Anda di halaman 1dari 20

E.

SPO OKSIGENASI DEWASA


Pengertian Merupakan prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dengan
menggunakan alat bantu oksigen.
Tujuan 1. Memenuhi kebutuhan oksigen.
2. Mencegah terjadi hipoksia.
Kebijakan INDIKATOR SATURASI OKSIGEN
SATURASI
INTERPRETASI INTERVENSI
OKSIGEN
95% - 100% Normal Nasal kanul 1 - 6 lpm
90% - <95% Hipoksia ringan – Simple Mask 6 - 8 lpm
sedang
85% - <90% Hipoksia sedang – RM dengan resepoir
berat 8 – 12 lpm
< 85% Hipoksia berat – NRM dengan resepoir
mengancam nyawa 10 – 15 lpm

DELIVERY
ALAT FLOW RATE
OKSIGEN
1 lpm/mnt 21% - 24%
2 lpm/mnt 25% - 28%
3 lpm/mnt 29% - 32%
Nasal kanul
4 lpm/mnt 33% - 36%
5 lpm/mnt 37% - 40%
6 lpm/mnt 41% - 44%
Simple Mask 6 - 10 lpm 35% - 60%
Rebreathing Mask 8 – 12 lpm 80%
Non Rebreathing Mask 10 – 15 lpm 95 – 100%
Standar Operasional Prosedur Tindakan Keperawatan RSUD Ulin
Banjarmasin Tahun 2014
Prosedur Persiapan alat :
1. Tabung oksigen dengan kereta oksigen atau outlet oksigen sentral
dengan flowmeter dan humidifier.
2. Nasal kanul, simple mask, rebreathing mask, non rebreathing
mask atau masker.
3. Vaselin / jely.

34
Pelaksanaan :
1. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Menuci tangan
3. Mengobservasi humidifier dengan melihat jumlah air yang sudah
disiapkan sesuai level yang telah ditetapkan.
4. Mengatur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan,
kemudian observasi humidifier pada tabung air dengan menunjukkan
adanya gelembung air.
5. Memasang nasal kanul dengan oksigen 1-6 lpm pada hidung dan
atur pengikat dibawah dagu pasien
6. Memasang simple mask dengan oksigen 6-10 lpm, rebreathing
mask dengan oksigen 8-12 lpm, non rebreathing mask dengan
oksigen 10-12 lpm, menutup hidung dan mulut kemudian mengatur
pengikat sesuaikenyamanan pasien.
7. Memeriksa nasal kanul, simple mask, rebreathing mask dan non
rebreathing mask setiap 1-2 jam.
8. Mengkaji cuping hidung, septum, mukosa hidung serta periksa
kecepatan aliran oksigen, rute pemberian dan respon pasien.
9. Mencuci tangan setelah prosedur dilakukan.
10. Mencatat tindakan yg dilakukan

35
F. SOP PERAWATAN WSD
A. Definisi
Perawatan yang dilakukan pada pasien dengan post pemasangan selang WSD
menyangkut perawatan luka, selang dan botol WSD
B. Tujuan
1. Mencegah terjadinya infeksi post pemasangan selang WSD
2. Menjaga kepatenan sistem drainage WSD
3. Mengembangkan kembali paru yang kolaps

Persiapan alat : “√”


Satu bak instrumen steril berisi 2 buah pinset anatomis, 2 buah pinset cirurgis, 1
1 buah gunting, 1 buah klem anatomis, 1 buah kom kecil, kasa yang sudah dipotong
bagian tengahnya dan kasa pentul secukupnya.
Botol WSD berisi aquadest dimana ujung selang didalam botol harus terendam
2
sepanjang dua cm.
3 Hipapix dan gunting
4 Nierbekken/kantong balutan kotor
5 NaCl 0.9%
6 Alkohol 70%
7 Perlak kecil
8 Handscoon steril
9 Kasa steril dalam tromol/sachet
10 Korentang steril dalam tempat yang steril
Score

Persiapan klien : “√”


