Anti Tetanus Serum (ATS) dan Human Tetanus Immunoglobulin (HTIG) mempunyai
tujuan yang sama yaitu sebagai agen untuk netralisasi toksin yang dikeluarkan oleh
Clostridium tetani. Anti Tetanus Serum (ATS) sudah ditemukan sejak lama yang diproses
dengan cara menyuntikkan toksin tetanus pada kuda sehingga kuda membentuk anti tetanus
kemudian serum tersebut diambil dan dapat disuntikkan pada manusia. Sedangkan HTIG
merupakan penemuan terbaru yang berasal dari serum manusia.
Penggunaan ATS yang berasal dari serum kuda mengalami kendala efek samping
serum sickness dan reaksi anafilaktik. Tersedianya antitoksin yang berasal dari manusia,
sejak tahun 1960-an para ahli merekomendasikan sedapat mungkin menggunakan HTIG, dan
hanya menggunakan ATS apabila tidak ada persediaan HTIG.
Penggunaan ATS dilaporkan terdapat dua kematian akibat syok anafilaktik dan acute
hemorrhagic leukoencephalitis. Penggunaan ATS dapat menyebabkan reaksi adenitis, ruam,
artritis, nyeri kepala dan menggigil. Sedangkan pada pemberian HTIG pada 20 kasus tetanus
tidak didapatkan efek samping hipersensitif sistemik. Penggunaan HTIG juga memiliki efek
samping reaksi lokal yang lebih ringan dibandingkan dengan penggunaan ATS.
HTIG ini bertahan dalam darah selama 1 bulan. Untuk pengobatan penderita tetanus
diberikan dosis 3000 – 6000 unit intra muskuler pada otot gluteus, sebagian diinfitrasikan
sekitar luka.
ATS diberikan bila human antitoksin tidak ada, dosisnya untuk profilaksis 1500 – 3000
unit bagi orang dewasa, anak – anak sesuai umur. ATS bertahan dalam darah 7 – 14 hari.
Untuk pengobatan penderita tetanus dosis ATS adalah 20.000 – 40.000 unit.
Pemberian serum tetanus merupakan serum kekebalan pasif yang dapat langsung
mencegah timbulnya tetanus. Sedangkan vaksin tetanus toxoid 0,5ml tidak untuk mencegah
tetanus secara cepat namun membentuk kekebalan tubuh secara aktif terhadap tetanus,
sehingga mencegah tetanus dikemudian hari.
- : Tidak diberikan
Ya : Diberikan
Dilakukan untuk mengetahui apakah seorang penderita tahan terhadap ATS hewan
atau tidak. Terdapat du acara untuk melakukan tes ini yaitu tes kulit (skin test) dan tes mata
(eye test).
1. Pemberian HTIG
2. Pemberian ATS dengan cara desensitasi (cara Bedreskad)
3. ATS tidak diberikan
Bedreskad adalah pemberian ATS pada penderita yang hipersensitif terhadap penyuntikan
langsung, tetapi tidak dapat diberi HTIG karena suatu hal. Dalam hal ini wajib memberikan
ATS dengan pertimbangan kemungkinan terjadinya tetanus pada luka besar. Pada cara
Bedreska ini, pengawasan dilakukan bertahap. Bila timbul reaksi hebat, pemberian tidak
boleh diteruskan.
1. 0,1 cc serum + 0,9 cc akuades atau NaC1 0,9 % disuntikkan secara subkutan
tunggulah selama 30 menit.
2. Sesudahnya, suntikkan 1cc serum + 0,5 cc akuades atau NaC1 0,9 % secara
subkutan, tunggulah 30 menit. Perhatikan reaksi. Bila tampak tanda – tanda penderita
hipersensitif (tanda profromalsyok anafilaktik), hentikan pemberian, dan berikan
antihistamin serta kortikosteroid. Rawat penderita sesuai keadaannya.
3. Bila tidak ada reaksi berarti setelah 30 menit sisa serum dapat disuntikkan secara
intramuskuler.
Desensitisasi ini bertahan selama 2 – 3 minggu, jadi bila keesokan harinya atau hari – hari
berikutnya (dalam masa 2 – 3 minggu tersebut) perlu dilakukan suntikan ulangan, maka cara
Bersredka tak perlu diiulangi. Pada cara Besredka, sebaiknya perlengkapan P3K yaitu obat
yag diperlukan untuk menanggulangi syok anafilaktik tetap tersedia.