Anda di halaman 1dari 9

125

PENGGUNAAN APLIKASI VIDEO DAN BONEKA UNTUK


MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUI DI KABUPATEN MALANG

JURNAL KESEHATAN
http://ejournal.poltekkesternate.ac.id/ojs

PENGGUNAAN APLIKASI VIDEO DAN BONEKA UNTUK MENINGKATKAN


KEMAMPUAN MENYUSUI DI KABUPATEN MALANG

1 2 3
Ika Yudianti , Cindy Virdiana Aisyah , Annisa
1
Poltekkes Kemenkes Malang, Jawa Timur, Indonesia
1
Surel/Email ikyudmidwife@gmail.com

Info Artikel Abstrak

Sejarah Artikel: WHO dan UNICEF merilis, dari 136,7 juta bayi lahir hanya 32,6% yang disusui
Diterima 28 april 2019 secara eksklusif, sedangkan cakupan ASI ekslusif di Indonesia tahun 2016
Disetujui 27 Mei sampai bayi usia enam bulan tepat hanya 29,5%. Kebiasaan menyusui eksklusif
Di Publikasi 30 Mei 2019 salah satunya dipengaruhi oleh kemampuan ibu tentang teknik menyusui yang
benar. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji efektifitas penggunaan
Keywords: aplikasi video dan boneka peraga dalam meningkatkan kemampuan ibu dalam
breastfeeding, menyusui, menyusui. Disain penelitian ini adalah kuasi ekspresimen, dengan pendekatan
ASI eksklusif, media pre-tes dan post-tes dua kelompok. Sampel yang digunakan adalah ibu nifas hari
pendidikan kesehatan ke-3 s.d. 10 sebanyak 24 orang, yang dibagi menjadi kelompok yang menerima
pendidikan kesehatan menggunakan aplikasi video dan kelompok boneka
peraga. Evaluasi terhadap kemampuan menyusui dilakukan menggunakan
instrumen daftar tilik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang
menerima pendidikan kesehatan tentang teknik menyusui yang benar
menggunakan aplikasi video memiliki kemampuan menyusui yang lebih baik
(ρ=0,002) dari pada kelompok boneka peraga (ρ=0,005). Dengan demikian,
terdapat perbedaan efektivitas penggunaan aplikasi video dan boneka peraga
dalam kemampuan menyusui.

Abstract

WHO and UNICEF released, of the 136.7 million babies born, only 32.6% were
exclusively breastfed, while the coverage of exclusive breastfeeding in Indonesia
in 2016 to babies aged six months was just 29.5%. Exclusive breastfeeding
habits are influenced by the mother's ability to correct breastfeeding techniques.
The purpose of this study was to test the effectiveness of the use of video
applications and dolls to improve the ability of mothers to breastfeed. The
design of this study was quasi-experiment, with the two groups pre-test and
post-test approaches. The sample used was postpartum mothers on the 3rd day
th
to 10 as many as 24 people, who were divided into groups that received health
education using a video application and a dolls group. Evaluation of
breastfeeding ability is carried out using a checklist instrument. The results
showed that the group that received health education about the correct
breastfeeding technique using the video application had better breastfeeding
ability (ρ = 0.002) than the dolls group (ρ = 0.005). Thus, there are differences
in the effectiveness of the use of video applications and dolls in breastfeeding
abilities.

Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 12 (1), 2019, Pages 125 – 133


126
PENGGUNAAN APLIKASI VIDEO DAN BONEKA UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUI DI KABUPATEN MALANG

© 2017 Poltekkes Kemenkes Ternate



Alamat korespondensi:
Poltekkes Kemenkes Ternate, Ternate - West Maluku Utara , Indonesia ISSN 2597-7520
Email: uppmpoltekkesternate@gmail.co.id

