Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira enam
minggu (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, 2001:122).
Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui
t r a k t u s g e n e t a l i s s e t e l a h persalinan. Suhu 38°C atau lebih yang
terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan diukur peroral sedikitnya empat
kali sehari. Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60%
kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian
pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan,
diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Selama ini
perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab kematian ibu, namun
dengan meningkatnya persediaan darah dan sistem rujukan, maka infeksi
menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan mordibitas ibu.
Istilah infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman-kuman kedalam alat-alat genetalia pada waktu
persalinan dan nifas. Dahulu infeksi ini merupakan sebab kematian
maternal yang paling penting, akan tetapi berkat kemajuan ilmu
kebidanan, khususnya pengetahuan tentang sebab-sebab infeksi nifas serta
pencegahannya, dan penemuan obat-obat baru seperti sulfa dan atibiotik
lainnya angka kematian maternal bisa dikurangi. Di negara-negara maju
peranannya sebagai penyebab kematian berkurang. Di negara-
negara berkembang, dengan pelayanan kebidanan yang masih jauh dari
sempurna, peranan infeksi nifas masih besar.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah pengkajian pada ibu nifas dengan gangguan infeksi?
1.2.2 Apa saja faktor predisposisi infeksi pada masa nifas ?
1.2.3 Bagaimanakah faktor predisposisi infeksi pada masa nifas?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengkajian pada ibu nifas dengan gangguan
infeksi.
1.3.2 Untuk mengetahui faktor predisposisi infeksi pada masa nifas.
1.3.3 Untuk mengetahui faktor predisposisi infeksi pada masa nifas.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
Dapat menambah informasi dan mengetahui cara mencegah infeksi
pasca partum dan penanganannya.
1.4.2 Bagi STIKes yatsi
Dapat menambah wawasan dan mempermudah bagi mahasiswa
dan mahasiswi dalam mengetahui infeksi pasca partum dan
penangannya dalam asuhan Keperawatan.
1.4.3 Bagi Pembaca
Menambah pengetahuan mengenai Asuhan Keperawatan pada
pasien infeksi pasca partum yang dapat membantu mahasiswa &
mahasiswi dalam memahaminya, agar dapat mengaplikasikannya
dengan benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Infeksi masa Nifas


Adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman ke dalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas.
Demam nifas atau morbiditas puerperalis meliputi demam dalam masa
nifas oleh sebab apapun. Menurut Joint Committee on Maternal Welfare,
morbiditas puerperalis ialah kenaikan suhu sampai 380C atau lebih selama
2 hari dalam 10 hari pertama postpartum, dengan mengecualikan hari
pertama. Infeksi nifas adalah infeksi pada traktus genitalia setelah
persalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta.

2.2 Etiologi
a. Berdasarkan masuknya kuman ke dalam alat kandungan:
1. Eksasogen : kuman datang dari luar.
2. Autogen : kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh.
3. Endogen : dari jalan lahir sendiri.
b. Berdasarkan kuman yang sering menyebabkan infeksi:
1. Streptococcus haemolytieus aerobicus merupakan sebab infeksi
yang paling berat, khususnya golongan A. Infeksi ini biasanya
eksogen (dari penderita lain, alat atau kain yang tidak steril)
2. Staphylococcus aerus masuk secara eksogen, infeksinya sedang,
banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit.
3. Eschercia Coli sering berasal dari kandung kemih atau rektum dan
dapat menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva dan
endometrium.
4. Clostridium Welchii, bersifat anaerob. Jarang ditemukan akan
tetapi sangat berbahaya. Infeksi lebih sering terjadi pada abortus
kriminalis.
2.3 Faktor Predisposisi
Kurang gizi atau malnutrisi, Anemia, Kelelahan, Korioamnionitis,
Kurang baiknya proses pencegahan infeksi, Manipulasi yang berlebihan,
Dapat berlanjut ke infeksi dalam masa nifas. Faktor predisposisi yang
terpenting pada infeksi nifas ialah :
1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan penderita,
seperti perdarahan banyak, pre-eklamsia, juga infeksi lain, seperti
pneumonia, penyakit jantung, dan sebagainya.
2. Partus lama, terutama dengan ketuban pecah lama.
3. Tindakan bedah vaginal atau persalinan traumatik yang
menyebabkan perlukaan pada jalan lahir.
4. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban, dan bekuan darah.
5. Infeksi vagina/serviks atau penyakit menular seksual yang tidak
ditangani.
6. Teknik aseptik tidak sempurna.
7. Perawatan perineum tidak memadai.

