Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Teori keperawatan didefinisikan sebagai konseptualisasi beberapa
aspek realitas keperawatan yang bertujuan untuk menggambarkan
fenomena, menjelaskan hubungan – hubungan antar fenomena,
memprediksi resiko dan menetapkan asuhan keperawatan ( Teori Afaf
Ibrahim Meleis , 1997). Keperawatan sebagai pelayanan profesional,
dalam aplikasinya harus dilandasi oleh dasar keilmuan keperawatan yang
kokoh. Dengan demikian perawat harus mampu berpikir logis dan kritis
dalam menelaah dan mengidentifikasi fenomena respon manusia (Galih ,
2013).
Keperawatan juga memiliki teori – teori keperawatan yang bisa
digunakan untuk menjelaskan dan memberi solusi yang tepat untuk
menyelesaikannya. Para ahli teori keperawatan mengemukakan berbagai
solusi yang bisa diterapkan di berbagai lingkungan keperawatan. Teori –
teori tersebut terus dikembangkan sehingga akan lebih meningkatkan
mutu dan kualitas pelayanan keperawatan. Salah satu ahli teori yang
cukup terkenal dan teorinya banyak digunakan dalam tatanan pelayanan
keperawatan adalah Dorothea Orem. Dalam teori self care nya , beliau
menganggap bahwa perawatan diri merupakan suatu kegiatan
membentuk kemandirian individu yang akan meningkatkan taraf
kesehatannya. Sehingga individu masing – masing membutuhkan
bantuan dari perawat untuk memperoleh kemandiriannya kembali. Teori
ini merupakan suatu pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja
untuk meningkatkan klien pada posisi bergantung karena self care
merupakan perilaku yang dapat dipelajari. Teori Dorothea Orem
merupakan teori yang cukup banyak digunakan dalam aplikasi praktik
keperawatan dan dimana ini hanya berfokus lingkup praktik keperawatan
(Riza , 2012).

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan teori Dorothea Orem ?
2. Apa saja yang dikemukakan oleh Dorothea Orem ?
3. Bagaimana model keperawatan untuk teori ini secara umum ?
4. Apa saja aplikasi dalam keperawatan menurut teori ini ?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari teori Dorothe Orem
2. Untuk mengetahui macam – macam teori yang dikemukakan oleh
Dorothea Orem
3. Untuk mengetahui model keperawatan menurut Dorothea Orem
4. Untuk mengetahui aplikasi dalam keperawatan

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Dorothea Orem (1980) mengembangkan definisi keperawatan yang
menekankan pada kebutuhan klien tentang perawatan mandiri (self
care). Keperawatan mandiri (self care) yakni suatu pelaksanaan kegiatan
yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu sendiri untuk memenuhi
kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraannya sesuai dengan keadaan, baik sehat maupun sakit ( Aziz
, 2004).
Perawatan diri dibutuhkan oleh setiap manusia, baik laki – laki
ataupun perempuan. Ketika perawatan diri tidak dapat dipertahankan
akan terjadi kesakitan. Keperawatan berupaya mengatur dan
mempertahankan kebutuhan keperawatan diri secara terus menerus bagi
mereka yang secara total tidak mampu melakukannya. Dalam situasi lain,
perawat membantu klien untuk mempertahankan perawatan diri dengan
melakukannya sebagian , tetapi tidak seluruh prosedur. Perawat hanya
memberi edukasi kepada keluarga klien untuk membantu klien dalam
perawatan diri setelah itu mengawasi orang yang membantu klien dengan
memberikan instruksi dan pengarahan sehingga secara bertahap klien
mampu melakukannya sendiri (Dewi , 2016).

