Anda di halaman 1dari 12

PENDIDIKAN KESEHATAN PADA PASIEN

GANGGUAN INTEGUMEN ( LUKA BAKAR/COMBUSTIO)

Disusun Oleh :

Tingkat 1 Jalur B

Nama Mahasiswa : - Suster Bernadete

190204050

- Lyla Malinda Siringo Ringo

190204054

- Shientia Riska Ananda

190204057

PROGRAM STUDI NERS

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik Penyuluhan : Penanganan Gangguan Keperawatan intergumen


Pokok Bahasan : Luka Bakar
Sub Pokok Bahasan : Penanganan Luka Bakar
Sasaran : 15 Mahasiswa Akper
Tempat : Universitas Sari Mutiara
Waktu : 09.30 - 10.00 WITA
Hari, tanggal : 18 Desember 20
Pengorganisasian : 1. Pembawa Acara : Suster Bernadeth
2. Penyaji : Lyla
3. Fasilitator : Shientia

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan tentang konsep dan penanganan luka
bakar diharapkan pasien mampu memahami tentang luka bakar dan
penatalaksanaannya.

B. Tujuan Instruksional Khusus


Diharapkan setelah mendapatkan penyuluhan ini, pasien beserta
keluarga dapat memahami dan menjelaskan :
1. Pengertian Luka Bakar
2. Klasifikasi Luka Bakar
3. Penyebab Luka Bakar
4. Tanda dan gejala Luka Bakar
5. Komplikasi Luka Bakar
6. Penanganan Luka Bakar
C. Materi terlampir

1. Menjelaskan pengertian tentang luka bakar

2. Menyebutkan etiologi luka bakar


3. Menjelaskan fase luka bakar

4. Menjelaskan perubahan fisiologi luka bakar

5. Menjelaskan klasifikasi luka bakar

6. Menjelaskan luas luka bakar

7. Menjelaskan berat ringanya luka bakar

D. Metode pembelajaran

1. Ceramah

2. Diskusi

E. Media pembelajaran

1. Flipchart

F. Setting Tempat
Keterangn :

: Klien

: Mahasiswa

: Dosen Pembimbing

G. Kegiatan Inti
Klien dan
No Waktu Uraian Penyampai Materi
keluarga
1. 5 Menit Pembukaan
1. Salam 1. Menjawab salam 1. Menjawab
2. Memperkenalka 2. Memperkenalkan salam
n diri dan dosen nama dan dosen
pembimbing
kepada klien dan
keluarga
3. Menjelaskan 3. Menjelaskan 2. Menjawab
tujuan tentang materi pertanyaan
penyuluhan yang akan di yang
sampaikan, diajukan
menanyakan oleh
apakah klien penyampai
pernah materi
mendapatkan
penyuluhan
sebelumnya
2. 20 Menit 1. Menjelaskan Memberikan materi Memperhatikan
tentang defenisi penyuluhan dengan secara seksama
luka bakar menggunakan alat
2. Menjelaskan bantu seperti:
tentang etiologi clipchart
luka bakar
3. Menjelaskan
tentang fase luka
bakar

4. Menjelaskan
tentang
penatalaksanaan
luka bakar

3. 5 Menit Penutup
1. Menyimpulkan - Membuat - Klien
materi kesimpulan memperhati
penyuluhan tentang materi kan dengan
materi yang seksama
penyuluhan yang disampaikan
diberikan dengan
menggunakan
bahasa yang
mudah
dimengerti
2. Evaluasi - Meminta klien - Klien
dan keluarga menjawab
untuk menjawab pertanyaan
pertanyaan yang yang
diberikan oleh diberikan
penyaji oleh penyaji
3. Salam - Menutup - Menjwab
pertemuan dan salam
mengucapkan
salam

H. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a. Kesiapan peserta penyuluhan (15orang)
b. Kesiapan tempat pelaksanaan
c. Kesiapan tim penyaji
d. Kesiapan materi penyaji
e. Kesiapan media (Leaflet dan Poster)
2. Evaluasi Proses
a. Penyaji menyampaikan materi dengan lancar
b. Pasien dan keluarga mendengarkan dengan fokus
c. Pasien dan keluarga aktif dalam melakukan tanya jawab (minimal ½
dari yang ada diruangan)
3. Evaluasi Hasil
Pasien dan Keluarga dapat menjawab pertanyaan penyuluh dengan
baik. Pertanyaan yang diberikan meliputi :
a. Apa yang dimaksud Luka Bakar ?
b. Apa saja klasifikasi Luka Bakar ?
c. Apa saja penyebab terjadinya Luka Bakar ?
d. Apa saja tanda dan gejala Luka Bakar ?
e. Apa saja komplikasi dari penyakit Luka Bakar ?
f. Apa yang dapat dilakukan untuk menangani penyakit Luka Bakar ?

MATERI PENYULUHAN
1 Definisi
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu
tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi (Mansjoer, A.
Dkk, 2000).

Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus
listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang
lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).

Luka Bakar adalah cedera pada jaringan tubuh akibat panas, bahan
kimia maupun arus listrik (medicastore.com/penyakit/987/Luka_Bakar.html).

2 Etiologi
1. Luka bakar suhu tinggi (Thermal burn)
Misalnya: api, air panas

2. Luka bakar bahan kimia (Chemical burn)


3. Luka bakar sengatan listrik (Electrical burn)
4. Luka bakar radiasi (Radiasi injury)
(Sjamsuhidajat & Wim de jong, 2004)

3. Fase Luka Bakar


A. Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal
penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas),
breathing (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan
jalan nafas tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah
terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat
cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah
penyebab kematian utama penderita pada fase akut.

Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan


elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik.

B. Fase sub akut


Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas.
Luka yang terjadi menyebabkan:

1. Proses inflamasi dan infeksi.


2. Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau
tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ–organ
fungsional.
3. Keadaan hipermetabolisme.

C. Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut
akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang
muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik,
keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur (Sjamsuhidajat &
Wim de jong, 2004).

4. Klasifikasi Luka Bakar

A. Kedalaman luka bakar


Kedalaman Penyebab Penampilan Warna Perasaan

Ketebalan  Jilatan api  Kering tidak ada Bertambah Nyeri


partial  sinar ultra violet gelembung. merah.
superfisial (terbakar oleh  Oedem minimal atau
matahari). tidak ada.
(tingkat I)  Pucat bila ditekan
dengan ujung jari, berisi
kembali bila tekanan
dilepas.

Lebih dalam  Kontak dengan  Blister besar dan lembab Berbintik- Sangat nyeri
dari ketebalan bahan cair atau yang ukurannya bintik yang
partial bahan padat. bertambah besar.
kurang jelas,
 Jilatan api  Pucat bila ditekan
(tingkat II) kepada pakaian. dengan ujung jari, bila putih, coklat,
 Jilatan langsung tekanan dilepas berisi pink, daerah
Superfisial
kimiawi. kembali.
Dalam merah coklat.
 Sinar ultra
violet.

Ketebalan  Kontak dengan  Kering disertai kulit Putih, kering, Tidak sakit,
sepenuhnya bahan cair atau mengelupas. hitam, coklat sedikit sakit.
padat.  Pembuluh darah seperti
(tingkat III) tua.
 Nyala api. arang terlihat dibawah Rambut
 Kimia. kulit yang mengelupas.
Hitam. mudah lepas
 Kontak dengan  Gelembung jarang,
arus listrik. dindingnya sangat tipis, bila dicabut.
Merah.
tidak membesar.
 Tidak pucat bila
ditekan.

(Mansjoer, A. Dkk, 2000).

B. Luas luka bakar


Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal
dengan nama rule of nine atau rule of wallace yaitu:

1) Kepala dan leher : 9%


2) Lengan masing-masing 9% : 18%

3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%

4) Tungkai masing-masing 18% : 36%

5) Genetalia/perineum : 1%

(Schwartz & Seymour, 2000).

C. Berat ringannya luka bakar


Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa
faktor antara lain :

1) Persentasi area (luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh


2) Kedalaman luka bakar
3) Anatomi lokasi luka bakar
4) Umur
5) Trauma yang menyertai atau bersamaan

American college of surgeon membagi dalam:

A. Parah–critical:
 Tingkat II : 30% atau lebih.
 Tingkat III : 10% atau lebih.
 Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.
 Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fraktur, soft tissue
yang luas.
B. Sedang–moderate:
 Tingkat II : 10– 30% pada dewasa
 Tingkat II : 10– 30% pada anak-anak
 Tingkat III : 1 – 10%
C. Ringan – minor:
 Tingkat II : < 15% pada dewasa
 Tingkat II : < 10% pada anak-anak
 Tingkat III : < 2%
(Mancini, M, 1994).

4. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lesi sesegera mungkin,
pencegahan infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada
kulit yang vital dan elemen di dalamnya dan pembatasan pembentukan jaringan
parut (Mansjoer, A. Dkk, 2000).

Pada saat kejadian, hal pertama yang harus dilakukan adalah


menjauhkan korban dari sumber trauma, padamkan api dan siram kulit yang
panas dengan air mengalir. Tindakan selanjutnya adalah:

Lakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan nafas, pernafasan dan


sirkulasi, yaitu:

 Periksa jalan nafas


 Bila dijumpai obstruksi jalan nafas, buka jalan nafas dengan pembersihan
jalan nafas (suction, dsb), bila perlu lakukan trakeostomi atau intubasi
 Berikan oksigen
 Pasang IV line untuk resusitasi cairan
 Pasang kateter buli-buli untuk pemantauan diuresis
 Pasang pipa lambung untuk mengosongkan lambung selama ada ileus
paralitik
 Pasang pemantau CVP

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. (2001). Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8
volume 3. Jakarta: EGC

Defa, A. (2009) http://findtoyou.com/ebook/askep+lukabakar.html 13 Oktober


2009
Doenges, M. (1999). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC

Http://Medicastore.Com/Penyakit/987/Luka_Bakar.Html (13 Oktober 2009)

Mancini, M. (1994). Pedoman praktis prosedur keperawatan darurat. Jakarta:


EGC
Mansjoer, A. dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilid 2. Jakarta:
Media Aeskulapius FKUI
Nursalam. (2001). Proses dan dokumentasi keperawatan: Konsep dan praktek.
Jakarta: Salemba Medika
Schwartz & Seymour. (2000). Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah edisi 6. Jakarta:
EGC
Sjamsuhidajat & Wim de jong. (2004). Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai