Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM


MENGHADAPI DILEMA ETIK DALAM KEPERAWATAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Etika Keperawatan Dan Hukum Kesehatan

Disusun Oleh : Kelompok 1


Kincoko setyono (215118005)
Nia Kurnia AL asyiah ( 215118009)
Ruth Malemta Br Karosekali (215118018)
Irvan Ali Rahman (215118004)
Alni Theresia Villa (215118015)
Elia Karosekali (215118022)
Yuli Yunianti (2151180 )
PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN ( S-2 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL A. YANI

CIMAHI – 2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah Etika Keperawatan sebagai tugas dari Mata Kuliah Etika Keperawatan
dan Hukum Kesehatan dengan judul “ Teori Pengambilan Keputusan Dalam
Menghadapi Dilema Etik Dalam Keperwatan, juga berterima kasih kepada rekan –
rekan kelompok yang telah berkontribusi dalam menyelesaikan tugas ini.

Kelompok tugas sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan mengenai Etika, Hukum dan Aspek Legal
Keperawatan. Kelompok juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kelompok
berharap adanya kritik, saran dan usulan untuk perbaikan dalam penyusunan
makalah selanjutnya, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya dan sekiranya makalah ini dapat berguna.

Cimahi, November 2018

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1


A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 2
a. Tujuan Umum ........................................................................................................... 2
b. Tujuan Khusus .......................................................................................................... 2
BAB 11 TINJAUAN TEORITIS ........................................................................................... 3
A. Definisi Dilema Etik ..................................................................................................... 3
B. Prinsip Moral Dalam Menyelesaiakan Masalah Etik .................................................... 3
C. Dilema Etik Yang Sering Terjadi di Keperawatan ....................................................... 5
D. Teori Pengambil Keputusan Kasus Dilema Etik.......................................................... 7
E. Langkah-Langkah Penyelesaian Masalah / Dilema Etik ............................................ 12
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................................... 14
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................... 19
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 19
B. Saran ........................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap individu atau organisasi tidak akan terlepas dari masalah.
Masalah adalah penyimpangan atau ketidaksesuaian dari apa yang semestinya
terjadi . Kesalahan dalam melakukan kerahasian masalah akan menyebabkan
kesalahan dalam penyelesaiannya. Untuk dapat menyelesaikan masalah, maka
perlu dilakukan proses dari mulai informasi yang berhubungan dengan
masalah dan masalah yang mempengaruhi, hingga masalah yang mungkin
dapat dilakukan. Proses tersebut sering kali dinasi sebagai proses masalah
pemecahan masalah.
Penyelesaian masalah sering kali tidak mudah karena berbagai faktor
yang berhubungan dengan masalah sering kali tidak berpola tunggal, baik
yang berhubungan dengan faktor penyebab dan alternatif penyelesaiannya. !
lternatif yang mana yang akan kita pilih pada dasarnya mendorong untuk
mengambil keputusan, karena keputusan tidak memungkinkan agar proses
dapat terus berjalan. Pengambilan keputusan dalam solusi adalah kemampuan
dasar bagi praktisi kesehatan, Penyelesaian masalah dan pengambilan hasil
bukan merupakan bentuk sinonim.
Nilai-nilai, keyakinan dan filosofi individu memainkan peranan
penting pada pengambilan keputusan etik yang menjadi bagian tugas rutin
perawat. Peran perawat ditantang ketika harus berhadapan dengan masalah
dilema etik, untuk memutuskan mana yang benar dan salah; apa yang
dilakukannya jika tak ada jawaban benar atau salah; dan apa yang dilakukan
jika semua solusi tampak salah. Dilema etik dapat bersifat personal ataupun
profesional. Dilema sulit dipecahkan bila memerlukan pemilihan keputusan
tepat diantara dua atau lebih prinsip etis. Penetapan keputusan terhadap satu
pilihan, dan harus membuang yang lain menjadi sulit karena keduanya sama-
sama memiliki kebaikan dan keburukan apalagi jika tak satupun keputusan
memenuhi semua kriteria. Berhadapan dengan dilema etis bertambah pelik