3
2.2 Teori Sistem Keperawatan Orem
Teori ini mengacu kepada bagaimana individu memenuhi
kebutuhan dan menolong keperawatannya sendiri, maka timbul lah teori
dari Orem tentang Self Care Deficit of Nursing. Dari teori ini Orem
menjabarkan dalam tiga teori , yaitu :
1. Self Care
Self Care adalah performance atau praktek kegiatan
individu untuk berinisiatif dan membentuk perilaku mereka
dalam memelihara kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan.
Jika self care dibentuk dengan efektif maka hal tersebut akan
membantu membentuk integritas struktur dan fungsi manusia
dan erat kaitannya dengan perkembangan manusia.
Self care agency adalah kemampuan manusia atau kekuatan
untuk melakukan self care,. Kemampuan individu untuk
melakukan self care dipengaruhi oleh basic conditioning factor
seperti umur , jenis kelamin , status perkembangan, status
kesehatan, orientasi sosial budaya, sistem perawatan kesehatan
(diagnostik, penatalaksanaan, modalitas) , sistem keluarga,
pola kehidupan, lingkungan serta ketersediaan sumber.
Therapeutic self care demand (kebutuhan self care
therapeutik) merupakan totalitas dari tindakan self care yang
diinisiatif dan dibentuk untuk memenuhi kebutuhan self care
dengan menggunakan metode yang valid dan berhubungan
dengan tindakan yang akan dilakukan.
Self care requisite merupakan konsep lain yang
berhubungan dengan teori self care. Orem mengidentifikasikan
tiga kategori yakni :

1. Universal self care requisite


Keperluan self care universal adalah ada disetiap
manusia dan berkaitan dengan fungsi kemanusiaan
dan proses kehidupan, biasanya mengacu pada
kebutuhan dasar manusia. Universal requisite yang
dimaksudkan adalah pemeliharaan kecukupan intake
udara, pemeliharaan kecukupan intake cairan,
pemeliharaan kecukupan makanan, pemeliharaan
keseimbangan antara aktifitas dan istirahat, mencegah
ancaman kehidupan manusia, fungsi kemanusiaan dan
kesejahteraan manusia, persediaan asuhan yang
berkaitan dengan proses – proses eliminasi,
meningkatkan fungsi human fungtioning dan
perkembangan kedalam kelompok sosial sesuai

4
dengan potensi seseorang, keterbatasan sesorang dan
keinginan seseorang untuk menjadi normal.

2. Developmental self care requisite


Terjadi berhubungan dengan tingkat perkembangan
individu dan lingkungan dimana tempat mereka
tinggal yang berkaitan dengan perubahan hidup
seseorang atau tingkat siklus kehidupan.

3. Health deviation self care requisite


Timbul karena kesehatan yang tidak sehat dan
merupakan kebutuhan – kebutuhan yang menjadi
nyata karena sakit atau ketidakmampuan yang
menginginkan perubahan dalam perilaku self care
(Kristiana, 2014)

2. Self care deficit


Teori ini merupakan inti dari teori perawatan general
menurut Orem. Dalam teori ini keperawatan diberikan jika
seorang dewasa (atau pada kasus ketergantungan) tidak
mampu atau terbatas dalam melakukan self care secara efektif.
Teori self care deficit diterapkan bila :
 Anak belum dewasa
 Kebutuhan melebihi kemampuan perawatan
 Kemampuan sebanding dengan kebutuhan tapi diprediksi
untuk masa yang akan datang
Keperawatan diberikan jika kemampuan merawat
berkurang atau tidak dapat terpenuhi atau adanya
ketergantungan. Orem mengidentifikasi lima metode yang
dapat digunakan dalam membantu self care yaitu :
1. Tindakan dilakukan untuk orang lain
2. Memberikan petunjuk dan pengarahan
3. Memberikan dukungana fisik dan psychologis
4. Memberikan dan memelihara lingkungan mendukung
pengembangan personal
5. Pendidikan perawat dapat membantu individu dengan
menggunakan beberapa atau semua metode tersebut
dalam memenuhi self care (kristiana , 2014)