1 Mengucapkan salam
2 Menyebut nama klien
3 Memperkenalkan diri
4 Menjelaskan maksud dan tujuan
5 Meminta persetujuan klien terhadap tindakan yang akan dilakukan
6 Menjaga privacy klien
7 Mengatur posisi sesuai kenyamanan dan kondisi klien
8 Mendekatkan alat-alat ke tempat tidur klien
Score

36
Prosedur pelaksanaan : “√”
1 Mencuci tangan
2 Memasang perlak dibawah area yang akan didressing
3 Mendekatkan bengkok
4 Memasang handscon steril
5 Membuka set bedah minor steril
Mengambil 2 pinset cirurgis, membuka hipapix yang sebelumnya sudah dibasahi
6 dengan alkohol secara hati-hati, membuka kasa, masukan kedalam bengkok, letakkan
pinset pada tempat yang sudah ditentukan
Mengobservasi adanya tanda-tanda infeksi pada luka disekitar selang WSD dan kondisi
7
benang hecting
Mengambil 2 pinset anatomis, mengambil kasa pentul yang sudah dibasahi dengan
NaCl 0,9%, peras, jepit setengahnya, bersihkan luka secara hati-hati dengan cara
8 sirkuler dari arah dalam keluar, buang kasa pentul yang kotor kedalam bengkok.
Mengambil kasa pentul lagi, peras, jepit setengahnya, bersihkan selang WSD
sepanjang ± 3 cm
Mengambil kasa steril yang sudah dipotong tengahnya, menutup luka secara
9 menyilang, plester dengan hipapix secara horizontal kemudian piksasi selang WSD
kedinding dada
10 Mengklem selang WSD di atas sambungan
Melepaskan sambungan antara selang WSD dengan selang pada botol, ujung selang
11 WSD dibersihkan dengan alkohol 70%, kemudian selang WSD
dihubungkan kembali dengan selang penyambung botol WSD yang baru
Membuka klem. Menganjurkan klien untuk batuk atau bernapas dalam untuk melihat
12
undulasi positif atau negatif dan apa yang keluar dari ujung selang didalam botol WSD
13 Merapikan baju dan selimut klien
14 Membereskan alat
15 Melakukan terminasi dan kontrak untuk perawatan WSD berikutnya
16 Pamit dan mengucapkan salam
17 Membawa alat-alat yang kotor ke spoolhok untuk dibersihkan
18 Membuka handscon
19 Mencuci tangan
20 Menulis prosedur yang telah dilakukan pada catatan perawatan

37
G. SOP PEMASANGAN INFUS PUMP

PENGERTIAN
Infusion pump adalah suatu alat untuk mengatur jumlah cairan / obatyang masukkan ke
dalam sirkulasi darah pasien secara langsung melalui vena
TUJUAN
1. Untuk menjaga pemberian cairan parenteral sesuai kebutuhan klien.

2. Mencegah kelebihan volume cairan yang diberikan

PERSIAPAN
1. Infuse pump dan tiang penyangga

2. Cairan infus

3. Infus set sesuai dengan kebutuhan alat infuse pump

PROSEDUR KERJA
1. Bawa alat-alat ke dekat klien

2. Siapkan cairan infus dan infuse set dan gantungkan di tiang pengangga infuse pump

3. Pasangkan bagian selang pada infus set pada infuse pump, pastikan tidak ada udara
pada selang

4. Pasang drip sensor (jika ada) sesuai jenis infus pump pada tempat tetesan infus set

5. Nyalakan infuse pump

6. Atur infus set pada infuse pump sesuai infuse set yang digunakan dan jenis infus
pump yang digunakan

7. Atur jumlah cairan yang akan diberikan pada pasien tiap jam dan total caiaran
keseluruhan yang akan dimasukan

8. Tekan start untuk memulai pemberian cairan

9. Jika ada hal yang kurang tepat, alat akan memberikan peringatan dengan suara dan
lampu yang menyala merah pada tulisan air,mocclusion, flow err, empty, door,
completion

38
10. Evaluasi respon klien terhadap pemberian cairan.

EVALUASI
Mengevaluasi respon klien sebelum, selama dan sesudah pelaksanaan prosedur.

