Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KONDISI VENTILASI, KEPADATAN HUNIAN,

KELEMBABAN UDARA, SUHU, DAN PENCAHAYAAN ALAMI RUMAH DENGAN


KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WARA UTARA
KOTA PALOPO

Analysis of the Relationship Between Ventilation Conditions, Density Residential, Air Humidity,
Temperature, and Natural Lighting House with Pulmonary Tuberculosis Disease in Territory
Work Health Center Northern Wara- Palopo.

Hera.T.S. Batti’ *, dr. Budi. T Ratag, MPH *, Prof. dr. Jootje. M.L. Umboh, MS*

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK

Besarnya masalah TB di Indonesia adalah 1,0%, dengan perkiraan insidensi TB MDR 6.100 per
tahun. Tujuh belas provinsi diantaranya mempunyai angka prevalensi di atas angka nasional, yaitu
provinsi NAD, Sumatera Barat, Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Banten, NTB,
NTT, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,Sulawesi
Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua. Secara umum prevalensi yang tertinggi yaitu Papua
Barat (2.5%) dan terendah di provinsi Lampung (0,3%). Kasus TB paru yang ada di kota Palopo
salah satu puskesmas yang memiliki kasus TB terbanyak yaitu di wilayah kerja Puskesmas Wara
Utara. Pada tahun 2012 jumlah kasus TB BTA (+) di puskesmas Wara Utara sebanyak 78 orang, dan
jumlah kasus TB hasil Rontgen (+) sebanyak 34 orang dan hasil sputum (+) sebanyak 44 orang.
Tujuan penelitian mengetahui hubungan antara kondisi ventilasi, kepadatan hunian, kelembaban
udara, suhu, dan pencahayaan alami rumah dengan kejadian penyakit TB paru di wilayah kerja
Puskesmas Wara Utara kota Palopo.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain studi potong lintang
(cross sectional study). Populasi penelitian adalah semua penderita (+) TB paru dan non- TB paru (-)
yang berdomisili di wilayah kerja puskesmas Wara Utara yang tercatat pada bulan Desember 2012-
Februari 2013 sebanyak 100 responden. Pengambilan sampel adalah secara purposive sampling
dilakukan matching berdasarkan jenis kelamin dan tempat tinggal. Pengambilan data menggunakan
lembar observasi (check list) dan pengukuran suhu ruangan dengan menggunakan thermometer,
pencahayaan alami dengan menggunakan luxmeter, ventilasi dengan menggunakan rollmeter,
kelembaban dengan menggunakan hygrometer. Analisis bivariat menggunakan uji chi square (CI =
95%, α = 0,05) dengan program SPSS versi 16.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kondisi ventilasi dengan
kejadian penyakit TB paru (p = 0,000, OR = 36,417 95% CI: 10,85-122,17), terdapat hubungan antara
kepadatan hunian dengan kejadian penyakit TB paru (p = 0,000, OR = 10,023, 95% CI:3,75-26,75),
terdapat hubungan antara kelembaban dengan kejadian penyakit TB paru (p = 0,009, OR = 2,935, 95%
CI:1,29-6,64), terdapat hubungan antara suhu ruangan dengan kejadian penyakit TB paru (p = 0,000,
OR = 9,117, 95% CI: 3,66-22,65), dan terdapat hubungan antara pencahayaan alami dengan kejadian
penyakit TB paru (p = 0,000, OR = 4,696, 95% CI: 1,93-11,41).
Saran kepada Puskesmas Wara Utara agar dapat melakukan tindakan promosi kesehatan
terutama bagi masyarakat yang mempunyai faktor risiko yang tinggi, dengan cara memberikan
penyuluhan tentang persyaratan rumah sehat. Bagi masyarakat yang sedang merenovasi atau
membangun rumah untuk lebih memperhatikan aspek sanitasi rumah sehat seperti ventilasi,
pencahayaan, kebiasaan membuka jendela dan lebih meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
untuk menghindari penularan penyakit tuberkulosis paru.

