PEMBAHASAN
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
3
4
1. Fisologis
Ini merupakan penyebab pbayi kuning yang paling umum pada
bayi baru lahir. Hampir setengah dari semua bayi kuning dikarenakan
sebab ini. Hati pada bayi belum berkembang sempurna sehingga
bilirubin mengalami hambatan untuk dibuang melalui air seni dan tinja.
Bilirubin yang menyimpan pigmen kuning pun tertahan dan menyebar
melalui darah. Penyebab bayi kuning ini biasanya menghilang pada usia
1 hingga 2 minggu, dan kadar bilirubin tidak berbahaya. Solusinya
cukup dengan menjemur bayi dan terus memberinya ASI.
2. Kesulitan menyusu
Penyebab bayi kuning merupakan kelanjutan dari penyebab bayi
kuning yang pertama, bayi tersebut memiliki penyebab bayi kuning
secara fisiologis tetapi mengalami kesulitan menyusu sehingga bayi
tidak cukup minum ASI, penyebab bayi kuning secara fisiologis pun
menjadi tidak bisa diatasi.
dapat di cegah jika ibu di beri suntikan RhoGAM dalam waktu 72 jam
setelah melahirkan.
Anda perlu tahu bahwa setelah menekan ringan pada kulit bayi
menyebabkan daerah kulit bayi menjadi kuning, itu mungkin tanda
ikterus. Cara mudah mendeteksi byi kuning pada bayi berkulit terang adalah
dengan menekan lembut daerah dahi dengan jari tangan. Sedangkan pada
bayi berkulit gelap, penekanan secara lembut dilakukan pada telapak tangan
atau mata.
Di bawah ini termasuk ke dalam gejala bayi kuning yang serius selain
gejala utama yang sudah disebutkan :
1. Kulit tampak berwarna kuning terang sampai jingga (pada bayi dengan
bilirubin indirek)
2. Anemia
3. Petekie
4. Perbesaran lien dan hepar
5. Perdarahan tertutup
6. Gangguan nafas
7. Gangguan sirkulasi
8. Gangguan saraf
6
2.4 Patofisiologi
Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan
bebab bilirubin pada streptucocus hepar yang terlalu berlebihan. Hal ini
dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit,
polisitemia, memendeknya umur eritrosit janin/bayi, meningkatnya bilirubin
dari sumber lain, atau terdapatnya peningkatan sirkulasi enterohepatik.
Gangguan ambilan bilirubin plasma terjadi apabila kadar protein-Z dan
protein-Y terikat oleh anion lain, misalnya pada bayi dengan asidosis atau
dengan anoksia/hipoksia, ditentukan gangguan konjugasi hepar (defisiensi
enzim glukuronii transferase) atau bayi menderita gangguan ekskresi,
misalnya penderita hepatitis neonatal atau sumbatan saluran empedu
intra/ekstra hepatika.
Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusakan
jaringan otak. Toksisitas ini terutama ditemukan pada bilirubin indirek. Sifat
indirek ini yang memungkinkan efek patologik pada sel otak apabila
bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada
otak ini disebut kernikterus atau ensefalopati biliaris. Mudah tidaknya
bilirubin melalui sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung dari
tingginya kadar bilirubin tetapi tergantung pula pada keadaan neonatus
sendiri. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila pada
bayi terdapat keadaan imaturitas. Berat lahir rendah, hipoksia, hiperkarbia,
hipoglikemia dan kelainan susunan saraf pusat yang karena trauma atau
infeksi.
1. Kadar bilirubin total 5-8 mg/dl pada bayi dengan berat badan <1500 gram.
2. Kadar 8-12 mg/dl pada bayi dengan berat badan 1500-1999 gram.
7
Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit tidak
adekuat, sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara
terbalik dengan kuadrat jarak), lamu flouresens yang terlalu panas
menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu
yang tidak tepat. Idealnya, semua ruang perawatan perinatologi memiliki
peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif (Giyatmo, 2011).
3. Jarak antara bayi dengan sumber cahaya dan luasnya area kulit yang
terpajan
Jarak antara bayi dengan sumber cahaya tidak boleh kurang dari 45
cm. Penelitian terkontrol menyebutkan bahwa semakin luas daerah kulit
yang terpajan, semakin besar reduksi kadar bilirubin total. (Wong et al.,
2009).