Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sekarang ini sebagian masyarakat Indonesia yang mengabaikan arti
dari pancasila sebagai dasar negara dan UUD 1945 sebagai konstitusi. Bahkan
bukan hanya mengabaikan, namun banyak juga yang tidak mengetahui makna
dari dasar negara dan konstitusi tersebut. Terlebih di era globalisasi ini
masyarakat dituntut untuk mampu memilah-milah pengaruh positif dan
negatif dari globalisasi tersebut. Dengan pendidikan tentang dasar
negara dan konstitusi diharapkan masyarakat Indonesia mampu mempelajari,
memahami serta melaksanakan segala kegiatan kenegaraan berlandasakan
dasar negara dan konstitusi, namun tidak kehilangan jati dirinya.
Dasar Negara menjadi sumber bagi pembentukan konstitusi. Dasar
Negara menempati kedudukan sebagai norma hukum tertinggi disuatu Negara.
Sebagai norma tertinggi, dasar Negara menjadi sumber bagi pembentukan
norma-norma hukum dibawahnya. Konstitusi adalah salah satu norma hukum
dibawah dasar Negara. Dalam arti yang luas : konstitusi adalah hukum tata
negara, yaitu keseluruhan aturan dan ketentuan (hukum) yang
menggambarkan sistem ketatanegaraan suatu negara, dalam arti sempit :
konstitusi adalah Undang-Undang Dasar, yaitu satu atau beberapa dokumen
yang memuat aturan-aturan yang bersifat pokok. Dengan demikian, konstitusi
bersumber dari dasar Negara. Norma hukum dibawah dasar Negara isinya
tidak boleh bertentangan dengan norma dasar. Isi norma tersebut bertujuan
mencapai cita-cita yang terkandung dalam dasar Negara. Dasar Negara
merupakan cita hukum dari Negara. Terdapat hubungan-hubungan yang
sangat terkait antara keduanya yang perlu kita ketahui.

1
Dalam arti sempit: konstitusi adalah Undang-Undang Dasar, yaitu satu
atau beberapa dokumen yang memuat aturan-aturan yang bersifat pokok.
Dengan demikian, konstitusi bersumber dari dasar Negara. Norma hukum
dibawah dasar Negara isinya tidak boleh bertentangan dengan norma dasar. Isi
norma tersebut bertujuan mencapai cita-cita yang terkandung dalam dasar
Negara. Dasar Negara merupakan cita hukum dan Negara. Terdapat
hubungan-hubungan yang sangat terkait antara keduanya yang perlu kita
ketahui.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pentingnya konstitusi bagi negara?
1.2.2 Bagaimana UUD 1945 sebagai konstitusi Indonesia?
1.2.3 Bagaimana perilaku konstitusional?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum adalah untuk memberikan informasi kepada mahasiswa
& mahasiswi. Serta dapat memahami bagaimana bentuk negara dan
konstitusi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui apa saja pentingnya konstitusi bagi negara.
2. Untuk mengetahui bagaimana UUD 1945 sebagai konstitusi
Indonesia.
3. Untuk mengetahui bagaimana perilaku konstitusional

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
Dapat menambah pembendaharaan bacaan-bacaan refrensi
informasi Kewarganegaraan

2
1.4.2 Bagi STIKes Yatsi
Dapat menambah wawasan dan mempermudah bagi mahasiswa dan
mahasiswi dalam mengetahui Negara dan Konstitusi

1.4.3 Bagi Pembaca


Menambah pengetahuan mengenai Kewarganegaraan yang dapat
membantu mahasiswa dan mahasiswi dalam memahaminya, agar dapat
mengaplikasikannya yang benar.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pentingnya Konstitusi Bagi Negara