1
dengan adanya dampak emosional seperti rasa marah, frustrasi, dan takut saat
proses pengambilan keputusan rasional.
B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui secara umum apa itu teori Pengambilan Keputusan
dalam menghadapi dilema etik dalam keperawatan.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Definisi Dilema Etik.
2. Untuk mengetahui Prinsip Moral Dalam Menyelesaiakan Masalah
Etik.
3. Untuk mengetahui Dilema Etik Yang Sering Terjadi di Keperawatan.
4. Untuk mengetahui Teori Pengambil Keputusan Kasus Dilema Etik
5. Untuk mengetahui Langkah-Langkah Penyelesaian Masalah / Dilema
Etik.

2
BAB 11

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Dilema Etik


Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua atau lebih
landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini
merupakan suatu kondisi dimana setiap alternatif memiliki landasan moral
atau prinsip. Pada dilema etik ini,sukar untuk menentukan mana yang benar
atau salah serta dapat menimbulkan stress pada perawat karena perawat tahu
apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya.
Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan
tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil
keputusan. Pada saat berhadapan dengan dilema etik terdapat juga dampak
emosional seperti rasa marah, frustrasi, dan takut saat proses pengambilan
keputusan rasional yang harus dihadapi, ini membutuhkan kemampuan
interaksi dan komunikasi yang baik dari seorang perawat.
Menurut Thompson (1985 ) dilema etik merupakan suatu masalah
yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana
alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema
etik tidak ada yang benar ataupun yang salah. Untuk membuat keputusan
yang etis, seorang perawat tergantung pada pemikiran yang rasional dan
bukan emosional.
B. Prinsip Moral Dalam Menyelesaiakan Masalah Etik
Menurut Nursalam (2008) dalam melaksanakan peran profesionalnya,
perawat harus menerapkan prinsip-prinsip etika yang meliputi: menghormati
otonomi (autonomy), asas manfaat (beneficience) Justice (Keadilan), Tidak
merugikan (Non malefisien), asas kejujuran (veracity), komitmen (Fidelity),
asas kerahasiaan (confidentiality) serta Accountability (Akuntabilitas)
1. Otonomi (Autonomy).
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan memutuskan. Orang dewasa dianggap kompeten dan
memiliki kekuatan membuat keputusan sendiri, memilih dan memiliki

3
berbagai keputusan atau pilihan yang dihargai. Prinsip otonomi ini adalah
bentuk respek terhadap seseorang, juga dipandang sebagai persetujuan
tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak
kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.
Praktek profesioanal merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak
hak pasien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
2. Asas Manfaat (Benefisiensi).
Prinsip Benefisiensi berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik.
Kebaikan juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri
dan orang lain.
3. Justice (Keadilan).
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan
. Nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional ketika perawat bekerja
untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang
benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
4. Non malefisien.
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya atau cedera secara fisik
dan psikologik dalam memberikan tindakan kepada klien.
5. Veracity (kejujuran).
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan
oleh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada
setiap pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien sangat mengerti.
Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,
komprehensif dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada dan mengatakan yang sebenarnya kepada
pasien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya
salama menjalani perawatan.
6. Fidelity.

