian yaitu balita yang
dalam rumah, kualitas suhu udara yang tidak kesehariannya tinggal di wilayah binaan puskesmas
memenuhi ketentuan perundang-undangan, proporsi tempat penelitian dilaksanakan. Sampel dari
luas ventilasi dengan luas lantai rumah yang tidak penelitian diambil dari balita dengan umur 1 – 5 tahun
sesuai ketentuan dan prilaku membuka jendela kamar menurut data dasar balita puskesmas. Jumlah sampel
tidur pada waktu pagi atau siang hari(11). Hasil ditentukan menggunakan teknik purposive sampling
penelitian Rahmawati FN pada tahun 2018 yang dan perhitungan menggunakan rumus besar sampel
dilakukan di wilayah kerja Kecamatan Kenjeran minimal. Didapatkan jumlah sampel sebanyak 130
menyimpulkan bahwa risiko terjadi kasus penyakit sampel, terdiri dari 65 sampel kasus (balita dengan
pneumonia pada balita akan lebih besar jika hasil kejadian kasus pneumonia) dan 65 sampel kontrol
pengukuran angka kuman udara pada rumah balita (balita tanpa kejadian kasus pneumonia) menurut
melebihi nilai pengukuran yang telah ditentukan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti. Data
dibandingkan dengan rumah balita dengan hasil penelitian dibagi menjadi 2 jenis data, terdiri dari data
pengukuran angka kuman udara yang memenuhi primer dan data sekunder. Data hasil wawancara,
persyaratan. Infeksi parenkim paru disebabkan oleh kuesioner, pengukuran dan observasi menggunakan
terjadinya kontaminasi mikroorganisme pada udara. instrument dijadikan sebagai sumber data primer.
Droplet yang telah terkontaminasi oleh Dokumentasi dan laporan-laporan instansi terkait
mikroorganisme dapat masuk kedalam saluran napas dijadikan sebagai sumber data sekunder. Peluang
bagian bawah melalui mekanisme inhalasi(12). dominan suatu faktor risiko dapat menyebabkan
Kejadian kasus pneumonia disebabkan keadaan atau kejadian kasus penyakit pneumonia pada balita
kondisi rumah yang ditinggali dan kualitas lingkungan dilakukan analisis berdasarkan nilai OR. Analis
yang tidak sesuai ketentuan yang ditetapkan dalam terhadap data hasil penelitian dianalisis secara
bidang kesehatan(13). univariate (cross tabulation), bivariate (chi square)
(17)
Puskesmas Baturraden II merupakan dan multivariate (regresi logistik) .
puskesmas yang membina sebagian wilayah kerja
Kecamatan Baturraden Banyumas khususnya bidang HASIL DAN PEMBAHASAN
kesehatan, dimana pada kecamatan ini terdapat dua Pelaksanaan penelitian dilakukan di kecamatan
puskesmas. Prevalensi kejadian kasus pneumonia Baturraden Banyumas tepatnya di daerah binaan
balita sebesar 13,7% di wilayah binaan Puskesmas Puskesmas Baturraden II pada tahun 2021. Luas
Baturraden II merupakan prosentase tertinggi di wilayah kerja lokasi pelaksanaan penelitian 3.172,19
Kabupaten Banyumas. Dari 1.573 balita yang ada di km2 dengan kondisi geografis daerah dataran tinggi
wilayah kerja Puskesmas Baturraden II yang terdiri atau pegunungan sebanyak 65% atau seluas 2.061,92
dari 6 desa yaitu Desa Karangmangu, Karangsalam, km2 dan daerah dengan kontur dataran rendah
Kemutug Lor, Rempoah, Kemutug Kidul dan pandak sebanyak 35% atau seluas 1.110,27 km2. Jumlah
terdapat 215 kasus penyakit pneumonia(9,14). balita pada wilayah kerja tempat dilakukannya
Keberadaan faktor risiko fisik lingkungan rumah dan penelitian sebanyak 1.420 jiwa dengan komposisi
risiko kualitas angka kuman udara didalam rumah penduduk wilayah kerja tempat penelitian terdiri dari
sejalan dengan peningkatan kejadian kasus pneumonia laki-laki sebanyak 12.883 jiwa dan perempuan
balita yang terjadi di Indonesia atau Provinsi Jateng sebanyak 12.649 jiwa dengan angka kepadatan
khususnya wilayah kerja Puskesmas Baturraden II. penduduk 7,2 jiwa/km2. Berdasarkan jenis kelamin
Agar tidak terjadi gangguan kesehatan yang lebih terdapat 47% responden berjenis kelamin laki-laki dan
buruk pada balita, hal ini perlu segera untuk diteliti 53% berjenis kelamin perempuan, sehingga jumlah
dengan tujuan untuk menganalisis keberadaan responden atau sampel berjenis kelamin perempuan
hubungan antara kualitas fisik lingkungan rumah dan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah responden
angka kuman udara terhadap kejadian kasus berjenis kelamin laki-laki. Variabel kondisi fisik
pneumonia balita di wilayah kerja atau daerah binaan lingkungan ruman balita yang diteliti adalah proporsi
Puskesmas Baturraden II. luas ventilasi dengan luas lantai rumah, suhu, tingkat
kepadatan rumah, kelembapan, jenis atau tipe lantai
MATERI DAN METODE rumah, intensitas cahaya, jenis dinding rumah dan
Metode penelitian menggunakan pendekatan angka kuman udara dalam ruangan rumah subjek
kasus kontrol atau case control dan bersifat analitik penelitian.
observasional, dimana survei dilakukan dengan Hasil analisis data yang disampaikan pada
pendekatan retrospektif pada kasus dan kontrol tabel 1 menjelaskan usia atau umur balita pada
berdasarkan hasil analisis penelitian terhadap suatu kelompok kasus paling banyak dengan usia 1 tahun
faktor risiko(15). Dalam desain penelitian ini, sebanyak 22 sampel atau 33,8% dari keseluruhan
kelompok balita dengan kejadian kasus pneumonia sampel kasus, hal sama pada kelompok kontrol
yang selanjutnya disebut sebagai kasus dibandingkan sebanyak 32 sampel atau 49,2% dari keseluruhan

Copyright © 2022 The Author. JKLI, ISSN: 1412-4939 – e-ISSN: 2502-7085.