2.1.1 Konstitusi
A. Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dari berbagai bahasa, dari bahasa Prancis
yaitu constituer yang memiliki arti membentuk. Jadi konstitusi
memiliki arti pembentukan atau menyusun dan menyatakan suatu
negara. Dari bahasa belanda, istilah konstitusi adalah Gronwet
yang dalam bahasa Indonesia berarti undang-undang tanah. Dalam
bahasa Inggris istilah konstitusi disebut dengan constitution yang
artinya adalah konstitusi (dalam bahasa Indonesia).
Dalam bahasa Indonesia konstitusi memiliki arti sebagai
hukum dasar atau undang-undang dasar. Istilah itu
menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara.
Pengertian konstitusi menurut para ahli :
a) Menurut Herman Heller
Menurut Herman Heller definisi dari konstitusi dibagi
menjadi tiga bagian yaitu :
1) Konstitusi yang mencerminkan kehidupan politik di dalam
masyarakat sebagai suatu kenyataan. Pengertian ini disebut
dengan pengertian secara sosiologis.
2) Secara yuridis, definisi konstitusi adalah satu kesatuan
kaidah yang hidup dalam masyarakat.

4
3) Secara politis definisi konstitusi adalah suatu aturan yang
ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang dan
berlaku dalam suatu negara.
b) Menurut K. C. Wheare
Pengertian konstitusi menurut K. C. Wheare adalah
keseluruhan sistem ketatanegaraan dari suatu negara yang
isinya berupa kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur
atau memerintah dalam pemerintahan suatu negara.
Berikut 3 ciri-ciri umum konstitusi :
1) Konstitusi terdiri dari berbagai kaidah hukum yang mana
kedudukannya lebih tinggi daripada kaidah hukum yang
lainnya, hal ini bertujuan agar konstitusi dapat membatasi
wewenang penguasa sehingga tidak terjadi penyalahgunaan
atau penyelewengan kekuasaan pemerintahan.
2) Di dalam konstitusi terdapat prinsip-prinsip dan juga aturan
yang dianggap paling pokok mengenai kehidupan bersama
dalam suatu negara
3) Lahirnya konstitusi biasanya dari momen sejarah masyarakat
yang bersangkutan. Sebagai contoh, Indonesia yang membuat
konstitusi setelah merdeka dari Penjajahan oleh negara lain
selama bertahun-tahun.
Ada tiga hal yang diatur dalam sebuah konstitusi, yaitu sebagai
berikut:
1) Jaminan hak asasi manusia bagi seluruh warga negara dan
penduduk
2) Sistem ketatanegaraan yang mendasar
3) Kedudukan, tugas, dan wewenang lembaga-lembaga negara

5
Konstitusi Di Indonesia
1) Negara Indonesia adalah Negara Hukum
Negara Indonesia berdasarkan atas hukum bukan
berdasarkan atas kekuasaan belaka terbukti bahwa
pemerintahan dan lembaga- lembaga lainnya dalam
melaksanakan tidakan- tindakan apa pun harus dilandasi oleh
peraturan hukum atau dapat dipertanggung jawabkan secara
hukum. Disamping akan tampak dalam rumusannya dalam
pasal- pasalnya, juga akan menjalankan pelaksanaan dari
pokok- pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan
UUD 1945 yang diwujudkan oleh cita- cita hukum dan hukum
dasar yang tertulis dengan landasan negara hukum setiap
tindakan Negara haruslah mempertimbangkan dua
kepentingan yaitu kegunaannya dan hukumnya, agar senantiasa
setiap tindakan Negara selalu memenuhi dua kepentingan
tersebut.
2) Hukum Dasar Tertulis dan tidak Tertulis
a) Hukum Dasar Tertulis
Dasar hukum tertulis adalah Undang- undang Dasar
yang menurut sifat dang fungsinya adalah suatu naskah
yang memaparkan kerangka dan tugas- tugas pokok cara
kerja badan- badan tersebut. Undang- undang Dasar bersifat
singkat dan supel. Undang- undang Dasar 1945 hanya
memiliki 37 pasal, adapun pasal- pasalnya hanya memuat
aturan peralihan dan aturan tambahan. Hal ini mengandung
makna:
 Telah cukup jika undang- undang dasar hanya memuat
aturan- aturan pokok.

