Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK I

FOTOTERAPI

Disusun Oleh:

Dedi Wahyudi

0111498

AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO

UNGARAN

2013

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Keperawatan

Anak dengan judul ”ASUHAN KEPERAWATAN FOTOTERAPI” ini. Penyusunan

makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah serta menambah

pengetahuan. Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah membatu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para

pembimbing dan pembaca pada umumnya.

Ungaran, Februari 2013

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i

KATA PENGANTAR........................................................................................ ii

DAFTAR ISI...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1

A. Latar Belakang....................................................................................... 1

B. Tujuan ................................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN TEORI.............................................................................. 2

A. DEFINISI............................................................................................... 2

B. JENIS FOTOTERAPI............................................................................ 2

C. MANFAAT KLINIK FOTOTERAPI.................................................... 2

D. CARA KERJA....................................................................................... 7

E. KRITERIA ALAT.................................................................................. 8

F. CARA MELAKUKAN.......................................................................... 8

G. PROSEDUR PEMBERIAN FOTOTERAPI......................................... 9

H. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN SELAMA PERAWA-

TAN BAYI DENGAN INKUBATOR................................................... 10

I. KOMPLIKASI YANG MUNGKIN TERJADI..................................... 12

J. EFEK SAMPING FOTOTERAPI......................................................... 13

BAB III PENUTUP........................................................................................... 15

A.KESIMPULAN....................................................................................... 15

B. SARAN.................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar

bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah penyebab kekuningan dan hemolisis dapat

menyebabkan anemia.

Fototerapi unit yaitu merupakan alat kesehatan yang memberikan

pancaran cahaya dengan spektrum tertentu dengan fungsi menurunkan kadar

bilirubin dalam darah bayi baru lahir yang menderita hyperbilirubin. Pemberian

terapi mempunyai efek yang akan menimbulkan kerusakan retina, dapat

meningkatkan kehilangan air tidak terasa (insensible water losess) dan dapat

mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan bayi (bila masuk ke otak). Agar

alat fototerapi unit dapat menjalankan fungsinya dengan baik, maka ada beberapa

hal yang mungkin perlu diperhatikan antara lain menganalisa performa alat

fototerapi unit diantaranya menganalisa secara kuantitatif yaitu perhitungan

reliability, failure rate dan Probability Density Function (pdf) serta dilakukan

pengukuran nilai radiasi yang dipancarkan oleh fototerapi unit. Perhitungan

reliability secara kuantitatif yang berguna untuk mengevaluasi keandalan alat

sedangkan pengukuran nilai radiasi berguna untuk mengetahui nilai radiasi yang

dipancarkan oleh fototerapi unit.

1
Secara umum fototherapi harus diberikan pada kadar bilirubin indirek 4

-5 mg/dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus

di fototherapi dengan konsentrasi bilirubun 5 mg/dl. Beberapa ilmuan

mengarahkan untuk memberikan fototherapi propilaksis pada 24 jam pertama

pada bayi resiko tinggi dan berat badan lahir rendah.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum penulisan makalah ini :

Mahasiswa dapat menjelaskan tentang fototerapi dan dapat melaksanakan

tindakan fototerapi pada anak.

2. Tujuan Khusus penulisan makalah ini :

a. Mampu menjelaskan kembali tentang pengertian fototherapi

b. Mampu menjelaskan jenis-jenis fototerapi

c. Mampu menjelaskan manfaat klinik fototerapi

d. Mampu menjelaskan cara kerja dari fototerapi

e. Mampu menjelaskan prosedur pemberian fototerapi

f. Hal-hal yang harus diperhatikan selama perawatan bayi dengan inkubator

g. Mampu menjelaskan komplikasi yang mungkin terjadi pada proses

fototerapi

h. Mampu menjelaskan efek samping dari fototerapi

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI

Fototerapi merupakan tindakan dengan memberikan terapi melalui sinar

yang menggunakan lampu. Lampu yang digunakan sebaiknya tidak lebih dari

500 jam untuk menghindari turunnya energi yang dihasilkan oleh lampu.

(Hidayat, 2005)

Fototerapi adalah terapi sinar menggunakan energi tinggi yang dapat

menembus jaringan dalam rangka membunuh sel neoplasma.

(Wong, 2008)

B. JENIS FOTOTERAPI

Ada dua jenis fototerapi - UVA dan UVB.

1. UVA fototerapi biasanya diberikan dalam hubungannya dengan tablet

kepekaan cahaya yang disebut psoralen (PUVA terapi). Kadang-kadang

kepekaan cahaya krim atau lotion yang mengandung psoralen dapat

digunakan di daerah kulit lokal, misalnya kaki (PUVA topikal). UVA adalah

bagian dari spektrum UV dikaitkan dengan pigmentasi.


