PENDAHULUAN
dasarnya adalah penyimpangan atau ketidaksesuaian dari apa yang semestinya terjadi
salah dalam menafsirkan gejala yang merupakan akibat dari masalah yang terjadi.
masalah dari mulai mengumpulkan informasi yang terkait dengan gejala dan masalah
yang dihadapi, hingga kepada penyelesaian masalah yang mungkin dapat dilakukan.
Proses tersebut sering kali dinamakan sebagai proses penyelesaian masalah (problem
solving).
Penyelesaian masalah sering kali tidak mudah karena berbagai faktor yang terkait
dengan masalah sering kali tidak berpola tunggal, baik yang terkait dengan faktor
penyebab maupun alternatif penyelesaiannya. Alternatif yang mana yang akan kita
pilih pada dasarnya mendorong kita untuk mengambil keputusan, karena keputusan
mendasar bagi praktisi kesehatan, khususnya dalam asuhan keperawatan. Tidak hanya
1
Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan bukan merupakan bentuk
pemikiran kritis dan analisis yang dapat ditingkatkan dalam praktek. Pengambilan
digambarkan sebagai kesenjangan diantara “apa yang ada dan apa yang seharusnya
ada”. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang efektif diprediksi bahwa
pembahasan secara mendalam mengenai pengambilan keputusan yang akan kita ikuti
dalam mata kuliah pengambilan keputusan, agar kita dapat memahami esensi dari
makalah ini diperbuat bertujuan untuk memberi pemahaman kepada pembaca, agar
mampu memahami konsep dasar pengambilan keputusan secara sederhana dan jelas.
2
1.2.Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui secara umum apa itu Teori dan Konsep dasar Pengambilan
di rumah sakit
Making
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan
pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada beberapa tahap yang mungkin
akan dilalui oleh pembuat keputusan. Tahapan tersebut bisa saja meliputi identifikasi
masalah utama, menyusun alternatif yang akan dipilih dan sampai pada pengambilan
Secara umum, pengertian pengambilan keputusan telah dikemukakan oleh banyak ahli,
diantaranya adalah :
pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang
mungkin.
adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari
perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan,
suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas alternatif
dan tindakan.
4
B. Tipe-Tipe Decision Making
1. Programmed Decision Making
organisasi merupakan situasi yang sudah pernah terjadi sebelumnya dan muncul
mempertimbangkan alternatif, dan berbagai hal lainnya yang memakan waktu. Meski
karena organisasi harus dapat berespon terhadap lingkungan yang dinamis dan
tidak efektif lagi untuk dipakai dua tahun mendatang. Contohnya adalah penetapan
diantara alternatif-alternatif yang ada. Mengingat lingkungan bisnis masa kini yang
terus berubah-ubah dengan cepat dan penuh dengan ketidakpastian, manajer akan
5
Situasi non-programmed decision tertentu yang terjadi secara berulang-ulang
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis
dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan
atau piliah yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan respec
dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang dalam situasi
3. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap orang lain
yang menjunjung prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan
dalam praktek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai
6
hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan
Pada prinsip ini berarti tindakan keperawatan pada klien tidak menimbulkan
5. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran . Nilai ini diperlukan oleh
dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan
dan ada penerimaan materi yang ada dan mengatakan yang sebenarnya kepada
klien tentang sgala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan diirinya selama
menjalani perawatan.
Prinsip ini dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap
orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan
7. Kerahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus di jaga
privasinya. Segala sesuatu yang terdapat dokumen catatan kesehatan klien hanya
boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak seorangpun dapat memperoleh
informasi tersebut kecuali jika di izinkan oleh klien dengan bukti persetujuan.
D. Langkah-langkah dalam Decision Making
Menurut G. R. Terry :
1. Merumuskan problem yang dihadapi
7
2. Menganalisa problem tersebut
4. Mengevaluasi alternative
2. Manganalisa masalah
3. Mengembangkan alternative
yang serius. Secara umum, proses pengambilan keputusan meliputi tujuh langkah beriktu
keputusan, tujuan dan sasaran keputusan harus ditetapkan terlebih dahulu, apa hasil
memberi batasan persoalan ini harus tepat pada inti persoalannya, sehingga
alternatif itu ada hubungannya, walaupun sedikit, harus ditampung dalam tahap ini.