5
3. Nursing system
Teori yang membahas bagaimana kebutuhan self care
pasien dapat dipenuhi oleh perawat, pasien atau keduanya.
Nursing system ditentukan atau direncanakan berdasarkan
kebutuhan self care dan kemampuan pasien untuk menjalani
aktifitas self care.
Orem mengidentifikasikan klasifikasi Nursing System :
1. The Wholly Compensatory System
Merupakan suatu tindakan keperawatan dengan
memberikan bantuan secara penuh kepada pasien
dikarenakan ketidakmampuan pasien dalam memenuhi
tindakan keperawatan secara mandiri yang
2. The Partly Compensatory System
Merupakan system dalam memberikan perawatan
diri secara sebagian saja dan ditujukan pada pasien yang
memerlukan bantuan secara minimal seperti pada pasien
yang mampu melakukan cuci tangan, gosok gigi, akan
tetapi butuh pertolongan dalam ambulasi daan
perawatan lainnya.

3. The Supportive – Educative


Dukungan pendidikan dibutuhkan oleh paisen yang
memerlukannya untuk dipelajari, agar mampu
melakukan perawatan mandiri.
Metode bantuannya seperti perawat membantu
pasien dengan menggunakan sistem dan melalui lima
metode bantuan yang meliputi :
1. Melakukan sesuatu untuk pasien
2. Mengajarkan pasien
3. Mengarahkan pasien
4. Memberi dukungan / suport ke pasien
5. Menyediakan lingkungan untuk pasien agar dapat
tumbuh dan berkembang (Riza, 2012)

2.3 Konsep Keperawatan Orem


Sedangkan menurut Orem tentang empat konsep utama
keperawatan adalah :
1. Klien
Individu atau kelompok yang tidak mampu secara
terus menerus mempertahankan self care untuk hidup
dan sehat, pemulihan dari sakit atau trauma atau koping
dan efeknya

6
2. Sehat
Kemampuan individu atau kelompok memenuhi
tuntunan self care yang berperan untuk
mempertahankan integritas structural fungsi dan
perkembangan

3. Lingkungan
Tatanan dimana klien tidak dapat memenuhi
kebutuhan keperluan self care dan perawat termasuk
didalamnya tetapi tidak spesifik

4. Keperawatan
Pelayanan dengan sengaja dipilih atau kegiatan yang
dilakukan untuk membantu individu, keluarga dan
kelompok masyarakat dalam mempertahankan self care
yang mencakup integritas struktual, fungsi dan
perkembangan. (dewi, 2016)

2.4 Model Konsep Keperawatan Orem


Model konsep menurut Dorothea Orem yang dikenal dengan model
self care (perawatan diri) memberikan pengertian bahwa bentuk
pelayanan keperawatan dipandang dari suatu pelaksanaan kegiatan
dapat dilakukan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar dengan
tujuan mempertahankan kehidupan, kesehatan, kesejahteraan sesuai
dengan keadaan sehat dan sakit., yang ditekankan pada kebutuhan
klien tentang perawatan diri sendiri.
Model self care (perawatan diri) ini memiliki keyakinan dan nilai
yang ada dalam keperawatan diantaranya dalam pelaksaan
berdasarkan tindakan atas kemampuan. Self care didasarkan atas
kesengajaan serta dalam pengambilan keputusan dijadikan sebagai
pedoman dalam tindakan, setiap manusia menghendaki adanya self
care (perawatan diri) dan sebagai bagian dari kebutuhan dasar
manusia. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow
dalam Teori Hierarki kebutuhan masyarakat bahwa setiap manusia
memliki lima kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis (makan dan
minum), keamanan cinta, harga diri
(makan, minum), keamanan,cinta, harga diri dan aktualisasi diri.
Seseorang mempunyai hak dan tanggung jawab dalam perawatan
diri sendiri dan orang lain dalam memelihara kesejahteraan, self care
(perawatan diri) merupakan perubahan tingkah laku secara lambat
dan terus menerus didukung atas pengalaman sosial sebagai

