FOTOTERAPI
Disusun Oleh:
Dedi Wahyudi
0111498
UNGARAN
2013
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah serta menambah
pengetahuan. Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................... 1
A. DEFINISI............................................................................................... 2
B. JENIS FOTOTERAPI............................................................................ 2
D. CARA KERJA....................................................................................... 7
E. KRITERIA ALAT.................................................................................. 8
F. CARA MELAKUKAN.......................................................................... 8
A.KESIMPULAN....................................................................................... 15
B. SARAN.................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah penyebab kekuningan dan hemolisis dapat
menyebabkan anemia.
bilirubin dalam darah bayi baru lahir yang menderita hyperbilirubin. Pemberian
meningkatkan kehilangan air tidak terasa (insensible water losess) dan dapat
alat fototerapi unit dapat menjalankan fungsinya dengan baik, maka ada beberapa
hal yang mungkin perlu diperhatikan antara lain menganalisa performa alat
reliability, failure rate dan Probability Density Function (pdf) serta dilakukan
sedangkan pengukuran nilai radiasi berguna untuk mengetahui nilai radiasi yang
1
Secara umum fototherapi harus diberikan pada kadar bilirubin indirek 4
-5 mg/dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus
B. Tujuan
fototerapi
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
yang menggunakan lampu. Lampu yang digunakan sebaiknya tidak lebih dari
500 jam untuk menghindari turunnya energi yang dihasilkan oleh lampu.
(Hidayat, 2005)
(Wong, 2008)
B. JENIS FOTOTERAPI
digunakan di daerah kulit lokal, misalnya kaki (PUVA topikal). UVA adalah
Pada bayi cukup bulan dan lewat bulan, fototerapi secara khas
Pediatrics di tahun 2004. Pertimbangan petunjuk ini tidak hanya melihat tingkat
3
total bilirubin serum tetapi juga umur kelahiran bayi, umur bayi pada jam-jam
sejak kelahiran, dan ada atau tidaknya faktor risiko, seperti penyakit hemolytic
bayi prematur, fototerapi digunakan pada tingkatan yang lebih rendah dari total
bilirubin serum, dan dalam beberapa unit digunakan sebagai profilaksis pada
dalam unit watt per centimeter persegi atau dalam μW per centimeter persegi per
cm persegi per nm dalam 430 – 490-nm. Sedangkan lampu fluoresen biru akan
spektral sedikitnya 30 µW per centimeter persegi per nanometer dari luas bidang
yang sama yang dikirimkan ke area permukaan tubuh bayi. Hal ini dicapai
dengan penggunaan sumber cahaya yang ditempatkan di atas dan di bawah bayi.
fototerapi untuk level total bilirubin serum itu adalah 2 sampai 3 mg per desiliter
( 34 - 51 µmol per liter) lebih rendah dari cakupan fototerapi intensif yang
direkomendasikan.
4
Dosis dan kemanjuran fototerapi dipengaruhi oleh jenis sumber cahaya.
Unit fototerapi yang biasa digunakan berisi tabung fluoresen sinar terang, putih,
atau biru. Bagaimanapun, saat kadar total bilirubin serum mencapai target
menggunakan lampu dengan emisi biru dengan pertimbangan skema di atas. The
biru spesial atau lampu light-emitting diode (LED) yang telah diketahui lebih
efektif untuk fototerapi pada studi klinis. Lampu halogen dengan penyaring,
antara lampu (semakin dekat sumber cahaya, semakin besar irradiasinya) dan
permukaan kulit yang terkena cahaya, karena itu dibutuhkan sumber cahaya di
bawah bayi pada fototerapi intensif. Walaupun uji coba telah menunjukkan
bahwa semakin luas permukaan kulit yang terkena, semakin berkurang pula
jumlah total bilirubin serum, walaupun bayi tetap memakai popok. Jika jumlah
total bilirubin serum tetap meningkat walaupun diterapi, popok harus dibuka
sampai bilirubin turun secara signifikan. Kertas alumunium atau kain berwarna
putih diletakkan pada mata bayi untuk memantulkan cahaya yang akan
menyebabkan efek toksik pada retina yang immature, sehingga mata bayi harus
Keefektifan terapi tidak hanya tergantung pada kadar cahaya tetapi juga
5
yang aktif, jumlah total bilirubin serum tidak turun secara cepat seperti pada bayi
tanpa proses hemolisis. Fototerapi lebih efektif pada daerah yang memiliki kadar
bilirubin tinggi meskipun fototerapi juga pada bilirubin di kulit dan jaringan
subkutan superfisial. Pada bayi yang sama dengan jumlah total bilirubin serum
lebih dari 30 mg/dL (513 µmol/L), fototerapi yang intensif dapat menghasilkan
bayi yang dirawat dengan fototerapi selama di rumah sakit. Fototerapi pada bayi
yang dirawat selama di rumah sakit dianjurkan pada jumlah total bilirubin serum
yang rendah. Karena kedua alasan tersebut, jumlah total bilirubin serum
cenderung turun secara perlahan pada sebagian bayi. Walaupun tidak ada
aman pada bayi yang dirawat di rumah sakit jika jumlah total bilirubin serum
turun dibawah jumlah ketika fototerapi dimulai. Pada sebagian pasien, fototerapi
yang intensif dapat menurunkan 30 hingga 40% pada 24 jam pertama, dengan
jumlah total bilirubin serum turun hingga dibawah 13 sampai 14 mg/dL (222
34 µmol/L) dan adakalanya lebih dapat terjadi saat fototerapi dihentikan. Bayi
dengan peningkatan risiko kembali secara klinis adalah yang lahir dengan usia
fototerapi pada waktu dirawat di rumah sakit. Pada bayi yang memerlukan
6
fototerapi selama dirawat di rumah sakit dan bayi yang memiliki penyakit
jam.Fototerapi di rumah lebih cocok bagi bayi dengan jumlah total bilirubin
serum 2-3 mg/dL di bawah yang rekomendasi yang mesti difototerapi di rumah
praktiknya lebih sulit dan membutuhkan paparan yang aman pada bayi baru
lahir.
