Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat ganguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi
kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah disertai lesi pada membran
basalis pada pemeriksaan dengan mikroskop elektron.
Laporan statistik dari International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan
bahwa sekarang sudah ada sekitar 230 juta penderita diabetes. Angka ini terus
bertambah hingga 3 persen atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Diabetes telah
menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Setiap tahun ada 3,2 juta
kematian yang disebabkan oleh diabetes. Hampir 80 persen kematian pasien
diabetes terjadi di negara berpenghasilan rendah-menengah.
Di tengah kondisi itu, perhatian banyak pihak umumnya masih terfokus
pada penderita diabetes dewasa. Padahal, anak dengan diabetes tak kalah
memerlukan perhatian dan bantuan. Diabetes pada anak umumnya disebut tipe 1,
yaitu pankreas rusak dan tak lagi mampu memproduksi insulin dalam jumlah
memadai sehingga terjadi defisit absolut insulin. Sebaliknya, diabetes pada orang
dewasa umumnya disebut tipe 2, yaitu terjadi kerusakan sel tubuh meskipun insulin
sebenarnya tersedia memadai sehingga terjadi defisit relatif insulin.
Insiden diabetes melitus tipe 1 sangat bervariasi di tiap negara. Dari data-
data epidemiologik memperlihatkan bahwa puncak usia terjadinya DM pada anak
adalah pada usia 5-7 tahun dan pada saat menjelang remaja. Dari semua penderita
diabetes, 5-10 persennya adalah penderita diabetes tipe 1. Di Indonesia, statistik
mengenai diabetes tipe 1 belum ada, diperkirakan hanya sekitar 2-3 persen dari total
keseluruhan. Mungkin ini disebabkan karena sebagian tidak terdiagnosis atau tidak
diketahui sampai si pasien sudah mengalami komplikasi dan meninggal. Biasanya
gejalanya timbul secara mendadak dan bisa berat sampai mengakibatkan koma
apabila tidak segera ditolong dengan suntikan insulin.

1
World Diabetes Foundation menyarankan untuk mencurigai diabetes
jika ada anak dengan gejala klinis khas, yaitu 3P ( pilifagi, polidipsi dan
poliuri ) dan kadar gula darah (GD) tinggi, di atas 200 mg/dl. GD yang tinggi
menyebabkan molekul gula terdapat di dalam air kencing, yang normalnya
tak mengandung gula, sehingga sejak dulu disebut penyakit kencing manis.
Keadaan ideal yang ingin dicapai penderita DM tipe 1 ialah dalam
keadaan asimtomatik, aktif, sehat, seimbang, dan dapat berpartisipasi dalam
semua kegiatan sosial yang diinginkannya serta mampu menghilangkan rasa
takut terhadap terjadinya komplikasi. Sasaran-sasaran ini dapat dicapai oleh
penyandang DM maupun keluarganya jika mereka memahami penyakitnya
dan prinsip-prinsip penatalaksanaan diabetes. Berhubungan dengan hal
tersebut diatas kami tertarik untuk membuat asuhan keperawatan pada anak
dengan gangguan sistem endokrin : Diabetes Melitus dengan metode masalah
yang sistematis melalui proses keperawatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu definisi diabetes mellitus ?
2. Apa saja klasifikasi diabetes mellitus ?
3. Bagaimana etiologi diabetes mellitus ?
4. Bagaimana patofisiologi diabetes mellitus ?
5. Apa saja manifestasi klinis pada anak dengan diabetes mellitus ?
6. Apa itu akibat / komplikasi diabetes mellitus ?
7. Apa itu pemeriksaan penunjang diabetes mellitus ?
8. Apa itu penetalaksanaan medis pada klien dengan diabetes mellitus?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain adalah :
1. Tujuan umum
Memberikan pengetahuan, dapat memberikan informasi dan pemahaman
mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan diabetes mellitus.

2
2. Tujuan khusus
a Untuk Mengetahui definisi diabetes mellitus.
b Untuk Mengetahui klasifikasi diabetes mellitus
c Untuk Mengetahui etiologi diabetes mellitus.
d Untuk Mengetahui patofisiologi diabetes mellitus.
e Untuk Mengetahui manifestasi klinis pada anak dengan diabetes mellitus.
f Untuk Mengetahui akibat / komplikasi diabetes mellitus.
g Untuk Mengetahui pemeriksaan penunjang diabetes mellitus.
h Untuk Mengetahui penetalaksanaan medis pada klien dengan diabetes
mellitus.