2. UVB fototerapi memanfaatkan bagian sunburning dari spektrum UV.

"Narrowband" menggunakan sinar UVB dari satu panjang gelombang saja.


C. MANFAAT KLINIK FOTOTERAPI

Pada bayi cukup bulan dan lewat bulan, fototerapi secara khas

digunakan menurut petunjuk yang diterbitkan oleh The American Academy of

Pediatrics di tahun 2004. Pertimbangan petunjuk ini tidak hanya melihat tingkat

3
total bilirubin serum tetapi juga umur kelahiran bayi, umur bayi pada jam-jam

sejak kelahiran, dan ada atau tidaknya faktor risiko, seperti penyakit hemolytic

isoimmun, kekurangan enzim glucose-6-phosphate dehydrogenase, asfiksia,

letargi, ketidakstabilan temperatur, sepsis, asidosis, dan hipoalbuminemia. Pada

bayi prematur, fototerapi digunakan pada tingkatan yang lebih rendah dari total

bilirubin serum, dan dalam beberapa unit digunakan sebagai profilaksis pada

semua bayi dengan berat kelahiran lebih rendah dari 1000grm.

Kemanjuran fototerapi tergantung pada pemancaran (keluaran energi)

sumber cahaya. Pemancaran diukur dengan radiometer atau spektroradiometer

dalam unit watt per centimeter persegi atau dalam μW per centimeter persegi per

nanometer di atas panjang gelombang yang ditentukan. Ketika sinar diposisikan

20 cm di atas bayi, perlu diberikan suatu iradians spectral 8 sampai 10 µW per

cm persegi per nm dalam 430 – 490-nm. Sedangkan lampu fluoresen biru akan

mengirimkan 30 – 40 µW per centimeter peregi per nanometer. The American

Academy of Pediatrics menggambarkan fototerapi intensif sebagai iradians

spektral sedikitnya 30 µW per centimeter persegi per nanometer dari luas bidang

yang sama yang dikirimkan ke area permukaan tubuh bayi. Hal ini dicapai

dengan penggunaan sumber cahaya yang ditempatkan di atas dan di bawah bayi.

Ada suatu hubungan langsung antara penggunaan pemancaran dan tingkat di

mana level total bilirubin serum merosot. Petunjuk merekomendasikan standar

fototerapi untuk level total bilirubin serum itu adalah 2 sampai 3 mg per desiliter

( 34 - 51 µmol per liter) lebih rendah dari cakupan fototerapi intensif yang

direkomendasikan.

4
Dosis dan kemanjuran fototerapi dipengaruhi oleh jenis sumber cahaya.

Unit fototerapi yang biasa digunakan berisi tabung fluoresen sinar terang, putih,

atau biru. Bagaimanapun, saat kadar total bilirubin serum mencapai target

dimana fototerapi intensif direkomendasikan, sangat penting untuk

menggunakan lampu dengan emisi biru dengan pertimbangan skema di atas. The

American Academy of Pediatrics sekarang ini menganjurkan lampu fluoresensi

biru spesial atau lampu light-emitting diode (LED) yang telah diketahui lebih

efektif untuk fototerapi pada studi klinis. Lampu halogen dengan penyaring,

digabungkan dengan lampu light-emitting diode (LED), biasanya digunakan.

Dosis dan kemanjuran dari fototerapi biasanya dipengaruhi oleh jarak

antara lampu (semakin dekat sumber cahaya, semakin besar irradiasinya) dan

permukaan kulit yang terkena cahaya, karena itu dibutuhkan sumber cahaya di

bawah bayi pada fototerapi intensif. Walaupun uji coba telah menunjukkan

bahwa semakin luas permukaan kulit yang terkena, semakin berkurang pula

jumlah total bilirubin serum, walaupun bayi tetap memakai popok. Jika jumlah

total bilirubin serum tetap meningkat walaupun diterapi, popok harus dibuka

sampai bilirubin turun secara signifikan. Kertas alumunium atau kain berwarna

putih diletakkan pada mata bayi untuk memantulkan cahaya yang akan

mempengaruhi kemanjuran dari fototerapi. Karena cahayanya dapat

menyebabkan efek toksik pada retina yang immature, sehingga mata bayi harus

selalu dilindungi dengan penutup mata yang tidak tembus cahaya.