7
hubungan interpersonal (hubungan antara satu individu dengan
individu lain), hubungan interpersonal dimana ketika kita
berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi
juga menentukan sekedar hubungan interpesonal. Jadi ketika kita
berkomunikasi kita tidak hanya menuntukan konten (isi
pesan) melainkan juga menentukan hubungan. Self care akan
meningkatkan harga diri seseorang dan dapat mempengaruhi dalam
perubahan (konsep diri). Konsep diri merupakan representasi fisik
seseorang individu, pusat inti dimana semua persepsi dan
pengalaman terorganisasi. (Potter , 2005) .
Konsep terdiri dari ada lima komponen yaitu:
1. Gambaran Diri
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya
secara sadar atau tidak sadar termasuk persepsi dan perasaan
tentang ukuran dan bentuk, fungsi penampilan dan potensi
tubuh saat ini dan masa lalu. Gambaran diri ini harus nyata
karena lebih banyak seseorang menyukai tubuhnya akan lebih
aman sehingga harga dirinya meningkat. Perubahan pada tubuh
seperti perkembangan perubahan suara, menstruasi. Hal ini
merupakan perubahan yang dapat mempengaruhi gambaran
diri seseorang.

2. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu bagaimana dia harus
berperilaku sesuai dengan standar pribadi. Standar ini dapat
berhubungan dengan tipe orang atau cita-cita yang akan di
capai. Ideal diri dimulai berkembang pada masa kanak-kanak
yang di pengaruhi oleh orang-orang penting yang memberikan
harapan. Pada masa remaja, ideal diri akan di bentuk melalui
proses indentifikasi pada orang tua, guru dan teman. Ideal diri
sebaiknya ditetapkan lebih tinggi dari kemampuan individu
saat ini tapi masih dalam batas yang dapat dicapai. Ini di
perlukan oleh individu untuk memacu dirinya ketingkat yang
lebih tinggi.

3. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribaditerhadap hasil yang di
capai dengan menganalisa seberapa jauh periluku memenuhi
ideal diri. Harga diri yang tinggi dimulai dari penerimaan diri
tanpa syarat sebagai individu walaupun salah, gagal, atau
kalah. Harga diri diperoleh dari penghargaan diri sendiri dan
dari orang lain yaitu perasaan dicintai, dihargai, dan dihormati.

8
4. Peran
Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang
diharapkan dari seseorang berdasarkan posisi dimasyarakat.
Posisi dimassyarakat dapat menjadikan stressor terhadap peran
karena stuktur sosial yang menimbulkan tuntutan posisi yang
tidak mungkin dilaksanakan.

5. Indentitas
Indentitas merupakan kesadaran diri yang bersumber dari
observasi dan penilaian dari semua aspek konsep diri sebagai
suatu kesatuan yang utuh seseorang yang mempuyai perasaan
indentitas yang diri kuat adalah seseorang yang memandang
dirinya berbeda dengan orang lain termasuk persepsinya
terhadap jenis kelamin, mempuyai otonomi yaitu mengerti dan
percaya diri, respek diri mampu dan menguasai diri, mengatur
diri sendiri dan menerima diri. (Novel, 2000)

2.5 Proses Keperawatan Orem


1. Tahap Pengkajian
a. Pengkajian data dasar (nama, umur, sex, status kesehatan,
status perkembangan, orientasi sosio-kultural, riwayat
diagnostik dan pengobatan, faktor sistem keluarga), Pola
hidup, faktor lingkungan.
b. Observasi status kesehatan klien Untuk menemukan
masalah keperawatan berdasarkan self care defisit, maka
perawat perlu melakukan pengkajian kepada klien melalui
observasi berdasarkan klasifikasi tingkat ketergantungan
klien yang terdiri dariMinimal Care, Partial Care, Total
Care.
c. Pengembangan teori Orem dengan masalah fisiologis.
Secara rinci pengembangan teori Orem mengenai kebutuhan
dasar adalah sebagai berikut:
 Pemenuhan kebutuhan udara/oksigen
 Pemeliharaan kebutuhan air/cairan
 Pemeliharaan kebutuhan makanan/nutrisi
 Perawatan proses eliminasi dan ekskresi
 Pemeliharaan keseimbangan aktifitas dan istirahat
 Pemeliharaan keseimbangan privasi dan interaksi
sosial