173 Bahri., Mursid R., Suhartono /Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 21(2), 2022

sampel kontrol. Responden yang paling sedikit untuk Tabel 1. Karakteristik Umur Balita Kelompok Kasus
sampel kasus berada pada umur paling tua yaitu 5 dan Kontrol
tahun sebanyak 2 orang atau 3,1% dari keseluruahan Umur Kasus Kontrol
sampel kasus hal yang sama dengan kelompok sampel No.
(tahun) n % n %
kontrol sejumlah 3 balita atau 4,6% dari keseluhan 1. 1 22 33.8 32 49.2
sampel kontrol. 2. 2 15 23.1 11 16.9
Kejadian kasus penyakit pneumonia yang 3. 3 17 26.2 9 13.8
dapat mengakibatkan kematian pada balita salah 4. 4 9 13.8 10 15.4
satunya dipengaruhi oleh umur penderita sebagai 5. 5 2 3.1 3 4.6
faktor risiko. Balita yang berusia lebih tua mempunyai Jumlah 65 100 65 100
risiko lebih kecil jika dibandingkan dengan balita
yang usianya lebih muda. Bayi dan balita atau anak Kejadian kasus penyakit pneumonia yang
dengan usia kurang dari 6 tahun umumnya mengalami dapat mengakibatkan kematian pada balita salah
peningkatan infeksi untuk pertama kalinya pada satunya dipengaruhi oleh umur penderita sebagai
bagian saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus faktor risiko. Balita yang berusia lebih tua mempunyai
dan bakteri, penyebab lainnya yaitu kekebalan tubuh risiko lebih kecil jika dibandingkan dengan balita
balita belum terbentuk sempurna sehingga menjadi yang usianya lebih muda. Bayi dan balita atau anak
lebih rentan untuk terserang infeksi .
(18)
dengan usia kurang dari 6 tahun umumnya mengalami
peningkatan infeksi untuk pertama kalinya pada
bagian saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus
dan bakteri, penyebab lainnya yaitu kekebalan tubuh
balita belum terbentuk sempurna sehingga menjadi
lebih rentan untuk terserang infeksi .
(18)

Tabel 2. Hasil Analisis Bivariat Kondisi Fisik Lingkungan Rumah dan Angka Kuman Udara Terhadap Kejadian
Kasus Pneumonia Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Baturraden II

Kasus Kontrol
No. Faktor Risiko OR 95% CI Nilai p
n = 65 n = 65
1. Kepadatan hunian*
Memenuhi syarat 27 (38,6%) 43 (61,4%)
2.751 1.349 – 5.608 0.005
Tidak memenuhi syarat 38 (63,3%) 22 (36,7%)
2. Luas ventilasi
Baik 27 (49,1%) 28 (50,9%)
1.065 0.531 – 2.136 0.859
Tidak baik 38 (50,7%) 37 (49,3%)
3. Suhu
Baik 48 (55,5%) 40 (45,5%)
0,567 0,269-1,194 0.134
Tidak baik 17 (40,5%) 25 (59,5%)
4. Kelembapan*
Tidak lembap 25 (37,3%) 42 (62,7%)
2.922 1.432 – 5.960 0.030
Lembap 40 (63,5%) 23 (36,5%)
5. Jenis lantai*
Permanen 45 (44,1%) 57 (55,9%)
3.167 1.277 – 7.854 0.013
Tanah 20 (71,4%) 8 (28,6%)
6. Jenis dinding
Memenuhi syarat 61 (49,2%) 63 (50,8%)
2.066 0.365 – 11.692 0.412
Tidak memenuhi syarat 4 (66,7%) 2 (33,3%)
7. Intensitas cahaya*
Baik 29 (41,4%) 41 (58,6%)
2.121 1.051 – 4.279 0.035
Tidak baik 36 (60%) 24 (40%)
8. Anka kuman udara*
Memenuhi syarat 12 (30%) 28 (70%)
3,342 1,508-7,409 0,002
Tidak memenuhi syarat 53 (58,9%) 37 (41,1%)
Ket: *Signifikan

Copyright © 2022 The Author. JKLI, ISSN: 1412-4939 – e-ISSN: 2502-7085.