4
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia pasien. Ketaatan, kesetiaan adalah
kewajiban seeorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya.
Kesetiaan itu menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang
menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan
meminimalkan penderitaan.
7. confidentiality (Kerahasiaan).
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi tentang
klien harus dijaga privasi-nya. Apa yang terdapat dalam dokumen catatan
kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tak
ada satu orangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika
diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuannya.
8. Accountability (Akuntabilitas).
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa
tanggung jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk
menilai orang lain. Akuntabilitas merupakan standar pasti yang mana
tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas
atau tanpa terkecuali.
C. Dilema Etik Yang Sering Terjadi di Keperawatan
Adapun dilema etik yang sering terjadi di keperawatan antara lain:
1. Agama/ kepercayaan.
Di rumah sakit pastinya perawat akan bertemu dengan klien dari
berbagai jenis agama/kepercayaan..Perbedaan ini nantinya dapat
membuat perawatdan klien memiliki cara pandang yang berbeda
dalammenyelesaikan masalah .
Misalnya ada seorang wanita(non muslim) meminta seorang perawat
untuk melakukan abortus.
Dalamajaran agama wanita itu,tidak ada hukum yang melarang tentang
tindak abortus. Tetapi di satu sisi perawat(muslim)memiliki keyakinan
bahwa abortus itu dilarang dalam agama.Pastinya dalam kasus ini akan

5
timbul dilema pada perawat dalam pengambilan keputusan.Masih
banyakcontoh kasus- kasus lainnya yang pasti muncul di dalam
keperawatan.
2. Hubungan perawat dengan klien
Dilema yang sering muncul antara lain:
a. Berkata jujur atau tidak
Terkadang muncul masalah-masalah yang sulit untuk dikatakan kepada
klien mengingat kondisi klien. Tetapiperawat harus mampu
mengatakan kepada klien tentang masalah kesehatan klien.
b. Kepercayaan klien
Rasa percaya harus dibina antara perawat dengan klien.tujuannya
adalah untuk mempercepat prosespenyembuhan klien.
c. Membagi perhatian
Perawat juga harus memberikan perhatiannya kepada klien.tetapi
perawat harus memperhatikan tingkatkebutuhan klien.keadaan darurat
harus diutamakan terlebih dahulu. Tidak boleh memandang dari sisi
faktor ekonomisosial,suku, budaya ataupun agama.
d. Pemberian informasi kepada klien
Perawat berperan memberikan informasi kepada klien baik itu tentang
kesehatan klien, biaya pengobatandan juga tindak lanjut pengobatan
3. Hubungan perawat dengan dokter
a. Perbedaan pandangan dalam pemberian praktik pengobatan
Terjadi ketidaksetujuan tentang siapa yang berhak melakukan praktik
pengobatan, apakah dokter atauperawat.
b. Konflik peran perawat
Salah satu peran perawat adalah melakukan advokasi,membela
kepentingan pasien. Saat ini keputusan pasien dipulangkan sangat
tergantung kepada putusan dokter. Dengan keunikan pelayanan
keperawatan, perawat berada
dalam posisi untuk bisa menyatakan kapan pasien bisa pulang atau
kapan pasien harus tetap tinggal.

6
D. Teori Pengambil Keputusan Kasus Dilema Etik
Menurut Geoffrey (1994) kerangka pemecahan dilema etik banyak
diutarakan oleh para ahli dan pada dasarnya menggunakan kerangka proses
keperawatan/ pemecahan masalah secara ilmiah, antara lain :
a. Teori Megan tentang model pemecahan masalah Menurut Megan
ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema
etik antara lain :
1) Mengkaji situasi.
2) Mendiagnosa masalah etik moral.
3) Membuat tujuan dan rencana pemecahan.
4) Melaksanakan rencana.
5) Mengevaluasi hasil.
b. Teori Kozier et al Kerangka pemecahan dilema etik Menurut Kozier
et al menjelaskan kerangka pemecahan dilema etik adalah sebagai
berikut :
1) Mengembangkan data dasar.
Untuk melakukan ini perawat memerukan pengumpulan
informasi sebanyak mungkin meliputi :
a. Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana
keterlibatannya.
b. Apa tindakan yang diusulkan.
c. Apa maksud dari tindakan yang diusulkan.
d. Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari
tindakan yang diusulkan.
2) Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi
tersebut.
3) Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang
direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau
konsekuensi tindakan tersebut.
4) Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan
siapa pengambil yang tepat.
5) Mendefinisikan kewajiban perawat.