Pendahuluan
UNICEF dan WHO merekomendasikan
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
sebaiknya anak hanya diberi ASI saja selama
efektifitas penggunaan aplikasi video dan boneka
paling sedikit 6 bulan dalam rangka menurunkan
peraga dalam meningkatkan kemampuan
angka morbiditas dan mortalitas anak. Menurut
menyusui pada ibu nifas/menyusui.
WHO dan UNICEF, dari 136,7 juta bayi lahir
diseluruh dunia hanya 32,6% dari mereka yang
Metode
disusui secara eksklusif dalam 6 bulan pertama
(UNICEF, 2012). Pencapaian cakupan ASI Disain penelitian yang digunakan adalah
eksklusif pada tahun 2016 di Jawa Timur yaitu kuasi eksperimental, dengan pendekatan dua
31,3% pada bayi yang diberi ASI sampai usia 6 kelompok yang dilakukan pengujian sebelum dan
bulan tepat dan 48,1% pada bayi yang diberi ASI sesudah perlakuan. Sampel yang digunakan adalah
sampai usia 5 bulan (Kemenkes RI, 2017). ibu nifas sekaligus menyusui yang diambil secara
Pencapaian target cakupan ASI eksklusif di total tanpa randomisasi. Kriteria sampel antara
Kabupaten Malang pada tahun 2016 yaitu 70% lain: primipara, berada dalam hari ke-3 masa nifas,
dari target 80% (Dinkes Kab. Malang, 2017). melakukan praktik menyusui langsung ke bayinya,
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan tidak mengalami masalah pada payudara, bayi
peneliti di tiga lokasi Praktik Mandiri Bidan tidak memiliki kelainan konginetal pada daerah
(PMB) di Kab. Malang, sebagian besar ibu nifas mulut dan tenggorokan, berpendidikan lulus SMA,
belum mampu menunjukkan teknik menyusui serta memiliki telepon genggam dengan sistem
yang benar. Teknik menyusui yang kurang tepat operasi Android.
dapat menyebabkan kebutuhan ASI bayi tidak Sampel dibagi menjadi dua kelompok, yakni
tercukupi dengan baik, kenaikan berat badan tidak kelompok aplikasi video dan kelompok boneka
optimal, dan pada akhirnya produksi ASI akan peraga. Pada setiap kelompok diberikan
terus menurun sebab yang dikeluarkan juga pendidikan kesehatan tentang teknik menyusui
sedikit, sehingga ibu merasa perlu untuk yang benar secara terpisah, menggunakan media
menambah asupan nutrisi bayinya dengan susu sesuai kelompoknya di hari ke-3 masa nifas.
formula. Inilah yang membuat pemberian ASI Aplikasi video dibagikan kepada sampel melalui
eksklusif jarang mencapai usia bayi enam bulan. aplikasi bluetooh atau whatsapp. Peneliti menilai
Salah satu faktor yang memengaruhi keterampilan menyusui yang benar pada setiap
perilaku kesehatan adalah pengetahuan. Cakupan sampel menggunakan daftar tilik, yang dilakukan
ASI dapat meningkat, jika ibu mendapatkan sebelum dan sesudah memberikan pendidikan
informasi yang tepat mengenai cara menyusui kesehatan. Sampel disebut mampu menunjukkan
yang benar. Cara untuk meningkatkan teknik menyusui dengan benar apabila skor yang
pengetahuan dan kemampuan ibu nifas adalah diperoleh dari daftar tilik keterampilan menyusui
dengan memberikan pendidikan kesehatan, yang mencapai minimal 80, dan sebaliknya, bila skor
bertujuan untuk mengubah perilaku individu, yang diperoleh dari daftar tilik kurang dari 80
kelompok, keluarga dan masyarakat dalam bidang maka sampel disebut tidak mampu menunjukkan
kesehatan (Maulana, 2009). Penggunaan media keterampilan teknik menyusui yang benar.
dalam pendidikan kesehatan dapat berpengaruh Data yang didapat diolah secara univariate
besar dalam penyerapan informasi yang dan bivariate untuk setiap kelompok sampel. Uji
disampaikan. Media pendidikan kesehatan Wilcoxon digunakan untuk menguji hipotesis,
digunakan untuk membantu audiens menerima yaitu membandingkan pengamatan sebelum dan
informasi yang diberikan dengan menggunakan setelah perlakuan pada masing-masing kelompok.
panca inderanya. Semakin banyak indera yang
digunakan, semakin baik penerimaan materi
pembelajarannya (Suliha, 2010). Jenis media yang
melibatkan beberapa panca indera antara lain
boneka peraga laktasi dan pemutaran film atau
video sebagai alat bantu visual.

Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 12 (1), 2019, Pages 125 – 133


127
PENGGUNAAN APLIKASI VIDEO DAN BONEKA UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUI DI KABUPATEN MALANG
Hasil dan Pembahasan Tabel 3. Distribusi Frekuensi Sampel
Berdasarkan Informasi yang
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Sampel Pernah Diperoleh tentang Teknik
Berdasarkan Usia Menyusui yang Benar

Aplikasi Video Boneka Peraga Tabel 3 menginformasikan bahwa pada kelompok


Usia (thn) aplikasi video, sebagian besar sampel belum
f % f % pernah mendapatkan informasi tentang cara
< 20 1 8,3 5 41,7 menyusui yang benar sebanyak 7 orang (58,3%).
Demikian pula pada kelompok media boneka
21-25 6 50 2 16,6
peraga, sebagian besar sampel juga belum pernah
26-30 5 41,7 5 41,7 mendapatkan informasi tentang cara menyusui
31-35 0 0 0 0 yang benar sebanyak 9 orang (75%).