Bahri., Mursid R., Suhartono /Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 21(2), 2022 174

Berdasarkan data pada tabel 2 hasil analisis sehingga ada keseimbangan antara penghuni kamar
menunjukan bahwa kondisi tingkat kepadatan sebuah balita dengan luas lantai rumah(21). Tidak memenuhi
hunian rumah yang ditinggali oleh balita mempunyai syaratnya rasio kepadatan hunian sangat
hubungan yang bermakna terjadinya kasus pneumonia mempengaruhi kualitas udara dalam ruangan, karena
pada balita pada daerah binaan Puskesmas Baturraden sempitnya ruangan rumah dengan jumlah penghuni
II. Pengujian statistik memperoleh hasil p value= rumah yang terlalu banyak membuat pertukaran udara
0,005 yang berarti adanya hubungan antara kepadatan ruangan tidak dapat terjadi. Pertukaran udara yang
hunian sebuah rumah terhadap kejadian kasus tidak terjadi secara optimum berpengaruh terhadap
pneumonia pada balita. Nilai OR= 2,751 jumlah angka kuman udara dalam ruangan terutama
menunjukan bahwa balita yang tinggal dirumah angka kuman udara penyakit infeksi yang terjadi
dengan kepadatan hunian tidak memenuhi syarat pada bagian saluran pernapasan(4).
dengan rasio ruangan < 9 m2/orang mempunyai Pada tabel 2 menunjukan hasil analisis bahwa
peluang senilai 2,751 kali untuk dapat menderita kejadian kasus pneumonia pada balita diwilayah kerja
penyakit pneumonia dibandingkan dengan balita Puskesmas Baturraden II tidak memiliki hubungan
yang tinggal dirumah dengan hasil perhitungan dengan proporsi luas ventilasi dan luas lantai rumah.
kepadatan hunian rumah yang memenuhi syarat yang Pengujian statistik memperoleh hasil p value= 0,859
telah ditentukan. dan OR= 1,065, artinya tidak tidak ada hubungan
Keadaan hunian sebuah rumah yang padat antara proporsi luas ventilasi dan luas lantai rumah
yang tidak sesuai dengan ketentuan persyaratan pada kejadian kasus pneumonia balita karena nilai p >
menyebabkan peningkatan suhu didalam rumah dari nilai α. Sedikitnya luas lahan yang dimiliki
sehingga suhu menjadi panas dan menjadi lembap menyebabkan pilihan dibangunnya tipe rumah yang
serta menyebabkan tingginya frekuensi bertemu dan kecil, sehingga menyebabkan luas ventilasi tidak
kontak satu penghuni rumah dengan penghuni memenuhi syarat. Rendahnya daya beli ekonomi
lainnya. Kasus penyakit pneumonia balita yang masyarakat membuat kepemilikan lahan yang sedikit
berisiko untuk menimbulkan kematian diantaranya menjadi pilihan karena harga lahan semakin mahal
dipengaruhi oleh kepadatan hunian rumah, kamar yang berakibat tingginya kepadatan penduduk suatu
balita dengan penghuni lebih dari 2 orang berpeluang wilayah(21). Ruangan rumah yang tertutup
1,8 kali menyebabkan balita dapat terkena penyakit memerlukan proporsi luas ventilasi yang cukup untuk
pneumonia. Mikroorganisme penyebab penyakit menunjang proses pertukaran udara dan mengeluarkan
pneumonia mengalami percepatan transmisi dari udara kotor yang ada dalam ruangan. Persyaratan luas
seorang penghuni rumah dengan penghuni rumah minimal ventilasi rumah sebesar 10 % dari
lainnya jika kepadatan hunian rumah tidak memenuhi keseluruhan luas lantai rumah dengan
syarat(19). Kesimpulan sama dengan penelitian yang memperhitungkan luas jendela. Kejadian kasus
dilakukan sebelumnya pada tahun 2018 oleh Putri penyakit pneumonia dipengaruhi oleh tingginya
Setiyo Wulandari di daerah binaan Jati Sampurna kelembapan udara didalam rumah karena bisa menjadi
Kota Bekasi, menyatakan bahwa kejadian kasus lingkungan baik untuk berkembangnya bakteri
penyakit pneumonia pada balita salah satunya pneumonia(22).
dipengaruhi oleh tingkat kepadatan hunian rumah Data dalam tabel 2 menunjukan bahwa balita
tempat tinggal balita (20). yang terkena penyakit pneumonia yang tinggal
Penularan penyakit pneumonia melalui saluran diwilayah kerja Puskesmas Baturraden II tidak
pernapasan pada balita disebabkan oleh tumbuhnya mempunyai hubungan dengan kondisi suhu dalam
bakteri dan virus pada lingkungan rumah yang kondisi ruangan rumah, hasil uji statistik dengan p
fisik dan kepadatan hunian rumahnya tidak memenuhi value=0,134 dan OR sebesar 0,567, artinya antara
syarat. Idealnya ada kesesuaian antara rasio luas keadaan suhu dalam ruangan rumah dengan kejadian
sebuah rumah dengan jumlah keseluruhan penghuni kasus pneumonia pada balita di daerah binaan
dalam sebuah rumah yang tinggal didalamnya. Tidak Puskesmas Baturraden II tidak memiliki keberadaan
seimbangnya jumlah penghuni rumah dengan luas hubungan karena nilai p lebih dari nilai α yang telah
rumah membuat kriteria kepadatan hunian sebuah ditetapkan. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian
rumah menjadi tidak memenuhi syarat. Risiko yang telah dilakukan sebelumnya oleh Fahimah pada
kejadian kasus penyakit pneumonia pada balita harus tahun 2014 diwilayah Kota Cimahi yang
dikendalikan, karena pada usia bayi dan balita lebih menyimpulkan bahwa kejadian kasus penyakit
rentan untuk tertular virus dan bakteri penyebab pneumonia tidak dipengaruhi oleh suhu udara tempat
terjadinya kasus penyakit pneumonia. Upaya tinggal balita yang berdasarkan hasil analisis dengan p
pengendalian kaitan dengan kepadatan hunian rumah value=0,663(23) dan juga sama dengan kesimpulan lain
dapat dilakukan dengan menjaga agar kamar sebagai yang yaitu penelitian Sari pada tahun 2018 diwilayah
tempat tidur balita tidak disi oleh lebih dari dua jiwa, kerja Kota Semarang yang memberikan pernyataan
kecuali suami dan istri serta anak dengan umur kurang yang sama berdasarkan hasil analisis p value=1,000
dari 2 tahun dan kamar tidur balita tidak dibuat yang mempunyai nilai hitung lebih dari nilai α yang
bertingkat. Selain itu, luas minimal kamar tidur balita telah ditetapkan yaitu sebesar 0,005(24). Hasil analisis
diupayakan agar memiliki rasio luas 3 m2/orang penelitian lainnya yang dilakukan diwilayah

Copyright © 2022 The Author. JKLI, ISSN: 1412-4939 – e-ISSN: 2502-7085.