Kata Kunci: Kondisi Ventilasi,Kepadatan Hunian, Kelembaban Udara, Suhu Ruangan, Pencahayaan
Alami, dan Penyakit Tuberkulosis
.
ABSTRACT

The magnitude of the TB problems in Indonesia is 1.0%, with an estimated incidence of MDR
TB 6,100 per year. Seventeen provinces of which have prevalence rates above the national average, which is
the province of Aceh, West Sumatra, Riau, Jakarta, Central Java, Yogyakarta, Banten, NTB, NTT, South
Kalimantan, East Kalimantan, Central Sulawesi, South Sulawesi, Southeast Sulawesi , Gorontalo, West Papua
and Papua. In general, the highest prevalence of West Papua (2.5%) and the lowest in Lampung province
(0.3%). Pulmonary TB cases in the city of Palopo’s one health center which has the highest number of TB
cases in the region of North Wara Health Center. In 2012 the number of cases of smear (+) in North Wara
clinic as many as 78 people, and the number of TB cases X-ray results (+) as many as 34 people and sputum
results (+) as many as 44 people. The purpose of this research is to know the relationship between the
condition of ventilation, residential density, humidity, temperature, and natural lighting of homes with the rate
of pulmonary TB disease incidence in North Wara Puskesmas Palopo town.

This study is a observational analytic cross-sectional study design (cross-sectional). The study
population was all patients with pulmonary TB (+) and non-pulmonary TB (-) are domiciled in North Wara
clinic. The results were taken from 100 respondents, recorded in December 2012 and February 2013. Sampling
was carried out in purposive sampling matching by sex and residence. Retrieval of data using observation
sheets (check list) and the measurement of the room temperature by using a thermometer, using luxmeter
natural lighting, ventilation using rollmeter, humidity using a hygrometer. Bivariate analysis using chi square
test (CI = 95%, α = 0.05) using SPSS version 16.

The results showed that there is a relationship between the condition of ventilation with pulmonary TB
disease incidence (p < .001, OR = 36.417 95% CI: 10.85 to 122.17), there is a relationship between density
residential with pulmonary TB disease incidence (p < .001, OR = 10.023, 95% CI :3,75-26, 75), there is a
relationship between humidity with pulmonary TB disease incidence (p = .009, OR = 2.935, 95% CI :1,29-6,
64), there is a relationship between room temperature with pulmonary TB disease incidence (p < .001, OR =
9.117, 95% CI: 3.66 to 22.65), and there is a relationship between natural lighting with pulmonary TB disease
incidence (p < .001, OR = 4.696, 95% CI: 1.93 to 11.41).
The following recommendation was given to North Wara health centers. In order to carry out health
promotion actions, especially for people who have high risk factors information about the requirements of a
healthy home must be made readily available. For people who are renovating or building a home more
attention should be paid to the healthy aspects of sanitation such as ventilation, lighting, custom window
opening and further enhancements that promote clean and healthy lifestyle behaviors and prevent transmission
of tuberculosis disease.

Keywords: Ventilation Conditions, Density Residential, air humidity, room temperature, Daylighting, and
Tuberculosis Disease