7
6) Membuat keputusan.
c. Model Murphy dan Murphy
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan.
2) Mengidentifikasi masalah etik.
3) Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan.
4) Mengidentifikasi peran perawat.
5) Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin
dilaksanakan.
6) Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap
alternatif keputusan.
7) Memberikan keputusan.
8) Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga
sesuai dengan falsafah umum untuk perawatan klien.
9) Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak
dan menggunakan informasi tersebut untuk membantu
membuat keputusan berikutnya.
d. Langkah-langkah menurut Purtilo dan Cassel (1981)
Purtilo dan cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan
etik
1) Mengumpulkan data yang relevan.
2) Mengidentifikasi dilema.
3) Memutuskan apa yang harus dilakukan.
4) Melengkapi tindakan.
Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson ( 1981)
1) Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan,
keputusan yang diperlukan, komponen etis dan petunjuk
individual.
2) Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi
situasi
3) Mengidentifikasi Issue etik
4) Menentukan posisi moral pribadi dan professional

8
5) Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang
terkait.
6) Mengidentifikasi konflik nilai yang ada.
e. Berdasarkan kerja dari Van Hoose and Paradise (1979), Kitchener
(1984), Stadler (1986), Haas and Malouf (1989), Forester-Miller and
Rubenstein (1992), dan Sileo and Kopala (1993) kedalam praktik,
sequential, tujuh tahap, dan model ‘ethical decision making’
1. Mengidentifikasi Masalah
Kumpulkan sebanyak mungkin informasi yang kita dapat
kumpulkan yang dapat menjelaskan permasalahan atau
situasinya. Menuliskannya kedalam sebuah kertas mungkin
dapat memberikan kejelasan. Menggarisbawahi fakta,
memisahkan ucapan yang tidak langsung, asumsi, hipotesa dan
kecurigaan. Terdapat beberapa pertanyaan yang dapat kita
ajukan kepada diri sendiri. Apakah ini masalah etik, legal,
profesi atau masalah klinik? Apakah ini kombinasi dari masalah
diatas? Jika ada pertanyaan tentang masalah legal, maka carilah
saran tentang legal. Pertanyaan lain yang dapat diajukan adalah
apakah isu ini berhubungan dengan saya, dan apa yang sya
lakukan atau tidak lakukan? Apakah ini berhubungan dengan
klien dan/atau hubungannya dengan klien dan apa yang meraka
lakukan atau tidak lakukan. Jika masalah ini dapat diselesaikan
dengan mengimplementasikan ketentuan dari institusi, maka kita
dapat melihat arahan dari institusi. Hal yang baik untuk
mengingat bahwa dilema yang kita hadapi seringkali adalah
masalah kompleks, sehingga arahan yang bermanfaat untuk
menjelaskan masalah dari beberapa perspektif dan menghindari
solusi yang simpel saja.
2. Mengaplikasikan kode etik ACA
Setelah kita mengklarifikasi masalahnya, lihatlah Code of
Ethics (ACA, 2005) untuk melihat apakah isu ini dapat
diselesaikan disana. Jika terdapat standart aplikasi atau beberapa