175 Bahri., Mursid R., Suhartono /Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 21(2), 2022

Kabupaten Banjar juga menyimpulkan bahwa terjadinya infeksi pada saluran napas akibat masuknya
kejadian pneumonia tidak dipengaruhi oleh kondisi mikroorganisme pathogen melalui transmisi udara(4).
suhu dalam rumah dengan hasil analisis p Mikroorganisme pathogen penyebab kejadian
value=0,244 lebih dari nilai α yang telah kasus pneumonia dimungkinkan untuk bisa mati dan
ditentukan(25). Kestabilan mikroorganisme dalam terhambat perkembangbiakannya dalam kondisi suhu
udara diakibatkan oleh kondisi suhu ruangan rumah dan kelmbapan tertentu. Namun, suhu yang rendah
yang rendah sehingga balita dengan kondisi daya dan kelembapan yang tinggi dapat membuat
tahan tubuh yang lemah rentan untuk mengalami perkembangan mikroorganisme pathogen menjadi
transmisi penyakit pneumonia(24). Perbedaan hasil baik dan sangat cepat pertumbuhannya. Suhu dan
pengukuran yang tidak jauh berbeda antara kondisi kelembapan ruangan rumah tidak selalu diukur dalam
suhu rumah kelompok kasus dengan suhu rumah lingkungan rumah balita, sehingga kondisi rendah
kelompok kontrol menyebabkan terjadinya atau tingginya suhu dan kelembapan tidak dapat
pneumonia balita tidak berhubungan dengan besarnya diketahui secara pasti. Ketidakpastian kondisi ini
suhu dimana balita tinggal. sangat berbahaya, hal ini karena umumnya balita
Hasil analisis terhadap kelembapan rumah menghabiskan sebagian besar waktunya didalam
dalam penelitian ini terlihat pada tabel 2 dengan nilai ruangan rumah. Berada dalam ruangan rumah dengan
p= 0,003 dan OR sebesar 2,922 artinya bahwa kondisi kelembapan yang mendukung
kejadian kasus penyakit pneumonia pada balita perkembangbiakan mikroorganisme pathogen dalam
dipengaruhi oleh tingkat kelembapan ruangan rumah periode waktu yang lama membuat balita memiliki
yang ditinggali oleh balita. Ruangan rumah balita risiko dan peluang lebih besar untuk mengalami
yang berada dalam kondisi lembap memiliki peluang kejadian kasus pneumonia(11). Berdasarkan hasil
atau risiko 2,922 kali untuk menyebabkan kejadian observasi dilapangan terhadap kondisi rumah,
kasus penyakit pneumonia bagi balita yang tinggal sebagian besar rumah balita mempunyai jendela
didalamnya. Hasil pengukuran kelembapan ruangan sebagai alternatif sarana untuk mengendalikan
rumah kategori tidak memenuhi ketentuan/persyaratan kelembapan ruangan. Kondisi wilayah penelitian yang
berada pada rentang < 40% dan > 70. Penelitian ini berada pada kawasan pegunungan menyebabkan
menyebutkan bahwa balita yang kesehariannya kebiasaan masyarakat untuk tidak membuka jendela
tinggal di rumah dengan kelembapan yang tidak pada siang hari, sehingga jendela yang ada di ruangan
memenuhi ketentuan berisiko 2,922 kali lebih besar keluarga serta kamar tidur tidak berfungsi secara
untuk dapat terkena penyakit pneumonia jika optimal. Ruangan keluarga dan kamar tidur menjadi
dibandingkan dengan balita yang kesehariannya tempat yang paling sering digunakan dalam
tinggal pada rumah dengan kelembapan yang menghabiskan waktu sepanjang hari bagi balita.
memenuhi ketentuan. Hasil ini didukung oleh hasil Kesesuaian proporsi luas ventilasi dengan luas lantai
lainnya yang telah dilakukan sebelumnya diwilayah yang memenuhi syarat sangat berpengaruh terhadap
Semarang Utara terhadap kelembapan udara dalam kondisi kelembapan suatu ruangan rumah. Cahaya
rumah dengan hasil nilai p= 0,001 yang mempunyai matahari dapat masuk melalui ventilasi rumah yang
arti nilai p kurang dari α sehingga dapat disimpulkan tersedia sehingga dapat terjadi proses pertukaran
bahwa kejadian kasus pneumonia pada balita udara, namun ini bisa saja tidak terjadi jika ventilasi
mempunyai hubungan yang bermakna dengan kondisi tidak pernah dibuka yang berakibat terhalangnya
kelembapan rumah yang ditinggali oleh balita. Sama cahaya matahari masuk kedalam rumah. Peningkatan
dengan penelitian ini, penelitian terhadap faktor risiko kelembapan bisa terjadi jika cahaya matahari tidak
kelembapan ruangan rumah yang dilakukan di bisa masuk kedalam rumah, namun secara alami
Puskesmas Jatibarang Brebes oleh Heru Padmonobo kelembapan di dalam rumah dipengaruhi oleh kondisi
pada tahun 2012 dengan hasil p value= 0,037 yang kelembapan diluar rumah(27). Bakteri dan virus
memiliki arti adanya hubungan kelembapan ruangan penyebab penyakit pneumonia dimungkinkan untuk
yang ditinggali balita dengan kejadian pneumonia. tumbuh dan berkembang pada ruangan rumah yang
Kondisi kelembapan yang tinggi > 70% dan memiliki kelembapan tinggi(28), selain itu kondisi ini
kelembapan yang rendah < 40% menjadi media yang merupakan lingkungan atau tempat hidup yang baik
ideal untuk transmisi mikroorganisme pathogen bagi mikroorganisme pathogen penyebab penyakit
penyebab pneumonia pada balita(26). Kesuburan pneumonia (29).
pertumbuhan mikroorganisme dipengaruhi oleh tinggi Hasil analisis penelitian pada tabel 2 terhadap
rendahnya kelembapan pada ruangan rumah, semakin jenis lantai rumah responden diperoleh nilai p= 0,01
tinggi kelembapan pada ruangan rumah maka dan nilai OR sebesar 3,167. Hasil ini memiliki arti
pertumbuhan mikroorganisme akan semakin baik. kejadian kasus pneumonia balita yang terjadi di
Upaya pengendalian terkait dengan pengkondisian daerah binaan Puskesmas Baturraden II memiliki
kelembapan ruangan yang memenuhi syarat harus hubungan yang bermakna dengan jenis lantai yang
dilakukan agar baiknya pertumbuhan mikroorganisme digunakan. Berdasarkan analisis nilai OR pada
pathogen dapat dicegah. Kelembapan ruangan rumah penelitian ini, dapat dinyatakan keseharian balita yang
yang memenuhi syarat diharapkan dapat mencegah tinggal di rumah dengan jenis lantai tanah memiliki
peluang 3,167 kali untuk mengalami kejadian kasus