D. Manafaat
1. Mahasiswa Keperawatan
Agar mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang telah dipelajari dalam materi
2. Institusi Pendidikan
Dapat menambah bahan pustaka bagi lembaga pendidikan tentang praktik
mandiri dalam Keperawatan

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Diabetes Militus
1. Menurut American Diabetes Association (ADA) 20014, diabetes
melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik
pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang,
disfungsi dan kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata,
ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah.
2. Diabetes militus tipe 1 adalah hasil destruksi autoimun sel B
mengarah kepada defisiensi insulin absolut (Buku Keperawatan
Medikal Bedah,Edisi 8 Buku 2oleh Joyce M. Black, Dkk,2014)
3. Diabetes Melitus Juvenilis adalah diabetes melitus yang
bermanifestasi sebelum umur 15 tahun. (FKUI, 2013)

B. Klasifikasi
1. Tipe A : diduga pegaruh genetik dan lingkungan memegang peran
utama untuk terjadinya kerusakan pankreas.
2. Tipe B : berhubungan degan keadaan aoutoimun primer pada
sekelompok penderita yang juga sering menunjukan manifestasi
autoimun lainnya, seperti graves disteas, perilicious,anemia, dan
myasthenia gravis.

C. Etiologi
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) Sering terjadi pada usia
sebelum 15 tahun. Biasanya juga disebut Juvenille Diabetes (DM Tipe
I), gangguan ini ditandai dengan adanya hiperglikemia (meningkatnya
kadar glukosa darah plasma >200mg/dl).

4
Etiologi DM tipe I adalah sebagai berikut :
1. Faktor genetik
Faktor herediter, juga dipercaya memainkan peran munculnya penyakit ini
(Brunner & Suddart, 2014). Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe
I itu sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan
genetic kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini
ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human
Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
Resiko terjadinya diabetes tipe 1 meningkat 3 hingga 5 kali lipat pada
individu yang memiliki salah satu dari kedua tipe HLA (DR3 atau DR4).
Diabetes melitus juvenilis merupakan suatu penyakit keturunan yang
diturunkan secara resesif, dengan kekerapan gen kira-kira 0,30 dan
penetrasi umur kira-kira 70% untuk laki-laki dan 90% untuk wanita.
2. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM. Oleh karena itu insiden
lebih tinggi atau adanya infeksi virus (dari lingkungan). Virus penyebab
DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui
mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan
destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui
reaksi otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta.
Virus atau mikroorganisme akan menyerang pulau – pulau langerhans
pankreas, yang membuat kehilangan produksi insulin.
3. Faktor imunologi
Respon autoimmune, dimana antibody sendiri akan menyerang sel bata
pankreas.

D. Patofisiologi
Pada diabetes tipe 1 terdapat ketidakmampuan untuk untuk menghasilkan
insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemia terjadi karena produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati.

5
Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat
disimpan dalam hati meskipun tetap berda didalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia postprondial (sesudah makan). Jenis
konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya
glukosa tersebut muncul dalam urine (glukosuria).
Ketika glukosa yang lebih disekresikan dalam urine, sekresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini
dinamakan diuresis osmotik sebagai akibat dari kehilangan cairan
yang berlebihan, dan pasien akan mengalami peningkatan dalam
berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsa). Defesiensi insulin juga
mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan
penurunan berat badan dan pasien dapat mengalami peningkatan
selera makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala
lainnya mencakup kelelahan/kelemahan (Smeltzer dan Bare 2014).

