PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian tidak bisa dihindari dan semua orang cepat atau lambat
pastiakan menemuinya. Bagi sebagian orang, kematian adalah hal yang
menakutkan. Mereka tidak mau memikirkan, apalagi membicarakannya.
Sebagian orang lain menganggap kematian adalah hal yang biasa, sebagai
awal kehidupan baru diakhirat. Karena setiap orang akan mati, setiap
orang juga akan melalui prosessekarat (Ririn, 2016). Ada yang cepat ada
juga yang lambat, menyakitkan dan menyengsarakan. Di sinilah perawatan
paliatif diperlukan. Perawatan paliatif menurut WHO adalah
“pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas kehidupan pasien
dan keluarganya untuk menghadapi masalah-masalah yang
berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa, dengan
mencegah dan meringankan penderitaan melalui identifikasi awal dan
penilaian serta terapi rasa sakit dan masalah lain–baik fisik, psikososial
maupun spiritual”.
Perawatan paliatif sangat luas dan melibatkan tim interdisipliner
yang tidak hanya mencakup dokter dan perawat tetapi juga ahli gizi, ahli
fisioterapi, pekerja sosial, psikolog/psikiater, rohaniwan, dan lainnya yang
bekerja secara terkoordinasi dan melayani sepenuh hati. Perawatan dapat
dilakukan secara rawat inap, rawat jalan, rawat rumah (home care), day
care dan respite care. Rawat rumah dilakukan dengan kunjungan ke
rumah pasien, terutama mereka yang tidak dapat pergi ke rumah sakit.
Kunjungan dilakukan oleh tim untuk memantau dan memberikan solusi
atas masalah-masalah yang dialami pasien dan keluarganya, baik masalah
medis maupun psikis, sosial, dan spiritual. Day care adalah
menitipkan pasien selama jam kerja jika pendamping atau
keluarga yang merawatnya memiliki keperluan lain (seperti day
care pada penitipan anak). Sedangkan respite care adalah layanan yang
bersifat psikologis melalui konseling dengan psikolog atau psikiater,
1
bersosialisasi dengan penderita kanker lain, mengikuti terapi musik
(Ririn, 2016)
Beberapa karakteristik perawat paliatif adalah salah satunya
mengurangi rasa sakit dan keluhan lain yang mengganggu. Untuk
mengatasi hal tersebut dan gejala fisik lain yang muncul perlu adanya
dukungan pemberian terapi farmakologi. Oleh karena itu, kelompok kami
akan membahas mengenai terapi farmakologi pada pasien paliatif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perawatan paliatif?
2. Bagaimana prinsip dan manajemen gejala?
3. Bagaimana terapi farmakologi pada pasien paliatif?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian perawatan paliatif.
2. Untuk mengetahui bagaimana prinsip dan manajemen gejala.
3. Untuk mengetahui bagaimana terapi farmakologi pada pasien paliatif.
BAB II
ISI
2
A. Pengertian Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif berasal dari kata palliate (bahasa inggris) berarti
meringankan, dan “Palliare” (bahsa latin yang berarti “menyelubungi”),
merupakan jenis pelayanan kesehatan yang berfokus untuk meringankan
gejala klien, bukan berarti kesembuhan (repository USU, 2010)
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki
kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang
berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui
pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang
tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial
dan spiritual (repository USU, 2010)
Secara umum istilah paliatif adalah perawatan yang merujuk
kepada keperawatan untuk meredakan gejala, apakah ada atau tidak ada
harapan penyembuhan dengan cara lain, demikian perawatan paliatif dapat
digunakan untuk meringankan efek samping dari perawatan kuratif, seperti
meringankan mual akibat kemoterapi.