> 35 0 0 0 0 Informasi Aplikasi Video Boneka Peraga


Total 12 100 12 100 Menyusui
Sebelumnya f % f %
Tabel 1 menggambarkan bahwa pada Pernah 5 41,7 3 25
kelompok media aplikasi video, sebagian besar
Tidak Pernah 7 58,3 9 75
sampel berusia 21-25 tahun sejumlah 6 ibu (50%).
Pada kelompok media boneka peraga didapatkan Total 12 100 12 100
bahwa sampel berusia < 20 tahun sejumlah 5 ibu
(41,7%) dan berusia 26-30 tahun sejumlah 5 orang
(41,7%). Tabel 4. Distribusi Frekuensi Sampel
Berdasarkan Kemampuan Menyusui
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Sampel Sebelum dan Sesudah Mendapatkan
Berdasarkan Pekerjaan Pendidikan Kesehatan Menggunakan
Media Aplikasi Video

Aplikasi Video Boneka Peraga Kemampuan


Pekerjaan Pre-Test Post-Test
Menyusui Ibu
f % f %
Menggunakan
IRT 9 75 5 41,7 Media Aplikasi Jml % Jml %
Swasta 2 16,7 6 50 Video
PNS 0 0 0 0 Mampu 0 0 10 83,3

Wiraswasta 1 8,3 1 8,3 Tidak Mampu 12 100 2 16,7

Total 12 100 12 100 Total 12 100 12 100

Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa tingkat


Tabel 2 menunjukkan bahwa pekerjaan kemampuan menyusui sebelum diberikan
sampel pada kelompok media aplikasi video pendidikan kesehatan tentang teknik menyusui
sebagian besar sebagai ibu rumah tangga, yang benar, tidak satupun sampel (0%) yang
sedangkan kelompok media boneka peraga mampu menunjukkan teknik menyusui yang
sebagian besar bekerja di sektor swasta sebanyak benar. Sedangkan tingkat kemampuan menyusui
6 orang (50%). setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan
menggunakan media aplikasi video, sebanyak 10
sampel (83,3%) menunjukkan kemampuan dalam
menyusui dengan benar, dan 2 ibu (16,7%) tetap
tidak menunjukkan kemampuan dalam teknik
menyusui yang benar.

Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 12 (1), 2019, Pages 125 – 133


128
PENGGUNAAN APLIKASI VIDEO DAN BONEKA UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUI DI KABUPATEN MALANG
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Sampel (1) Kemampuan menyusui pada kelompok
Berdasarkan Kemampuan Menyusui media aplikasi video.
Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Hasilpenelitianmenunjukkan bahwa
Pendidikan Kesehatan Menggunakan sebagian besar responden berada dalam rentang
Media Boneka Peraga usia 21-24 tahun yakni sebanyak 6 orang (50%).
Hal tersebut menunjukkan bahwa ibu termasuk
Kemampuan beresiko rendah dalam melahirkan. Umur
Pre-TestPost-Test
Menyusui Ibu seseorang juga dapat menggambarkan kematangan
Menggunakan Media seseorang dalam menentukan tindakan dalam
Jml % Jml % kehidupannya.
Boneka Peraga
Berdasarkan status pekerjaan ibu
Mampu 0 0 8 66,7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
Tidak Mampu 12 100 4 33,3 adalah ibu rumah tangga. Lingkungan pekerjaan
dapat menjadikan seseorang memperoleh
Total 12 100 12 100 pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Ibu yang tidak bekerja
Tabel 5 di atas menggambarkan bahwa memiliki waktu luang untuk mencari informasi,
tingkat kemampuan sampel dalam menyusui bertukar pikiran dan interaksi dengan masyarakat.
sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
tidak satupun sampel (0%) yang mampu rendahnya nilai keterampilan ibu primipara yang
menunjukkan teknik menyusui yang benar. menyusui bayi lebih banyak termasuk dalam
