2
Pendahuluan
• Seiring dengan proses penuaan, secara umum terdapat penurunan
fungsi tubuh. Lansia akan membutuhkan bantuan orang lain dalam
melakukan aktivitas sehari-hari. Sehingga lansia cenderung
bergantung pada orang lain yang lebih muda.
• Kejadian salah perlakuan pada lansia memberikan gambaran bahwa
dukungan keluarga terhadap penurunan fungsi yang dialami oleh
lansia belum optimal.
• Salah perlakuan terhadap lansia dapat berupa penganiayaan,
pengabaian, eksploitasi maupun pengisolasian yang dilakukan oleh
kerabat, teman, atau care giver yang dapat berakibat fatal.
3
• Pengabaian merupakan kondisi yang berhubungan dengan kegagalan
pemberi perawatan dalam memberikan pelayanan yang dibutuhkan
oleh lansia baik itu pemenuhan kebutuhan kesehatan fisik maupun
pemenuhan kebutuhan kesehatan mental (Stanhope & Lancaster,
2004).
• Pengabaian lansia termasuk kondisi yang dilakukan dengan sengaja
atau tidak disengaja, ketika lansia memerlukan makanan, pengobatan
atau pelayanan pada lansia tidak dilakukan
4
Epidemiologi
• Prevalensi salah perlakukan pada lansia bervariasi di berbagai
negara, yakni sekitar 11,4% di Amerika Serikat pada tahun 2008,
2,2% di Irlandia pada tahun 2010 dan 36,2% di Republik Rakyat
Cina pada tahun 2010.
• Hasil penelitian Skirbekk & James (2014) di India ditemukan
sebesar 11% lansia mengalami salah satu dari salah perlakuan (fisik
5,3%, verbal 10,2%, ekonomi 5,4%, pengabaian 5,2%).
• Di negara Nepal, ditemukan bahwa 47% lansia mengalami
pengabaian, 37% salah perlakuan emosional, 32% salah
perlakuan ekonomi, 8% salah perlakuan fisik dan 3% salah
5
• Khususnya di Indonesia belum terdapat data nasional yang
menggambarkan presentasi atau besarnya salah perlakuan
pada lansia. Tindakan salah perlakuan dan pengabaian
mayoritas tidak dilaporkan karena terjadi pada lansia yang
tinggal bersama keluarga (Carmen & LoFoso, 2014).
• Hasil penelitian dari Lacher et al (2016), juga mendukung
bahwa salah perlakuan pada lansia sering terjadi di rumah dari
pada di Panti Jompo.
6
Definisi
• Elderly abuse atau elder mistreatment adalah suatu tindakan
disengaja yang menimbulkan bahaya atau suatu kegagalan care giver
dalam memenuhi kebutuhan dasar lansia (Pillemer et. al, 2015).
7
Definisi
• Kekerasan (abuse) adalah penggunaan kekuatan fisik, kekuasaan,
ancaman baik tindakan terhadap diri sendiri, perorangan, atau
sekelompok orang (masyarakat) yang mengakibatkan atau mungkin
mengakibatkan trauma atau cedera fisik, kematian, kerugian
psikologis, gangguan perkembangan, atau perampasan hak (Soares
et.al, 2010).
• Pengabaian (neglect) adalah meninggalkan lanjut usia atau
penghentian perawatan tanpa adanya perawatan alternatif (Fulmer
et.al, 2007).
8
Definisi
• Pada tahun 1987,American Medical Association (AMA)
mendefinisikan perlakuan salah terhadap orang tua sebagai suatu
tindakan atau kelalaian yg membahayakan atau menimbulkan
ancaman bahaya terhadap kesehatan atau kesejahteraan seorang
lansia.
• World Health Organization (WHO) dan Center for interdiscpiplinary
Gerontoloy (CIG) mengadopsi definisi dari Action on Elder Abuse
yaitu suatu tindakan atau kurangnya tindakan yang seharusnya,
tunggal atau berulang, yang terjadi dalam suatu hubungan
berlandaskan kepercayaan yang menyebabkan bahaya atau kesulitan
pada lansia.
9
• National Research Council mengembangkan definisi tersebut menjadi
tindakan disengaja yang menyebabkan bahaya atau menimbulkan
risiko bahaya yang serius terhadap lansia yang rentan oleh
pramurawat (care giver).
1. Penganiayaan fisik
2. Penganiayaan psikologis
3. Penganiayaan seksual
4. Penganiayaan finansial
5. Pengabaian.
11
1. Penganiayaan fisik (Physical abuse)
Merupakan suatu tindakan disengaja atau paksaan fisik yang
menimbulkan nyeri, trauma, gangguan fungsi tubuh atau penyakit
(memukul, menendang, mendorong).
Penganiayaan fisik termasuk tidak memberikan kebutuhan dasar pada
lansia (misalnya, makanan pakaian dan tempat tinggal yang memadai).
Indikator penganiayaan dan pengabaian fisik:
• Memar (pada daerah permukaan yang kulit bagian tubuh)
• Laserasi, lecet, goresan (mulut, bibir, gusi, mata, telinga)
• Terkilir, dislokasi, patah tulang
• Terbakar (oleh rokok, korek api, besi, perendaman dlm air panas)
• Tanda bekas muntah, rambut rontok karena ditarik paksa 12
2. Penganiayaan psikologis
Merupakan sebuah tindakan maupun ancaman yang menimbulkan
tekanan mental sehingga mengakibatkan perasaan takut, kekerasan,
isolasi, kehilangan dan perasaan tidak berdaya maupun malu.
Hal ini meliputi penganiayaan verbal: menghina, dipanggil namanya,
menentang keinginan lansia, mengintimidasi atau membuat keputusan yg
kejam, serta ancaman memasukkan lansia ke panti jompo.
Penganiayaan sosial, seperti menghalang-halangi kontak dengan kerabat
dan teman (isolasi sosial), diperlakukan seperti anak-anak.
13
Indikator penganiayaan psikologis:
• Demoralisasi, depresi, dan perasaan putus asa / tidak berdaya
• Penurunan nafsu makan, pola tidur, menangis yang berlarut-larut,
ketakutan berlebihan, agitasi.
• Mengisolasi diri tanpa alasan yang jelas dan kebingungan.
14
3. Penganiayaan Seksual
Merupakan tindakan seksual yang tidak dikehendaki, termasuk kontak
seksual, perkosaan, bahasa atau perilaku ekploitatif dengan kondisi
lansia tersebut (tanpa persetujuan lansia atau di bawah paksaan).
Indikator penganiayaan seksual:
• Trauma alat kelamin, payudara, rektum, dan mulut,
• Cedera pada wajah, leher, dada, perut, paha, pantat,
• Adanya penyakit menular seksual, dan terdapat gigitan manusia
pada bagian tertentu.
15
4. Penganiayaan Finalsial (eksploitasi tekait ekonomi)
Eksploitasi mencakup tindakan ilegal untuk mendapatkan atau
menggunakan sumber finansial milik lansia, salah pengelolaan uang,
properti, dll, untuk kepentingan pribadi.
Indikator:
• Ketidakmampuan untuk membayar tagihan, tiba-tiba uang di
rekening tabungan berkurang, kerusakan properti, dan hilangnya
harta tanpa sepengetahuan lansia
• Tidak ada dana untuk makanan, pakaian, & layanan kesehatan,
• Disparitas antara kondisi hidup dan aset, & membuat keputusan
keuangan yang dramatis 16
5. Pengabaian
Didefinisikan sebagai kegagalan care giver atau keluarga untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, termasuk penolakan pemberian izin kepada orang lain
memberikan perawatan yang semestinya.
Indikator pengabaian:
• Lansia dibiarkan bekerja berat, dehidrasi, malnutrisi
• Memakai pakaian tidak layak, terlihat kotor
• Kebutuhan medis tidak terpenuhi, terpapar dengan berbagai bahaya atau
infeksi penyakit
• Tidak adanya pemberian alat bantu yang dibutuhkan (gelas, gigi palsu, tongkat,
kaca mata, dll
• Terdapat luka yang cukup parah di bagian tubuh tertentu (misal: decubitus).