6
 Sifatnya yang supel.
 Memuat aturan- aturan, norma- norma serta ketentuan-
ketentuan yang harus dilaksanakan secara
konstitusional.
 Undang- undang Dasar 1945 merupakan peraturan
hukum positif tertinggi
b) Hukum Dasar yang tidak Tertulis
Aturan- aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam
penyelenggaraan Negara meskipun tidak tertulis. Hukum
dasar tidak tertulis mempunyai sifat- sifat, yaitu:
 Merupakan kebiasaan berulang kali dalam
penyelenggaraan Negara.
 Tidak bertentangan dengan undang- undang dasar dan
berjalan sejajar.
 Diterima oleh seluruh rakyat.
 Bersifat sebagai pelengkap.
c) Sistem Pemerintahan Negara menurut UUD 1945 hasil
Amandemen 2002.
Sistem pemerintahan di Indonesia sebelum dilakukan
amandemen dijelaskan secara terperinci dan sistematis
dalam undang- undang dasar 1945. Sistem pemerintahan
Negara Indonesia ini dibagi atas tujuh yang secara
sistematis merupakan pertanggung jawaban kedaulatan
rakyat oleh karena itu sistem Negara ini dikenal dengan
tujuh kunci pokok system pemerintahan, walaupun tujuh
kunci pokok menurut penjelasan tidak lagi merupakan dasar
yudiris, namun mengalami perubahan.Penjelasan UUD
1945 yang memuat 7 buah kunci pokok, yaitu:

7
 Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum
(rechstaat).
Negara Indonesia adalah negara yang berdasar atas
hukum dan bukan kekuasaan belaka. Hal ini berarti bahwa
negara dalam melaksanakan tindakan apapun harus selalu
dilandasi oleh hukum atau segala tindakannya harus dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum.
Negara hukum yang dimaksud oleh UUD 1945
bukanlah negara hukum dalam arti formal (sebagai polisi
lalu lintas atau penjaga malam) tetapi negara hukum dalam
arti material (dalam arti luas) yaitu negara tidak hanya
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia tetapi juga harus memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.Sistem
Konstitusional
 Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar)
dan tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak
tak terbatas).
Sistem ini menegaskan bahwa pemerintahan negara
dibatasi oleh konsitusi dan otomatis dibatasi juga oleh
ketentuan hukum yang merupakan produk konstitusional
lainnya seperti GBHN, UU dll. Sistem ini juga memperkuat
dan menegaskan sistem negara hukum.
Berdasarkan kedua sistem ini diharapkan dapat tercapai
mekanisme hubungan tugas dan hukum antara lembaga-
lembaga negara yang dapat menjamin terlaksananya sistem
itu sendiri.

8
 Kekuasaan negara yang tertinggi berada di tangan MPR
Kedaulatan rakyat dipegang oleh MPR sebagai
penjelmaan seluruh rakyat Indonesia. Sebagai pemegang
kekuasaan yang tertinggi, MPR mempunyai tugas dan
wewenang, yaitu :
 Menetapkan UUD dan GBHN.
 Memilih dan mengangkat Presiden dan Wapres.
 Majelis mengangkat dan melantik Kepala Negara
dan Wakil Kepala Negara, oleh karena itu Kepala
Negara dan Wakil Kepala Negara harus tunduk dan
bertanggung jawab kepada MPR.
 Presiden adalah penyelenggaran pemerintahan negara yang
tertinggi di bawah Majelis.
Presiden adalah penyelenggara pemerintahan tertinggi
di bawah MPR. Dalam menjalankan pemerintahan,
kekuasaan dan tanggung jawab ada pada Presiden.
 Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR
Presiden harus bekerja sama dengan DPR tetapi
Presiden tidak bertanggun jawab kepada DPR,artinya
kedudukan Presiden tidak tergantung dari DPR.
 Presiden harus mendapat persetujuan dari DPR untuk
membentuk UU serta menetapkan APBN.
Presiden tidak dapat membubarkan DPR dan DPRpun
tidak dapat menjatuhkan presiden.
 Menteri Negara adalah pembantu Presiden, Menteri Negara
tidak bertanggung jawab kepada DPR.
Kedudukan menteri tidak tergantung pada DPR tetapi
pada Presiden. Pengangkatan dan pemberhentian menteri