Tujuan dari perawatan paliatif adalah mendapatkan kualitas hidup
terbaik untuk pasien dan keluarga mereka. Hal tersebut mendeskripsikan
bagaimana perawatan paliatif modern dikembangkan untuk memberikan
pendampingan pasif pada pasien sekarat, memberikan pendekatan
multidisiplin yang lebih dinamis untuk mengarahkan prioritas dari
perspektif pasiennya. Hal ini dikenali bahwa pasien berhak untuk
menerima perawatan walaupun masih dalam stadium awal, bahwa
perawatan paliatif adalah relevan untuk pasien dengan kanker maupun
penyakit lainnya. Hal ini menegaskan kebutuhan untuk bantuan terhadap
edukasi pada keluarganya untuk melanjutkan dukungan pada pasien
tersebut hingga ke masa berkabung. Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa masyarakat diharapkan untuk “hidup lebih baik”
meskipun memiliki diagnosis yang mematikan.
Perawatan paliatif meliputi 1) menyediakan bantuan dari rasa sakit
dan gejala menyedihkan lainnya, 2) menegaskan hidup dan memepercepat
atau menunda kematian, 3) mengntegrasikan aspek-aspek psikologis dan
spiritual perawatan pasien, 4) tidak mempercepat atau memperlambat
3
kematian, 5) meredakan nyeri dan gejala fisik lain yang mengganggu, 6)
menawarkan sistem pendukung untuk membantu keluarga menghadapi
penyakit pasien dan kehilangan mereka.
4
1. Beberapa gejala yang sering muncul membutuhkan terapi secara
teratur, untuk mencegah munculnya gejala berulang dan lebih lanjut.
2. Tiap obat baru seharusnya memiliki manfaat yang lebih besar
dibandingkan dengan besarnya potensi efek samping yang dimilikinya
(sesuai dengan kondisi pasien).
3. Obat-obatan yang sekiranya kurang bermanfaat dalam jangka pendek
(misalnya, statin) sebaiknya dihentikan.
4. Jika pasien mengeluh mual dan muntah, perlu dipikirkan rute
pemberian obat yang lain.
5. Mengidentifikasi penyebab untuk gejala-gejala tertentu sehingga dapat
diberikan terapi simtomatik yang spesifik
(Ririn, 2016)
Berikut merupakan contoh terapi farmakologi untuk menangani
gejala atau masalah mual muntah dan nyeri pada pasien paliatif.
(www.juke/unila.com)
1. Mual dan muntah
Gejala dengan dominan mual, mengantuk dan kebingungan yang
disebabkan oleh obstruksi malignansi urology-gynecology terapi yang
diberikan adalah haloperidol. Terapi obat ini diberikan satu dosis
perhari secara subkutan. Gejala dengan distensi abdomen, muntah
nyeri dan konstipasi yang disebabkan oleh obstruksi usus malignant,
terapi yang diberikan adalah cylizine, haloperidol dan analog
somatostatin. Mual muntah yang disebabkan oleh obstruktif gaster
yang muncul pada pasien dengan kanker lambung, yang dihubungkan
dengan asites dan hepatomegali, terapi yang digunakan adalah
metoklopropamid, dan domperidone. Mual muntah yang disebabkan
karena cemas, terapi yang diberikan adalah ansiolotik (misalnya
benzodiazepin), dan terapi yang diberikan pada gejala mual muntah
dengan batuk adalah antitusif (misalnya kodein).
2. Nyeri
Manajemen nyeri kronis dengan pemberian obat disesuaikan dengan
skala nyeri. Skala 1-3 diberikan obat analgetik umum seperti dipirone,
paracetamol atau non-steroid antiinflamatory drugs (NSAID). Skala
nyeri 4-6 diberikan obat opioid ringan seperti tramadol atau codein
5
ditambah analgetik umum. Skala nyeri 7-10 diberikan obat opioid kuat
seperti morphine, methadone, oxycodone, fentanyl, ditambah dengan
analgetik umum.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
6
Prinsip dan manajemen gejala pada pasien paliatif yaitu penilaian
gejala, diagnosis penyebab, penjelasan, dan terapi. Permasalahan atau kondisi
pasien dengan penyakit lanjut yang sering muncul dan dapat mengakibatkan
kematian yaitu nyeri, kesulitan bernafas, mual muntah, depresi, dan kurang
nafsu makan.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ririn, Selain Terapi Non Farmakologi Ada Terapi Farmakologi Paliatif, 2016,
Jakarta : Suara.Com