4. Memilih alternatif : Beberapa alternatif yang layak tersebut di atas harus dipilih
8
ketersediaan sumberdaya, keefektifan alternatif dalam memecahkan persoalan,
kemampuan alternatif untuk mencapai tujuan dan sasaran, dan daya saing alternatif
sendiri merupakan abstraksi, sedangkan baik tidaknya baru dapat dilihat dari
pelaksanaannya.
evaluasi untuk menjaga agar pelaksanaan keputusan tersebut sesuai dengan yang
sudah diputuskan.
dibutuhkan peran perawat sebagai tenaga kerja yang bekerja di rumah sakit untuk
termasuk rumah sakit, mempunyai posisi yang utama dalam pemberian pelayanan
konstan, koordinatif, dan advokatif, sehingga perawat mempunyai peran penting yang
peran dan fungsinya bersifat mandiri, kolaboratif dan atau saling tergantung dengan
anggota tim kesehatan lain. Menurut Potter and Perry (2005), bahwa perawat
mempunyai fungsi yang sangat luas yang membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan
dalam lingkup area yang bervariasi. Dalam melaksanakan fungsinya tersebut perawat
9
pelayananan keperawatan, pengambil kepututsan klinik dan etik, protector dan
Untuk dapat berperan secara aktif dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan,
diperlukan perawat yang mampu berpikir kritis dan logis untuk mengambil keputusan
yang tepat dalam memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat menimbulkan
masalah peran yang ambigu menimbulkan dilema etik. Dilema etik merupakan suatu
masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau suatu situasi
dimana alternatif yang memuaskan dan tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema
etik tidak ada yang benar atau salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seseorang
harus tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional. Kerangkan
pemecahan dilema etik banyak diutarakan dan pada dasarnya menggunakan kerangka
1981).
dan akurat sangat dibutuhkan perawat untuk dapat menyelamatkan pasien yang
dihadapi. Agar perawat dapat melakukan tugasnya dengan baik, setiap perawat harus
dalam kondisi-kondisi kritis tentu tidak lepas dari latar belakang pendidikan yang
pernah ditempuh serta pengalaman yang pernah dijalani. Termasuk di sini adalah
10
menjalankan tugasnya harus sesuai dengan kode etik dan Standar Operasional
Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah cukup
lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perspektif yang berbeda
hambatan teknik dalam melakukan proses kolaborasi. Kendala psikologis keilmuan dan
individual, faktor sosial, serta budaya menempatkan kedua profesi ini memunculkan
kebutuhan akan upaya kolaborasi yang dapat menjadikan keduanya lebih solid dengan
Berbagai penelitian menunjukan bahwa banyak aspek positif yang dapat timbul jika
Center (ANCC) melakukan risetnya pada 14 rumah sakit melaporkan bahwa hubungan
dokter-perawat bukan hanya mungkin dilakukan, tetapi juga berdampak langsung pada
hasil yang dialami pasien (Kramer dan Schamalenberg, 2003). Terdapat hubungan
korelasi positif antara kualitas hubungan dokter-perawat dengan kualitas hasil yang
didapatkan pasien.
Hambatan kolaborasi dokter dan perawat sering dijumpai pada tingkat profesional
dan institusional. Perbedaan status dan kekuasaan tetap menjadi sumber utama
Dokter cenderung pria, dari tingkat ekonomi lebih tinggi dan biasanya fisik lebih besar
dibanding perawat, sehingga iklim dan kondisi sosial masih medukung dominasi
dokter. Inti sesungguhnya dari konflik perawat dan dokter terletak pada perbedaan
sikap profesional mereka terhadap pasien dan cara berkomunikasi diantara keduanya.