DOKUMENTASI
1. Mencatat tanggal dan waktu pelaksanaan prosedur.
2. Mencatat hasil pengukuran.
3. Mencatat respon an toleransi klien selama prosedur.

39
H. SOP JVP
PENGERTIAN
Tekanan Vena Jugularis merupakan gambaran/cerminan secaratidak langsung
atas fungsi pemompaan ventrikel. Karena setiapkegagalan pemompaan ventrikel
menyebabkan terkumpulnyadarah lebih banyak pada sistem vena.Dengan inspeksi
dapat tampak apakah vena jugularismengembang dengan nyata atau tidak.
TUJUAN
1. Tindakan pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi adanyakegagalan
pemompaan ventrikel akibat adanyagangguan/penyakit pada jantung.
2. Menilai adanya keadaan hidrasi yang over
Persiapan Alat :
1. Penggaris 2 buah.
2. Spidol.B.
Persiapan Klien :
1. Menjelaskan prosedur dan tujuan pelaksanaanprosedur kepada klien.
2. Mengatur posisi klien berbaring dengan posisisupine dengan menggunakan
bantal
PELAKSANAAN
1. Mencuci tangan
2. Menganjurkan klien untuk berbaring dengan tenangdan bernafas seperti biasa selama
prosedur
3. Membendung dengan menggunakan jari padadaerah supra clavicula agar vena
jugularis tampakdengan jelas.
4. Menekan pada bagian ujung proksimal venajugularis (dekat angulus
mandibulae) sambilmelepaskan bendungan pada supra clavicula.
5. Mengamati tingginya bendungan darah yang adadan beri tanda dengan
menggunakan spidol.
6. Mengukur jarak vertical permukaan atas bendungandarah terhadap bidang
horizontal yang melaluiAngulus ludovici.
7. Menentukan/menghitung hasil pengukuran :
Tulis jarak bendungan darah diatas atau dibawahdari bidang horizontal.
JVP = 5 – ….. cm H2O (bila dibawah bidanghorizontal).
= 5 + …...cm H2O (bila diatas bidanghorizontal).

40
Bila permukaan bendungan darah tepat padabidang horizontal, maka hasil
pengukuran : JVP = 5+ 0 cm H2O.
Catatan :
Angka 5 berasal dari jarak atrium kanan ke titikAngulus ludovici yaitu kira-
kira 5 cm. Nilai normalJVP = 5 – 2 cm H2O.
8. Merapihkan klien kembali dan merapihkan alat.
9. Mencuci tangan.
EVALUASI
Mengevaluasi respon klien sebelum, selama dansesudah pelaksanaan prosedur.
DOKUMENTASI
1. Mencatat tanggal dan waktu pelaksanaan prosedur.
2. Mencatat hasil pengukuran.
3. Mencat respon an toleransi klien selama prosedur.

41
I. SOP Nebulezer

Pengertian : Pemberian terapi uap dengan obat/tanpa obat menggunakan nebulizer


Tujuan :
1. Mengencerkan sekret agar mudah dikeluarkan
2. Melonggarkan jalan nafas
Persiapan alat
1. Set nebulizer
2. Obat bronkodilator
3. Bengkok 1 buah
4. Tissue
5. Spuit 5cc
6. Aquades
Prosedur pelaksanaan
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan
3. Menjelaskan langkah/prosedur yang akan dilakukan
4. Menanyakan persetujuan pasien untuk diberikan tindakan
5. Mencuci tangan dan memakai handscoon
6. Mengatur posisi pasien duduk / semifowler
7. Mendekatakan peralatan yang berisi set nebulizer ke bed pasien
8. Mengisi nebulizer dengan aquades sesuai dosis
9. Memasang masker pada pasien
10. Menghidupkan nebulizer dan meminta pasien nafas dalam sampai obat habis
11. Matikan nebulizer
12. Bersihkan mulut dan hidung pasien dengan tissue
13. Bereskan alat
14. Buka handscoon dan mencuci tangan
Tahap terminasi
1. Evaluasi perasaan pasien
2. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3. Dokumentasi prosedur dan hasil observasi