9
 Pencegahan resiko yang mengancam kehidupan,
kesehatan, dan kesejahteraan
 Peningkatan kesehatan dan pengembangan
potensi dalam hubungan social

2. Tahap Diagnosa
Diagnosa keperawatan sesuai dengan self care defisit yang
dialami oleh klien. Mengacu pada diagnosa keperawatan yang
aktual, resiko tinggi dan kemungkinan. Teori Orem masih
lebih berfokus pada masalah fisiologis, namun diagnosa dapat
dikembangkan ke masalah lain sesuai hirarki kebutuhan dasar
yang dikembangkan Maslow.

3. Tahap Intervensi
Dibuat sesuai dengan diagnosa keperawatan,
berdasarkan self care demand dan meningkatkan kemampuan
self care. Membuat nursing system seperti wholly
compensatory, partly compensatory, atau supportive-
educative. Membuat metode yang sesuai untuk membantu
klien.

4. Tahap Implementasi
a. Merumuskan,memberikan dan mengatur bantuan langsung
pada klien dan orang-orang terdekat dalam bantuan
keperawatan.
b. Membimbing dan mengarahkan.
c. Memberi dukungan fisik dan psikologis
d. Memberikan dan mempertahankan lingkungan yang
mendukung perkembangan individu
e. Pendidikan
f. Berespon terhadap permintaan, keinginan dan kebutuhan
klien akan kontak bantuan keperawatan.
g. Kalaborasi, pelimpahan wewenamg.
h. Melibatkan anggota masyarakat.
i. Lingkungan

10
5. Tahap Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan pasien
atas tindakan yang telah dilakukan sehingga dapat disimpulkan
apakah tujuan asuhan keperawatan tercapai atau belum.
Menilai keefektifan tindakan perawatan dalam meningkatkan
kemampuan self care, memenuhi kebutuhan self care, dan
menurunkan self care defisitnya.

2.6 Hubungan Model Dengan Paradigma Keperawatan


1. Manusia
Model Orem membahas dengan jelas individu dan berfokus
pada diri dan perawatan diri. Namun demikian, seseorang
dianggap paling ekslusif dalam kontek ini sedangkan
kompleksitas perawatan manusia dan tindakan manusia tidak
dipertimbangkan. Dalam hal ini, model tersebut berada dalam
kategori yang didefinisikan sebagai paradigma total, bahwa
manusia dianggap sebagai sejumlah kebutuhan perawatan diri.

2. Lingkungan
Lingkungan juga dibahas dengan jelas dalam model ini.
Namun, hal ini terutama dianggap sebagai situasi tempat
terjadinya perawatan diri atau kurangnya perawatan diri

3. Sehat dan Sakit


Ide ini juga terdapat dalam model tersebut, namun dibahas
dalam kaitannya dengan perawatan diri. Alasannya bahwa jika
individu dalam keadaan sehat mereka dapat memenuhi sendiri
deficit perawatan diri yang mereka alami. Sebaliknya jika
mereka sakit atau cedera, orang tersebut bergeser dari status
agens perawtan diri menjadi status pasien atau penerima
asuhan. Penyamaan sehat dengan perawatan diri dalam hal ini
berarti sehat sakit tidak dibahas dalam konsep yang berbeda.
Akan timbul masalah disini jika orang yang sehat tidak dapat
melakukan perawatan untuk dirinya sendiri.