A. PENDAHULUAN merupakan salah satu penyebab terbesar kematian


Penyakit Tuberkulosis disebabkan oleh kuman di dunia khususnya di Asia dan Afrika dan sejak
Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis tahun 2005 terdapat peningkatan yang disebabkan
oleh pertumbuhan populasi di India, Cina, kepadatan hunian, kelembaban udara, suhu, dan
Indonesia, Afrika Selatan dan Nigeria pencahayaan alami rumah dengan kejadian
(Perkumpulan Pemberantasan Tuberculosis di penyakit TB paru di wilayah kerja Puskesmas
Indonesia, 2010). Menurut World Health Wara Utara kota Palopo.
Organization (WHO) prevalensi kasus TB tahun
2011, 1,4 juta orang meninggal karena TB, dengan B. METODE PENELITIAN
angka kematian per kapita terbesar di Afrika. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik
MDR-TB merupakan ancaman utama, dengan dengan desain Cross Sectional Study (Potong
perkiraan 630.000 orang sakit di seluruh dunia Lintang). Penelitian ini dilaksanakan di wilayah
(WHO,2012). Dalam TB Global Report tahun kerja Puskesmas Wara Utara Kota Palopo. Waktu
2011 tercatat, Indonesia adalah peringkat sembilan penelitian dimulai pada bulan Maret 2013 sampai
dari 27 negara dengan “high burden MDR TB dengan Mei 2013.
Countries” dengan perkiraan insidensi TB MDR Populasi : Populasi dalam penelitian ini yaitu
6.100 per tahun ( Kemenkes,2011). Untuk masalah seluruh penderita TB Paru (+) dan TB Paru (-
prevalensi TB di Indonesia, Sulawesi Selatan
berada pada posisi ke 17 daerah yang memiliki ) berdasarkan hasil pemeriksaan rontgen dan
tingkat prevalensi tinggi di kawasan timur sputum yang tercatat pada bulan Desember
Indonesia dengan jumlah penderita TB yang
tercatat dalam CDR oleh Ditjen PPPL, Kemenkes 2012-Februari 2013 dan berdomisili di wilayah
RI 2011 sebanyak 51.9, dari 23 kabupaten yang kerja puskesmas Wara Utara kota Palopo.
ada di Sulawesi Selatan (Dinas kesehatan
Sulsel,2011). Di daerah Sulawesi Selatan salah 3.3.2. Sampel
satu daerah yang memiliki angka kejadian TBC Besarnya sampel dalam penelitian ini
paru yang cukup tinggi yaitu kota Palopo, dimana
pada tahun 2011 prevalensi kasus TB yaitu 72,00 adalah sebanyak 100 orang.
per 100.000 penduduk (Dinas Kesehatan Pengambilan sampel menggunakan cara
Sulsel,2011). Kasus TB paru yang ada di kota
Palopo salah satu puskesmas yang memiliki kasus Purposive Sampling.
TB terbanyak yaitu di wilayah kerja Puskesmas Kriteria inklusi untuk kelompok kasus
Wara Utara. Pada tahun 2012 jumlah kasus TB
BTA (+) di puskesmas Wara Utara sebanyak 78 adalah sebagai berikut :
orang, dan jumlah kasus TB hasil Rontgen (+) 1. Merupakan warga yang berdomisili
sebanyak 34 orang dan hasil sputum (+) sebanyak
44 orang . (Puskesmas Wara Utara, 2012). di Kecamatan Wara Utara (± dalam
1 tahun).
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat
dirumuskan masalah penelitian ini yaitu : Apakah 2. Berkunjung/ berobat di
terdapat hubungan antara kondisi ventilasi,
Puskesmas Wara Utara pada
bulan Desember 2012- Februari Total 50 100 50 100 50 100

2013.
Kriteria eksklusi :
- Tidak menempati rumah
Tabel 4. Hubungan antara Kepadatan Hunian
sendiri. dengan Kejadian Penyakit TB Paru
p
Kejadian Tuberkulosis, dan variabel Independen Kepadatan (+) TB (-) TB Total O
value
(tidak terikat) : Kondisi ventilasi, Suhu ruangan, Hunian
n % n % N %
Kelembaban, Pencahayaan alami rumah, dan tidak memenuhi p꞊
31 62 7 14 38 38 10,0
kepadatan hunian. Instrumen dalam penelitian syarat 0,000
yang dipakai adalah berupa rollmeter, lux meter, memenuhi syarat 19 38 43 86 62 62
thermometer dan hygrometer. Dalam penelitian ini Total 50 100 50 100 100 100
menggunakan Uji chi-square untuk melihat
hubungan antara variabel bebas yaitu suhu,
pecahayaan alami, kelembaban, ventilasi,
kepadatan hunian dengan variabel terikat yaitu
kejadian TB paru (CI= 95%,α= 0,05) dengan
menggunakan SPSS versi 16. Tabel 5. Hubungan Antara Kelembaban Udara
dengan Kejadian Penyakit TB Paru
C. HASIL
Tabel 3. Hubungan antara Kondisi ventilasi dengan Kelembaban (+) TB (-) TB Total p value OR
Kejadian Penyakit TB Paru. Udara
n % n % N %
tidak memenuhi
29 58 16 32 45 45 p꞊0,009 2,935
syarat
memenuhi
21 42 34 68 55 55
syarat
Total 50 100 50 100 100
100