42
J. SOP SUCTION

Tindakan Keperawatan :
1 Pengertian
Suction merupakan suatu metode untuk mengeluarkan lendir atau sekret dari jalan nafas. Penghisapan ini
umumnya dilakukan melalui mulut,nasofaring atau trakea
2 Tujuan
1. Mengeluarkan secret/cairan pada jalan nafas
2. Melancarkan jalan nafas

3 Indikasi
1. Klien dengan retensi sputum
2. Klien dengan respirator atau endrotrakeal tube
3. Klien dengan trakeostomi

4 Persiapan alat
1. Bak instrument berisi: pinset anatomi 2, kasa secukupnyab.
2. NaCl atau air matang.
3. Caanule suction :
1. Neonatus 6-8 Fr
2. Bayi sampai 6bulan 6-8 Fr
3. 18 bulan 8-10 Fr
4. 24 bulan 10 Fr
5. 2-4 tahun 10-12 Fr
6. 4-7 tahun 12 Fr
7. 7-10 tahun 12 Fr
8. 10-12 tahun 14 Fr
9. Dewasa 12-16 Fr
4. Perlak dan pengalas
5. Mesin suction
6. Kertas tissue
7. Spatel atau sudip lidah yang terbungkus kasa
8. Handscoon steril dan korentang
5 Pelaksanaan
1. Mencuci tangan

43
2. Menyiapkan alat
3. Memberikan salam dan sapa nama pasien
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
5. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
6. Memberikan posisi yang nyaman pada pasien kepala sedikit ekstensi
7. Memberikan oksigen 2-5 menit
8. Meletakkan pengalas dibawah dagu pasien
9. Memakai sarung tangan
10. Menghidupkan mesin,mengecek tekaanan dan botol penampang
11. Memasukkan kanul suction dengaan hati-hati

Tahap PraInteraksi
a. Mengecek program terapi.
b. Mencuci tangan.
c. Menyiapkan alat
Tahap Orientasi
a. Memberikan salam dan sapa nama pasien.
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
c. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
Tahap Kerja
a. Memberikan posisi yang nyaman pada pasien kepala sedikitEkstensib. Memberikan Oksigen 2-
5 menit.
b. Meletakkan pengalas di bawah dagu pasiend.
c. Memakai sarung tangane.
d. Menghidupkan mesin, mengecek tekanan dan botol penampung.
e. Memasukkan kanul section dengan hati-hati (hidung ± 5 cm,mulut ±10 cm)g.
f. Menghisap lendir dengan menutup lubang kanul, menarikkeluar perlahan sambil memutar (+ 5 detik unt
uk anak, + 10detik untuk dewasa)h.
g. Membilas kanul dengan NaCl, berikan kesempatan pasienbernafasi.
h. Mengulangi prosedur tersebut 3-5 kali suctioning j.
i. Mengobservasi keadaan umum pasien dan statuspernafasannyak.
j. Mengobservasi secret tentang warna, baud an volumenya
Tahap Terminasi
a. Mengevaluasi tindakan yang baru dilakukanb. Merapikan pasien dan lingkungan.

44
K. Merekam Elektrokardiogram (EKG)
Elektrokardiogram adalah grafik hasil catatan potensial listrik yang dihasilkan oleh
denyut jantung. Potensial listrik ini dicatat dan direkam melalui elektrode-elektrode yang
dipasang dalam permukaan tubuh.
1. Kegunaan EKG
Rekaman EKG sangat berguna untuk mengetahui adanya :
a. Hipertrofi atrium dan ventrikel
b. Infark miokard (otot jantung)
c. Aritmia
d. Perikarditis
e. Efek obat-obatan, khususnya digitalis
f. Gangguan elektrolit, misalnya kalium
g. Beberapa penyakit sistemik, misalnya hipertiroid
2. Jenis-jenis Sadapan EKG
Terdapat dua jenis sadapan EKG, yaitu sadapan bipolar dan sadapan unipolar. Untuk
rekaman rutin terdapat 12 sadapan, yaitu :
a. Tiga buah bipolar standar lead (I, II, dan III)
b. Tiga buah unipolar limb lead (aVR, aVL dan aVF)
c. Enam buah unipolar chest lead (V1-V6)
3. Elektrode V1 diletakkan pada sela iga keempat pada kanan sternum.
4. Elektrode V2 diletakkan pada sela iga keempat pada kiri sternum.
5. Elektrode V3 diletakkan pada pertengahan antara elektrode V2 dan V4.
6. Elektrode V4 diletakkan pada sela iga kelima, garis midklavikuk.
7. Elektrode V5 diletakkan pada tinggi yang sama seperti V4, tetapi pada garis aksilaris
anterior kiri.
8. Elektrode V6 diletakkan pada tinggi yang sama seperti V4 dan V5, tetapi pada
pertengahan lipat ketiak.

3. Sedapan Baku Bipolar


Sedapan bipolar dapat dibagi menjadi 3,yaitu :
1. Sedapan I : merekam perbedaan potensial antara lengan kanan (RA) dan lengan kiri
(LA);LA bermuatan lebih positif dari RA.
2. Sedapan II : merekam perbedaan potensial antara lengan kanan (RA) dan tangkai kiri
(LL); LL bermuatan lebih positif dari RA.

45
3. Sedapan III : merekam perbedaan potensial antara lengan kiri (LA) dan tangkai kiri
(LL); LL bermuatan lebih positif dari pada LA.
4.Sedapan Ekstermisi Unipolar
Sedapan ekstremitas unipolar adalah rekapan perbedaan potensial antara lengan
kanan,lengan kiri,atau tungkai kiri terhadap elektroda indiferen.
1. Sadapan Avr
Sadapan unipolar lengan kanan (RA) yang diperkuat (augmental); lengan kanan
bermuatan negatif,lengan kiri dan kaki kiri membentuk elektrode indiferen.
2. Sadapan Avl
Sadapan inipol lengan kiri (LA) yang diperkuat (augmental);lengan kiri bemuatan
positif (+),tangan kanan dan kiri membentuk elektrode indiferen.
3. Sadapan Avf
Sadapan unpolar pada kaki kiri yang diperkuat (augment); kaki kiri bermuatan (+),
tangan kanan dan tangan kiri membentuk elektrode indiferen.

5. Kurva EKG
Kurva EKG normal terdiri atas gelombang,P,Q,R,S dan T.
Gelombang P : menggambarkan aktivitas depolarisasi atrium
Gelombang QRS : menggambarkan aktivitas depolarisasi ventrikel
Gelombang T : menggambarkan aktivitas repolarisasi ventrikel

46
L. PEMBERIAN CAIRAN MELALUI INFUS
Tindakan keperawatan ini dilakukakan pada klien yang memerlukan masukan cairan
melalui intravena (infus) . pemberian cairan infuse dapat diberikan pada pasien yang
mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat. Tindakan ini membutuhkan kesterilan
mengingat langsung berhubungan dengan pembuluh darah . pemberian cairan melalui infuse
dengan memasukan kedalam vena (pembuluh darah pasien) diantaranya vena lengan (vena
sefalika basilica dan mediana cubiti),pada tungkai (vena safena), atau vena yang ada
dikepala,seperti vena temporalis frontalis (khusus untuk anak anak). Selain pemberian infuse
pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan,juga dapat dilakukan pada pasien syok,
intoksikasi berat,pra- dan Pascabedah,sebelum transfuse darah,atau pasien yang
membutuhkan pengobatan tertentu.
B. Tujuan
1. memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit
2. infus pengobatan dan pemberian nutrisi
C. Lokasi Pemasangan Infus
Menurut Perry dan Potter (2005), tempat atau lokasi vena perifer yang sering
digunakan pada pemasangan infus adalah vena supervisial atau perifer kutan terletak di dalam
fasia subcutan dan merupakan akses paling mudah untuk terapi intaravena.Daerah tempat
infus yang memungkinkan adalah permukaan dorsal tangan (Vena supervisial dorsalis, vena
basalika, vena sefalika), lengan bagian dalam (vena basalika, vena sefalika, vena kubital
median, vena median lengan bawah, dan vena radialis), permukaan dorsal (Vena safena
magna, ramus dorsalis).
Menurut Dougherty, dkk, (2010), Pemulihan lokasi pemasangan terapi intravena
mempertimbangkan beberapa factor, yaitu:
a.Umur pasien: misalnya pada anak kecil, pemilihan sisi adalah sangat penting dan
mempengaruhi beberapa lama intravena terakhir
b.Prosedur yang diantisipasi: misalnya jika pasien harus menerima jenis terapi tertentu
atau mengalami beberapa prosedur seperti pemedahan, pilih sisi yang tidak
terpengaruh oleh apapun
c.Aktivitas pasien: misalnya gelisah, bergerak, tak bergerak, perubahan tingkat kesadaran
d.Jenis intravena: jenis larutan dan obat-obatan yang akan diberikan sering memaksa
tempat-tempat yang optimum (misalnya hiperalimenasi adalah sangat mengiritasi
bena-vena perifer

47
e.Durasi terapi intravena: terapi jangka panjang memerlukan pengukuran untuk
memelihara vena; pilih bena yang akurat dan baik, rotasi sisi dengan hati-hati, rotasi
sisi pungsi dari distal ke proksimal (misalnya mulai di tangan dan pindah ke lengan)
f.Ketersediaan vena perifer bila sangan sedikit vena yang ada, pemilihan sisi dan rotasi
yang berhati-hati menjadi sangat penting; jika sedikit vena pengganti
g.Terapi intravena sebelumnya: flebitis sebelumnya membuat vena menjadi tidak baik
untuk digunakan, kemotrapi sering membuat vena menjadi buruk (misalnya mudah
pecah atau sklerosis)
h.Pembedahan sebelumnya: jangan gunakan ekstremitas yang terkena pada pasien
dengan kelenjar limfe yang telah diangkat (misalnya pasien mastektomi) tanpa izin
dari dokter
i.Sakit sebelumnya: jangan gunakan ekstremitas yang sakit pada pasien dengan stroke
j.Kesukaan pasien : jika mungkin, pertimbangkan kesukaan alami pasien untuk sebelah
kiri atau kanan dan juga sisi.
D.Cairan Infus
Berdasarkan osmolalitasnya, menurut Perry dan Potter (2005), cairan intravena (infus)
dibagi menjadi 3, yaitu:
a.Cairan ersifat isotonis
osmolaritas (tingkat kepekatan) cairan mendekati serum (bagian cair dari komponen darah),
sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami
hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Meiliki
resiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung
kongresif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal
saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
b.Cairan bersifat hipotonis
osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (kosentrasi ion Na+ lebih rendah
dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum.
Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan
berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel
yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci
darah (dialysis) dalam terapi deuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah
tinggi) dengan ketoasidosis diabetic. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan
tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan

48
peningkatan tekanan intrakarnial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah
NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
c.Cairan bersifat hipertonis
osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga menarik cairan dan elektrolit dari
jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah,
meningkatkan produksi urine, dan mengurangi edema bengkak). Penggunaannya
kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik,
Dextrose 5% + Ranger- Lactate.

NILAI
Prosedur Keperawatan : Prosedur Pemasangan Infus
Nama Mahasiswa :
NIM :
Kelompok/Tanggal :

NILAI
Persiapan 0 1 2
Persiapan Alat dan Bahan
a. Sarung Tangan On-Steril 1 pasang
b. Infus Set steril sesuai kebutuhan (Makro drip/mikro drip)
c. cairan infuse /parenteral sesuai program
d. Jarum Intravena (sesuai ukuran)
e. Kapas Alkohol dan kom
f. Kapas Alcohol 70% /desinfektan
g. Touniquet
h. Perlak/Pengalas
i. Bengkok
j. Plester/hipavix
k. Kasa steril
l. Penunjuk waktu
Pelaksanaan
Tahap Pra-Interaksi
a. Melakukan Verifikasi data sebelumnya bila ada
b. Mencuci Tangan