17
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya
Salah Perlakuan Pada Lansia
18
1. Rendahnya dukungan sosial
19
Terdapat 7 jenis dukungan keluarga terhadap lansia yakni:
1. Dukungan keluarga melalu komunikasi
2. Dukungan emosional
3. Dukungan melalui interaksi sosial
4. Dukungan keluarga melalui finansial
5. Dukungan keluarga dlm pelayanan transportasi
6. Dukungan melalui upaya dlm mempertahankan aktivitas yg masih
dilakukan lansia
7. Dukungan keluarga dlm menyiapkan makanan
20
2. Beban Stres dari Care Giver
•Risiko terjadinya salah perlakuan yaitu pada usia 60 tahun keatas dan
dilakukan oleh anggota keluarga yang tinggal bersama dengan lansia
yaitu keluarga yang merawat lansia (family caregiver).
•Tipe family caregiver yang melakukan salah perlakuan pada lansia yang
dijelaskan oleh Murray dan Zetner (2001) adalah care giver dengan
stress ekonomi, penyalahgunaan zat, memiliki riwayat sebagai korban
kekerasan dalam keluarga, kelelahan dan furstasi dalam merawat
lansia.
21
Didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Eska dkk (2015), yang berjudul “Prediktor pola
caregiving keluarga terhadap lanjut usia”
menjelaskan terdapat beban keluarga dalam
merawat lansia yang ditunjukan dengan ungkapan
rasa lelah, jenuh dan capek serta kesulitan
keluarga membagi waktu antara merawat lansia
dan peran dari caregiver.
22
3. Kerusakan kognitif lansia
25
Dampak salah perlakuan
• Dampak negatif karena salah perlakuan pada lansia adalah cedera
fisik, cemas, dan pengabaian terhadap diri sendiri (Mosqueda &
Dong, 2011).
• Rovi (2010), juga menjelaskan salah perlakuan terhadap lansia akan
meningkatkan resiko kematian setelah terjadinya penyakit kronis
yang mereka miliki, cidera traumatis serta efek psikologis seperti
depresi dan cemas.
• Penyakit kronis seperti gangguan gastrointestinal, kelelahan, tekanan
darah tinggi, masalah jantung dan nyeri kronis.
• The Chicago Health Aging Project juga melaporkan tindakan salah
perlakuan akan menyebabkan gangguan mental dan kematian setalah
7 sampai 8 tahun kemudian. 26
Penatalaksanaan
1. Pengelolaan pasien salah perlakuan hendaknya menggunakan tim
multidisiplin yang terdiri dari dokter (termasuk psikiatri), perawat,
pekerja sosial, perwakilan hukum dan petugas administrasi.
2. Poin penting dalam penangan salah perlakuan terhadap lansia yaitu
bukan menghukum pelaku, namun secepatnya menghentikan salah
perlakuan tersebut.
3. Memastikan keamanan pasien dan menghargai otonomi pasien.
• Jika pasien menolak intervensi, evaluasi ulang apakah pasien
dalam kondisi mampu mengambil keputusan sendiri.
27
• Pada pasien yg mampu mengambil keputusan tp menolak intervensi
edukasi pasien mengenai pola perlakuan salah, memberikan nomor
telepon yang dapat dihubungi dan informasi tempat perlindungan yang
bisa dicapai jika ada kondisi darurat.
• Pada pasien yang tidak mampu mengambil keputusan sendiri, maka
perwalian menjadi penting. Hal ini dapat dilakukan oleh petugas
perlindungan sosial.
• Jika pasien dinilai dalam kondisi yang membahayakan dan mampu
mengambil keputusan sendiri maka pasien secepatnya dipersiapkan
untuk menjauhkan diri dari pelaku dan diberikan pertolongan medis28
4. Beri penghargaan terhadap caregiver.
• Pramurawat/caregiver perlu diberikan bantuan berupa
kesempatan untuk beristirahat berkala, pelatihan, bantuan dari
kerabat dan teman, dilibatkan dalam support group serta
menangani kondisi medis spesifik yang dimilikinya.
29
Asuhan Keperawatan Pada
Lansia
Dengan Salah Perlakuan
1. Pengkajian Keperawatan
2. Diagnosis Keperawatan
3. Rencana Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
30
1. Pengkajian Keperawatan
A. Anamnesa
Adanya perlakuan yang salah terhadap lansia sering sulit
ditentukan, karena ketidakmampuan lansia untuk memberikan
keterangan akibat kepikunan.