Sedangkan tingkat kemampuan menyusui yang faktor predisposisi yaitu kurangnya pengetahuan
benar setelah diberikan pendidikan kesehatan ibu primipara tentang teknik menyusui, sikap,
dengan menggunakan media boneka peraga, tradisi, kepercayaan terhadap hal-hal yang terkait
sebanyak 8 sampel (66,7%) mampu dalam dengan kesehatan, tingkat pendidikan dan faktor
menyusui dan 4 sampel (33,3%) tetap tidak penguat yaitu kurangnya peran petugas kesehatan
mampu menunjukkan kemampuan menyusui yang dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang
benar. teknik menyusui terhadap ibu-ibu menyusui,
Hasil uji hipotesis menggunakan uji sehingga akan timbul masalah kesehatan.
Wilcoxon Signed Rank Test pada kelompok media Peneliti berpendapat bahwa salah satu faktor
aplikasi video menunjukkan, nilai Z yang di dapat penyebab kurangnya kemampuan menyusui ibu
adalah sebesar -3,162 dengan ρ value (Asymp. dalam menyusui bayinya sebelum pendidikan
Sig. (2-tailed)) adalah 0,002 (ρ<0,05) yang berarti kesehatan adalah informasi tentang menyusui
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelumnya. Hal ini dibuktikan dari data
nilai pretest dibandingkan dengan nilai posttest penelitian yaitu ibu menyusui pada kelompok
pada kelompok media aplikasi video. Hal ini dengan menggunakan media aplikasi video belum
mengindikasikan bahwa pemberian pendidikan pernah mendapat pendidikan kesehatan
kesehatan dengan menggunakan media aplikasi sebelumnya adalah 58,3% (7 orang). Hal tersebut
video berpengaruh positif terhadap kemampuan sesuai dengan teori bahwa pendidikan kesehatan
menyusui pada sampel. bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
Hasil uji hipotesis menggunakan uji dengan pengetahuannya akan menimbulkan sikap
Wilcoxon Signed Rank Test pada kelompok media dan akhirnya menyebabkan individu atau
boneka peraga menunjukkan, nilai Z yang di dapat kelompok sasaran akan berperilaku yang
adalah sebesar -2,828 dengan ρ value (Asymp. Sig. berdasarkan pada kesadaran dan kemauan individu
(2-tailed)) adalah 0,005 (ρ<0,05) yang berarti yang bersangkutan. Disisi lain kemampuan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara (pengetahuan) yang kurang dapat disebabkan oleh
nilai pretest dibandingkan dengan nilai posttest berbagai faktor seperti umur, pekerjaan, tingkat
pada kelompok media boneka peraga. Hal ini pendidikan, sumber informasi, kebudayaan,
mengindikasikan bahwa pemberian pendidikan lingkungan sekitar dan pengalaman.
kesehatan dengan menggunakan media boneka Kemampuan menyusui pada kelompok
peraga juga berpengaruh positif terhadap aplikasi video dari sebelum dan sesudah
kemampuan menyusui pada sampel. pendidikan kesehatan dengan menggunakan media
Media yang memiliki efektivitas lebih baik aplikasi video mengalami begitu banyak
adalah media aplikasi video, sebab nilai peningkatan, hal tersebut dapat disebabkan karena
signifikansinya lebih rendah daripada media pada hasil pretest kemampuan menyusui 0% (0
boneka peraga, meskipun keduanya sama-sama orang) mampu dan 100% (12 orang) tidak mampu
berpengaruh positif terhadap kemampuan sehingga peningkatan yang begitu tinggi karena
menyusui. memang sebelum pendidikan kesehatan
kemampuan rata-rata ibu menyusui berada pada

Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 12 (1), 2019, Pages 125 – 133


129
PENGGUNAAN APLIKASI VIDEO DAN BONEKA UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUI DI KABUPATEN MALANG
kemampuan yang tidak mampu, sehingga dapat lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat,
dikatakan hasil pendidikan kesehatan telah sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan
berhasil. oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan.
Tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk Dan batasan ini tersirat unsur-unsur input (sasaran
menjembatani kesenjangan antara informasi dan dan pendidik dari pendidikan), proses (upaya yang
berbuat sesuatu sehingga dapat menjaga dirinya direncanakan untuk mempengaruhi orang lain)
menjadi lebih sehat dengan menghindari dan output (melakukan apa yang diharapkan).
kebiasaan yang buruk san membentuk kebiasaan Hasil yang diharapkan dari suatu promosi atau
yang baik untuk kesehatan. Hasil penelitian ini pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan,
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan
pengetahuan merupakan hasil penginderaan kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari promosi
individu yang berupa fakta-fakta dan informasi kesehatan. Adanya peningkatan nilai rata-rata
baru yang mampu menarik atau mempengaruhi kemampuan menyusui ibu menyusui setelah
individu tersebut. Seseorang yang mempunyai pendidikan kesehatan, terdapat kesesuaian dengan
informasi yang lebih banyak akan memberikan teori yang menyatakan bahwa pendidikan dapat
pengetahuan yang lebih jelas. mempengaruhi cara pandang seorang terhadap
Pendidikan kesehatan adalah kegiatan informasi baru yang diterimanya (Effendy, 2009).
pendidikan yang dilakukan dengan cara Pada saat berlangsungnya kegiatan
menyebarkan pesan, menambah keyakinan, pendidikan kesehatan para ibu menyusui
sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan memperhatikan dengan baik, dan ibu antusias
mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan untuk mengikuti pendidikan kesehatan
suatu anjuran yang ada hubungannya dengan menggunakan media aplikasi video, hal ini
kesabaran (Effendy, 2009). Aplikasi video adalah menjadi nilai tambah dalam penelitian ini. Selain
sebuah media pendidikan kesehatan 2 arah aplikasi video itu menarik untuk digunakan
menggunakan media audiovisual yang merupakan sebagai sarana menyampaikan informasi,
gabungan dari media audio dan visual yang berdasarkan pendapat ibu yang mengikuti
dikemas dalam satu aplikasi yang ada di telepon pendidikan kesehatan ini memang belum pernah
genggam. Jadi pendidikan kesehatan media dilakukan pendidikan kesehatan seperti ini yaitu
aplikasi video adalah penyampaian informasi atau pendidikan kesehatan tentang cara menyusui yang
pesan dalam bentuk suara dan gambar baik baik dan benar menggunakan aplikasi video yang
gambar gerak maupun diam dengan unsur suara ada di telepon genggam dan bisa diputar kapan
atau aditif seperti pemutaran video yang juga saja, sehingga hal ini mendorong ibu untuk
dibentuk dalam sebuah aplikasi yang ada didalam memperhatikan informasi yang disampaikan.
telepon genggam. Sesuai dengan penelitian Isik
(2013) tentang media pendidikan mengatakan (2) Kemampuan menyusui pada kelompok
bahwa perangkat lunak (aplikasi dalam komputer) media boneka peraga.
simulasi merupakan media yang efektif untuk Terkait dengan peningkatan kemampuan
belajar dan meningkatkan keterampilan menyusui sebelum dan sesudah pendidikan
psikomotorik. Melalui penelitiannya tersebut kesehatan memang juga mengalami banyak
diketahui bahwa dari 32 mahasiswa yang menjadi peningkatan, hal tersebut disebabkan karena
sampel, 28 mahasiswa diantaranya mampu sebelum pendidikan kesehatan kemampuan
melakukan pemberian obat intravena setelah menyusui masih banyak yang kurang yaitu sebesar
diberikan pendidikan perangkat lunak (aplikasi 0% (0 orang) mampu dan 100% (12 orang) tidak
dalam komputer) simulasi. mampu sehingga peningkatan yang begitu tinggi
Uraian di atas menggambarkan adanya karena memang sebelum pendidikan kesehatan
perbedaan nilai kemampuan menyusui kemampuan rata-rata ibu menyusui berada pada
dikarenakan ibu mendapatkan penambahan kemampuan yang tidak mampu.
informasi atau pengetahuan melalui aplikasi video. Adanya perubahan nilai kemampuan
Perubahan kemampuan menyusui antara sebelum menyusui sebelum dan sesudah pendidikan
dan sesudah diberi pendidikan kesehatan dengan kesehatan dikarenakan ibu mendapatkan tambahan
menggunakan media aplikasi video karena informasi atau pengetahuan melalui pendidikan
terdapat suatu proses perubahan dalam diri ibu kesehatan. Dimana dalam pendidikan kesehatan
yaitu adanya penerimaan informasi baru yang dengan menggunakan boneka peraga, seorang
telah mereka pelajari dengan melibatkan penyuluh atau pemberi informasi menjelaskan
penggunaan indera penglihatan dan pendengaran langkah-langkah dan mempraktekkan cara
dalam menerima informasi. menyusui yang benar, yang mana peserta dapat
Sesuai dengan teori Notoatmodjo (2012) melihat dan dapat mengikutinya. Perubahan
pendidikan kesehatan merupakan segala upaya tersebut terjadi karena adanya suatu proses
yang direncanakan untuk mempengaruhi orang

Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 12 (1), 2019, Pages 125 – 133


130
PENGGUNAAN APLIKASI VIDEO DAN BONEKA UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUI DI KABUPATEN MALANG
perubahan dalam diri ibu yaitu penerimaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
informasi baru. pengalaman menyusui sebelumnya, adat istiadat
Peningkatan kemampuan menyusui pada ibu atau pandangan budaya dan kepercayaan dalam
menyusui pada media boneka peraga ini juga meyusui di tempat tinggal ibu, kebiasaan ibu serta
dipengaruhi oleh fasilitator atau penyuluh (orang keluarga dalam menyusui, dukungan keluarga dan
yang memberikan informasi tentang cara lingkungan, faktor pengetahuan (pendidikan), dan
menyusui yang benar). Fasilitator atau penyuluh informasi yang diterima ibu dan keluarga,
dapat menyampaikan informasi dengan baik dan dukungan dari petugas kesehatan tempat ibu
ibu-ibu menyusui sebagai penerima informasi juga melahirkan, motivasi ibu untuk memberikan ASI,
antusias mendengarkan informasi yang faktor ibu bekerja dan usia ibu.
disampaikan oleh fasilitator sehingga antara Sampel yang berusia <20 tahun adalah
fasilitaror atau penyuluh dengan ibu-ibu menyusui sebesar 25% (6 orang), sampel yang berusia 21-25
yang menerima edukasi atau informasi merasa tahun sebesar 33,3% (8 orang), dan sampel yang
lebih santai dan terbuka satu sama lain. Hal berusia 26-30 tahun sebesar 41,7% (10 orang).
tersebut sesuai dengan pendapat Stanley (2010) Sampel yang mengalami peningkatan kemampuan
yang menyatakan bahwa proses belajar atau menyusui pada usia <20 tahun adalah sebesar
pendidikan dapat meningkatkan sikap, karena 20,8% (5 orang), dan yang tidak mengalami
melalui pendidikan akan terjadi komunikasi, baik peningkatan sebesar 4,2% (1 orang). Sampel yang
antara fasilitator dengan peserta maupun peserta mengalami peningkatan kemampuan menyusui
dengan peserta. Melalui komunikasi peserta akan pada usia 21-25 tahun adalah sebesar 25% (6
dapat menyampaikan pendapat dan ide atau orang), sedangkan yang tidak mengalami
pikirannya, begitu juga sebaliknya fasilitator akan peningkatan sebesar 8,3% (2 orang). Sampel yang
dapat menyampaikan informasi dan nasehatnya. mengalami peningkatan kemampuan menyusui
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada usia 26-30 tahun adalah sebesar 33,3% (8
sebagian besar responden berada dalam rentang orang), dan yang tidak mengalami peningkatan
usia < 20 tahun dan 26-30 tahun yakni masing- adalah sebesar 8,3% (2 orang). Hal tersebut dapat
masing sebanyak 5 orang (41,6%). Dari data disimpulkan bahwa usia ibu mempengaruhi
penelitian menunjukkan ibu yang berusia kurang kemampuan menyusui.
dari 20 tahun sebagian besar kurang mampu dalam Pekerjaan ibu dalam penelitian ini adalah
menyusui dan pada ibu usia 20-35 tahun sebagian sebanyak 58,3% (14 orang) sebagai ibu rumah
besar mampu dalam menyusui yang baik. Hal ini tangga, 33,3% (8 orang) sebagai pegawai swasta,
sejalan dengan penelitian Goyal, et al yang dan 8,3% (2 orang) sebagai wiraswasta. Pada ibu
menyatakan ibu muda (kurang dari 20 tahun) yang bekerja sebagai ibu rumah tangga, yang
memiliki kemampuan yang kurang dibandingkan mengalami peningkatan kemampuan menyusui
ibu yang lebih tua. Temuan serupa juga dilaporkan adalah sebanyak 50% (12 orang) dan yang tidak
oleh Kronborg dan Gupta dari Brasil juga mengalami peningkatan kemampuan sebanyak
melaporkan bahwa ibu remaja memiliki memiliki 8,3% (2 orang), pada ibu yang bekerja sebagai
kemampuan yang kurang. pegawai swasta, yang mengalami peningkatan
Berdasarkan status pekerjaan ibu kemampuan menyusui adalah sebanyak 16,7% (4
menunjukkan bahwa sebagian besar responden orang) dan yang tidak mengalami peningkatan
adalah swasta. Menurut Notoatmodjo (2010) kemampuan sebanyak 16,7% (4 orang), sedangkan
lingkungan pekerjaan seharusnya dapat pada ibu yang bekerja sebagai wiraswasta, yang
menjadikan seseorang memperoleh pengalaman mengalami peningkatan kemampuan menyusui
dan pengetahuan baik secara langsung maupun adalah sebanyak 8,3% (2 orang) dan tidak ada
tidak langsung. Namun status pekerjaan ini tidak yang tidak mengalami peningkatan kemampuan.
berkaitan dengan pengaruh kemampuan menyusui. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pekerjaan
Hal ini disebabkan ibu yang bekerja dalam hal ini dapat mempengaruhi penerimaan informasi
sebagai ibu rumah tangga masih dalam masa seorang ibu.
perawatan postpartum sehingga aktivitas yang Sampel yang menerima informasi tentang
biasa dilakukan ditinggalkannya seperti cuti, menyusui sebelumnya sebanyak 33,3% (8 orang,)
sehingga bisa memperoleh pengalaman dan dan yang tidak pernah mendapat informasi tentang
pengetahuan yang baik pula. menyusui sebelumnya sebanyak 66,7% (16
orang). Pada ibu yang mendapatkan informasi
(3) Efektifitas penggunaan aplikasi video dan tentang menyusui sebelumnya, yang mengalami
bonekaperagadalammeningkatkan peningkatan kemampuan menyusui adalah
kemampuan menyusui pada ibu sebanyak 33,3% (8 orang) atau semua ibu.
nifas/menyusui. Sedangkan pada ibu yang tidak pernah mendapat
Sidi, dkk (2010) menyatakan bahwa, sikap informasi tentang menyusui sebelumnya, yang
dan keputusan ibu alam memberikan ASI mengalami peningkatan kemampuan menyusui

Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 12 (1), 2019, Pages 125 – 133