11
Dari hasil observasi penulis di rumah sakit nampaknya perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan yang meliputi proses keperawatan tidak ada. Disamping itu hasil
wawancara penulis dengan beberapa perawat rumah sakit pemerintah dan swasta,
merupakan tenaga vokasional, perawat sebagai asistennya, serta kebijakan rumah sakit
Isu-isu tersebut jika tidak ditanggapi dengan benar dan proporsional dikhawatirkan
G. Pemahaman Kolaborasi
Pemahaman mengenai prinsip kolaborasi dapat menjadi kurang berdasar jika hanya
dipandang dari hasilnya saja. Pembahasan bagaimana proses kolaborasi itu terjadi
justru menjadi point penting yang harus disikapi. Bagaimana masing-masing profesi
memandang arti kolaborasi harus dipahami oleh kedua belah pihak sehingga dapat
diperoleh persepsi yang sama. Seorang dokter saat menghadapi pasien pada umumnya
berfikir, ” apa diagnosa pasien ini dan perawatan apa yang dibutuhkannya” pola
pemikiran seperti ini sudah terbentuk sejak awal proses pendidikannya. Sulit dijelaskan
secara tepat bagaimana pembentukan pola berfikir seperti itu apalagi kurikulum
dibina dalam masalah etika, pencatatan riwayat medis, pemeriksaan fisik serta
hubungan dokter dan pasien. mahasiswa kedokteran pra-klinis sering terlibat langsung
12
dalam aspek psikososial perawatan pasien melalui kegiatan tertentu seperti gabungan
bimbingan – pasien. Selama periode tersebut hampir tidak ada kontak formal dengan
para perawat, pekerja sosial atau profesional kesehatan lain. Sebagai praktisi memang
mereka berbagi lingkungan kerja dengan para perawat tetapi mereka tidak dididik
Dilain pihak seorang perawat akan berfikir; apa masalah pasien ini? Bagaimana
pasien menanganinya?, bantuan apa yang dibutuhkannya? Dan apa yang dapat
diberikan kepada pasien?. Perawat dididik untuk mampu menilai status kesehatan
didasari oleh disiplin ilmu yang membantu individu sakit atau sehat dalam
menjalankan kegiatan yang mendukung kesehatan atau pemulihan sehingga pasien bisa
mandiri. Sejak awal perawat dididik mengenal perannya dan berinteraksi dengan
praktek rumah sakat dan praktek pelayanan kesehatan masyarakat. Para pelajar bekerja
diunit perawatan pasien bersama staf perawatan untuk belajar merawat, menjalankan
yang direncanakan yang disengaja, dan menjadi tanggung jawab bersama untuk
merawat pasien. Kadangkala itu terjadi dalam hubungan yang lama antara tenaga
profesional kesehatan. (Lindeke dan Sieckert, 2005). Kolaborasi adalah suatu proses
dimana praktisi keperawatan atau perawat klinik bekerja dengan dokter untuk
13
atau mekanisme yang ditentukan oleh peraturan suatu negara dimana pelayanan
berbagi nilai-nilai dan pengetahuan serta respek terhadap orang lain yang berkontribusi
mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi
baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan
fisioterapi, pekerja sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh karena itu tim
kolaborasi hendaknya memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan saling
Pasien secara integral adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien dalam
Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal hanya dapat dicapai jika pasien
sebagai pusat anggota tim. Perawat sebagai anggota membawa persfektif yang unik
berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan.
Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan mencegah penyakit.
Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian obat dan
kesehatan harus bekerja dengan kompak dalam mencapai tujuan. Elemen penting untuk
14
mencapai kolaborasi yang efektif meliputi kerjasama, asertifitas, tanggung jawab,
Kerjasama adalah menghargai pendapat orang lain dan bersedia untuk memeriksa
individu dalam tim mendukung pendapat mereka dengan keyakinan. Tindakan asertif
Tanggung jawab, mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari hasil konsensus dan
bertanggung jawab untuk membagi informasi penting mengenai perawatan pasien dan
issu yang relevan untuk membuat keputusan klinis. Otonomi mencakup kemandirian
anggota tim dalam batas kompetensinya. Kordinasi adalah efisiensi organisasi yang
dibutuhkan dalam perawatan pasien, mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang
masalah-masalah dalam team dari pada menyalahkan seseorang atau atau menghindari
tangung jawab. Hensen menyarankan konsep dengan arti yang sama : mutualitas
dimana dia mengartikan sebagai suatu hubungan yang memfasilitasi suatu proses
dinamis antara orang-orang ditandai oleh keinginan maju untuk mencapai tujuan dan
kepuasan setiap anggota. Kepercayaan adalah konsep umum untuk semua elemen
kolaborasi. Tanpa rasa pecaya, kerjasama tidak akan ada, asertif menjadi ancaman,
15
Elemen kunci kolaborasi dalam kerja sama team multidisipliner dapat
lain.