Kadang-kadang keterangan juga sulit diperoleh dari korban, karena
adanya rasa takut terhadap balas dendam dari pelaku, yang dapat
berupa kekerasan fisik, ancaman dan meninggalkan korban, takut
ditempatkan pada panti rawat, dsb.
Pada umumnya, korban diwawancarai tanpa kehadiran
pengasuhnya atau caregiver. 31
Dalam menentukan adanya salah perlakuan pada lansia maka
beberapa pertanyaan di bawah ini perlu diajukan, yaitu:
Siapa yang menjadi korban ?
Siapa pelakunya ?
Dimana terjadi ?
Bagaimana pola dari salah perlakuan tsb ?
Jenis salah perlakuan: fisik, psikologik, keuangan, &
penelantaran
32
B. Pemeriksaan fisik
Temuan tanda dan gejala fisik antara lain:
• Penganiayaan fisik: memar, laserasi, fraktur, luka bakar atau adanya
proses penyembuhan, ini mengindikasikan bahwa klien mengalami
cedera berulang dari waktu ke waktu.
• Penganiayaan psikologis: kurang tidur atau tidur yang berlebihan,
kenaikan atau penurunan BB, isolasi sosial, keingungan, menangis,
ketakutan berlebihan, & agitasi.
• Pengabaian/penelantaran: kontraktur, decubitus, dehidrasi,
malnutrisi, higiene buruk, iritasi kulit karena urine, & jatuh berulang.
Perlu dikaji adanya proses penyakit yg mengarah pada indikator
pengabaian. 33
C. Pemeriksaan Laboratorium
• Pemeriksaan laboratorium dan foto perlu dilakukan untuk
memastikan setiap adanya kecurigaan adanya salah perlakuan pada
wawancara dan pemeriksaan fisik korban.
• Adanya dehidrasi dan malnutrisi dapat ditentukan dari pemeriksaan
laboratorium seperti pemeriksaan darah lengkap, hemoglobin,
nitrogen, urea darah, kreatinin, kadar protein total dan albumin,
sedangkan pemeriksaan foto untuk menentukan adanya fraktur yang
lama dan baru terjadi.
34
2. Diagnosis Keperawatan
1. Keputusasaan
2. Ketidakberdayaan
3. Defisit nutrisi
4. Defisit perawatan diri
5. Gangguan pola tidur
6. Isolasi sosial
35
2. Rencana Keperawatan (SLKI)
3. Implementasi Keperawatan (SIKI)
36
Diagnosis Perencanaan Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil A. Dukungan Emosional (L.09068)
Observasi:
Keputusasaan Tujuan : setelah dilakukan tindakan
• Identifikasi fungsi marah, frustasi, dan amuk bagi pasien
keperawatan 3x24 jam diharapkan
• Identifikasi hal yang telah memicu emosi
ekspektasi/harapan meningkat
Terapeutik:
D.0088 Kriteria Hasil: • Fasilitasi mengungkapkan perasaan cemas, marah, atau sedih
Definisi: 1. Keterlibatan dalam perawatan diri • Buat pernyataan suportif atau empati selama fase berduka
Kondisi individu yang meningkat • Lakukan sentuhan untuk memberikan dukungan (mis. merangkul,
memandang adanya menepuk-nepuk)
2. Verbalisasi keputusasaan menurun • Tetap bersama pasien dan pastikan keamanan selama ansietas,
keterbatasan atau
tidak tersedianaya jika perlu
3. Perilaku pasif menurun • Kurangi tuntutan berfikir saat sakit atau lelah
alternative pemecahan
pada masalah yang Edukasi:
dihadapi. • Jelaskan konsekuensi tidak menghadapi rasa bersalah atau malu
• Anjurkan mengungkapkan perasaan yang dialami (mis. ansietas,
marah, sedih)
• Anjurkan mengungkapkan pengalaman emosional sebelumnya
dan pola respon yang biasa digunakan
• Ajarkan penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
Kolaborasi:
• Rujuk untuk konseling, jika perlu
37
Intervensi Keperawatan
39
40