9
merupakan wewenang sepenuhnya Presiden (Pasal 17 ayat
2)
 Menteri bertanggung jawab kepada Presiden.
Dengan petunjuk dan persetujuan Presiden, menteri-
menterilah yang sebenarnya menjalankan pemerintahan di
bidangnya masing-masing.
B. Lahirnya Konstitusi
Latar belakang lahirnya konstitusi pertama Republik Indonesia;
Undang-Undang Dasar 1945. Undang-Undang Dasar 1945
dirancang sejak 29 Mei 1945 sampai 16 Juni 1945 oleh badan
penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) yang beranggotakan 21 orang, diantaranya Ir. Soekarno
dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil ketua dengan 19 orang anggota
yang terdiri dari 11 orang wakil dari Jawa, 3 orang dari Sumatra
dan masing-masing 1 wakil dari Kalimantan, Maluku, dan Sunda
kecil.
Badan ini kemudian menetapkan tim khusus yang bertugas
menyusun konstitusi bagi Indonesia merdeka yang kemudian
dikenal dengan nama Undang-Undang 1945 (UUD’45). Para tokoh
perumus itu adalah: dr. Radjiman Widioningrat, Ki Bagus
Hadikoesoemo, Oto Iskandardinata, Pangeran Purboyo, Pangeran
Soerjahamidjojo, Prof. Dr. Mr. Soepomo, Abdul Kadir, Drs. Yap
Tjwan Bing, Dr. Mohammad Amir (Sumatera), Mr. Abdul Abbas
(Sumatera), Dr. Ratulangi, Andi Pangerang (keduanya dari
Sulawesi), Mr. Latuharhary, Mr. Pudja (Bali) A H. Hamidan
(Kalimantan), R. P. Soeroso, Abdul Wachid Hasyim dan Mr.
ohammad Hassan (Sumatera).

10
Latar belakang terbentuknya konstitusi (UUD’45) bermula dari
janji Jepang untuk memberi kemerdekaan bagi bangsa Indonesia di
kemudian hari. Janji tersebut antara lain berisi: “sejak dari dahulu,
sebelum pecahnya peperangan Asia Timur Raya, Dai Nippon
sudah mulai berusaha membebaskan bangsa Indonesia dari
kekuasaan pemerintah Hindia Belanda. Tentara Dai Nippon dengan
serentak menggerakkan angkatan perangnya, baik di darat, laut
maupun udara, untuk mengakhiri kekuasaan penjajahan Belanda”.
Sejak saat itu Dai Nippon Teikoku memandang bangsa
Indonesia sebagai saudara muda serta membimbing bangsa
Indonesia dengan giat dan tulus ikhlas di semua bidang, sehingga
diharapkan kelak bangsa Indonesia siap untuk berdiri sendiri
sebagai bangsa Asia Timur Raya. Namun janji hanyalah janji,
penjajah tetaplah penjajah selalu ingin lebih lama menindas dan
menguras kekayaan bangsa Indonesia. Setelah Jepang dipukul
mundur tentara sekutu, Jepang tak lagi inget akan janjinya. Setelah
menyerah tanpa syarat kepada sekutu, rakyat Indonesia lebih bebas
dan leluasa untuk berbuat dan tidak bergantung pada Jepang
sampai saat kemerdekaan tiba. Setelah merdeka kebutuhan akan
sebuah konstitusi resmi nampaknya tidak bias ditawar-tawar lagi,
dan segera harus dirumuskan.
Pada tanggal 18 Agustus 1945 atau sehari setelah ikrar
kemerdekaan, panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI)
mengadakan sidangnya yang pertama kali dan menghasilkan
beberapa keputusan sebagai berikut:
1) Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD ’45 yang
bahannya di ambil dari rancangan undang-undang yang disusun
oleh panitia perumus pada tanggal 22 Juni 1945;