11
4. Keperawatan
Model ini membahas dengan cara yang jelas dan sistematik
sifat dari keperawatan dan kerangka kerja untuk memberikan
asuhan keperawatan. Harus diketahui bahwa hal tersebut
ditampilkan dalam bentuk pendekatan mekanistik berdasarkan
pendekatan supportif-edukatif, kompensasi partial, dan
kompensasi total. Pendekatan tersebut merupakan pendekatan
langsung yang dapat ditatalaksanakan. (Novel , 2000)

12
BAB III
APLIKASI KEPERAWATAN

3.1 Aplikasi Model


Kasus :
Tn. J (50 th), didiagnosis DM tipe 2. Dia memiliki riwayat
hipertensi dan dia seorang perokok berat (30 batang per hari).
Perawatan yang dapat diberikan kepada Tn. J berdasarkan model
keperawatan Orem adalah:
a. Air (educative/supportif)
Perawat harus mampu memberikan informasi
tentang hubungan hipertensi dengan merokok

b. Water (educative/supportif)
Perawat harus mampu meykinkan adanya
hydration-risk yang cukup dari polydipsia yang
memicu hyperglycaemia (kadar gula yang tinggi
dalam darah)

c. Food (partial compensatory)


Perawat memberikan diet yan cocok untuk
hipertensi dan diabetes, serta mengontrol gula darah
setelah makan.

d. Elimination (educative/supporif)
Klien membutuhkan monitoring.

e. Activity and Rest (adecative/ suportif)


Perawat menginformasikan pada pasien tentang
kegiatan yang cocok untuk pasien diabetes.

f. Solitude and Social Interaction (partial compensatory)


Interaksi social dengan perawat dapat
memberikan perubahan interaksi dan tigkah sosial.

g. Hazard Prevention (partial compensatory)


Perawat memberikan pendidikan pada pasien
tentang kelebihan dan kekurangan pengobatan yang
akan diambil oleh pasien.

13
h. Promote Normality (partial compensatory)
Perawat diharapkan dapat membantu pasien
untuk mengembalikan pola hidup pasien, sehingga
menjadi normal kembali.

3.2 Aplikasi Pendidikan


Mahasiswa keperawatan seharusnya dibantu untuk memahami
dan mengetahui praktik keperawatan komunitas yang konkret dalam
konteks tuna wisma. Ilmu keperawatan teoritis membedakan isi yang
secara spesifik berbeda dengan profesi lain.
Mahasiswa keperawatan perlu dibekali kemampuan untuk dapat
memberikan perawatan diri pada tuna wisma dan memampukan tuna
wisma dalam melakukan perawatan diri.
Oleh sebab itu diperlukan kurikulum berbasis kompetensi yang
adekuat untukm menghasilkan perawat komunitas yang profesional.

3.3 Aplikasi Riset


Penelitian yang dilakukan pada tuna wisma di Kanada,
menghasilkan perubahan gaya hidup perawatan diri yang positif
dalam promosi kesehatan dan dalam bertahan hidup (McCormack
dan MacIntosh, 2001). Perilaku yang dimunculkan dapat digunakan
sebagai mekanisme koping dan merupakan strategi keseharian dan
situasi tertentu.
Penelitian Anderson (2001) tentang hubungan antara agen
perawatan diri, perawatan diri, dan kesehatan menghasilkan
ditemukannya perawatan diri kearah kesehatan dengan dukungan
agen perawatan diri yang memberikan energi yang
merekomendasikan memperkuat agen perawatan diri bagi tuna
wisma individu.