9
standart dan terdapat jalan yang spesifik dan jelas, ikuti arahan
ini dan mungkin akan ditemukan resolusi yang tepat. Jika
masalah yang dihadapi lebih komplek dan sebuah resolusi
sepertinya tidak dapat diselesaikan dengan baik, maka kamu
sepertinya mendapatkan dilema etik yangs ebenarnya dan kamu
perlu menggali lebih dalam lagi.
3. Menentukan asal dan dimensi dilema
Terdapat beberapa jalan yang dapat diikuti untuk
memastikan bahwa kamu telah memeriksa masalah itu ke dalam
beberapa dimensi.
a. Pertimbangkan prinsip moral dari autonomy,
nonmaleficence, beneficence, justice, dan fidelity. Tentuka
prinsip yang mana yang dapat diaplikasikan untuk situasi
spesifik ini. Tentukan Prinsip mana yang lebih prioritas
pada kasus ini. Dalam teorinya, semua prinsiop memiliki
nilai yang sama, yang berarti ini adalah tugasmu untuk
menentukan mana yang lebih penting pada saat nilai ini
berkonflik.
b. Review literatur profesional yang sesuai untuk memastikan
kamu menggunakan cara berpikir profesional yang paling
baru dalam membuat keputusan.
c. Konsultasikan dengan teman atau supervisi profesional
yang memiliki pengalaman. Sebagaimana mereka
mereview dengan kamu informasi yang kamu kumpulkan,
mereka mungkin dapat menemukan isu lain yang relevan
atau memberikan cara pandang baru yang mungkin belum
kamu pertimbangkan.
d. Konsultasikan kepada persatuan profesional didaerahmu
atau negaramu. Mungkin mereka dapat memberikan
bantuan.

10
4. Menentukan tindakan yang potensial
Brainstorming merupakan salah satu tindakan yang paling
tepat digunakan dalam kondisi ini. Kreatif dalam membuat
pertimbangan-pertimbangan yang terbaik. Jika memungkinkan
pilihlah salah satu partner untuk membantu anda menentukan
pilihan.
5. Mempertimbangkan semua konsekuensi yang mungkin
terjadi dan menetukan tindakan yang tepat.
Mempertimbangkan semua informasi yang telah
dikumpulkan dan prioritas tindakan yang telah ditetapkan.
Melakukan evaluasi pada setiap pilihan dan mempertimbangkan
konsekuensi yang potensial bagi semua pihak yang terlibat.
Pertimbangkan implikasi dari setiap tindakan yang akan
dilakukan untuk klien, untuk orang lain, dan untuk diri sendiri
sebagai konselor. Mengeliminir pilihan yang jelas tidak
memberikan hasil yang diinginkan atau lebih memperkeruh
keadaan. Evaluasi kembali pilihan yang tersisa untuk
menentukan pilihan atau kombinasi pilihan terbaik sesuai situasi
dan membicarakan prioritas-prioritas yang telah anda
identifikasi.
6. Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
Lakukan review pada tindakan yang akan dilakukan.
Stadler (1986) menyarankan untuk menerapkan tiga tes
sederhana untuk memastikan bahwa pilihan yang dipilih
merupakan pilihan yang tepat. Yang pertama adalah uji
keadilan, pertimbangkan dan renungkan dahulu apakah anda
akan memperlakukan hal sama pada diri anda dan orang lain.
Yang kedua publisitas, evaluasi diri anda apakah jika anda
melakukan sebuah kesalahan anda bersedia kesalah anda ini
dipublikasikan pada pers. Yang terakhir adalah tes universalitas,
apakah pilihan anda ini bisa diberlakukan pada semua orang
dalam situasi yang sama. Jika tindakan yang telah anda pilih

11
justru menimbulkan masalah baru, maka anda harus kembali ke
langkah awal dan kembali mengevaluasi setiap langkah yang
diambil.
7. Mengimplementasikan tindakan yang telah ditentukan
Mengambil keputusan yang dalam dilema etik merupakan
suatu hal yang sulit. Pada keputusan final seringkali melibatkan
ego anda untuk meprioritaskan rencana yang telah anda pilih
dan menurut anda telah sesuai. Jika anda telah menerapkan
tindakan yang telah anda pilih, jadikan itu sebagai evaluasi
untuk menilai apakah tindakan anda memiliki efek positif atau
justru konsekuensi buruk yang didapatkan.
E. Langkah-Langkah Penyelesaian Masalah / Dilema Etik
Menurut Tappen (2005) langkah-langkah penyelesaian dilemma etik adalah:
1. Pengkajian.
Hal pertama yang perlu diketahui perawat adalah “adakah saya terlibat
langsung dalam dilema?”. Perawat perlu mendengar kedua sisi dengan
menjadi pendengar yang berempati. Target tahap ini adalah terkumpulnya
data dari seluruh pengambil keputusan dengan bantuan pertanyaan yaitu :
 Apa yang menjadi fakta medik ?
 Apa yang menjadi fakta psikososial ?
 Apa yang menjadi keinginan klien ?
 Apa nilai yang menjadi konflik ?
2. Perencanaan.
Untuk merencanakan dengan tepat dan berhasil, setiap orang yang terlibat
dalam pengambilan keputusan harus masuk dalam proses. Tiga hal yang
sangat spesifik namun terintegrasi dalam perencanaan, yaitu : Tentukan
tujuan dari treatment, Identifikasi pembuat keputusan dan Daftarkan dan
beri bobot seluruh opsi / pilihan.
3. Implementasi.
Selama implementasi, klien/keluarganya yang menjadi pengambil
keputusan beserta anggota tim kesehatan terlibat mencari kesepakatan
putusan yang dapat diterima dan saling menguntungkan. Harus terjadi

12
komunikasi terbuka dan kadang diperlukan bernegosiasi. Peran perawat
selama implementasi adalah menjaga agar komunikasi tak memburuk,
karena dilema etis seringkali menimbulkan efek emosional seperti rasa
bersalah, sedih / berduka, marah, dan emosi kuat yang lain. Pengaruh
perasaan ini dapat menyebabkan kegagalan komunikasi pada para
pengambil keputusan. Perawat harus ingat bahwa dia disini untuk
melakukan yang terbaik bagi klien.
4. Evaluasi.
Tujuan dari evaluasi adalah terselesaikannya dilema etis seperti yang
ditentukan sebagai outcome-nya. Perubahan status klien, kemungkinan
treatment medik dan fakta sosial dapat dipakai untuk mengevaluasi ulang
situasi dan akibat treatment perlu untuk dirubah. Komunikasi diantara para
pengambil keputusan masih harus dipelihara. Dilema etik yang sering
ditemukan dalam praktek keperawatan dapat bersifat personal ataupun
profesional. Dilema menjadi sulit dipecahkan bila memerlukan pemilihan
keputusan tepat diantara dua atau lebih prinsip etis. Sebagai tenaga
profesional perawat kadang sulit karena keputusan yang akan diambil
keduanya sama-sama memiliki kebaikan dan keburukan. Pada saat
berhadapan dengan dilema etis juga terdapat dampak emosional seperti
rasa marah, frustrasi, dan takut saat proses pengambilan keputusan rasional
yang harus dihadapi, ini membutuhkan kemampuan interaksi dan
komunikasi yang baik dari seorang perawat.

13
BAB III

PEMBAHASAN

ANALISA JURNAL
Judul Penelitian To Die or Not to Die: This is the Dilemma!
Penulis Amy L Guerra and Eldo E Frezza*
Tempat Penelitian Texas A & M International University, USA
Publikasi 1 Februari 2017
Reviewers 1. Kincoko Setyono
2. Nia Kurnia Al Asyiah
3. Ruth Malemta Br Karosekali
4. Elia Karosekali
5. Irpan Ali Rahman
6. Yuli Yunianti
7. Alni Theresia Villa
Latar Belakang Bidang keperawatan profesional kesehatan
dihadapkan dengan banyak dilema dan kontroversi etis
yang sulit untuk diselesaikan dalam tenaga kerja saat ini. Di
antara isu-isu ini adalah perdebatan "hak untuk mati" yang
kontroversial. Pasien memiliki banyak alasan untuk mati
tetapi yang pertama dan terpenting adalah ketika mereka
kehilangan harapan dan martabat. Untuk tujuan tulisan ini,
hak pasien untuk mati akan diperiksa melalui perspektif
seorang perawat Koordinator Pusat Kanker dalam
kaitannya dengan individu dengan kanker. Prinsip-prinsip
etika yang harus dipertimbangkan adalah kebaikan dan
otonomi. Sebagaimana dinyatakan oleh Lalwani
dkk."prinsip kebaikan berfokus pada berbuat baik untuk
orang lain dan untuk mengambil tindakan demi
kepentingan terbaik pasien" dan "... prinsip otonomi
menjelaskan bahwa pasien memiliki hak untuk membuat
keputusan untuk dirinya sendiri". Perawat berada di garis