11
2) Menetapkan dan mengesahkan UUD ’45 yang bahannya
hamper seluruhnya diambil dari RUU yang disusun oleh panitia
perancang UUD tanggal 16 Juni 1945;
3) Memilih ketua persiapan Kemerdekaan Indonesia Ir. Soekarno
sebagai presiden dan wakil ketua Drs. Muhammad Hatta
sebagai wakil presiden;
4) Pekerjaan presiden untuk sementara waktu dibantu oleh panitia
persiapan Kemerdekaan Indonesia yang kemudian menjadi
Komite Nasional;
Dengan terpilihnya presiden dan wakilnya atas dasar Undang-
Undang Dasar 1945 itu, maka secara formal Indonesia sempurna
sebagai sebuah Negara, sebab syarat yang lazim diperlukan oleh
setiap Negara telah ada yaitu adanya:
1) Rakyat, yaitu bangsa Indonesia;
2) Wilayah,yaitu tanah air Indonesia yang terbentang dari sabang
sampai merauke yang terdiri dari 13.500 buah pulau besar dan
kecil;
3) Kedaulatan yaitu sejak pengucapan proklamasi kemerdekaan
Indonesia;
4) Pemerintah yaitu sejak terpilihnya presiden dan wakilnya
sebagai pucuk pimpinan pemerintahan Negara;
5) Tujuan Negara yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan pancasila;
6) Bentuk Negara yaitu Negara kesatuan (pasal 1 ayat 1 UUD
’45).
C. Tujuan Konstitusi
Pada umumnya hukum bertujuan agar adanya tata tertib untuk
keselamatan masyarakat yang penuh dengan konflik antara
berbagai kepentingan yang ada di tengah masyarakat. Tujuan

12
hukum tata negara pada dasarnya sama dan karena sumber utama
dari hukum tata negara adalah konstitusi atau Undang-Undang
Dasar, akan lebih jelas dapat dikemukakan tujuan konstitusi itu
sendiri.

2.1.2 Negara
A. Pengertian Negara
Negara merupakan suatu organisasi diantara sekelompok atau
beberapa kelompok manusia yang secara bersama-sama mendalami
wilayah (teritorial) tertentu, dengan mengakui adanya suatu
pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan
sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang ada di
wilayahnya. Secara umum negara diartikan sebagai suatu
organisasi utama yang ada didalam suatu wilayah karena memiliki
pemerintahan yang berwenang dan mampu untuk ikut campur
dalam banyak hal dalam bidang organisasi-organisasi lainnya.
B. Sifat Sifat Negara
Negara mempunyai sifat-sifat khusus yang merupakan
manifestasi dari kedaulatan yang dimilikinya dan yang hanya
terdapat pada nrgara saja dan tidak terdapat pada asosiasi atau
organisasi lainnya. Umumnya dianggap bahwa setiap Negara
mempunyai sifat memaksa, sifat monopoli dan sifat mencakup
semua.
1) Sifat Memaksa. Agar peraturan perundang-undangan dan
dengan demikian penertiban dalam masyarakat tercapai serta
timbulnya anarki dicegah, maka Negara memiliki sifat
memaksa, dalam arti mempunyai kekuasaan untuk memakai
kekerasan fisik secara legal. Sarana untuk itu adalah polisi,
tentara, dan sebagainya. Organisasi dan asosiasi yang lain dari

13
Negara juga mempunyai aturan; akan tetapi aturan-aturan yang
dikeluarkan oleh Negara lebih mengikat.
2) Sifat Monopoli. Negara mempunyai monopoli dalam
menetapkan tujuan bersama dari masyarakat. Dalam rangka ini
Negara dapat menyatakan bahwa suatu aliran kepercayaan atau
aliran politik tertentu dilarang hidup dan disebarluaskan,
karena dianggap bertentangan dengan tujuan masyarakat.
3) Sifat Mencakup Semua (all-encopassing, all-embracing).
Semua peraturan perundang-undangan berlaku untuk semua
orang tanpa terkecuali. Keadaan demikian memang perlu,
sebab kalau seseorang dibiarkan berada di luar ruang-lingkup
aktivitas Negara, maka usaha Negara kearah tercapaiya
masyarakat yang dicita-citakan akan gagal.
D. Elemen-elemen Pembentuk Negara
1) Masyarakat
Masyarakat adalah unsur terpenting dalam tatanan suatu
negara. Masyarakat atau rakyat merupakan suatu individu yang
berkepentingan dalam suksesnya suatu tatanan dalam
pemerintahan. Pentingnya unsur rakyat dalam suatu negara
tidak hanya diperlukan dalam ilmu kenegaraan (staatsleer)
tetapi juga perlu melahirkan apa yang disebut ilmu
kemasyarakatan (sosiologi), yaitu suatu ilmu pengetahuan baru
yang khusus menyelidiki, mempelajari hidup kemasyarakatan.
Sosiologi merupakan ilmu penolong bagi ilmu ketatanegaraan.
2) Wilayah (Tutorial)
Suatu negara tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya suatu
wilayah. Selain pentingnya unsur wilayah dengan batas-batas
yang jelas, penting pula keadaan khusus wilayah yang
bersangkutan, artinya apakah layak suatu wilayah itu masuk

14
suatu negara tertentu atau sebaliknya dipecah menjadi wilayah
berbagai negara. Dan apabila mengeluarkan peraturan
perundang-undangan hanya berlaku bagi orang-orang yang
berada di wilayah itu sendiri. Orang akan segera sadar jika
berada dalam suatu negara tertentu apabila melampaui batas-
batas wilayahnya setelah berhadapan dengan aparat (imigrasi
negara) untuk memenuhi berbagai kewajiban yang di tentukan
oleh wilayah tersebut.
3) Pemerintahan
Ciri khusus dari pemerintahan dalam negara adalah
pemerintah memiliki kekuasaan atas semua anggota
masyarakat yang merupakan penduduk suatu negara dan dalam
wilayah negara. Ada empat macam teori mengenai suatu
kedaulatan, yaitu Teori Kedaulatan Tuhan, Kedaulatan Negara,
Kedaulatan Hukum, dan Kedaulatan Rakyat.
 Teori Kedaulatan Tuhan (Gods Souvereiniteit)
Teori Kedaulatan Tuhan (Gods Souvereiniteit) menyatakan
atau menganggap kekuasaan pemerintah suatu negara
diberikan oleh Tuhan. Contohnya kerajaan Belanda, Raja
atau Ratu secara resmi menamakan dirinya Raja atas
kehendak Tuhan “bij de Gratie Gods”, atau Ethiopia (Raja
Haile Selasi) dinamakan “Singa Penakluk dari suku Yuda
yang terpilih Tuhan menjadi Raja di Ethiopia”.
 Teori Kedaulatan Negara (Staats Souvereiniteit)
Teori Kedaulatan Negara (Staats Souvereiniteit)
menganggap sebagai suatu axioma yang tidak dapat
dibantah, yang artinya dalam suatu wilayah negara,

15
negaralah yang berdaulat. Inilah inti pokok dari semua
kekuasaan yang ada dalam wilayah suatu negara.
 Teori Kedaulatan Hukum (Rechts Souvereiniteit)
Teori Kedaulatan Hukum (Rechts souvereiniteit)
menyatakan semua kekuasaan dalam negara berdasar atas
hukum. Pelopor teori ini adalah H. Krabbe dalam buku Die
Moderne Staats Idee.
 Teori Kedaulatan Rakyat (Volks aouvereiniteit)
Teori kedaulatan Rakyat (Volks aouvereiniteit), semua
kekuasaan dalam suatu negara didasarkan pada kekuasaan
rakyat (bersama). J.J. Rousseau (Perancis) menyatakan apa
yang dikenal dengan “kontrak sosial”, suatu perjanjian
antara seluruh rakyat yang menyetujui Pemerintah
mempunyai kekuasaan dalam suatu negara.

3.5 UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara Indonesia


Undang-Undang 1945 merupakan konstitusi bagi Negara Indonesia.
Sebagai dasar hukum, UUD 1945 berperan dalam mewujudkan nilai-nilai
luhur yang terkandung dalam ideologi bangsa Indonesia yaitu pancasila.
Pancasila sendiri merupakan hukum diatas segala hukum (staats fundamental
norm). Artinya UUD 1945 sebagai dasar hukum, dalam pembuatannya tidak
boleh bertentangan dan harus mematuhi nilai-nilai yang terdapat pada
pancasila, sebab UUD 1945 adalah hokum yang setingkat dibawah Pancasila.
Maka dari itu dikenallah asas yang berbunyi “hukum yang lebih tinggi
menjadi acuan bagi hukum yang lebih rendah”. UUD 1945 dalam prosesnya
tidak bersifat absolut, maksudnya UUD 1945 dapat diamandemen sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan Negara Indonesia. Bahkan dalam perubahan
UUD ini telah tercantum sendiri pada pasal 37. Dan dalam perubahannya juga