Copyright © 2022 The Author. JKLI, ISSN: 1412-4939 – e-ISSN: 2502-7085.


Bahri., Mursid R., Suhartono /Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 21(2), 2022 176

pneumonia jika dibandingkan dengan balita yang hasil analisis p value= 0,463 memberikan kesimpulan
kesehariannya tinggal di rumah dengan jenis lantai tidak adanya hubungan jenis dinding rumah yang
rumah yang sudah dalam kondisi permanen atau ditinggali dengan penyakit pneumonia balita(32).
sudah sesuai ketentuan yang telah ditetapkan. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Fajar pada
Berdasarkan hasil observasi pada lokasi penelitian, tahun 2019 di wilayah kerja Kota Semarang diperoleh
pemilihan penggunaan jenis lantai rumah erat hasil analisis p value=0,208 sehingga kesimpulan
kaitannya dengan kemampuan daya beli masyarakat penelitiannya menyatakan kejadian kasus pneumonia
atau kondisi ekonomi keluarga balita. Hasil analisis balita tidak berhubungan dengan jenis dinding rumah
pada tabel 2 terhadap jenis lantai sama dengan hasil tempat balita tinggal sama dengan kesimpulan
analisis penelitian yang dilakukan di Puskesmas penelitian ini(33). Penelitian lainnya yang dilakukan di
Plumbon Kabupaten Indramayu oleh Heru Kelurahan Tegalratu Ciwandan Kota Cilegon juga
Padmonobo pada tahun 2012 yang menyebutkan menyimpulkan jenis dinding rumah balita tidak
bahwa terjadinya kasus penyakit pneumonia memiliki hubungan terhadap kejadian kasus penyakit
dipengaruhi oleh jenis lantai rumah tinggal balita, pneumonia khususnya balita(34).
kesimpulan ini didasari berdasarkan hasil analisis Analisis pada tabel 2 memiliki pengertian
yang dilakukan dengan nilai p= 0,010(30). kejadian kasus penyakit pneumonia pada balita
Perbandingan jenis lantai rumah balita antara mempunyai hubungan dengan intensitas cahaya dalam
kelompok kasus balita pneumonia dan kelompok ruangan rumah, pernyataan ini berdasarkan
kontrol juga dilakukan dalam penelitian tahun 2016 perhitungan nilai p pada tabel 2 untuk intensitas
oleh Khasanah di wilayah Kabupaten Kebumen yang cahaya sebesar 0,035 yang kurang dari nilai α.
memperoleh hasil yang sama dengan penelitian ini, Adapun nilai OR sebesar 2,121 yang memiliki makna
dengan nilai hasil analisis p= 0,015 dan nilai OR balita yang kesehariannya tinggal dan beraktivitas
sebesar 3,4 serta dengan 95% CI= 1,355- 8,531. dalam kondisi intensitas cahaya tidak sesuai ketentuan
Makna dari hasil tersebut dapat diartikan bahwa (<60 lux atau >120 lux) berisiko atau berpeluang
kejadian kasus pneumonia pada balita dipengaruhi 2,121 kali lebih mengalami pneumonia jika
jenis lantai tempat balita tinggal dan menghabiskan dibandingkan balita yang kesehariannya beraktivitas
waktu kesehariannya. Balita yang tinggal dirumah dalam ruangan rumah dengan kondisi intensitas
yang kondisi lantainya masih tanah memiliki risiko cahaya memenuhi syarat (60 lux – 120 lux). Namun
3,4 kali lebih besar untuk menderita pneumonia jika demikian dalam kondisi intensitas cahaya normal (60
dibandingkan dengan balita yang tinggal dirumah lux) pada ruangan rumah secara umum bakteri dan
yang lantainya sudah permanen (31). mikroorganisme pathogen masih dapat hidup(35).
Dinding rumah yang tidak permanen membuat Penelitian di daerah binaan Puskesmas Jatibarang
mikroorganisme dan debu lebih mudah masuk dalam Brebes yang dilakukan oleh Heru Padmonobo pada
rumah dan dapat terhirup oleh balita dan bisa tahun 2012 juga menyatakan kejadian kasus penyakit
membahayakan. Prakondisi pertumbuhan bakteri atau pneumonia pada balita memiliki hubungan dengan
mikroorganisme pathogen dipengaruhi oleh kondisi intensitas cahaya ruangan rumah berdasarkan
kelembapan ruangan rumah. Dinding yang tidak hasil analisis dengan p value= 0,030 kurang dari nilai
permanen membuat kelembapan ruangan menjadi α dan nilai OR sebesar 2,202.
tidak normal, sehingga jika dilakukan pengukuran Kecukupan masuknya sinar matahari kedalam
kondisi kelembapan ruangan rumah menjadi tidak rumah yaitu intensitasnya tidak melebihi dan juga
sesuai ketentuan. Persyaratan kelembapan yaitu tidak kurang mempengaruhi sehat atau tidaknya suatu
Permenkes No. 1077/Menkes/Per/V/2011 rumah. Rumah dengan intensitas cahaya matahari
menyebutkan tingkat kelembapan rentang 40-70% yang kurang dapat membuat rumah menjadi tidak
sebagai kondisi kelembapan yang memenuhi nyaman. Secara alami sinar matahari mempunyai
syarat(26). Hasil penelitian terhadap jenis dinding peran sebagai pengatur kondisi kelembapan dalam
rumah balita dalam penelitian ini menurut tabel 2 rumah, sehingga secara tidak langsung sinar matahari
diperoleh hasil p value= 0,403 dengan nilai OR menentukan apakah mikroorganisme pathogen bisa
sebesar 2,066. Artinya penyakit pneumonia balita berkembang biak atau tidak dalam ruangan rumah.
yang terjadi didaerah binaan Puskesmas Baturraden II Tingginya kelembapan rumah dapat dikurangi jika
tidak mempunyai hubungan dengan jenis dinding sinar matahari yang masuk dalam ruangan rumah
rumah tempat balita tinggal karena nilai p lebih besar cukup intensitasnya dan tidak terhalang jalan
dari nilai α. Pemilihan jenis dinding rumah masuknya. Sehingga, upaya untuk memastikan sinar
berhubungan dengan kondisi keluarga balita. Kondisi matahari agar dapat menyinari ruangan rumah dengan
ekonomi yang kurang membuat kondisi dinding intensitas yang cukup harus dilakukaan misalnya
rumah menjadi tidak permanen sehingga tidak sesuai dengan penggunaan genteng transparan atau selalu
ketentuan. membiasakan untuk membuka jendela pada pagi atau
Kesimpulan penelitian lain di daerah binaan siang hari(26).
Puskesmas Pangandaran Ciamis oleh Yulianti pada
tahun 2013 mendukung hasil penelitian ini dengan