14
depan situasi ini karena perawat yang merawat kebutuhan
medis pasien yang meninggal setiap hari. Istilah lain yang
penting untuk didefinisikan adalah perawatan paliatif.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan
perawatan paliatif (PC) sebagai perawatan untuk pasien
tanpa bermaksud untuk mempercepat atau menunda
kematian, lebih jauh lagi, menekankan bahwa pandangan
PC, mati sebagai proses kehidupan normal. Penelitian telah
menunjukkan bahwa pasien kanker di dekat akhir
kehidupan terbukti sering menggunakan bentuk perawatan
paliatif.
Untuk lebih memahami besarnya jenis dilema etika
ini, ada gunanya untuk mendefinisikan beberapa istilah
lagi. Dalam sebuah artikel oleh Knowles, ia mendefinisikan
empat istilah penting ini sebagai
“Perawatan untuk mempertahankan hidup: Ini, dalam
pandangan orang tersebut, memberikan perawatan
kesehatan untuk orang yang bersangkutan dan diperlukan
untuk mempertahankan kehidupan.
Kapasitas mental: Undang-Undang 2005 menyatakan
bahwa seseorang tidak memiliki kapasitas jika gangguan
atau gangguan dalam pikiran mereka berarti mereka tidak
dapat membuat keputusan khusus pada saat mereka diminta
untuk melakukannya. Ada anggapan bahwa seseorang
memiliki kapasitas.
Euthanasia: Penghentian yang aktif dan disengaja
atas kehidupan seseorang ... Kuncinya adalah seseorang
selain individu memiliki kontrol dan tindakan untuk
mengakhiri kehidupan individu, dengan niat untuk
membunuh ...
Bunuh diri terbantu: Menyediakan seseorang dengan
sarana untuk mengakhiri hidup mereka sendiri, membantu

15
atau mendorong seseorang untuk melakukan atau mencoba
bunuh diri. Bunuh diri yang dibantu mungkin adalah bunuh
diri yang dibantu dokter atau yang dibantu amatir. Ini
berbeda dari euthanasia karena individu memegang kendali
atas proses. ”
Metode Penelitian Tinjauan literatur dari 10 referensi, termasuk 3 studi
kasus dan 2 studi kualitatif yang diterbitkan antara 2012
hingga 2016 dilakukan menggunakan database CINAHL.
Penelitian ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi
tentang hak untuk keputusan mati dalam kaitannya dengan
prinsip-prinsip etika dan peran perawat.
Hasil Penelitian Ditemukan bahwa hingga 60% persen pasien yang
menerima perawatan akhir kehidupan tidak merasa mereka
benar-benar diberitahu tentang prognosis, kemungkinan
kematian atau alternatif dalam komunikasi dengan
penyedia layanan kesehatan mereka. Jumlah tahun
pengalaman perawat di unit tersebut ditemukan berkorelasi
langsung dengan peningkatan tingkat kenyamanan dalam
komunikasi ini dengan pasien dan keluarga.
Kesimpulan Perawat harus menjadi bagian integral dari
percakapan tentang perawatan akhir kehidupan yang
meliputi nilai-nilai, keyakinan, keinginan dan ketakutan
pasien dan keluarga mereka. Para profesional perawatan
kesehatan melengkapi lebih baik dengan alat yang
diperlukan untuk membantu dengan perawatan akhir
kehidupan dengan cara otonom dapat membantu untuk
meringankan beban yang mungkin segera ditempatkan pada
mereka mengenai hak untuk mati.
Pembahasan Perawat berada pada posisi yang unik dalam
pengaturan perawatan kesehatan. Perawat memiliki
kesempatan untuk membangun hubungan terapi
kepercayaan dengan pasien mereka, berbeda dari