16
harus mematuhi asas “hukum yang lebih tinggi menjadi acuan bagi hukum
yang lebih rendah”.
Pada dasarnya Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi Negara
Indonesia maksudnya adalah UUD 1945 menjadi dasar atau landasan
struktural dalam penyelenggaraan pemerintahan menurut sistem
ketatanegaraan. Undang-Undang Dasar 1945 juga memiliki fungsi khusus
sebagai perwujudan hukum tertinggi yang harus ditaati, bukan hanya oleh
rakyat akan tetapi oleh pemerintahan dan penguasa juga. Intinya setiap warga
Negara Indonesia beserta pemerintah wajib mematuhi apa yang sudah tertulis
dalam UUD 1945. Sebab dengan cara ini, tujuan Negara dalam
menyelenggarakan kepentingan umum tanpa menyingkirkan kepentingan
pribadi dapat terlaksana dengan baik dan bijaksana.
UUD 1945 dalam proses pelaksanaannya tidak bersifat statis/absolut.
UUD 1945 dapat diamandemen sesuai dengan keadaan dan kebutuhan negara.
Bahkan soal perubahan UUD ini sudah tertuang sendiri pada batang tubuh
UUD 1945 Pasal 37. Dalam perubahannya ini juga UUD 1945 harus tetap
mematuhi asas lex superior derogat legi inferior. Sampai saat tulisan ini
ditulis, UUD 1945 sudah mengalami 4 kali amandemen.
Setiap warga negara Indonesia beserta pemerintah wajib mematuhi apa
yang sudah tertulis dalam UUD 1945. Sebab dengan cara ini, tujuan negara
dalam menyelenggarakan kepentingan umum tanpa menyingkirkan
kepentingan pribadi dapat terlaksana dengan baik dan bijaksana.

3.6 Perilaku Konstitusional


Konstitusi dalam kehidupan berbangsan dan bernegara merupakan hal
yang penting. Oleh karena itu, bangsa Indonesia sudah memiliki konstitusi
sejak kemerdekaan dari UUD 1945, konstitusi RIS, UUDS 1950, sampai
UUD 1945 hasil amandemen. Negara tidak hanya sekedar teka-teki tertuang

17
dalam suatu naskah konstitusi diharapkan bisa hidup dalam penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Atau dengan kata lain konstitusi benar-
benar harus dijalankan oleh segenap komponen negara.
1. Perilaku Konstitusional.
Adalah Perilaku- perilaku senantiasa berdasar dan hanya berpijak pada
aturan-aturan penyelanggaraan bernegara yang tertuang dalam 1945
perilaku konstitusional juga dapat diartikan sebagai perilaku yang sesuai
dengan konstitusi negara.
2. Perilaku Inkonstitusional
Ialah perilaku yang tidak sesuai dan bertentangan atau menyimpang
dari konstitusi negara.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Negara merupakan suatu organisasi diantara sekelompok atau
beberapa kelompok manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu
wilayah (teritorial) tertentu dengan mengakui adanaya suatu pemerintahan
yang mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok atau beberapa
kelompok manusia yang ada di wilayahnya.
Konstitusi diartikan sebagai peraturan yang mengatur suatu negara,
baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Konstitusi memuat aturan-aturan
pokok yang menopang berdirinya suatu Negara. Antara negara dan konstitusi
mempunyai hubungan yang sangat erat. Karena melaksanakan konstitusi pada
dasarnya juga melaksanakan dasar negara.
Pancasila sebagai alat yang digunakan untuk mengesahkan suatu
kekuasaan dan mengakibatkan Pancasila cenderung menjadi idiologi tertutup,
sehingga pancasila bukan sebagai konstitusi melainkan UUD 1945 yang
menjadi konstitusi di Indonesia.

3.2 Saran
Diharapkan masyarakat mengetahui tentang Negara dan Konstitusi di
negara kita. Diharapkan informasi ini dapat tersebar luas ke masyarakat agar
terbentuk jiwa nasionalisme sebagai tonggak kemajuan Negara.

19
DAFTAR PUSTAKA

20

Anda mungkin juga menyukai