E. Manifestasi Klinis
Pada diabetes melitus tipe 1, yang kebanyakan diderita oleh anak-anak
(diabetes melitus juvenile ) mempunyai gambaran lebih akut, lebih
berat, tergantung insulin dengan kadar glukosa darah yang labil.
Penderita biasanya datang dengan ketoasidosis karena keterlambatan
diagnosis. Mayoritas penyandang DM tipe 1 menunjukan gambaran
klinik yang klasik seperti:
1. Hiperglikemia ( Kadar glukosa darah plasma >200mg/dl ).
2. Poliuria, Poliuria nokturnal seharusnya menimbulkan kecurigaan
adanya DM tipe 1 pada anak.
3. Polidipsia
4. Poliphagia
5. Penurunan berat badan , Malaise atau kelemahan
6. Glikosuria (kehilangan glukosa dalam urine)
7. Ketonemia dan ketonuria

6
8. Penumpukan asam lemak keton dalam darah dan urine terjadi akibat
katabolisme abnormal lemak sebagai sumber energy. Ini dapat
mengakibatkan asidosis dan koma.
9. Gejala-gejala lainnya dapat berupa muntah-muntah, nafas berbau aseton,
nyeri atau kekakuan abdomen dan gangguan kesadaran( koma)
Perjalanan klinis DM tipe 1 terbagi atas:
1. Fase Inisial
Dimulai saat timbulnya gejala sampai dengan ditegakkan diagnosis. Fase
ini sering didahului oleh infeksi, goncangan emosi maupun trauma fisik.
2. Fase Penyembuhan
Fase setelah beberapa hari diberikan pengobatan. Keadaan akut penyakit
ini telah teratasi dan sudah terdapat sensitivitas jaringan terhadap insulin.
3. Fase Remisi (Honeymoon period)
Fase ini khas pada penyandang DM tipe 1. Pada saat ini, kebutuhan
insulin menurun sehingga dapat terjadi hipoglikemia bila insulin tidak
disesuaikan. Bila dengan dosis insulin 0.1 IU/kg BB masih menyebabkan
hipoglikemia maka pemberian insulin harus dihentikan. Pada fase ini
perlu observasi dan pemeriksaan urin reduksi secara teratur untuk
memantau keadaan penyakitnya. Fase ini berlangsung selama beberapa
minggu sampai beberapa bulan. Diperlukan penyuluhan pada
penyandang DM atau orangtua bahwa fase ini bukan berarti
penyembuhan penyakitnya.
4. Fase Intensifikasi
Fase ini timbul 16-18 bulan setelah diagnosis ditegakan. Pada fase ini
terjadi kekurangan insulin endogen.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan gula darah
a. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

7
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian
sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial
(pp) > 200 mg/dl
2. Pemeriksaan semple urine
a. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
b. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
c. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330
mOsm/l
d. Elektrolit
Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun.
3. Pemeriksaan lab
a. Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan
penurunan pada HCO3 ( asidosis metabolic) dengan
kompensasi alkalosis respiratorik.
b. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi),
leukositosis, hemokonsentrasi : merupakan respon terhadap
stress atau infeksi.
c. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal (
dehidrasi/ penurunan fungsi ginjal)
d. Insulin darah : mungkin menurun / atau bahkan sampai tidak
ada (pada tipe 1) atau normal sampai tinggi (pada tipe II) yang
mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam
penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat
berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody.
(autoantibody)
e. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone
tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan
insulin.

8
G. Penatalaksanaan Medis
Dalam jangka pendek, penatalaksanaan DM bertujuan untuk
menghilangkan/mengurangi keluhan/gejala DM. Sedangkan untuk
tujuan jangka panjangnya adalah mencegah komplikasi. Tujuan tersebut
dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar glukosa, lipid, dan insulin.
Untuk mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan
dalam bentuk pengelolaan pasien secara holistik dan mengajarkan kegiatan
mandiri.
Akan tetapi, perbedaan utama antara penatalaksanaan DM tipe 1 yang
mayoritas diderita anak dibanding DM tipe 2 adalah kebutuhan mutlak
insulin. Terapi DM tipe 1 lebih tertuju pada pemberian injeksi insulin.
Pada anak, ada beberapa tujuan khusus dalam penatalaksanaannya, yaitu
diusahakan supaya anak-anak :
1. Dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
2. Mengalami perkembangan emosional yang normal
3. Mampu mempertahankan kadar glukosuria atau kadar glukosa darah
serendah mungkin tanpa menimbulkan gejala hipoglikemia
4. Tidak absen dari sekolah akibat penyakit dan mampu berpartisipasi
dalam kegiatan fisik maupun sosial yang ada
5. Penyakitnya tidak dimanipulasi oleh penyandang DM, keluarga,
maupun oleh lingkungan
6. Mampu memberikan tanggung jawab kepada penyandang DM untuk
mengurus dirinya sendiri sesuai dengan taraf usia dan intelegensinya
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai
penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak ditingkat pelayanan
kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha dan
akan diuraikan sebagai berikut:
1. Pemberian insulin
Diabetes tipe 1 mutlak membutuhkan insulin karena pankreas tidak
dapat memproduksi hormon insulin.

9
Maka seumur hidupnya pasien harus mendapatkan terapi insulin
untuk mengatasi glukosa darah yang tinggi. Tujuan terapi insulin
ini terutama untuk :
a. Mempertahankan glukosa darah dalam kadar yang normal
atau mendekati normal.
b. Menghambat kemungkinan timbulnya komplikasi kronis
pada diabetes.
Makanan terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak. Glukosa
terutama bersumber dari karbohidrat walaupun protein dan lemak
juga bisa menaikan glukosa. Secara terus menerus pankreas
melepaskan insulin pada saat makan atau tidak. Setelah makan,
kadar insulin meningkat dan membantu penimbunan glukosa di
hati. Pada saat tidak makan, insulin turun. Maka hati akan
memecah glikogen menjadi glukosa dan masuk ke darah sehingga
glukosa darah dipertahankan tetap dalam kadar yang normal.
Struktur kimia hormon insulin bisa rusak oleh proses pencernaan
sehingga insulin tidak bisa diberikan melalui tablet atau pil. Satu-
satunya jalan pemberian insulin adalah melalui suntikan, bisa
suntikan di bawah kulit (subcutan/sc), suntikan ke dalam otot
(intramuscular/im), atau suntukan ke dalam pembuluh vena
(intravena/iv). Ada pula yang dipakai secara terus menerus
dengan pompa (insulin pump/CSII) atau sistem tembak (tekan
semprot) ke dalam kulit (insulin medijector).
Enam tipe insulin berdasarkan mulain kerja, puncak, dan lama
kerja insulin tersebut, yakni :
a insulin Keja panjang ( long ektif ) slama 24 jam
b insulin kerja 12 jam ( midhel ektif )
c insulin kerja 5-8 jam ( short ektif )

10
2. Terapi Pompa Insulin pada pasien Diabetes Melitus Tipe 1
Pompa insulin merupakan suatu alat yang tampak seperti pager yang
digunakan untuk mengelola masuknya insulin ke dalam tubuh pasien
diabetes. Sebuah pompa insulin terdiri dari sebuah tabung kecil (Syringe)
yang berisikan insulin dan microcomputer yang membantu pasien untuk
menentukan berapa banyak insulin yang diperlukan. Insulin dipompakan
melalui selang infus yang terpasang dengan sebuah tube plastic ramping yang
disebut cannula, yang dipasang pada kulit subkutan perut pasien. Selang infus
harus diganti secara teratur setiap minggunya.
Ketika seseorang memutuskan untuk menggunakan terapi pompa insulin, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan yakni :
a Mengecek kadar glukosa darah ( setidaknya 4 hari sekali, sebelum
makan) untuk mengetahui berapa dosis insulin yang diperlukan untuk
mengontrol kadar glukosa darah tubuh
b Mulai memahami makanan yang anda makan. Apakah makanan
tersebut membuat kadar glukosa darah tinggi atau tidak.
c Perhatikan secara teratur (setiap setelah makan) pompa insulin untuk
meminimalisir kerusakan.
Menurut studi yang dilakukan National Institute of Health selama 10
tahun terhadap 1000 penderita diabetes melitus tipe 1, didapatkan
bahwa penggunaan terapi insulin yang intensif, seperti contohnya
menggunakan pompa insulin, dapat mengurangi komplikasi diabetes
secara efektif. Studi ini menunjukan bahwa terapi insulin intensif :
a Mengurangi komplikasi kebutaan 76 %
b Mengurangi komplikasi amputasi 60 %
c Mengurangi resiko terkena penyakit ginjal 54 %
Terapi pompa insulin atau yang dikenal dengan sebutan Continuous
Subcutaneous Insulin Infusion (CSII) merupakan terapi yang paling
menyerupai metode fisiologi tranfer insulin ke dalam tubuh. Insulin yang
dipergunakan dalam pompa insulin adalah insulin “prandial” (short atau rapid
acting insulin).

11
sehingga dosis basal akan tertutupi oleh dosis prandial “bolus” yang
diberikan secara intensif selama 24 jam. Keuntungan penggunaan
pompa insulin yakni :
a Terbebas dari penggunan multiple daily injection insulin
b Penurunan kadar HbA1C yang terkontrol
c Mengurangi frekuensi terkena hipoglikemia
d Mengurangi variasi kadar glukosa darah
e Meningkatkan fleksibilitas dan manajemen diabetes
Kekurangan Penggunaan pompa insulin yakni :
a Ada resiko infeksi jika tidak mengganti insertion site pada cannula
secara eratur
b Pemeriksaan gula darah yang lebih sering
c Memiliki resiko terkena hiperglikemi yang dapat mengakibatkan
diabetic ketoacidosis yang lebih besar jika tidak mempergunakan
pompa dalam jangka waktu yang lama.
3. Perencanaan Makanan
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang
seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan
kecukupan gizi baik yaitu :
a Karbohidrat sebanyak 60 – 70 %
b Protein sebanyak 10 – 15 %
c Lemak sebanyak 20 – 25 %
4. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama
kurang lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan
kondisi penyakit pasien.
Sebagai contoh olah raga ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30
menit, olehraga sedang berjalan cepat selama 20 menit dan olah raga
berat jogging.

12
5. Edukasi
Penyuluhan untuk merancanakan pengelolaan sangat penting untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Edukator bagi pasien diabetes yaitu
pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan yang
bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman
pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat
yang optimal. Penyesuaian keadaan psikologik kualifas hidup yang lebih
baik. Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan diabetes
(Bare & Suzanne, 2014).

H. Komplikasi
Diabetes melitus dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang menyerang
beberapa organ dan yang lebih rumit lagi, penyakit diabetes tidak menyerang
satu alat saja, tetapi berbagai organ secara bersamaan. Komplikasi ini dibagi
menjadi dua kategori (Schteingart, 2013):
1. Komplikasi metabolik akut yang sering terjadi :
a Hipoglikemia
Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan
glukosa, dengan tanda-tanda rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing,
dan sebagainya. Hipoglikemia yaitu kadar glukosa darah kurang dari 80
mg/dl. Hipoglikemi sering membuat anak emosional, mudah marah,
lelah, keringat dingin, pingsan, dan kerusakan sel permanen sehingga
mengganggu fungsi organ dan proses tumbuh kembang anak.
Hipoglikemik disebabkan oleh obat anti-diabetes yang diminum dengan
dosis terlalu tinggi, atau penderita terlambat makan, atau bisa juga karena
latihan fisik yang berlebihan.
b Koma Diabetik
Koma diabetik ini timbul karena kadar darah dalam tubuh terlalu tinggi,
dan biasanya lebih dari 600 mg/dl.

13
Gejala koma diabetik yang sering timbul adalah:
1) Nafsu makan menurun (biasanya diabetisi mempunyai nafsu
makan yang besar)
2) Minum banyak, kencing banyak
3) Kemudian disusul rasa mual, muntah, napas penderita menjadi
cepat dan dalam, serta berbau aseton
4) Sering disertai panas badan karena biasanya ada infeksi dan
penderita koma diabetik harus segara dibawa ke rumah sakit
2. Komplikasi- komplikasi vaskular jangka panjang (biasanya terjadi
setelah tahun ke-5) berupa :
a. Mikroangiopati : retinopati, nefropati, neuropati. Nefropati
diabetik dijumpai pada 1 diantara 3 penderita DM tipe-1.
b. Makroangiopati : gangren, infark miokardium, dan angina.
3. Komplikasi lainnya (FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. 2013 ) :
a. Gangguan pertumbuhan dan pubertas
b. Katarak
c. Arteriosklerosis (sesudah 10-15 tahun)
d. Hepatomegali

14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Analisa data
NO Masalah keperawatan
1. Domain 2 : nutrisi
Kelas 1 : makan
00002 : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2. Domain 2 : nutrisi
Kelas 4 : metabolisme
00179 : resiko ketidak stabilan kadar glukosa darah

3. Domain 2 : nutrisi
Kelas 5 : hidrasi
00195 : resiko ketidakseimbangan elektrolit

15
B. Intervensi keperawatan
NO NOC NIC
1. Setelah dilakukan tindakan Domain 1 : fisiologis dasar
keperawatan slama 31-45 menit Kelas d : dukungan nutrisi
diharapkan ketidakefektifan 1100 manajemen nutrisi
nutrisi kurang dari tubuh teratasi -tentukan status gizi pasien dan kemampuan
Domain 2 : kesehatan fisiologis pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi
Kelas k : perencanaan dan nutrisi -atur diet yang diperlukan (yaitu
1004 status nutrisi (1-4) menyedikan makanan protein tinggi,
100401 asupan gizi (1-4) menyarankan penggunaan bumbu dan
100403 energi (1-4) rempah sebagai alternatif untuk garam,
100405 resiko berat badan/tinggi menyediakan pengganti gula,
badan (1-4) menambah/mengurangi
kalori,vitamin,mineral,supelmen
-monitor kecenderungan terjadinya
penurunan dan kenaikan berat badan
2. Setelah dilakukan tindakan Domain 4: kenyamanan
keperawatan slama 46-60 menit Kelas v : manajemen resiko
diharapkan ketidakefektifan -pertimbangkan status pemenuhan
resiko ketidak stabilan kadar kebutuhan sehari-hari
glukosa darah teratasi -intruksikan faktor resiko dan rencana
Domain 4 : pengetahuan tentang untuk mengurangi faktor resiko
kesehatan dan perilaku -diskusikan dan rencanakan untuk
Kelas ff : manajemen kesehatan mengurangi resiko berkoloborasi dengan
1619 manajemen diri diabetes individu dan keluarga
161911 memantau glukosa darah
(1-4)
161921 mengikuti lavel aktivitas
yang direkomendasikan (1-4)

16
161924 menggunakan prosedur
yang tepat untuk mengelola
insulin (1-4)
3. Setelah dilakukan tindakan Domain 2 : fisiologis kompleks
keperawatan slama 15 Kelas g : manajemen elektrolit dan asam
menit/kurang diharapkan resiko basa
ketidakseimbangan elektrolit 2080 manajemen elektrolit/cairan
teratasi -monitor manifestasi dan
Domain 2 : kesehatan fisiologi ketidakseimbangan elektrolit
Kelas 6 : cairan dan elektrolit -lakukan tindakan untuk mengontrol
0602 hidrasi kehilangan elektrolit yang berlebih (dengan
060201 turgor kulit (1-4) mengistirahatkan usus,mengubah jenis
060205 haus (1-4) deuretik, pemberian antipretik) yang sesuai
060211nadi cepat dan lemah (1-4) -ikuti aksi glukosa cepat dengan
060221 output cairan (1-4) karbohidrat dan protein yang berdurasi aksi
yg lama untuk manajemen polikemia akut,
yang sesuai.

17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes Mellitus merupakan penyakit terkait dengan sistem endokrinologi
dan pankreas sebagaipenghasil insulin yang menjadi pusat kajian serta studi
penyakit ini. Insulin memegang peranan pokok dalam metabolisme glukosa
serta alur energi tubuh manusia. Ada 2etiologi utama dari diabetes mellitus
yang menjadi dasar klasifikasi penyakitnya.Diabetes mellitus tipe 1 yang
dicetuskan oleh tidak cukupnya jumlah insulin sampai tidak terbentuknya
insulin oleh pankreas ( Sel Beta Pulau Langerhans ) disebabkan oleh proses
autoimunitasyang menghancurkan sel beta pulau langerhans pankreas.
Diabetes tipe 1 menyerang anak dengan umur< 18 tahun dengan rataan
umur penderita 4-10 tahun. T1DM menyebabkan ketergantungan
abosolutinsulin eksogenik untuk mengatur kadar gula darah, dan menjaga
status diabetes tidak berkembangmenjadi penyakit dengan banyak
komplikasi. Penatalaksanaan dengan insulin bertujuan untuk menghentikan
proses pembentukan gula hati dan menghentikan ketogenesis.
B. Saran
1. Bagi mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa
dalam memberikan pelayanan keperawatan dan dapat menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini sebagai tenaga kesehatan kita harus
mampu mengenali diabetes pada anak dan memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan baik dan benar
3. Bagi instiusi pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pendidikan sehingga terciptanya lulusan
perawat yang profesional, terampil, dan bermutu yang mampu
memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode
etik keperawatan.

18

Anda mungkin juga menyukai