PENDAHULUAN
Cedera kepala merupakan penyebab kematian tertinggi untuk usia <45 tahun sebanyak 70%
disebabkan karena kecelakaan lalu lintas. Sekitar 40% penderita cedera multiple akan mengalami
cedera susunan syaraf pusat, kelompok ini akan mengalami angka kematian 2 kali lebih tinggi
(35%:17%) dibandingkan dengan kelompok tanpa cedera SSP.
KULIT KEPALA
Secara anatomi, kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang dibebat dengan SCALP, yaitu:
1. Skin atau kulit
2. Connective tissue atau jaringan penyambung
3. Aponeurosis atau galea aponeurotica atau jaringan ikat berhubungan langsung dengan
tengkorak
4. Loose areolar tissye atau jaringan penunjang longgar atau merupakan tempat terjadinya
perdarahan subgaleal (hematom subgaleal)
5. Pericranium.
SCALP memiliki vaskularisasi kepala sangat baik sehingga jika terjadi luka sedikit saja akan
menimbulkan banyak mengeluarkan darah. Anatomi kepala dapat dilihat pada gambar 1 berikut:
TULANG KEPALA
Tulang kepala terdrii dari Kalvarium dan basis kranii
Basis kranii berbentuk tidak rata dan tidak teratur sehingga bila terjadi cedera kepala dapat
menyebabkan kerusakan pada bagian dasar tengkorak.
a. b. c.
Gambar 1. Hasil Ct Scan Kepala untuk Perdarahan pada Trauma Kepala.
a. Perdarahan epidural, b. Perdarahan Subdural, c. Perdarahan intra cerebral
KELAINAN DIFUS
1. Commotio cerebri
2. Diffuse Axonal Injury (DAI)
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Dalam penentuan kondisi ceedera kepala, perlu adanya pemeriksaan neurologis, paling tidak ada
2 pemeriksaan umum, yaitu:
1. GCS untuk menilai derajat cedera kepala
2. Tanda lateralisasi, yaitu kondisi pupil dan fungsi motoric.
Lakukan pemeriksaan pada pupil, yaitu:
a. Cek ukuran
b. Reflex cahaya
c. Simetrisitas
Tabel 1. GCS
D C
Gambar 2. Tanda Laterasisasi (A, B, C) dan D tanda GCS motorik
Gambar 3. Pemeriksaan Laterasi