Anda di halaman 1dari 7

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA

MENGALAMI KETERBATASAN BICARA PASCA STROKE

Di

Oleh:

JASMIRUL AKBAR

16172065P

Program Studi Ilmu Keperawatan ( PSIK )


Fakultas Kedokteran
Universitas Abulyatama
2017
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan

makalah yang berjudul “ Komunikasi terapeutik pada lansia yang mengalami keterbatasan bicara pasca

stroke” Dapat Diselesaikan.

Shalawat beriring salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah Saw, keluarga, para sahabat dan orang-orang

yang istiqamah di jalan-Nya hingga akhir hayat.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang keperawatan, yang kami sajikan

berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini disusun oleh kelompok dengan berbagai

rintangan. Baik itu yang datang dari individual maupun yang datang dari luar. Namun penuh kesabaran dan

terutama pertolongan dari tuhan akhirnya makalah ini dapat diselesaikan.

Team kelompok juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing yang telah membimbing kami

agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini

memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami mohon untuk saran dan kritikannya supaya kedepannya akan lebih

baik dari sebelumnya.

Banda Aceh, Januari 2017

Penulis
1. PENGERTIAN STROKE

A. DEFINISI
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak.
(Brunner & Sudarth, 2002)

Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak. (Elizabeth J. Corwin, 2002)

Stroke adalah "serangan otak" tiba-tiba yang terjadi ketika sebuah blok bekuan darah arteri (pembuluh darah
yang membawa darah dari jantung ke tubuh) atau pembuluh darah (sebuah tabung melalui darah yang
bergerak ke seluruh tubuh) istirahat, aliran darah menyela ke area otak. Ketika salah satu dari hal-hal ini
terjadi, sel-sel otak mulai mati dan kerusakan otak terjadi. (National Stroke Association, 2009)

B. ETIOLOGI
1. Trombosis
Bekuan darah dalam pembuluh darah otak atau leher: Arteriosklerosis serebral.

2. Embolisme serebral
Bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain: endokarditis, penyakit
jantung reumatik, infeksi polmonal.

3. Iskemia
Penurunan aliran darah ke area otak: Kontriksi ateroma pada arteri.

4. Hemoragi Serebral
Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan kedalam jaringan otak atau ruang sekitar otak.

C. FAKTOR RESIKO PADA STROKE


1. Tidak dapat dirubah (Non Reversible)
 Jenis kelamin : Pria lebih sering ditemukan menderita stroke dibanding wanita.
 Usia : Makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke.
 Keturunan : Adanya riwayat keluarga yang terkena stroke.
2. Dapat dirubah (Reversible)
 Hipertensi
 Penyakit jantung
 Kolesterol Tinggi
 Obesitas
 Diabetes Mellitus
 Polistemia
 Stress Emosional
3. Kebiasaan Hidup
 Merokok,
 Peminum Alkohol,
 Obat-obatan terlarang.
 Aktivitas yang tidak sehat: Kurang olahraga, makanan berkolesterol.

D. SPESIFIK DEFISIT SETELAH STROKE


1. Hemiparesis dan hemiplegia: Kelemahan dan paralisis satu sisi tubuh terjadi karena kerusakan area
mata pada kortek atau pada saluran serat piramidal.
2. Apraksia adalah suatu kondisi dimana klien dapat menggerakan bagian yang terkena tetapi tidak dapat
digunakan untuk pergerakan dengan tujuan spesipik (berjalan, bicara, pembersihan)
3. Apasia adalah kerusakan dalam menggunakan dan interpretasi simbol bahasa. Apasia mungkin
meliputi beberapa atau semua aspek dari penggunaan bahasa seperti berbicara, membaca, menulis,
dan mengerti pembicaraan.
4. Disatria adalah kesulitan dalam bentuk kata. Klien mengerti bahasa tetapi kesulitan mengucapkan kata
dan menyambungkannya
5. Disfagia adalah kesulitan dalam menelan
6. Perubahan penglihatan, berfikir abstrak
STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI (SP) I

1. Kondisi klien
Tn. A, umur 68 tahun, terkena stroke non haemoragik. Tn. A mengalami kelumpuhan bagian kanan dan
mengalami keterbatasan bicara. Klien bicara terbata-bata dan tidak jelas. Pada saat klien ingin meminta
sesuatu keluarga sulit memahami keinginan klien.