Copyright © 2022 The Author. JKLI, ISSN: 1412-4939 – e-ISSN: 2502-7085.


177 Bahri., Mursid R., Suhartono /Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 21(2), 2022

Tabel 3. Hasil Analisis Multivariat Faktor Fisik Lingkungan Rumah dan Angka Kuman Udara Dengan Kejadian
Pneumonia Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Baturraden II
Variabel B P value OR 95% CI
Kepadatan hunian 0,843 0,038 2,324 1,046-5,162
Kelembapan 1,414 0,001 4,112 1,771-9,544
Jenis lantai rumah 1,116 0,032 3,052 1,102-8,447
Angka kuman udara 1,529 0,002 4,613 1,793-11,863

Fungsi rumah sebagai tempat berlindung atau lingkungan fisik rumah yang diteliti yaitu kepadatan
hunian harus dapat melindungi penghuninya secara hunian rumah, kelembapan dalam rumah, jenis lantai
fisik, mental dan sosial. Secara fisik rumah sebagai rumah, intensitas cahaya dan angka kuman udara
hunian harus menjamin keamanan manusia yang dengan kejadian kasus penyakit pneumonia pada
tinggal didalamnya, sehingga upaya penyehatan balita. Variabel proporsi luas ventilasi dan luas
rumah secara fisik perlu untuk dilakukan secara lantai, suhu rumah dan jenis dinding rumah tidak
berkelanjutan. Salah satu upaya penyehatan rumah memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian
secara fisik yaitu dengan mengupayakan agar cahaya kasus penyakit pneumonia pada balita. Berdasarkan
matahari masuk ke dalam rumah. Rumah yang baik analisis multivariat angka kuman udara memiliki nilai
harus menjamin bahwa kesehatan penghuninya dapat OR tertinggi yaitu 4,613 sehingga menjadi variabel
terjaga dari kemungkinan infeksi penyakit(12). yang paling dominan mempengaruhi kejadian kasus
Penelitian lain menyimpulkan hal yang sama yaitu penyakit pneumonia pada balita.
kondisi intensitas cahaya atau pencahayaan ruangan
rumah yang tidak sesuai dengan persyaratan menjadi DAFTAR PUSTAKA
faktor risiko penyebab terjadinya kejadian kasus 1. Anika Ardia, Noraida E. Perilaku Merokok
penyakit pneumonia balita(22). Orangtua Dengan Kejadian ISPA Pneumonia
Menurut data analisis pada tabel 3 empat Pada Balita. J Kesehat Lingkung.
variabel yang memiliki hubungan pada kejadian kasus 2019;1(1):2019.
penyakit pneumonia yang terjadi di wilayah kerja https://doi.org/10.31964/jkl.v16i1.138
Puskesmas Baturraden II. Nilai analisis dengan 2. WHO. Pneumonia [Internet]. 2021 [cited 2021
metode backward LR diperoleh nilai kepadatan Apr 17]. Available from:
hunian (nilai p= 0,038), kelembapan (nilai p= 0,001), https://www.who.int/news-room/fact-
jenis lantai rumah (nilai p= 0,032) dan angka kuman sheets/detail/pneumonia
udara (nilai p= 0,002). Nilai OR paling besar menurut 3. UNICEF/WHO. Pneumonia: the forgotten killer
data analisis pada tabel 3 menunjukan varabel bebas of children. 2006.
angka kuman udara sebagai variabel yang memiliki 4. Syani F El, Raharjo M. Hubungan Faktor Risiko
pengaruh paling besar pada kejadian kasus penyakit Lingkungan Terhadap Kejadian Penyakit
pneumonia balita. Dengan nilai OR= 4,613 memiliki Pneumonia Balita Dengan Pendekatan Analisis
makna bahwa angka kuman udara ruangan rumah Spasial Di Kecamatan Semarang Utara. J
balita yang tidak memenuhi syarat atau memiliki hasil Kesehat Masy. 2015;3(3):732–44.
pengukuran angka kuman udara >700 CFU/m3 5. Kementerian Kesehatan RI. Laporan Nasional
mempunyai peluang atau faktor risiko 4,613 kali lebih Riskesdas 2018. Laporan Nasional Riskesdas
besar untuk mengalami kejadian kasus pneumonia 2018. Jakarta; 2018.
pada balita jika dibandingkan dengan rumah balita 6. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun
dengan hasil pengukuran angka kuman udara yang 2019. Jakarta; 2019.
memenuhi syarat. 7. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Data analisis penelitian ini didukung oleh data Permenkes Nomor 21. Indonesia; 2020.
analisis penelitian sebelumnya di daerah binaan 8. Dinkesprov Jateng. Profil Provinsi Jawa Tengah
Kecamatan Kenjeran Surabaya yang menyatakan Tahun 2019. 2020;3511351(24):1–261.
bahwa jumlah angka kuman udara signifikan dengan p 9. Dinkes Banyumas. Profil Kesehatan Kabupaten
value= 0,04 sehingga angka kuman udara Banyumas Tahun 2019. Banyumas; 2019.
mempengaruhi kemungkinan terjadinya pneumonia 10. Hasanah I. Hubungan Sanitasi Fisik Rumah Dan
pada balita(12). Hasil pengukuran angka kuman udara Kebiasaan Merokok Keluarga Dengan Kejadian
pada penelitian lainnya memberikan kesimpulan jikaa Pneumonia Pada Balita Di Desa Selotinatah
angka kuman udara ruangan rumah tidak memenuhi Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan.
syarat atau >700 CFU/m3 suatu rumah hunian akan 2017.
menyebabkan balita memiliki faktor risiko 1,93 kali 11. Darmawati AT, Sunarsih E, Trisnaini I.
lebih besar untuk mengalami penyakit pneumonia(36). Hubungan faktor Kondisi Fisik Rumah Dan
Perilaku Dengan Insiden Pneumonia Pada Anak
SIMPULAN Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Yosomulyo
Data penelitian yang telah dianalisis Kota Metro. J Ilmu Kesehat Masy. 2016;7(1):6–
membuktikan adanya hubungan variabel kondisi 13.

Copyright © 2022 The Author. JKLI, ISSN: 1412-4939 – e-ISSN: 2502-7085.


Bahri., Mursid R., Suhartono /Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 21(2), 2022 178