D. CARA KERJA
1. Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk
yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin.
isomerisasi.
pada manusia.
5. Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonjugasi diubah oleh cahaya menjadi
dipyrole yang diekskresikan lewat urin. Foto isomer bilirubin lebih polar
empedu
7
6. Dari empedu kemudian diekskresi ke dalam deodenum untuk dibuang
bersama feses tanpa proses konjugasi oleh hati (Avery dan Taeusch, 1984).
7. Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin.
E. KRITERIA ALAT
2. Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 mwatt/cm2 per nm.
4. Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah, terdiri dari biru
F. CARA MELAKUKAN
1. Buka pakaian bayi agar seluruh bagian tubuh bayi kena sinar.
2. Tutup kedua mata dan gonad dengan penutup yang memantulkan cahaya.
jam.
8
7. Lakukan pemeriksaan HB secara berkala terutama pada penderita mengalami
hemolisis.
10. Berikan air susu ibu yang cukup. Pada saat memberikan ASI, bayi
dikeluarkan dari tempat terapi dan dipangku (posisi menyusui), penutup mata
(Hidayat, 2005)
1. Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan, bila perlu, sehingga
baik.
(flickering):
4. Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator, dan tempatkan tirai putih di
9
H. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PERAWATAN
a. Bila berat bayi 2 kg atau lebih, tempatkan bayi dalam keadaan telanjang
2. Tutupi mata bayi dengan penutup mata, pastikan lubang hidung bayi tidak
5. Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI, paling kurang setiap 3
jam.
6. Selama menyusui, pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup
mata
7. Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain
(contoh: pengganti ASI, air, air gula, dll) tidak ada gunanya.
8. Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah),
tingkatkan volume cairan atau ASI sebanyak 10% volume total per hari
9. Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT, jangan
10
10. Perhatikan: selama menjalani terapi sinar, konsistensi tinja bayi bisa menjadi
lebih lembek dan berwarna kuning. Keadaan ini tidak membutuhkan terapi
khusus.
12. Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang
13. Bila bayi sedang menerima oksigen, matikan sinar terapi sinar sebentar untuk
mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru)
14. Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam. Bila
suhu bayi lebih dari 37,5 0C, sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara
pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 36,5 0C - 37,5
0C.
15. Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam, kecuali kasus-kasus khusus:
16. Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin < 10mg/dL
17. Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar,
persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit
tersier atau senter untuk transfusi tukar. Sertakan contoh darah ibu dan bayi.
18. Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa, hentikan terapi sinar setelah 3 hari.
19. Setelah terapi sinar dihentikan, observasi bayi selama 24 jam dan ulangi
20. Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk
memulai terapi sinar , ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan. Ulangi
11
langkah ini pada setiap penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari
hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai
21. Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi, bayi bisa makan dengan baik
22. Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali
sinar adalah:
peningkatan penguapan melalui kulit, terutama bayi prematur atau berat lahir
tambahan.
3. Timbul kelainan kulit “flea bite rash” di daerah muka, badan dan ekstremitas,
kelainan ini akan segera hilang setelah terapi dihentikan. Dilaporkan pada
beberapa bayi terjadi “bronze baby syndrome”, yang terjadi karena tubuh
12
warna kulit ini bersifat sementara dan tidak mempengaruhi proses tumbuh
kembang bayi.
suhu lingkungan yang meningkat atau gangguan pengaturan suhu tubuh bayi.
Pada bayi premature, fungsi thermostat yang belum matang. Pada keadaan ini
mendapat terapi sinar, gangguan pada retina dan fungsi penglihatan lainnya
(Surasmi, 2003)
mengurangi ‘bronze baby syndrome’, termasuk pada kulit, serum, dan urin yang
13
dari kondisi ini, hanya terdapat pada bayi dengan cholestasis tapi tidak
sepenuhnya diketahui. Purpura dan erupsi bullous jarang dilaporkan pada bayi
akan meningkatkan angka atypical melanocyt nevi yang diidentifikasi pada usia
birirubin adalah antioksidan yang kuat, penurunan angka total bilirubin serum,
yang tidak menyenangkan tapi tidak ada yang dapat diidentifikasi secara jelas.
Selain itu efek samping ringan yang harus di waspadai perawat meliputi: feses
sehingga penting dilakukan asuhan kulit yang teliti terutama menjaga kulit
14
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Budhi, Nike Subekti. 2008. Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir. EGC :
Jakarta
Hidayat, Azis Aalimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan. Edisi pertama. Salemba
Medika: Jakarta
Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol.1. Edisi 6. EGC:
Jakarta.
16