Keefektifan terapi tidak hanya tergantung pada kadar cahaya tetapi juga

tergantung pada tingkat keparahan hiperbilirubinemia. Selama proses hemolisis

5
yang aktif, jumlah total bilirubin serum tidak turun secara cepat seperti pada bayi

tanpa proses hemolisis. Fototerapi lebih efektif pada daerah yang memiliki kadar

bilirubin tinggi meskipun fototerapi juga pada bilirubin di kulit dan jaringan

subkutan superfisial. Pada bayi yang sama dengan jumlah total bilirubin serum

lebih dari 30 mg/dL (513 µmol/L), fototerapi yang intensif dapat menghasilkan

penurunan hingga 10 mg/dl (171 µmol/L) dalam beberapa jam.

Hemolisis kemungkinan besar penyebab dari hiperbilirubinemia pada

bayi yang dirawat dengan fototerapi selama di rumah sakit. Fototerapi pada bayi

yang dirawat selama di rumah sakit dianjurkan pada jumlah total bilirubin serum

yang rendah. Karena kedua alasan tersebut, jumlah total bilirubin serum

cenderung turun secara perlahan pada sebagian bayi. Walaupun tidak ada

ketetapan standar untuk menghentikan terapi, fototerapi dapat dihentikan secara

aman pada bayi yang dirawat di rumah sakit jika jumlah total bilirubin serum

turun dibawah jumlah ketika fototerapi dimulai. Pada sebagian pasien, fototerapi

yang intensif dapat menurunkan 30 hingga 40% pada 24 jam pertama, dengan

penurunan terjadi pada 4 – 6 jam pertama; fototerapi dapat dihentikan jika

jumlah total bilirubin serum turun hingga dibawah 13 sampai 14 mg/dL (222

sampai 239 µmol/L).

Tercapainya jumlah total bilirubin serum 1 sampai 2 mg/dL (17 sampai

34 µmol/L) dan adakalanya lebih dapat terjadi saat fototerapi dihentikan. Bayi

dengan peningkatan risiko kembali secara klinis adalah yang lahir dengan usia

kehamilan dibawah 37 minggu, dengan penyakit hemolitik, dan dengan

fototerapi pada waktu dirawat di rumah sakit. Pada bayi yang memerlukan

6
fototerapi selama dirawat di rumah sakit dan bayi yang memiliki penyakit

hemolitik, perlu dikaji jumlah bilirubin yang harus didapat dalam 24

jam.Fototerapi di rumah lebih cocok bagi bayi dengan jumlah total bilirubin

serum 2-3 mg/dL di bawah yang rekomendasi yang mesti difototerapi di rumah

sakit.Cahaya matahari dapat menurunkan jumlah bilirubin serum, tapi

praktiknya lebih sulit dan membutuhkan paparan yang aman pada bayi baru

lahir.

(Budhi, Nike Subekti. 2008)

D. CARA KERJA

1. Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk

yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin.

2. Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya, terjadi reaksi fotokimia yaitu

isomerisasi.

3. Terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama

lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu.

4. Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar

pada manusia.

5. Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonjugasi diubah oleh cahaya menjadi

dipyrole yang diekskresikan lewat urin. Foto isomer bilirubin lebih polar

dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksresikan melalui

empedu

7
6. Dari empedu kemudian diekskresi ke dalam deodenum untuk dibuang

bersama feses tanpa proses konjugasi oleh hati (Avery dan Taeusch, 1984).

7. Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin.

8. Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar

bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah penyebab kekuningan dan hemolisis

dapat menyebabkan Anemia.

E. KRITERIA ALAT

1. Menggunakan panjang gelombang 425-475 nm.

2. Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 mwatt/cm2 per nm.

3. Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi.

4. Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah, terdiri dari biru

(F20T12), cahaya biru khusus (F20T12/BB) atau daylight fluorescent tubes .

F. CARA MELAKUKAN

1. Buka pakaian bayi agar seluruh bagian tubuh bayi kena sinar.

2. Tutup kedua mata dan gonad dengan penutup yang memantulkan cahaya.

3. Jarak bayi dengan lampu kurang lebih 40 cm.

4. Posisi bayi sebaiknya diubah setiap 6 jam sekali.

5. Lakukan pengukuran suhu setiap 4-6 jam.

6. Periksa kadar bilirubin setiap 8 jam atau sekurang-kurangnya sekali dalam 24

jam.

8
7. Lakukan pemeriksaan HB secara berkala terutama pada penderita mengalami

hemolisis.

8. Lakukan observasi dan catat lamanya terapi sinar.

9. Berikan atau sediakan lampu masing-masing 20 watt sebanayak 8-10 buah

yang disusun secara paralel.