Berkaitan dengan issue kolaborasi dan soal menjalin kerja sama kemitraan
menjadi profesional. Status yuridis seiring perubahan perawat dari perpanjangan tangan
dokter menjadi mitra dokter sangat kompleks. Tanggung jawab hukum juga akan
terpisah untuk masing-masing kesalahan atau kelalaian. Yaitu, malpraktik medis, dan
malpraktik keperawatan. Perlu ada kejelasan dari pemerintah maupun para pihak
terkait mengenai tanggung jawab hukum dari perawat, dokter maupun rumah sakit.
Organisasi profesi perawat juga harus berbenah dan memperluas struktur organisasi
Maret 2007)
dalam lingkungan rumah sakit. Pihak manajemen rumah sakit dapat menjadi fasilitator
16
terpadu data kesehatan pasien, ronde bersama, dan pengembangan tingkat pendidikan
Ronde bersama yang dimaksud adalah kegiatan visite bersama antara dokter-
mengevaluasi pelayanan kesehatan yang telah dilakukan kepada pasien. Dokter dan
perawat saling bertukar informasi untuk mengatasi permasalahan pasien secara efektif.
Kegiatan ini juga merupakan sebagai satu upaya untuk menanamkan sejak dini
tersebut perlu ditunjang oleh sarana komunikasi yang dapat menyatukan data kesehatan
pasien secara komfrenhensif sehingga menjadi sumber informasi bagi semua anggota
team dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu perlu dikembangkan catatan status
kesehatan pasien yang memungkinkan komunikasi dokter dan perawat terjadi secara
efektif.
perawat
BAB III
Contoh Kasus
17
Seorang laki-laki berumur 60 tahun datang ke Rumah Sakit dengan keluhan tidak
bisa buang air kecil selama + 5 hari sehingga terasa nyeri di bagian kandung kemih dengan
riwayat yang sama 2 minggu sebelumnya terpasang Dower Cateter (DC) . Setelah
diperiksa didapatkan diagnosa dokter umum yaitu inkontinensia urine, sehingga dokter
meminta perawat untuk memasang DC sesuai dengan ukuran kelamin dewasa. Pada saat
dokter bahwa selang DC tidak dapat masuk ke saluran kencing pasien dikarenakan ada
tahanan, sehingga dokter meminta perawat untuk menghentikan tindakan, namun pasien
merasa tidak puas sehingga pasien dan keluarga meminta kepada dokter agar perawat
memasang ulang DC. Akhirnya permintaan pasien dipenuhi, namun saat tindakan
pemasangan DC dilakukan tiba-tiba keluar darah segar dari saluran kencing pasien. Namun
pasien masih memaksa perawat untuk tetap melanjutkan tindakan tersebut dengan alasan
pasien merasakan sakit dan ingin bisa Buang Air Kecil (BAK). Disini apa yang
seharusnya dilakukan oleh perawat, menghentikan pemasangan dengan resiko pasien tidak
BAB IV
Pembahasan
18
Tujuan utama profesi perawat adalah bertugas sebagai problem solver, yaitu
masalah. Metode pemecahan masalah digunakan sebgai kerangka bagi perawat untuk
2) Perawat harus menghubungkan dengan prinsip prinsip etika profesi yang berlaku.
3) Perawat perlu mengidentifikasi siapa saja yang ikut serta dalam pengambilan
keputusan.
5) Perlu memperhatikan keinginan pasien dalam hal ini berkaitan dengan prinsip etik
Prinsip utama dalam melaksanakan peran perawat adalah moral dan etika
keperawatan. Dalam setiap memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, perawat harus
selalu berpedoman pada etika keperawatan dan standar keperawatan yang ada serta ilmu
keperawatan. Hal ini penting, guna menghindarkan kesalahan yang dapat berakibat fatal
terhadap pasien dan eksistensi profesi keperawatan yang sedang mencari identitas diri.