Tabel 6. Hubungan antara suhu ruangan dengan


(+) TB (-) TB Total
p
OR kejadian
95% penyakit TB Paru
value CI 95%
Kondisi Ventilasi (+) TB (-) TB Total p value OR
n % n % N % CI
Suhu Ruangan
tidak memenuhi n % n % N %
38 76 4 8 42 42
syarat tidak memenuhi 3,66-
p꞊ 36
10,85- 72 11 22 47 47 p꞊0,000 9,117
memenuhi syarat 12 24 46 92 58 58syarat 36,417 22,65
0,00 122,17
memenuhi syarat 14 28 39 78 53 53
Total 50 100 50 100 100 100 Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Hariza Adani dan Asih
Tabel 7. Hubungan Antara Pencahayaan Alami Dengan Kejadian Mahastuti tahun 2003-2006, dan Anggie Mareta
Penyakit TB Paru
p 95%
Rosiana 2012. Menurut hasil penelitian yang
(+) TB (-) TB Total OR dilakukan oleh Hariza Adani dan Asih Mahastuti
Pencahayaan Alami value CI
n % n % N % yang menyatakan bahwa ada hubungan antara
tidak memenuhi p꞊ 1,93- ventilasi yang tidak memenuhi syarat dengan
27 54 10 20 37 37 4,696
syarat 0,000 11,41 kejadian penyakit TB Paru dimana odds ratio
memenuhi syarat 23 46 40 80 63 63 sebesar 5,17. Dengan hasil OR tersebut dapat
Total 50 100 100 100 100 100 diinterpretasikan bahwa risiko untuk menderita
TBC Paru 5 kali lebih tinggi. Sedangkan hasil
penelitian yag dilakukan oleh Anggie Mareta
D. PEMBAHASAN Rosiana yang meyatakan bahwa ada hubungan
antara luas ventilasi dengan terjadinya TBC Paru (p
5.2 Hubungan antara Kondisi Ventilasi value = 0,569).
dengan Kejadian Penyakit TB Paru Hasil penelitian ini juga berbeda dengan yang
Berdasarkan hasil pengolahan data dilakukan oleh Sri Rezeki Moha (2012) yang
menggunakan uji Chi Square menyatakan menyatakan bahwa kondisi ventilasi tidak memiliki
bahwa terdapat hubungan yang bermakna hubungan yang bermakna dengan kejadian TB Paru
antara kondisi ventilasi dengan kejadian dimana p = (1,742 < 3,841).
penyakit TB paru dimana kelompok
masyarakat yang memiliki kondisi ventilasi < 5.3 Hubungan Antara Kepadatan Hunian
10% kemungkinan menderita penyakit TB Dengan Kejadian Penyakit TB Paru
paru sebesar 36 kali dibandingkan yang Dari hasil penelitian yang dilakukan kelompok
memiliki kondisi ventilasinya ≥ 10%. Hal ini masyarakat yang memiliki kepadatan hunian <
terjadi dimana kondisi ventilasi yang tidak 10m² (tidak memenuhi syarat) kemungkinan
memenuhi syarat kurang atau tidak menderita penyakit TB paru sebesar 10 kali
melakukan pertukaran udara dalam ruangan dibandingkan kelompok masyarakat yang
yang akan menyebabkan bakteri-bakteri memiliki kepadatan huniannnya ≥ 10m²
penyakit terkhusus bakteri tuberculosis dapat (memenuhi syarat). Hal ini saling berhubungan
berkembang biak (Hariza,2011). Berdasarkan karena apabila terdapat anggota keluarga yang
hasil observasi yang dilakukan penulis, lokasi menderita penyakit pernapasan terkhusus TB
penelitian ini sebagian besar rumah tidak Paru dapat menyebabkan penularan penyakit ke
memiliki ventilasi yang cukup untuk anggota keluarga yang lain (Depkes,2002).
melakukan pertukaran udara yang disebabkan Responden dengan Kejadian Tuberkulosis
rumah yang saling berhimpitan sehingga Paru BTA Positif akan menyebabkan kurangnya
mendukung hidupnya bakteri ini di rumah persediaan oksigen, serta memudahkan
tersebut. penularan penyakit infeksi, terutama tuberkulosis
akan mudah menular kepada anggota keluarga penyakit terkhusus bakteri tuberkulosis dapat
yang lain dimana seorang penderita rata-rata tumbuh dan berkembang biak dengan baik.
dapat menularkan kepada 2-3 orang di dalam Responden dengan Kejadian Tuberkulosis