14
3.4 Aplikasi Paradigma Keperawatan
Orem memandang manusia dalam dua kategori, yaitu yang
membutuhkan perawatan diri (tuna wisma) dan agen yang
memberikan perawatan diri. Agen pemberi perawatan tidak hanya
terbatas pada perawat, namun juga keluarga atau orang lain yang
dapat memberikan perawatan kesehatan bagi tuna wisma.
Kondisi sehat dapat tercapai bila terpenuhi kebutuhan perawatan
diri bagi tuna wisma. Untuk memenuhi hal ini diperlukan strategi
yang adukuat mengingat uniknya kondisi tuna wisma, banyaknya
kebutuhan perawatan diri, dan masih kurangnya support system bagi
tuna wisma terutama di Indonesia. Kondisi ini tercapai ketika
tercapai keseimbangan antara kebutuhan dengan kemampuan untuk
melakukan perawatan diri.
Tuna wisma terpapar berbagai elemen, mengalami kondisi fisik
yang berdesakan dan tidak sehat. Penelitian Murray (1996, dalam
Stone, 2002) menunjukkan bahwa mayoritas tuna wisma takut
terhadap kekerasan dan tidak mampu melindungi diri. Mereka juga
frustasi dengan petugas penampungan dan reaksi negatif dari orang
lain. Hal ini merefleksikan kebutuhan terhadap perawat yang
memberikan perawatan yang holistik dan sensitif terhadap kebutuhan
mereka secara kompeten.
Populasi tuna wisma sering terisolasi dari masyarakat. Keluarga
menemukan mereka tanpa dukungan atau sumber-sumber yang
berarti untuk mengatasi masalah kecil dan sulit. Penelitian Kinzel
(1991, dalam Stone, 2002) menemukan bahwa tema berulang antar
tuna wisma adalah kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang-orang
peduli. Perasaan bahwa tidak ada orang yang peduli, kurangnya
kelayakan diri, dan kontrol yang terbatas dalam kehidupan mereka
dapat mengarah pada depresi, keputusasaan, dan akhirnya penyakit.
Perluasan dan efektivitas perilaku mencari kesehatan pada populasi
ini terbatas karena kurangnya kepercayaan, kurangnya motivasi
untuk perawatan diri, dan isolasi dari sistem pelayanan kesehatan
dan sosial.
Keperawatan pada tuna wisma merupakan seni dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri pada tuna wisma. Pada akhirnya
diharapkan muncul kesadaran pada diri mereka untuk melakukan hal
ini secara mandiri atau dengan memanfaatkan dukungan yang ada
misalnya keluarga dan agen perawatan diri lainnya. (Dewi , 2016)

15
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Model konsep atau teori keperawatan self care mempunyai
makna bahwa semua manusia mempunyai kebutuhan - kebutuhan
self care dan mereka mempunyai hak untuk memperolehya sendiri
kecuali jika tidak mampu. Dengan demikian perawat mengakui
potensi pasien untuk berpartisipasi merawat dirinya sendiri pada
tingkat kemampuannya dan perawatan dapat menentukan tingkat
bantuan yang akan diberikan.
Untuk dapat menerapkan model konsep atau teori keperawatan
ini diperlukan suatu pengetahuan dan ketrampilan yang mendalam
terhadap teori keperawatan sehingga diperoleh kemampuan
tehnikal dan sikap yang therapeutik.

4.2 SARAN
Sebaiknya konsep yang telah diketahui oleh seorang perawat
dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari terutama dalam
praktek keperawatan

16
DAFTAR PUSTAKA

Aziz (2004), Pengantar konsep dasar keperawatan


salemba medika , Jakarta

Riza (2012), Teori Keperawatan Dorothy Orem (Online).


https://www.google.co.id/amp/s/nengriza9.wordpress.com/2
012/12/21/teori-keperawatan-dorothy-orem/amp/. Diakses
21Des. 2012.

Novel (2000), Dorothea Orem Keperawatan Komunitas (Online).


https://www.slideshare.net/mobile/NoveldyPitna/makalah-
teori-self-care-dorthea-orem-dalam-keperawatan-komunitas.
Diakses 7Agus. 2000.

Dewi (2016), Teori Orem (online).


https://www.google.co.id/amp/s/dewikuntigeo.wordpress.co
m/2016/11/08/makalah-teori-orem/amp/. Diakses 8Nov.
2016.

Kristiana (2014), Konsep Keperawatan Teori Orem(Online).


https://www.google.co.id/amp/s/nersstudentkristianaayu.wo
rdpress.com/2014/01/07/konsep-keperawatan-berdasarkan-
teori-orem/amp/. Diakses 7Jan. 2014

Potter (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Jakarta :


EGC

Galih (2013), Teori Keperawatan Afaf Ibarhim Meleis(Online).


http://galih-priambodo.blogspot.co.id/2013/02/teori-
keperawatan-afaf-ibrahim-meleis.html?m=1. Diakses 2Feb.
2013.

17

Anda mungkin juga menyukai