Pada kasus di atas dilema etik yang dialami klien yaitu pada nilai Autonomy dan
keadaannya yang tidak memungkinkan karena terjadi perdarahan pada saluran kencing
klien. Dalam keadaan ini, sebagai perawat harus mengutamakan keselamatan klien
sehingga perawat menganjurkan untuk tidak dilkukan pemasangan DC. Pada kasus seperti
19
ini peran perawat adalah sebagai solving maker dimana pengambilan keputusan bisa
Menentukan orang yang terlibat: pasien, keluarga pasien, dokter, dan perawat
ulang DC
2. Identifikasi persoalan
Mengidentifikasi konflik akibat situasi tersebut: Pasien tidak dapat BAK selama +
5 hari. Pasien meminta dokter agar perawat memasang ulang DC padahal pada
Keluarga mendukung keinginan pasien agar pasien dapat BAK. Konflik yang
terjadi adalah:
keluarga khawatir sehingga mengakibatkan pasien tidak nyaman dan tidak puas
20
3. Mengembangkan alternatif
tindakan tersebut
konsekuensi:
ambang nyeri)
dilakukan pemasangan DC
21
c) Hak pasien sebagian dapat terpenuhi
4. Menentukan alternatif
Dalam kasus di atas terdapat dua tindakan yang memiliki risiko dan konsekuensi
pendekatan yang paling menguntungkan/ paling tepat untuk pasien. Namun upaya
alternatif tindakan lain perlu dilakukan terlebih dahulu misalnya manajemen nyeri
efektifitasnya. Jadi pada kasus diatas pemilihan alternatif bagi pasien adalah pada
point 2
Evaluai umpan balik dilakukan untuk melihat keefektifan dari tindakan yang
namun apabila alternatif tindakan tidak efektif maka keputusan yang sudah
yang lebih dikenal dengan istilah etika biomedis atau bioetis. Kasus diatas menjadi
suatu dilema etik bagi perawat dimana dilema etik merupakan suatu masalah yang
sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif
22
yang memuaskan dan tidak memuaskan sebanding. Pengambilan keputusan
pengetahuan serta pemahaman penuh tentang kode etik perawat yang akan menjadikan
utama.
23
BAB V
Penutup
A. Kesimpulan
Setiap manusia mempunyai hak dasar dan hak untuk berkembang, demikian juga
bagi pasien sebagai penerima asuhan keperawatan mempunyai hak yang sama
walaupun sedang dalam kondisi sakit. Demikian juga perawat sebagai pemberi asuhan
mempunyai hak dan kewajiban sesuai posisinya. Disinilah sering terjadi dilema etik,
dilema etik merupakan bentuk konflik yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor,
baik faktor internal dan faktor eksternal, disamping itu karena adanya interaksi atau
Dilema etik sering terjadi di Rumah Sakit dalam menjalankan praktik asuhan
keperawatan. Sebagai tenaga profesional terkadang perawat berada pada posisi yang
sulit untuk memutuskan dikarenakan alternatif pilihan keputusan yang sama sama
memiliki nilai positif dan negatif. Dalam suatu keputusan etis suatu keputusan diambil
berdasarkan kebutuhan pasien dan tidak merugikan pasien. Keputusan etis dibuat
melibatkan pasien atau keluarga. Putusan yang diambil harus melalui proses analisa
dan berdasarkan prinsip etik yang berlaku. Dalam suatu keputusan etis suatu
keputusan diambil berdasarkan kebutuhan pasien dan tidak merugikan pasien. Disini
seorang perawat harus mampu meyakinkan pasien bahwa keputusan etis yang diambil
adalah berdasarkan analisa dan pertimbangan yang matang. Oleh sebab itu dilema etik
harus diselesaikan baik pada tingkat individu dan institusi serta organisasi profesi
dengan penuh tanggung jawab dan tuntas. Pembelajaran tentang etika dan moral dalam
24
sedini mungkin supaya nantinya mereka bisa lebih memahami tentang etika
keperawatan sehingga akan berbuat atau bertindak sesuai kode etiknya (kode etik
keperawatan).
B. Saran
Pengetahuan etika adalah dasar untuk menyelesaikan isu masalah praktek
keperawatan, namun sedikit yang diketahui tentang pentingnya etika dan faktor yang
mandiri atau secara bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan untuk
menyelesaikan suatu dilema etik. Selain itu, Sebagai seorang tenaga medis atau
kesehatan khususnya perawat haruslah memiliki etik keperawatan yang tidak hanya
obyek namun juga dijadikan patner aktif dalam pemberian atau peningkatan derajat
kesehatannya
25
Daftar Pustaka
Mudayana, A. A. (2014). Peran Aspek Etika Tenaga Medis dalam Penerapan Budaya
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Supplemen Majalah Kedokteran Andalas, 37, 69-
74.
Potter & Perry. (2005). Fundamental of nursing: Concept, process and practice (A. Yasmin,
Trans. 4th ed.). Jakarta: EGC
26