2.4 Golongan Infeksi Nifas


Dapat dibagi dalam 2 golongan :
a. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan
endometrium. Tanda dan gejala :
1. Rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, disuria dengan atau
tanpa distensi urin
2. Jahitan luka mudah lepas, merah dan bengkak
3. Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaan tidak berat. Suhu
sekitar 38 C, nadi kurang dari 100 X / menit
4. Bila luka terinfeksi, tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat
keluar, demam bisa meningkat sampai 39-40 C, kadang kadang
disertai menggigil .
Penyebaran infeksi nifas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan
endometrium meliputi:
1. Vulvitis
Vulvitis adalah infeksi pada vulva. Vulvitis pada ibu pasca
melahirkan terjadi di bekas sayatan episiotomi atau luka perineum.
2. Vaginitis
Vaginitis merupakan infeksi pada daerah vagina. Vaginitis pada
ibu pasca melahirkan terjadi secara langsung pada luka vagina atau
luka perineum. Permukaan mukosa bengkak dan kemerahan, terjadi
ulkus dan getah mengandung nanah dari daerah ulkus.
3. Servisitis
Infeksi yang sering terjadi pada daerah servik, tapi tidak
menimbulkan banyak gejala. Lukaserviks yang dalam dan meluas dan
langsung ke dasar ligamentum latum dapat menyebabkaninfeksi yang
menjalar ke parametrium.
4. Endometritis
a. Kadang kadang lochea tertahan dalam uterus oleh darah, sisa
plasenta dan selaput ketuban yang disebut locheometra.
b. Pengeluaran lochea bias banyak / sedikit, kadang kadang berbau /
tidak, lochea berwarna merah / coklat.
c. Suhu badan meningkat mulai 48 jam post partum, sering kali
dengan pola gigi gergaji (38,5-40 C) menggigil, nadi biasanya
sesuai dengan kurva suhu badan.
d. Sakit kepala, sulit tidur, anoreksia.
e. Nyeri tekan pada uterus, uterus agak membesar dan lembek, HIS
susulan biasanya sangat mengganggu.
f. Leukositosis dapat berkisar antara 10.000 - 13.000.

Penyebaran dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, melalui jalan


limfe, dan melalui permukaan endometrium:
Infeksi nifas yang penyebarannya melalui pembuluh darah adalah
Septikimea Piemia dan tromboflebitis pelvica. Infeksi ini
merupakan infeksi umum yang disebabkan oleh kuman patogen
Streptococcus Hemolitikus Golongan A. Infeksi ini sangat berbahaya dan
merupakan 50% dari semua kematian karena infeksi nifas. Septikemia,
Piemia dan tromboflebitis pelvica.
1. Septikemia
Septikemia adalah keadaan dimana kuman-kuman atau toksinnya
langsung masuk ke dalam peredaran darah dan
menyebabkan infeksi. Gejala klinik septikemia lebih akut antara lain:
kelihatan sudah sakit dan lemah sejak awal, keadaan umum jelek,
menggigil, nadi cepat 140-160 x per menit atau lebih, suhu meningkat
antara 39-40 ˚C, tekanan darah turun, keadaan umum memburuk, sesak
nafas, kesadaran turun, gelisah.
2. Piemia
Piemia dimulai dengan tromflebitis vena-vena pada daerah perlukaan
lalu lepas menjadi embolus-embolus kecil yang dibawa ke
peredaran darah, kemudian terjadi infeksi dan abses pada organ-organ
yang diserangnya Tidak lama post partum pasien sudah merasa sakit,
perut nyeri, suhu tinggi, menggigil setelah kuman dengan emboli
memasuki peredaran darah umum. Ciri khas: Berulang ulang suhu
meningkat disertai menggigil, diikuti oleh turunnya suhu lambat akan
timbul gejala abses paru, pneumonia dan pleuritis.
3. T r o m b o f l e b i t i s
Radang pada vena terdiri dari tromboflebitis pelvis dan tromboflebitis
femoralis. Tromboflebitis pelvis yang sering meradang adalah
pada vena ovarika, terjadi karena mengalirkan darah dan luka bekas
plasenta di daerah fundus uteri. Sedangkan tromboflebitis femoralis
dapat menjaditromboflebitis vena safena magna atau peradangan vena
femoralis sendiri,penjalaran tromboflebitis vena uterin, dan akibat
parametritis. Tromboflebitis vena femoralis disebabkan aliran darah
lambat pada lipat paha karena tertekan ligamentum inguinale dan
kadar fibrinogenmeningkat pada masa nifas.