rumahnya. Paru BTA Positif dengan memiliki
kelembaban rumah yang tinggi berhubungan
Hasil penelitian ini berbeda dengan yang dengan kejadian tuberkulosis paru BTA positif
dilakukan oleh Rikhal Nurul Pertiwi dkk (2012), karena menjadi media yang baik untuk tumbuh
serta hasil penelitian yang dilakukan oleh Susiani dan berkembangbiaknya kuman tuberkulosis.
Wulandari (2011). Hasil penelitian Rikhal urul Semakin tinggi suhu udara, maka kelembaban
Pertiwi dkk (2012) menyatakan bahwa kepadatan udaranya akan semakin rendah. Hal ini akan
hunian tidak memiliki hubungan yang bermakna meningkatkan kehilangan panas tubuh dan
dengan kejadian penyakit TB Paru dimana p꞊ tubuh akan berusaha menyeimbangkan dengan
0,781 dan OR=0,857. suhu lingkungan melalui proses evaporasi.
Sedangkan hasil penelitian yag dilakukan oleh Kehilangan panas tubuh ini akan menurunkan
Susiani Wulandari (2011) menunjukkan bahwa vitalitas tubuh dan merupakan predisposisi
tidak ada hubungan antara kepadatan hunian untuk terkena infeksi oleh agen yang menular (
ruang tidur rumah dengan kejadian tuberkulosis Betty,2007).
paru di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo Hasil penelitian ini sama dengan hasil
Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang tahun penelitian yang dilakukan oleh Susiani
2011. Hal ini didasarkan pada hasil chi square Wulandari (2012), dan Susiani Wulandari
yang diperoleh p value =0,05 (=0,05). (2011). Hasil penelitian yang menyatakan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara
kelembaban udara dengan kejadian TB Paru
5.4 Hubungan Antara Kelembaban Udara dimana nilai p꞊ 0,001 dan OR꞊ 13,14 dengan
dengan Kejadian Penyakit TB Paru CI 95%꞊ 5,58-145,4. Dan penelitian yang
Hasil penelitian yang telah dilakukan dilakukan oleh Susiani Wulandari yang
menyatakan adanya hubungan yang bermakna menyatakan bahwa ada hubungan antara
antara kelembaban udara dengan kejadian kelembaban ruang tidur dengan kejadian
penyakit TB Paru dimana kelompok tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas
masyarakat yang memiliki kelembaban udara > Bandarharjo Kelurahan Bandarharjo Kota
70% (tidak memenuhi syarat) kemungkinan Semarang tahun 2011. Hal ini didasarkan pada
menderita penyakit TB paru sebesar 3 kali hasil chi square yang diperoleh p value =0,001
dibandingkan kelompok masyarakata yang (<0,05) dan OR=13,14.
memiliki kelembaban udaranya 40% - 70%
(memenuhi syarat). Hal ini sangat memiliki Namun hasil penelitian ini juga tidak sama
hubungan dikarenakan kelembaban udara dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
merupakan salah satu faktor yang Oktavianus Rantepasang (2012) yang
menyebabkan pertumbuhan bakteri-bakteri menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara kelembaban udara dengan meminimalisasi penularan tuberkulosis
kejadian penyakit TB Paru. paru BTA positif dalam rumah.
Hasil penelitian ini sama dengan hasil
5.5 Hubungan Antara Suhu Ruangan penelitian yang dilakukan oleh Siti
dengan Kejadian Penyakit TB Paru Fatimah (2008) yang menyatakan bahwa
Berdasarkan hasil pengolahan data yang ada hubungan yang bermakna antara suhu
telah dilakukan, menyatakan bahwa terdapat ruangan dengan kejadian penyakit TB
hubungan antara suhu ruangan dengan Paru, dimana p = 0,029 dan OR =2,674
kejadian penyakit TB paru. Dimana dengan 95%CI = 1,176 < OR <6,863.
kelompok masyarakat yang suhu ruangannya
<18°C/ >30°C (tidak memenuhi syarat) 5.6 Hubungan Antara Pencahayaan