49
c. Menempatkan alat didekat pasien dengan benar
Tahap Orientasi
a. Memberikan salam sebagai perkenalan terapeutik
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan kepada
keluarga/pasien
c. Menanyakan kesiapan klien sebelum tindakan dilakukan
Tahap Kerja
a. Melakukan disinfeksi tutup botol cairan
b. Menutup saluran infuse (kliem)
c. Menusukkan saluran infuse dengan benar
d. Menggantung botol cairan pada standart infuse
e. Mengisi tabung reservoir infuse sesuai tanda
f. Mengalirkan cairan hingga tidak ada udara dalam slang
g. Mengatur posisi pasien dan memilih vena
h. Memasang perlak dan alasnya
i. Membebaskan daerah yang akan di insersi
j. meletakkan tourniquet 5 cm proksimal yang akan ditusuk
k. memakai hand schoon
l. membersihkan kulit dengan kapas alcohol (melingkar dari dalam
keluar)
m. mempertahankan vena dalam posisi stabil
n. memegang IV kateter dengan sudut 45O
o. menusuk vena dengan lubang jarum menghadap ke atas
p. memastikan IV keteter masuk IV kemudian menarik mandarlin
±0,5cm
q. memasukkan IV kateter secara perlahan
r. menarik maindrain dan menyambung dengan selang infus
s. melepaskan torniquet
t. mengalirkan cairan infus
u. melakukan fiksasi IV kateter
v. memberi desinfeksi daerah tusukan dan menutup dengan kasa
w. mengatur tetesan sesuai program

50
Tahap terminasi
a. melakukan evaluasi tindakan
b. melakukan kontak untuk melakukan tindakan selanjutnya
c. berpamitan dengan klien
d. membersihkan alat-alat
e. mencuci tangan
f. mencatat kegiatan dengan lembar pencatatan dietiket pada
pemasangan infus (nama,tanggal,jam)
Jumlah
Total

Keterangan :
0 : Tidak dilakukan
1 : dilakukan,tetapi tidak sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna

51
M. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
TEST RUMPLE LEED (TES PEMBENDUNGAN)

DESKRIPSI :
Pemeriksaan bidang hematologi dengan melakukan pembendungan pada bagian lengan atas
selama 10 menit untuk uji diagnostik kerapuhan vaskuler dan fungsi trombosit.

TUJUAN :
1. Untuk mendeteksi adanya perdarahan di bawah kulit (petekie) sebagai tanda demam
berdarah.
2. Untuk mengetahui ketahan/kerapuhan dinding pembuluh darah derta jumlah dan
fungsi trombosit.

PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN :


1. Tensimeter dan mansetnya
2. Alat tulis

PERSIAPAN KLIEN
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

PELAKSANAAN
1. Mencuci tangan
2. Klien dalam posisi baring terlentang
3. Mengukur tekanan darah klien
4. Hitung batas tekanan sistolik dan tekanan diastolik kemudian jumlahkan batas kedua
tekanan tersebut dan bagi dua dengan rumus
MAP:

5. Lakukan pengukuran MAP dengan mempertahankan tekanan hasil pengukuran MAP


sampai kurang lebih 5 menit. Setelah itu turunkan tekanan secara perlahan-lahan
6. Perhatikan timbulnya petekie pada kulit di bawah lengan bawah bagian medial pada
sepertiga proximal.
7. Membaca hasil tes apakah positif/negative

52
8. Uji dinyatakan positif apabila pada 1 inci persegi (2.8 x 2.8 cm) didapat lebih dari 20
petekie.
9. Merapihkan klien
10. Merapihkan alat
11. Mencuci tangan
EVALUASI
1. Perhatikan adanya petekie setelah dilakukan tes
2. Observasi tanda-tanda vital
3. Kaji tanda-tanda perdarahan
DOKUMENTASI
1. Tanggal dan waktu tes dilakukan
2. Hasil tes (positif atau negative)

53

Anda mungkin juga menyukai