12. Rahmawati FN. Relationship between House Pneumonia Anak Bawah Lima Tahun (di
Sanitation and Number of Bacterial in Bed Puskesmas Cimahi Selatan dan Leuwi Gajah
Room with Pneumonia Case of Children Under Kota Cimahi. Makara J Heal Res.
Five Years Old in Kenjeran Sub District 2014;18(1):25–33.
Surabaya. J Kesehat Lingkung. 2018;10(3):306. https://doi.org/10.7454/msk.v18i1.3090
https://doi.org/10.20473/jkl.v10i3.2018.306-312 24. Sari DA, Darundiati YH. Hubungan antara
13. Novita Aris Pramudiyani GNP. Hubungan Kualitas Udara dalam Ruang dengan Kejadian
Antara Sanitasi Rumah Dan Perilaku Dengan Pneumonia pada Bayi di Wilayah Kerja
Kejadian Pneumonia Balita. J Kesehat Masy. Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang. JKLI.
2011;6(2):71–8. 2019;18(3):12–8.
14. Bupati Banyumas. Perbup Banyumas No. 61. 61. 25. Nindia T, Santoso I, Juanda J. Kualitas Fisik
15. Dewiningsih. Faktor Lingkungan dan Perilaku Rumah Dengan Kejadian Pneumonia Pada
Kejadian Pneumonia Balita Usia 12-59 Bulan. Balita. J Kesehat Lingkung J dan Apl Tek
HIGEIA (Journal Public Heal Res Dev. Kesehat Lingkung. 2019;16(2):809.
2018;2(3):453–64. https://doi.org/10.31964/jkl.v16i2.196
16. Indrayani M. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi 26. Heru Padmonobo, Onny Setiani TJ. Hubungan
Kejadian Pneumonia Pada Bayi di Rumah Sakit Faktor Lingkungan Fisik Rumah dengan
Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2017. Kejadian Pneumonia di Wilayah Kerja
Universitas Sumatera Utara; 2017. Puskesmas Jatibarang Kabupaten Indramayu. J
17. Maudy Risma Slodia, Prehatin Trirahayu Kesehat Terpadu (Integrated Heal Journal).
Ningrum S. Analisis Hubungan Antara Sanitasi 2012;10(2):36–43.
Lingkungan dengan Kejadian nalisis Hubungan https://doi.org/10.32695/jkt.v10i2.43
Antara Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian 27. Prajadiva G, Ardillah Y. Determinan
Stunting di Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Lingkungan Fisik Rumah Terhadap Pneumonia
Jawa Tengah. J Kesehat Lingkung Indones. pada Balita di Pinggiran Sungai Musi. J Kesehat.
2022;21(1):59–64. 2019;7621(1):1–11.
https://doi.org/10.14710/jkli.21.1.59-64 https://doi.org/10.23917/jk.v0i1.7582
18. Garmini R, Purwana R. Polusi Udara Dalam 28. Nguyen TKP, Tran TH, Roberts CL, Fox GJ,
Rumah Terhadap Infeksi Saluran Pernafasan Graham SM, Marais BJ. Risk factors for child
Akut pada Balita di TPA Sukawinatan pneumonia - focus on the Western Pacific
Palembang. J Kesehat Lingkung Indones. Region. Paediatr Respir Rev [Internet].
2020;19(1):1. 2017;21:95–101. Available from:
https://doi.org/10.14710/jkli.19.1.1-6 http://dx.doi.org/10.1016/j.prrv.2016.07.002
19. Okoko AR, Hossie E, N’djobo-Mamadoud IC, 29. Mardani RPPK, Wrdani HE, Gayatri RW.
Moyen E, Bowassa GE, Moyen G. Pneumonia of Hubungan Faktor Lingkungan Fisik Rumah,
Children under 5 Years of Age in Brazzaville Status Pendidikan Ibu, Dan Status Pekerjaan Ibu
(Republic of Congo). Open J Pediatr. Terhadap Kejadian Pneumonia Balita Di