Infeksi nifas yang penyebarannya melalui jalan limfe antara lain peritonitis
dan parametritis (Selvitis Pelvika):
1. Peritonitis Peritonitis menyerang pada daerah pelvis (pelvio
peritonitis).
a. Peritonitis umum : Suhu badan tinggi, nadi cepat dan kecil, perut
nyeri tekan (defence muskulare), pucat, mata cekung yang disebut
dengan muka hipokrates (facies hipocratica), kulit dingin.
b. Peritonitis yang terdapat dipelvis : Pasien demam, nyeri perut
bawah, nyeri periksa dalam kavum douglasi menonjol karena
adanya abses
2. Selvitis pelvika (parametritis)
a. Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri
dikiri / di kanan dan nyeri pada periksa dalam. Pemeriksaan dalam
dapat diraba tahanan padat dan nyeri disebelah uterus. Ditengah
jaringan yang mengandung bisa timbul abses. Dalam keadaan ini
suhu yang mula mula tinggi menetap menjadi naik turun disertai
menggigil. Infeksi nifas yang penyebaran melalui
permukaan endometrium adalah salfingitis dan ooforitis. Gejala
salfingitis dan ooforitis hampir sama dengan pelvio peritonitis.

2.5 Patofisiologi
Setelah kala III, daerah bekas insertio plasenta merupakan sebuah
luka dengan diameter kira-kira 4 cm, permukaan tidak rata, berbenjol-
benjol karena banyaknya vena yang ditutupi trombus dan merupakan area
yang baik untuk tumbuhnya kuman-kuman dan masuknya jenis-jenis yang
patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering mengalami perlukaan pada
persalinanan, begitu juga vulva, vagina, perineum merupakan tempat
masuknya kuman patogen. Proses radang dapat terbatas pada luka-luka
tersebut atau dapat menyebar di luar luka asalnya.

2.6 Pencegahan secara umum :


1. Selama kehamilan Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk
infeksi nifas, harus diusahakan untuk memperbaikinya. Keadaan gizi
juga merupakan factor penting, karenanya diet yang baik harus
diperhatikan Coitus pada hamil tua sebaiknya dilarang karena dapat
mengakibatkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi.
2. Selama persalinan Usaha-usaha pencegahan terdiri dari membatasi
sebanyak mungkin kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya
persalinan tidak berlarut-larut, menyelesaikan persalinan dengan
trauma sedikit mungkin, dan mencegah terjadinya perdarahan banyak.
Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut
dengan masker, alat-alat, kain-kain yang dipakai dalam persalinan
harus suci hama. Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika perlu,
terjadinya perdarahan harus dicegah sedapat mungkin dan transfusi
darah harus diberikan menurut keperluan.
3. Selama nifas Sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat
pada jalan lahir. Pada hari pertama postpartum harus dijaga agar luka-
luka ini tidak dimasuki kuman-kuman dari luar. Tiap penderita dengan
tanda-tanda infeksi nifas jangan dirawat bersama dengan wanita-
wanita dalam nifas sehat.