131
PENGGUNAAN APLIKASI VIDEO DAN BONEKA UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUI DI KABUPATEN MALANG
adalah sebanyak 41,7% (10 orang) dan yang tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan normal
mengalami peningkatan kemampuan menyusui sebagai calon sumber daya manusia yang
adalah sebanyak 25% (6 orang). Hal tersebut berkualitas tinggi.
menandakan bahwa pendidikan kesehatan atau Salah satu faktor yang mempengaruhi
penerimaan informasi sebelumnya mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan pendidikan kesehatan
seorang ibu menyusui dalam menerima informasi, adalah faktor media yang digunakan pada saat
karena langkah-langkah yang dilupakan ibu saat pendidikan kesehatan. Berdasarkan medianya
menyusui akan di recall kembali dan ibu yang aplikasi video termasuk dalam pendidikan kesehatan
pernah mendapat pendidikan kesehatan dua arah, dimana dalam media tersebut pemberi
sebelumnya akan mudah dalam mengingatnya informasi dapat berinteraksi aktif dengan peserta dan
karena ibu pernah mempraktekkan sebelumnya, dapat bertukar pikiran serta mengutarakan pendapat.
berbeda bagi ibu yang baru mendapatkan Selain itu pada media aplikasi video lebih
pendidikan kesehatan pertama kali, karena hal mengarahkan pada sasaran dapat menerima informasi
tersebut dianggap sesuatu yang baru bagi ibu melalui indera penglihatan dan pendengaran. Pada
tersebut. aplikasi video ini dapat diputar berulang-ulang dan
Rata-rata nilai pretest kemampuan menyusui dibawa kapanpun serta dimanapun karena dikemas
pada kelompok media aplikasi video lebih tinggi dalam aplikasi yang berada di telepon genggam.
dibandingkan kelompok media boneka peraga. Sedangkan pada media boneka peraga sama dengan
Begitu juga dengan nilai rata-rata posttest media aplikasi video yaitu pendidikan kesehatan dua
kemampuan menyusui pada kelompok media arah, dimana dalam media tersebut pemberi
aplikasi video juga lebih tinggi. Namun jika dilihat informasi dapat berinteraksi aktif dengan peserta dan
dari kenaikan rata-rata skor kemampuannya, ibu dapat bertukar pikiran serta mengutarakan pendapat.
yang diberikan pendidikan kesehatan dengan Selain itu pada media aplikasi video lebih
menggunakan media aplikasi video mengalami mengarahkan pada sasaran dapat menerima informasi
peningkatan kemampuan yang lebih tinggi melalui indera penglihatan dan pendengaran. Poses
dibandingkan dengan yang mendapat pendidikan belajar individu dapat menyerap apa yang dipelajari
kesehatan dengan menggunakan media boneka hanya 10% dari yang dibaca, 20% dari yang
peraga yaitu 43,75 (dari 42,97 menjadi 86,72) didengar, 30% dari yang dilihat, 50% dari yang
pada media aplikasi video dan pada media boneka dilihat dan didengar, 70% dari yang mereka katakan
peraga mengalami peningkatan 40,63 (dari 40,37 dan ulangi, dan 90% dari apa yang mereka kerjakan
menjadi 81). saat mengerjakan (mendengar, melihat, mengatakan,
Bila melihat dari uji wilcoxon pada tingkat dan mengajar satu sama lain).
kemampuan menyusui pada ibu menyusui dengan
menggunakan media aplikasi video dan boneka
peraga dapat ditarik kesimpulan bahwa Berdasarkan teknik komunikasinya, media
penggunaan kedua media tersebut mempunyai aplikasi video termasuk dalam teknik komunikasi
efektivitas yang sama dalam meningkatkan tidak langsung yang tidak langsung. Karena
kemampuan menyusui pada ibu menyusui. pemberi informasi tidak langsung memberikan
Pada dasarnya ibu yang telah melahirkan, informasinya tetapi melalui video meskipun
secara naluri setiap ibu mampu menjalankan tugas pemberi informasi dapat berinteraksi aktif dan
untuk menyusui bayinya. Namun untuk dapat bertukar pikiran dengan peserta. Sedangkan
mempraktekkan bagaimana menyusui yang baik media boneka peraga termasuk dalam teknik
dan benar, setiap ibu perlu mempelajarinya. Bukan komunikasi langsung karena pemberi informasi
saja ibu-ibu yang baru pertama kali hamil dan langsung mempraktekkan atau mendemostrasikan
melahirkan, tetapi juga ibu-ibu yang baru tentang langkah-langkah menyusui yang benar.
melahirkan anak yang kedua dan seterusnya. Selain teknik komunikasi, dalam upaya
Karena setiap bayi lahir merupakan individu keberhasilan melakukan penyuluhan kesehatan
tersendiri, yang mempunyai variasi dan spesifikasi juga dipengaruhi oleh penyajiannya. Pada kedua
sendiri. Dengan demikian ibu perlu belajar media tersebut memiliki kesamaan cara
berinteraksi dengan bayi yang baru lahir agar penyajiannya, yang pertama adalah media aplikasi
dapat berhasil dalam menyusui. Untuk itu video, dimana peserta akan melihat cara menyusui
diperlukan motivasi yang tinggi sejak dini dan yang benar dengan melalui video, dalam video
dukungan serta bimbingan yang optimal dari tersebut dijelaskan langkah-langkah menyusui
keluarga, lingkungan dan tenaga kesehatan yang yang benar dan pada media boneka peraga peserta
merawat ibu selama hamil, bersalin dan masa juga akan melihat cara menyusui yang benar,
nifas. Dengan mengikuti dan mempelajari segala dalam hal ini bukan melalui video melainkan
pengetahuan mengenai laktasi, diharapkan setiap melalui demonstrasi pemberi informasi atau
ibu hamil, bersalin dan menyusui dapat peneliti. Yang membedakan dalam kedua media
memberikan ASI Secara optimal, sehingga bayi tersebut adalah pada media aplikasi video peserta

Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 12 (1), 2019, Pages 125 – 133


