PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengkajian pada ibu nifas dengan gangguan
infeksi.
1.3.2 Untuk mengetahui faktor predisposisi infeksi pada masa nifas.
1.3.3 Untuk mengetahui faktor predisposisi infeksi pada masa nifas.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
Dapat menambah informasi dan mengetahui cara mencegah infeksi
pasca partum dan penanganannya.
1.4.2 Bagi STIKes yatsi
Dapat menambah wawasan dan mempermudah bagi mahasiswa
dan mahasiswi dalam mengetahui infeksi pasca partum dan
penangannya dalam asuhan Keperawatan.
1.4.3 Bagi Pembaca
Menambah pengetahuan mengenai Asuhan Keperawatan pada
pasien infeksi pasca partum yang dapat membantu mahasiswa &
mahasiswi dalam memahaminya, agar dapat mengaplikasikannya
dengan benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Etiologi
a. Berdasarkan masuknya kuman ke dalam alat kandungan:
1. Eksasogen : kuman datang dari luar.
2. Autogen : kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh.
3. Endogen : dari jalan lahir sendiri.
b. Berdasarkan kuman yang sering menyebabkan infeksi:
1. Streptococcus haemolytieus aerobicus merupakan sebab infeksi
yang paling berat, khususnya golongan A. Infeksi ini biasanya
eksogen (dari penderita lain, alat atau kain yang tidak steril)
2. Staphylococcus aerus masuk secara eksogen, infeksinya sedang,
banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit.
3. Eschercia Coli sering berasal dari kandung kemih atau rektum dan
dapat menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva dan
endometrium.
4. Clostridium Welchii, bersifat anaerob. Jarang ditemukan akan
tetapi sangat berbahaya. Infeksi lebih sering terjadi pada abortus
kriminalis.
2.3 Faktor Predisposisi
Kurang gizi atau malnutrisi, Anemia, Kelelahan, Korioamnionitis,
Kurang baiknya proses pencegahan infeksi, Manipulasi yang berlebihan,
Dapat berlanjut ke infeksi dalam masa nifas. Faktor predisposisi yang
terpenting pada infeksi nifas ialah :
1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan penderita,
seperti perdarahan banyak, pre-eklamsia, juga infeksi lain, seperti
pneumonia, penyakit jantung, dan sebagainya.
2. Partus lama, terutama dengan ketuban pecah lama.
3. Tindakan bedah vaginal atau persalinan traumatik yang
menyebabkan perlukaan pada jalan lahir.
4. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban, dan bekuan darah.
5. Infeksi vagina/serviks atau penyakit menular seksual yang tidak
ditangani.
6. Teknik aseptik tidak sempurna.
7. Perawatan perineum tidak memadai.
Infeksi nifas yang penyebarannya melalui jalan limfe antara lain peritonitis
dan parametritis (Selvitis Pelvika):
1. Peritonitis Peritonitis menyerang pada daerah pelvis (pelvio
peritonitis).
a. Peritonitis umum : Suhu badan tinggi, nadi cepat dan kecil, perut
nyeri tekan (defence muskulare), pucat, mata cekung yang disebut
dengan muka hipokrates (facies hipocratica), kulit dingin.
b. Peritonitis yang terdapat dipelvis : Pasien demam, nyeri perut
bawah, nyeri periksa dalam kavum douglasi menonjol karena
adanya abses
2. Selvitis pelvika (parametritis)
a. Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri
dikiri / di kanan dan nyeri pada periksa dalam. Pemeriksaan dalam
dapat diraba tahanan padat dan nyeri disebelah uterus. Ditengah
jaringan yang mengandung bisa timbul abses. Dalam keadaan ini
suhu yang mula mula tinggi menetap menjadi naik turun disertai
menggigil. Infeksi nifas yang penyebaran melalui
permukaan endometrium adalah salfingitis dan ooforitis. Gejala
salfingitis dan ooforitis hampir sama dengan pelvio peritonitis.
2.5 Patofisiologi
Setelah kala III, daerah bekas insertio plasenta merupakan sebuah
luka dengan diameter kira-kira 4 cm, permukaan tidak rata, berbenjol-
benjol karena banyaknya vena yang ditutupi trombus dan merupakan area
yang baik untuk tumbuhnya kuman-kuman dan masuknya jenis-jenis yang
patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering mengalami perlukaan pada
persalinanan, begitu juga vulva, vagina, perineum merupakan tempat
masuknya kuman patogen. Proses radang dapat terbatas pada luka-luka
tersebut atau dapat menyebar di luar luka asalnya.
Analisa data
No Data fokus Problem
1. Ds:
- ibu mengatakan
2.
3.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Infeksi puerpelaris adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia
yang terjadi setelah melahirkan yang disebabkan oleh kuman-kuman atau
bakteri ke dalam alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas. Infeksi
puerpelaris dapat di bagi menjadi dua golongan berikut:
1. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan
endometrium.
2. Penyebaran melalui vena, saluran limfe (sistemik, dan melalui
permukaan endometrium).
2.9 Saran
a. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan agar dapat mengerti dan memahami tentang
infeksi masa nifas sampai dengan bagaimana manifestasi klinik dan
penatalaksanaan medisnya, menerapkan konsep asuhan kebidanan
kepada klien yang mengalami infeksi nifas sesuai dengan porsinya.
b. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan mampu mengerti tentang infeksi nifas dan dapat
memberikan pelayanan yang terbaik bagi klien serta mampu
memberikan asuhan secara komprehensif.
c. Bagi Instansi Pendidikan Kesehatan
Diharapkan dapat menambah karya-karya ilmiah tentang berbagai
penyakit atau kasus yang bersangkutan, sehingga dapat menambah
wawasan tentang masalah tersebut.