2.7. Penatalaksanaan Medis


1. Sebaiknya segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan servik,
luka operasi dan darah, serta uji kepekaan untuk
mendapatkan antibiotika yang tepat.
2. Memberikan dosis yang cukup dan adekuat.
3. Memberi antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil
laboratorium.
4. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh sepertiinfus, transfusi
darah, makanan yang mengandung zat zat yang diperlukan tubuh
serta perawatan lainnya sesuai komplikasi yang dijumpai.
Pengobatan antibiotika infeksi nifas, antibiotika
memegang peranan yang sangat penting dalam pengobatan infeksi
nifas. Karena pemeriksaan-pemeriksaan ini memerlukan waktu,
maka pengobatan perlu dimulai tanpa menunggu hasilnya.
Infeksi nifas dapat diobati dengan cara sebagai berikut:
1. Pemberian Sulfonamid Trisulfa merupakan kombinasi dari sulfadizin
185gr, sulfamerazin 130 gr, dan sulfatiozol 185 gr. Dosis 2 gr diikuti 1
gr 4-6 jam kemudian peroral.
2. Pemberian Penisilin Penisilin-prokain 1,2 sampai 2,4 juta satuan IM,
penisilin G 500.000 satuan setiap 6 jam atau metsilin 1 gr setiap 6 jam
IM ditambah ampisilin kapsul 4×250 gr peroral.
3. Tetrasiklin, eritromisin dan kloramfenikol.
4. Hindari pemberian politerapi antibiotika berlebihan.
5. Lakukan evaluasi penyakit dan pemeriksaan laboratorium.

2.8 Pemeriksaan penunjang infeksi maternitas


1. Hitung darah lengkap
Untuk memperkirakan apakah ibu mengalami kehilangan darah atau
tidak, untuk mengetahui apakah ada/ tidak terjadi perubahan Hb atau
Ht dan peningkatan sel darah putih (SDP). Salah satu yang
mengidentifikasi seseorang terkena infeksi adalah terjadi peningkatan
leukosit, yaitu mencapai >11.000/mmᵌ.
2. Kultur uterus dan vagina
Untuk memastikan diagnosa infeksi postpartum dan juga
mengesampingkan diagnosa banding lainnya. Dengan kultur uterus dan
vagina dapat diketahui mikroorganisme yang menyebabkan infeksi
pada ibu, sehingga tenaga kesehatan dapat melakukan penatalaksanaan
dengan tepat.
3. Urinalisis
Untuk mengetahui jumlah urine, dan untuk memastikan apakah ada
kerusakan kandung kemih atau tidak.
4. USG
Pemeriksaan menggunakan USG penting dilakukan jika infeksi pada
ibu diduga terjadi karena tertinggalnya sisa plasenta dalam uterus.
BAB III
KASUS
Contoh kasus.
Ny.G umur 29 tahun P1A0, nifas ke 5 dengan infeksi luka perineum. Ibu
mengatakan merasa perutnya mules mules, nyeri pada luka jahitan perineum dan
mengeluarkan darah yang berbau tidak sedap dari jalan lahir. Ibu mengatakan ASI
sudah keluar lancar. KU:composmentis, TTV, TD: 120/80 mmHg, N: 88x/menit,
RR: 24x/menit, S: 37 C, lochea sanguinoleta ± 20 cc, berbau tidak sedap,
kontraksi uterus keras, TFU: pertengahan pusat dan simpisis, luka jahitan
perineum belum kering, dan kemerahan.

Analisa data
No Data fokus Problem
1. Ds:
- ibu mengatakan
2.
3.
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Infeksi puerpelaris adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia
yang terjadi setelah melahirkan yang disebabkan oleh kuman-kuman atau
bakteri ke dalam alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas. Infeksi
puerpelaris dapat di bagi menjadi dua golongan berikut:
1. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan
endometrium.
2. Penyebaran melalui vena, saluran limfe (sistemik, dan melalui
permukaan endometrium).
2.9 Saran
a. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan agar dapat mengerti dan memahami tentang
infeksi masa nifas sampai dengan bagaimana manifestasi klinik dan
penatalaksanaan medisnya, menerapkan konsep asuhan kebidanan
kepada klien yang mengalami infeksi nifas sesuai dengan porsinya.
b. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan mampu mengerti tentang infeksi nifas dan dapat
memberikan pelayanan yang terbaik bagi klien serta mampu
memberikan asuhan secara komprehensif.
c. Bagi Instansi Pendidikan Kesehatan
Diharapkan dapat menambah karya-karya ilmiah tentang berbagai
penyakit atau kasus yang bersangkutan, sehingga dapat menambah
wawasan tentang masalah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai