Anda di halaman 1dari 6

Nama : Dhea Gian Elina

NIM : 19230010

1. Penyakit Tuberculosis (TBC)


a. Tahap Prepatogenesis
Pada tahap ini individu berada dalam keadaannormal/ sehat tetapi mereka
pada dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen
penyakit (stage of susceptibility). Walaupun demikian pada tahap ini sebenarnya
telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit. Tetapi interaksi ini
masih terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit masih ada di luar tubuh
penjamu di mana para kuman mengembangkan potensi infektifitas, siap
menyerang penjamu.
b. Tahap Patogenesis
 Tahap inkubasi
Tahap inkubasi merupakan tenggang diwaktu antara masuknya bibit
penyakit ke dalam tubuh yang peka terhadap penyebab penyakit, sampai
timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi ini bervariasi antara satu penyakit
dengan penyakit lainnya. Dan pengetahuan tentang lamanya masa inkubasi
ini sangat penting, tidak sekadar sebagai pengetahuan riwayat penyakit,
tetapi berguna untuk informasi diagnosis. Setiap penyakit mempunyai masa
inkubasi tersendiri, dan pengetahuan masa inkubasi dapat dipakai untuk
identifikasi jenis penyakitnya. Masa inkubasi dari penyakit TBC yaitu mulai
terinfeksi samapi menjadi sakit diperkirakan 4-12 minggu

 Tahap penyakit dini


Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang kelihatannya
ringan. Tahap ini sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena sudah ada
gangguan patologis, walaupun penyakit masih dalam masa subklinis. Pada
tahap ini, diharapkan diagnosis dapat ditegakkan secara dini . Gejalanya
seperti :
 Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam
seperti influenza dan bersifat hilang timbul.

 Penurunan nafsu makan dan berat badan

 Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah)

 Perasaan tidak enak (malaise), lemah

 Tahap penyakit lanjut


Pada tahap ini penyakit bertambah jelas dan mungkin bertambah berat
dengan segala kelainan klinik yang jelas, sehingga diagnosis sudah relatif
mudah ditegakkan. Saatnya pula, setelah diagnosis ditegakkan, diperlukan
pengobatan yang tepat untuk menghindari akibat lanjut yang kurang baik
dengan gejala :
 Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”,
suara nafas melemah yang disertai sesak.
 Ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi
gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk
saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar
cairan nanah
 Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah
demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang
 Tahap penyakit akhir
Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima pilihan keadaan,
yaitu:
 Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi
pulih, sehat kembali
 Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah
tidak ada, tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas
gangguan yang permanen berupa cacat

 Karier, di mana tubuh penderita pulih kembali, namun penyakit masih


tetap ada dalam tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit

 Penyakit tetap berlangsung secara kronik

 Berakhir dengan kematian

c. Tahap Pascapatogenesis
Tahap pasca patogenesis/ tahap akhir yaitu berakhirnya perjalanan penyakit
TBC yang diderita oleh sesorang dimana seseorang berada dalam pilihan
keadaan, yaitu sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, karier, penyakit
berlangsung secara kronik, atau berakhir dengan kematian setelah melalui
berbagai macam tahap pencegahan dan pengobatan yang rutin

2. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)


a. Tahap Pre-Patogenesis
Host terpapar virus dengue tetapi kondisi host masih normal atau sehat
b. Tahap Patogenesis

 Tahap Inkubasi : Penyakit DBD masa inkubasi awal dari ke1-4

 Tahap Penyakit Dini : Demam yang akut, selama 2 hingga 7 hari, dengan 2
atau lebih gejala diantaranya seperti berikut : nyeri kepala, nyeri otot, nyeri
persendian. Di mana gejala panas penderita di hari ke 1- 4 rata-rata
menunjukkan peningkatan (cenderung panas) dimana suhu badan mencapai
39 0C – 41 0C, dan hari ke 5-7 rata-rata panas cenderung menurun

 Tahap Penyakit Lanjut : Bintik-bintik pada kulit sebagai manifestasi


perdarahan dan leucopenia, dan terjadi pembesaran hati (Hepatomegali)
c. Tahap Pasca Patogenesis

Meninggal bagi yang tidak segera ditangani, dan sembuh bagi yang
mendapatkan penanganan yang tepat

3. Penyakit Difteri

a. Tahap Pre Patogenesis


Difteri disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphtheriae, suatu bakteri
gram positif yang berbentuk polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk
spora. Gejala utama dari penyakit difteri yaitu adanya bentukan pseudomembran
yang merupakan hasil kerja dari kuman ini. Pseudomembran sendiri merupakan
lapisan tipis berwarna putih keabu abuan yang timbul terutama di daerah
mukosa hidung, mulut sampai tenggorokan.
Disamping menghasilkan pseudomembran, kuman ini juga menghasilkan
sebuah racun yang disebut eksotoxin yang sangat berbahaya karena menyerang
otot jantung, ginjal dan jaringan syaraf. Timbulnya lesi yang khas disebabkan
oleh cytotoxin spesifik yang dilepas oleh bakteri. Lesi nampak sebagai suatu
membran asimetrik keabu-abuan yang dikelilingi dengan daerah inflamasi.
Sumber penularan penyakit difteri ini adalah manusia, baik sebagai penderita
maupun sebagai carier. Cara penularannya yaitu melalui kontak dengan
penderita pada masa inkubasi atau kontak dengan carier. Caranya melalui
pernafasan ataudroplet infection dan difteri kulit yang mencemari tanah
sekitarnya.

b. Tahap Patogenesis

 Tahap Inkubasi : Tahap inkubasi merupakan tenggang waktu antara


masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh manusia yang peka terhadap
penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi
penyakit difteri ini 2 – 5 hari, masa penularan penderita 2-4 minggu sejak
masa inkubasi, sedangkan masa penularan carier bisa sampai 6 bulan.

 Tahap Dini : Gejala penyakit difteri ini adalah panas lebih dari 38 °C , ada
psedomembrane bisa di pharynx, larynx atau tonsil, sakit waktu menelan dan
leher membengkak seperti leher sapi (bullneck), disebabkan karena
pembengkakan kelenjar leher

 Tahap Lanjut : Biasanya bakteri berkembangbiak pada atau di sekitar


permukaan selaput lendir mulut atau tenggorokan dan menyebabkan
peradangan. Bila bakteri sampai ke hidung, hidung akan meler. Peradangan
bisa menyebar dari tenggorokan ke pita suara (laring) dan menyebabkan
pembengkakan sehingga saluran udara menyempit dan terjadi gangguan
pernafasan. Bakteri ini ditularkan melalui percikan ludah dari batuk
penderita atau benda maupun makanan yang telah terkontaminasi oleh
bakteri. Ketika telah masuk dalam tubuh, bakteri melepaskan toksin atau
racun. Toksin ini akan menyebar melalui darah dan bisa menyebabkan
kerusakan jaringan di seluruh tubuh, terutama jantung dan saraf. Toksin
biasanya menyerang saraf tertentu, misalnya saraf di tenggorokan. Penderita
mengalami kesulitan menelan pada minggu pertama kontaminasi toksin.
Antara minggu ketiga sampai minggu keenam, bisa terjadi peradangan pada
saraf lengan dan tungkai, sehingga terjadi kelemahan pada lengan dan
tungkai. Kerusakan pada otot jantung (miokarditis) bisa terjadi kapan saja
selama minggu pertama sampai minggu keenam, bersifat ringan, tampak
sebagai kelainan ringan pada EKG. Namun, kerusakan bisa sangat berat,
bahkan menyebabkan gagal jantung dan kematian mendadak. Pemulihan
jantung dan saraf berlangsung secara perlahan selama berminggu-minggu.
Pada penderita dengan tingkat kebersihan buruk, tak jarang difteri juga
menyerang kulit.
c. Tahap Pasca Patogenesis

Keadaan bisa makin buruk bila pasien dengan usia yang lebih muda,
perjalanan penyakit yang lama, gizi kurang dan pemberian anti toksin yang
terlambat. Pengobatan khusus penyakit difteri bertujuan untuk menetralisir
toksin dan membunuh basil dengan antibiotika (penicilin procain, Eritromisin,
Ertromysin, Amoksisilin, Rifampicin, Klindamisin, tetrasiklin).

Anda mungkin juga menyukai