kemungkinan menderita penyakit TB paru Alami Kejadian Penyakit TB Paru
sebesar 9 kali dibandingkan kelompok Berdasarkan hasil penelitian yang telah
masyarakat yang suhu ruangannya >18°C- dilakukan, menyatakan bahwa terdapat
30°C (memenuhi syarat). Hal ini hubungan antara pencahayaan alami rumah
berhubungan karena jika suhu ruangan yang dengan kejadian penyakit TB paru.
tidak memenuhi syarat dapat menyebabkan Dimana kelompok masyarakat yang
kelembaban juga tidak memenuhi syarat memiliki pencahayaan alami rumah < 60
dimana kelembaban merupakan salah satu Lux (tidak memenuhi syarat)
faktor yang menyebabkan bakteri kemungkinan menderita penyakit TB paru
tuberkulosis dapt tumbuh dan berkembang sebesar 9 kali dibandingkan kelompok
biak (Depkes,2002). masyarakat yang memiliki pencahayaan
Keadaan suhu sangat berperan sekali pada alami rumah ≥ 60 Lux (memenuhi syarat).
pertumbuhan basil Mycobacterium Hal ini saling berhubungan karena
tuberculosis, dimana laju pertumbuhan Pencahayaan alami yang kurang
basil tersebut ditentukan berdasarkan suhu memenuhi syarat dapat menyebabkan
udara yang berada disekitarnya. Kondisi bakteri-bakteri penyakit terkhusus bakteri
ini sangat terkait dengan sirkulasi udara di tuberkulosis dapat berkembang biak.
dalam rumah yang berhubungan langsung Pencahayaan alamiah rumah merupakan
dengan udara luar rumah dan kurang hal yang penting dan menunjang terhadap
memenuhi syarat kesehatan akibat dari kesehatan, untuk itu bagi rumah yang
luas ventilasi yang kurang dari 10% luas pencahayaan alamiah rumah masih kurang
lantai. Salah satu usaha untuk menjaga atau belum memenuhi syarat kesehatan.
suhu rumah adalah memasang ventilasi Sebaiknya dilakukan dengan cara
yang cukup yaitu 10% dari luas lantai mengganti sebagian genteng rumah dengan
rumah. Adanya sirkulasi udara yang baik genteng kaca atau asbes plastik serta
diharapkan dapat menjaga suhu rumah dan penambahan lubang ventilasi alamiah
rumah sebagai jalan masuknya cahaya
matahari. Selain itu, lokasi penempatan 3. Terdapat hubungan antara kelembaban udara
jendela rumah pun harus diperhatikan dan dengan kejadian penyakit TB Paru di wilayah
diusahakan agar sinar matahari lama kerja Puskesmas Wara Utara dimana
menyinari lantai (bukan menyinari kelembaban udara yang tidak memenuhi syarat
dinding). Maka sebaiknya jendela itu harus kemungkinan menderita penyakit TB Paru
di tengah-tengah tinggi dinding sebesar 3 kali dibandingkan yang memenuhi
(Hariza,2011). syarat.
Hasil penelitian ini sama dengan hasil 4. Terdapat hubungan antara suhu ruangan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ikeu kejadian penyakit TB Paru di wilayah kerja
Nurhidayah (2007) dan Kusuma Wijaya Puskesmas Wara Utara dimana suhu ruangan
(2011). Hasil Penelitian Nurhadiyah yang tidak memenuhi syarat kemungkinan
(2007) menyatakan bahwa ada hubungan menderita penyakit TB Paru sebesar 9 kali
yang bermakna antara pencahayaan alami dibandingkan yang memenuhi syarat.
rumah dengan kejadian penyakit TB Paru, 5. Terdapat hubungan antara pencahayaan alami
dimana p꞊ 0,000 dan OR꞊ dengan CI 95%꞊ rumah dengan kejadian penyakit TB Paru di
5,58-145,4. Dan hasil penelitian Kusuma wilayah kerja Puskesmas Wara Utara dimana
Wijaya (2011) menyatakan ada hubuga pencahayaan alami rumah yang tidak
yang bermakna antara pencahayaan alami memenuhi syarat kemungkinan menderita
rumah dengan kejadian penyakit TB Paru, penyakit TB Paru sebesar 5 kali dibandingkan
dimana p= (p = 0,006). yang memenuhi syarat.

SARAN :
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan : 1. Bagi Puskesmas Wara Utara
1. Terdapat hubungan antara kondisi ventilasi Disarankan kepada seluruh petugas kesehatan
dengan kejadian penyakit TB Paru di wilayah yang ada di Puskesmas Wara Utara khususnya
kerja Puskesmas Wara Utara dimana kondisi di bagian promosi kesehatan agar dapat
ventilasi yang tidak memenuhi syarat melakukan tindakan promosi sebagai tindakan
kemungkinan menderita penyakit TB Paru pencegahan bagi masyarakat diseluruh wilayah
sebesar 36 kali dibandingkan yang memenuhi kerja Puskesmas Wara Utara yang mempunyai
syarat. faktor risiko yang tinggi terhadap kejadian
2. Terdapat hubungan antara kepadatan hunian penyakit TB Paru, dengan cara memberikan
dengan kejadian penyakit TB Paru di wilayah penyuluhan tentang persyaratan rumah sehat.
kerja Puskesmas Wara Utara dimana kepadatan 2. Bagi Masyarakat
hunian yang tidak memenuhi syarat Sebagai penghuni atau pemilik rumah yang
kemungkinan menderita penyakit TB Paru sedang dan akan merenovasi rumah disarankan
sebesar 10 kali dibandingkan yang memenuhi agar memperhatikan aspek sanitasi rumah sehat
syarat. pada segi ventilasi, kepadatan hunian,
kelembaban udara, suhu ruangan, pencahayaan
alami rumah, serta kebiasaan membuka jendela Hariza. A., Asih. M. 2009. Hubungan Kondisi
pada pagi hari dan lebih meningkatkan perilaku Rumah Dengan Penyakit TBC Paru Di Wilayah
hidup bersih dan sehat untuk menghindari Kerja Puskesmas Karangmojo II Kabupaten
penularan penyakit tuberkulosis paru terutama Gunungkidul
bagi masyarakat yang bertempat tinggal Tahun 2003 – 2006. (Online)
memiliki resiko terjadinya penyakit TB Paru. http://skripsistikes.files.wordpress.com/2009/08/21
3. Bagi Institusi .pdf
Menjadi penelitian pembanding apabila ingin
melakukan penelitian yang sama dengan Iskandar. J. 2010. Penyakit Paru Dan Saluran
variabel atau lokasi yang berbeda dan dapat Napas.(Jakarta).BIP. Hal. 143-153.
menjadi landasan penelitian untuk melakukan Ike. N., Mamat. L., Windy. R. 2007. HUBUNGAN
penelitian lanjutan untuk melihat hubungan ANTARA KARAKTERISTIK LINGKUNGAN
antara kejadian penyakit tuberkulosis paru RUMAH DENGAN KEJADIAN
dengan berbagai faktor risiko sehingga bisa TUBERKULOSIS (TB) PADA ANAK DI
dilakukan analisis multivariat. KECAMATAN PASEH KABUPATEN
SUMEDANG. ( Online).
http://resources.unpad.ac.id/unpad-
content/uploads/publikasi_dosen/Jurnal
20TUBERKULOSIS-IKEU.pdf
DAFTAR PUSTAKA

Adnani,H. 2011. Ilmu Kesehatan


Masyarakat.(Yogyakarta):Nuha Medika. Hal.57-
75

Anggie. M.R. 2012. HUBUNGAN ANTARA


KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN
TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA
SEMARANG | Rosiana | Unnes Journal of Public
Health (Online)
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph/articl
e/view/960/992

Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan


Lingkungan. (Jakarta).EGC

Anda mungkin juga menyukai