132
PENGGUNAAN APLIKASI VIDEO DAN BONEKA UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUI DI KABUPATEN MALANG
melihat cara menyusui yang benar melalui video Attachment (latch-on) and Effective
dengan bantuan laptop sedangkan pada media Suckling-A Hospital-Based Study in Libya.
boneka peraga peserta melihat secara langsung J Family Community Med. 2011 May-Aug;
cara menyusui yang benar dengan melihat 18(2); 74-79
demonstrasi dari pemberi informasi atau peneliti. Gupta M, Aggarwal AK. 2008. Feasibilyty Study
of IMNCI Guidelines on Effective
Penutup Breastfeeding in a Rural Area of North
India. Indian J Community Med
Kemampuan menyusui pada sampel antara
Isik, Burcin and Kaya Hulya. 2013. The Effect of
sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan
Simulation Software on Learning of
dengan menggunakan media aplikasi video
Psychomotor Skills and Anxiety Level in
menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Nursing Education. Elsevier Ltd.
Demikian pula dengan kelompok sampel media
JNPK-KR. 2011. Asuhan Persalinan Normal &
boneka peraga juga menunjukkan perbedaan yang
Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta: Jaringan
signifikan. Media aplikasi video dan boneka
Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan
peraga sama-sama dapat meningkatkan
Reproduksi, Perkumpulan Obstetri
kemampuan menyusui pada sampel, namun yang
Ginekologi Indonesia (JNPK-KR/POGI)
lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan
dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
menyusui adalah media aplikasi video, yaitu yang
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017.
memiliki nilai signifikansi lebih kecil.
Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Daftar Pustaka Kholid`, Ahmad. 2018. Promosi Kesehatan.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Alshammari, Abdullah S. use of Social Media and
Korda, Holly. Harnessing Social Media for Health
Other Electronic Media in Health
Promotion and Behavior Changes. SAGE
Education and Health Promotion (Pilot
Journals. Vol. 14 issue: 1, page(s): 15-23
Study). The Egyptian Hournal of Hospital
Maulana, Heri. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta:
Medicine. Vol. 69 (6); 2658-62
EGC
Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran.
Mexitalia, Maria. 2014. Air Susu Ibu dan
Jakarta: Rajawali Pers
Menyusui. Dalam: Sjarif, D.R., Lestari,
Catur, Bethy dkk. 2016. Peran Konseling Laktasi
E.D., Mexitalia, Maria., dan Nasar, S.S,
Dengan Penerapan Media Terhadap
Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit
Tingkat Keyakinan Diri Dan Keberhasilan
Metabolik, IDAI, Jakarta
Menyusui Pada Ibu Post Partum. UNPAD.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan
Vol. 3 No. 2
dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Charles, Fadel. 2008. Multimodal Learning
Cipta
Through Media: What The Research Says.
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan.
Cisco System
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Dinas Kesehatan Kabupaten Malang. 2016. Profil
Prawirohardjo
Kesehatan Kabupaten Malang. Kabupaten
Proverawati, A. 2010. Kapita Selekta ASI dan
Malang: Dinas Kesehatan
Menyusui. Yogjakarta: Nuha Medika
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2016.
Puspitarini, W. 2013. Efektivitas media
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
penyuluhan video dan leaflet dalam
Surabaya: Dinas Kesehatan
peningkatan pengetahuan ibu tentang
Djamarah, Syaiful Bahri & Zain, Aswan. 2010.
kanker serviks. Demak : Universitas
Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Demak
Cipta
Effendy. 2009. Pendidikan Dalam Keperawatan.
Sadiman dan Darmawan. 2009. Media
Jakarta : Salemba Medika
Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Faizal. 2010. Media Pendidikan: Pengertian,
Persada
Pengembangan dan Pemanfaatannya.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Sharma, Sushil Kumar. Mass Media for Health
Fatmah. 2017. Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Education. Global Research Academy
dengan Media Audivisual terhadap
Multidisiplionary International Journal,
Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang
Vol.1 (01), 2017
Inisiasi Menyusu Dini. Universitas
Sidi, I. P. S., Suradi, R. S., Masoara, S.,
Aisyiyah Yogyakarta.
Boedihardjo, S. D., & Martono, W. 2010.
Goyal. AS, Banginwar, Ziro F, and Toweir AA.
Manajemen Laktasi (4 th ed). Jakarta :
2011. Breastfeeding Practices: Positioning,
PERINASIA
Sudjana, Nana. 2009. Berbagai Media Sebagai
Alat Peraga. Jakarta: Pustaka

Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 12 (1), 2019, Pages 125 – 133


133
PENGGUNAAN APLIKASI VIDEO DAN BONEKA UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUI DI KABUPATEN MALANG
Suiraoka. 2012. Media Pendidikan Kesehatan.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Suliha, Uha. 2010. Pendidikan Kesehatan dalam
Keperawatan. Jakarta: EGC
UNICEF. 2012. ASI Eksklusif Tekan Angka
Kematian Bayi Indonesia.
http:/situs.kesrepro.info/kia/agu/2006/kia03
.htm. Diakses pada tanggal 23 April 2018

Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 12 (1), 2019, Pages 125 – 133

Anda mungkin juga menyukai