2. Analisa Data
a) Data Subyektif: -
b) Data Obyektif:
 Lumpuh bagian kanan
 Bicara terbata-bata dan tidak jelas
 Keluarga sulit memahami keinginan klien

3. Diagnosa keperawatan
“ Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan pada jaringan otak “

4. Tujuan
a) Tujuan umum:
Klien dapat berkomunikasi dengan baik
b) Tujuan khusus:
1. Klien dapat mengungkapkan perasaan
2. Pembicaraan klien dapat dipahami oleh orang lain

5. Tindakan keperawatan :
Lakukan komunikasi dengan wajar, bahasa jelas dan sederhana
Dengarkan dengan seksama jika klien mulai bicara
Latih klien bicara secara optimal
Libatkan keluarga dalam komunikasi verbal dan nonverbal pada klien
Gunakan alternatif komunikasi
Kolaborasi dengan ahli terapi wicara

6. Strategi komunikasi
Orientasi
“Assalamua’laikum Bapak W, perkenalkan saya Akbar, perawat yang akan merawat bapak hingga jam 8
malam nanti’’.
“Bagaimana kabar bapak hari ini, baik ?”
“Saya akan bertanya pada Bapak, jawab dengan mengangguk kalau bapak ingin menjawab “ya” dan
menggeleng untuk jawaban “tidak”. Setuju yaa pak….”
“Bapak, bersedia kalau kita berbincang-bincang 15 menit di sini?”
“ Kita akan berbincang-bincang mengenai bagaimana melatih cara berbicara bapak sehingga Perawat ataupun
orang lain, dan juga keluarga dapat mengerti dengan keinginan bapak atau hal yang sedang bapak rasakan
dengan keadaan bapak sekarang, Bapak mau?”

Fase kerja
“Bapak kan terkena stroke, salah satu akibatnya bapak mengalami kesulitan untuk bicara, saya melihat bapak
tampak gusar karena orang lain tidak mengerti apa yang bapak maksudkan, sekarang saya akan beritahu bapak
cara-cara agar apa yang bapak maksudkan dimengerti orang lain”. “Apa bapak mau….?”
“Bapak, hari ini kita akan belajar untuk pembicaraan sederhana, sekarang coba bapak ikuti apa yang saya
ucapkan“
“aaa...iii...uuu...eee...ooo”
(Perawat memberi contoh terlebih dahulu dengan artikulasi yang jelas, lalu pasien diminta untuk mengulangi
apa yang di contohkan perawat)
“Coba saat bapak menyebutkan huruf ‘aaa’, mulut bapak di buka selebar bapak mampu”
“Coba saat bapak menyebutkan huruf ‘iii’, gigi atas dan bawah bapak dikatupkan, seperti orang yang mau
memperlihatkan gigi-giginya”
“Coba saat bapak menyebutkan huruf ‘uuu’, mulut bapak dimonyongkan semampu bapak”
“Coba saat bapak menyebutkan huruf ‘eee’, mulut bapak di buka seperti orang tersenyum lalu disuarakan”
“Coba saat bapak menyebutkan huruf ‘ooo’, mulut bapak di bentuk seperti huruf ‘O’ semampu bapak”
(Bila untuk satu huruf vokal sudah mampu, tambahkan huruf konsonan, lanjutkan memberi contoh terlebih
dahulu)
“mi…mi…mi….”
“la…la…la…”
“ga…ga…ga…”

Terminasi
1) Evaluasi Respon Klien Terhadap Tindakan Keperawatan
a) Evaluasi Klien Subjektif
“Bapak, tadi kita telah belajar bicara, apakah bapak senang ?”
b) Evaluasi Perawat Subjektif
“ Sekarang coba bapak ulangi lagi kata-kata tadi…”
2) Tindak lanjut
“Bagus, saya dengar kata-kata yang bapak ucapkan semakin jelas, bapak latihan terus ya…”
3) Kontrak yang akan datang
“Besok kita akan bicarakan cara berkomunikasi secara tertulis, selain melanjutkan latihan bicara hari ini,
bapak setuju ?“
“ Baiklah, kalau begitu saya akan datang lagi besok pagi pukul 10 di sini “
“Sekarang saya pamit dulu, silakan istrahat kembali bapak….” Assalamua’laikum….
DAFTAR PUSTAKA

1. Corwin, Elizabeth J. (2012). Buku Saku: Patofisiologi. Jakarta: EGC.

2. Price and Wilson. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.

3. Smeltzer, Suzanne Connell & Bare, Brenda G. (2013). Brunner and Suddarth's Textbook of Medical-

Surgical Nursing. 10th Edition. Lippincott Williams & Wilkins.

4. http://www.stroke.org/site/PageServer?pagename=STROKE

Anda mungkin juga menyukai