2017;07(03):178–91. Wilayah Kerja Puskesmas. J Sport Sci Heal.
https://doi.org/10.4236/ojped.2017.73021 2019;1(3):233–42.
20. Putri Setiyo Wulandari, Suhartono D. Hubungan https://doi.org/10.33087/daurling.v1i2.10
Lingkungan Fisik Rumah Dengan Kejadian 30. Akbar H, B H, Hamzah SR, Paundanan M,
Pneumonia Pada Balita di Wilayah Kerja Reskiaddin LO. Hubungan Lingkungan Fisik
Puskesmas Jatisampurna Kota Bekasi. J Kesehat Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada Balita
Masy. 2016;4:7–12. di Wilayah Kerja Puskesmas Plumbon. J Kesmas
https://doi.org/10.25077/jka.v4i1.215 Jambi. 2021;5(2):1–8.
21. Trisiyah CD, W CU. Hubungan kondisi https://doi.org/10.22437/jkmj.v5i2.14306
lingkungan rumah dengan kejadian pneumonia 31. Khasanah M, Suhartono S, Dharminto D.
pada balita di wilayah kerja Puskesmas Taman Hubungan Kondisi Lingkungan Dalam Rumah
Kabupaten Sidoarjo. Indones J Public Heal. Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di
2018;13(1):119–29. Wilayah Kerja Puskesmas Puring Kabupaten
https://doi.org/10.20473/ijph.v13i1.2018.122- Kebumen. J Kesehat Masy. 2016;4(5):27–34.
133 32. Yulianti L, Setiani O, D YH. Faktor-Faktor
22. Henny M, Sartika D, Setiani O, W NE, Amerika Lingkungan Fisik Rumah Yang Berhubungan
D. Faktor Lingkungan Rumah Dan Praktik Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di
Hidup Orang Tua Yang Berhubungan Dengan Wilayah Kerja Puskesmas Pangandaran
Kejadian Pneumonia Pada Anak Balita Di Kabupaten Ciamis. J Kesehat Lingkung Indones.
Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011. J Kesehat 2013;11(2):187–93.
Lingkung Indones. 2013;11(2):153–9. 33. Fajar, Sulistiyani, Setiani O. Faktor – Faktor
23. Fahimah R, Kusumowardani E, Susanna D. Yang Mempengaruhi Kejadian Pneumonia Pada
Kualitas Udara Rumah dengan Kejadian Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Mijen Kota

Copyright © 2022 The Author. JKLI, ISSN: 1412-4939 – e-ISSN: 2502-7085.


179 Bahri., Mursid R., Suhartono /Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 21(2), 2022

Semarang. J Kesehat Ibnu Sina. 2019;1(1):1–10.


https://doi.org/10.36984/jkm.v1i1.10
34. Nalasari KN, Pertiwi WE. Physical Conditions
and Indoor Air Pollution in house and
Pneumonia In Toddlers. J Kesehat Lingkung.
2019;11(4):259.
https://doi.org/10.20473/jkl.v11i4.2019.259-266
35. Caesar DL, W NE. Hubungan Jumlah Bakteri
Patogen dalam Rumah dengan Kejadian
Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Ngesrep Banyumanik Semarang
Tahun 2014 Relationship. J Kesehat Lingkung
Indones. 2015;14(1):21–6.
36. Grant CC, Emery D, Milne T, Coster G, Forrest
CB, Wall CR, et al. Risk factors for community-
acquired pneumonia in pre-school-aged children.
J Paediatr Child Health. 2012;48(5):402–12.
https://doi.org/10.1111/j.1440-
1754.2011.02244.x

©2022. This open-access article is distributed under the terms and conditions of the Creative
Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Copyright © 2022 The Author. JKLI, ISSN: 1412-4939 – e-ISSN: 2502-7085.

Anda mungkin juga menyukai