16
profesional perawatan kesehatan lainnya. Perawat harus
menjadi bagian integral dari percakapan tentang perawatan
akhir kehidupan yang mencakup nilai-nilai, keyakinan,
keinginan dan ketakutan pasien dan keluarga mereka.
Disarankan melalui penelitian, bahwa ada pembenaran etis
untuk menghormati otonomi dan menjadi lebih baik dalam
hal perawatan akhir kehidupan bagi profesional perawatan
kesehatan. “Orang yang sakit serius membutuhkan pilihan
akhir kehidupan. Ini adalah hak dasar manusia untuk hidup
dan mati dengan martabat seseorang yang utuh ”.
Implikasi masa depan untuk keperawatan termasuk
mengembangkan kurikulum di sekolah keperawatan dan di
tempat kerja untuk perawat baru dan saat ini dalam strategi
komunikasi untuk lebih mempersiapkan perawat untuk
perawatan akhir kehidupan. Krisis kesehatan ekonomi
mengungkap fakta bahwa tekanan ekonomi yang sama ini
dapat mengarah pada perspektif bahwa euthanasia jauh
lebih murah daripada perawatan paliatif. Oleh karena itu,
melengkapi profesional perawatan kesehatan yang lebih
baik dengan alat yang diperlukan untuk membantu dengan
perawatan akhir kehidupan dengan cara otonom dapat
membantu meringankan beban yang mungkin segera terjadi
pada mereka mengenai hak untuk mati.
Sebagai perawat profesional , penting untuk selalu
mempertimbangkan: setiap kasus individu berbeda dan
tugas kita seharusnya adalah membantu masing-masing
membuat keputusan terbaik untuk mereka, dan pada
akhirnya memberi mereka suara mereka sendiri dalam
kualitas hidup yang dapat diterima bagi mereka di keadaan
terminal mereka.
Dengan layanan baru yang didedikasikan untuk
masalah ini, pentingnya keyakinan, kenyamanan, dan

17
pengalaman tim membuat dasar untuk dukungan dan
pengobatan akhir kehidupan.

18
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan klinis yang
melibatkan interaksi antara klien dan perawat. Permasalahan bisa menyangkut
penentuan antara mempertahankan hidup dengan kebebasan dalam
menentukan kematian, upaya menjaga keselamatan klien yang bertentangan
dengan kebebasan menentukan nasibnya, dan penerapan terapi yang tidak
ilmiah dalam mengatasi permasalah klien. Dalam membuat keputusan
terhadap masalah dilema etik, perawat dituntut dapat mengambil keputusan
yang menguntungkan pasien dan diri perawat dan tidak bertentang dengan
nilai-nilai yang diyakini klien. Pengambilan keputusan yang tepat diharapkan
tidak ada pihak yang dirugikan sehingga semua merasa nyaman dan mutu
asuhan keperawatan dapat dipertahankan. Perawat harus berusaha
meningkatkan kemampuan profesional secara mandiri atau secara bersama-
sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan suatu
dilema etik.
B. Saran
Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama
bidang keperawatan harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin
supaya nantinya mereka bisa lebih memahami tentang etika keperawatan
sehingga akan berbuat atau bertindak sesuai kode etiknya (kode etik
keperawatan).

19
DAFTAR PUSTAKA

Tappen, M.R., Sally A. Weiss, Diane K.W. (2004). Essentials of Nursing


Leadership and Management. 3 rd Ed. Philadelphia : FA. Davis Company
Nursalam. (2008). Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Thompson, J. B. & Thopson, H. O. (1985). Ethics in Nursing. New York:
Macmillan Publishing.
Amy L Guerra and Eldo E Frezza, 2017. To Die or Not to Die: This is the
Dilemma!( http://dx.doi. org/10.16966/2471-8211.138)
Diakses 7 November 2018

20

Anda mungkin juga menyukai