10. Berikan air susu ibu yang cukup. Pada saat memberikan ASI, bayi

dikeluarkan dari tempat terapi dan dipangku (posisi menyusui), penutup mata

dibuka, serta diobservasi ada tidaknya iritasi.

(Hidayat, 2005)

G. PROSEDUR PEMBERIAN FOTOTERAPI

1. Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan, bila perlu, sehingga

suhu di bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C.

2. Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan

baik.

3. Ganti tabung/lampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip

(flickering):

a. Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebut.

b. Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan,

walaupun tabung masih bisa berfungsi.

4. Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator, dan tempatkan tirai putih di

sekitar daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya

sebanyak mungkin kepada bayi

9
H. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PERAWATAN

BAYI DENGAN FOTOTERAPI

1. Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar.

a. Bila berat bayi 2 kg atau lebih, tempatkan bayi dalam keadaan telanjang

pada basinet. Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator.

b. Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrik.

2. Tutupi mata bayi dengan penutup mata, pastikan lubang hidung bayi tidak

ikut tertutup. Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip.

3. Balikkan bayi setiap 3 jam

4. Pastikan bayi diberi makan.

5. Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI, paling kurang setiap 3

jam.

6. Selama menyusui, pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup

mata

7. Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain

(contoh: pengganti ASI, air, air gula, dll) tidak ada gunanya.

8. Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah),

tingkatkan volume cairan atau ASI sebanyak 10% volume total per hari

selama bayi masih diterapi sinar .

9. Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT, jangan

pindahkan bayi dari sinar terapi sinar .

10
10. Perhatikan: selama menjalani terapi sinar, konsistensi tinja bayi bisa menjadi

lebih lembek dan berwarna kuning. Keadaan ini tidak membutuhkan terapi

khusus.

11. Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkan.

12. Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang

tidak bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar .

13. Bila bayi sedang menerima oksigen, matikan sinar terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru)

14. Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam. Bila

suhu bayi lebih dari 37,5 0C, sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara

pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 36,5 0C - 37,5

0C.

15. Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam, kecuali kasus-kasus khusus:

16. Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin < 10mg/dL

17. Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar,

persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit

tersier atau senter untuk transfusi tukar. Sertakan contoh darah ibu dan bayi.

18. Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa, hentikan terapi sinar setelah 3 hari.

19. Setelah terapi sinar dihentikan, observasi bayi selama 24 jam dan ulangi

pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan, atau perkirakan keparahan

ikterus menggunakan metode klinis.

20. Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk

memulai terapi sinar , ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan. Ulangi

11
langkah ini pada setiap penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari

hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai

untuk memulai terapi sinar.

21. Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi, bayi bisa makan dengan baik

dan tidak ada masalah lain selama perawatan, pulangkan bayi.

22. Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali

bayi bila bayi bertambah kuning.

I. KOMPLIKASI YANG MUNGKIN TERJADI

Kelainan yang mungkin terjadi pada neonatus yang mendapat terapi

sinar adalah:

1. Peningkatan kehilangan cairan yang tidak terukur (IWL). Energi cahaya

fototerapi dapat meningkatkan suhu lingkungan dan menyebabkan

peningkatan penguapan melalui kulit, terutama bayi prematur atau berat lahir

sangat rendah. Keadaan ini dapat diantisipasi dengan pemberian cairan

tambahan.

2. Frekuensi defekasi meningkat. Meningkatnya bilirubin indirect pada usus

akan meningkatkan pembentukan enzim lactase yag dapat meningkatkan

peristaltic usus. Pemberian susu dengan kadar laktosa rendah akan

mengurangi timbulnya diare.

3. Timbul kelainan kulit “flea bite rash” di daerah muka, badan dan ekstremitas,

kelainan ini akan segera hilang setelah terapi dihentikan. Dilaporkan pada

beberapa bayi terjadi “bronze baby syndrome”, yang terjadi karena tubuh

tidak mampu mengeluarkan dengan segera hasil terapi sinar. Perubahan

12
warna kulit ini bersifat sementara dan tidak mempengaruhi proses tumbuh

kembang bayi.

4. Peningkatan suhu. Beberapa neonates yang mendapat terapi sinar

menunjukkan kenaikan suhu tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan karena

suhu lingkungan yang meningkat atau gangguan pengaturan suhu tubuh bayi.

Pada bayi premature, fungsi thermostat yang belum matang. Pada keadaan ini

fototerapi dapat dilanjutkan dengan mematikan sebagian lampu yag

digunakan dan dilakukan pemantauan suhu tubuh neonatus dengan interval

waktu yang lebih singkat.

5. Kadang ditemukan kelainan seperti gangguan minum, letargi, dan iritabilitas.

Keadaan ini bersifat sementara dan akan hilang dengan sendirinya.

6. Gangguan pada mata dan pertumbuhan. Kelainan retina dan gangguan

pertumbuhan ditemukan pada binatang percobaan. Pada neonatus yang

mendapat terapi sinar, gangguan pada retina dan fungsi penglihatan lainnya

serta gangguan tumbuh kembang tidak dapat dibuktikan dan belum

ditemukan. Walaupun demikian diperlukan kewaspadaan perawat tentang

kemungkinan timbulnya keadaan tersebut.

(Surasmi, 2003)

J. EFEK SAMPING FOTOTERAPI

Laporan klinis tentang toksisitas yang signifikan pada fototerapi sangat

jarang. Pada bayi dengan cholestasis (hiperbilirubinemia direct), fototerapi dapat

mengurangi ‘bronze baby syndrome’, termasuk pada kulit, serum, dan urin yang

bertambah gelap, perubahan warna menjadi coklat keabu-abuan. Patogenesis

13
dari kondisi ini, hanya terdapat pada bayi dengan cholestasis tapi tidak

sepenuhnya diketahui. Purpura dan erupsi bullous jarang dilaporkan pada bayi

dengan ikterik cholestasis berat yang menerima fototerapi, yang terjadi

kemungkinan adalah hasil dari sensitisasi oleh akumulasi pophyrin.

Penelitian yang dilakukan mempecayakan bahwa fototerapi yang intensif

akan meningkatkan angka atypical melanocyt nevi yang diidentifikasi pada usia

sekolah. Walaupun penelitian lain tidak menunjukkan hubungan ini. Fototerapi

intensif tidak menyebabkan hemolisis. Studi-studi Swedia mengatakan bahwa

fototerapi dihubungkan dengan diabetes tipe 1 dan mungkin asma. Karena

birirubin adalah antioksidan yang kuat, penurunan angka total bilirubin serum,

terutama pada bayi dengan BBLR dapat menyebabkan konsekuensi-konsekuensi

yang tidak menyenangkan tapi tidak ada yang dapat diidentifikasi secara jelas.

Selain itu efek samping ringan yang harus di waspadai perawat meliputi: feses

encer kehijauan,ruam kulit transie, hipertermia,peningkatan kecepatan

metabolism seperti hipokalsemia, untuk itu suhu harus di pantau untuk

menditeksi hipotermia dan hipertermia. Karena fototerapi meningkatkan

ekskresi tidak berkonyugasi melalui usus , feses yang keluar menunjukan

peningkatan pengeluaran bilirubin.Sering defekasi menyebabkan iritasi perinatal

sehingga penting dilakukan asuhan kulit yang teliti terutama menjaga kulit

bersih dan kering.

( Doengoes, Marilynn E. 2001.)

14
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Fototerapi adalah terapi sinar menggunakan energi tinggi yang dapat


menembus jaringan dalam rangka membunuh sel neoplasma. Fototerapi
digunakan untuk menurunkan kadar bilirubin serum pada neonatus dengan
hiperbilirubinemia jinak hingga moderat. Fototerapi dapat menyebabkan
terjadinya isomerisasi bilirubin indirect yang mudah larut di dalam plasma dan
lebih mudah di ekskresi oleh hati ke dalam saluran empedu. Meningkatnya foto
bilirubin dalam empedu menyebabkan bertambahnya pengeluaran cairan
empedu ke dalam usus sehingga peristaltic usus meningkat dan bilirubin akan
lebih cepat meninggalkan usus.

B. Saran

Berdasarkan permasalahan tentang Fototerapi pada bayi, maka penulis


memberikan saran kiranya bermanfaat untuk penulis dan pihak terkait begitu
juga dengan pembaca.
1. Mahasiswa

Untuk mahasiswa keperawatan hendaknya menanbah referensi dan


sumber terbaru tentang Fototerapi, sehingga dapat memperkaya pengetahuan
dan mengaplikasikannya dalam prakek keperawatan,
2. Perawat

Sebagai perawat professional hendaknya melakukan tidakan


keperawatan secara komprohensif berdasarkan ilmu dan ketrampilan yang di
proleh selama pendidikan sebelumnya tanpa mengabaikan etika profesi
keperawatan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Budhi, Nike Subekti. 2008. Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir. EGC :

Jakarta

Hidayat, Azis Aalimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan. Edisi pertama. Salemba

Medika: Jakarta

Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol.1. Edisi 6. EGC:

Jakarta.

Surasmi, Asrining. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. EGC: Jakarta

Doengoes, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. EGC : Jakarta

16

Anda mungkin juga menyukai