Anda di halaman 1dari 3

ANTI TETANUS SERUM, HUMAN TETANUS IMMUNOGLOBULIN

DAN TETANUS TOXOID


Dianita Amira Salma

Penggunaan ATS dan HTIG

Anti Tetanus Serum (ATS) dan Human Tetanus Immunoglobulin (HTIG) mempunyai
tujuan yang sama yaitu sebagai agen untuk netralisasi toksin yang dikeluarkan oleh
Clostridium tetani. Anti Tetanus Serum (ATS) sudah ditemukan sejak lama yang diproses
dengan cara menyuntikkan toksin tetanus pada kuda sehingga kuda membentuk anti tetanus
kemudian serum tersebut diambil dan dapat disuntikkan pada manusia. Sedangkan HTIG
merupakan penemuan terbaru yang berasal dari serum manusia.

Penggunaan ATS yang berasal dari serum kuda mengalami kendala efek samping
serum sickness dan reaksi anafilaktik. Tersedianya antitoksin yang berasal dari manusia,
sejak tahun 1960-an para ahli merekomendasikan sedapat mungkin menggunakan HTIG, dan
hanya menggunakan ATS apabila tidak ada persediaan HTIG.

Penggunaan ATS dilaporkan terdapat dua kematian akibat syok anafilaktik dan acute
hemorrhagic leukoencephalitis. Penggunaan ATS dapat menyebabkan reaksi adenitis, ruam,
artritis, nyeri kepala dan menggigil. Sedangkan pada pemberian HTIG pada 20 kasus tetanus
tidak didapatkan efek samping hipersensitif sistemik. Penggunaan HTIG juga memiliki efek
samping reaksi lokal yang lebih ringan dibandingkan dengan penggunaan ATS.

Dosis pemberian HTIG untuk profilaksis adalah :

– Orang dewasa : 250 u – 500 u

– Anak di atas 10 tahun : 250 u

– Anak 5 – 10 tahun : 125 u

– Anak di bawh\ag 5 tahun : 75 u

HTIG ini bertahan dalam darah selama 1 bulan. Untuk pengobatan penderita tetanus
diberikan dosis 3000 – 6000 unit intra muskuler pada otot gluteus, sebagian diinfitrasikan
sekitar luka.

ATS diberikan bila human antitoksin tidak ada, dosisnya untuk profilaksis 1500 – 3000
unit bagi orang dewasa, anak – anak sesuai umur. ATS bertahan dalam darah 7 – 14 hari.
Untuk pengobatan penderita tetanus dosis ATS adalah 20.000 – 40.000 unit.

Penggunaan Serum Anti-tetanus dan Tetanus Toxoid

Pemberian serum tetanus merupakan serum kekebalan pasif yang dapat langsung
mencegah timbulnya tetanus. Sedangkan vaksin tetanus toxoid 0,5ml tidak untuk mencegah
tetanus secara cepat namun membentuk kekebalan tubuh secara aktif terhadap tetanus,
sehingga mencegah tetanus dikemudian hari.

Indikasi pemberian serum anti-tetanus:

1. Luka cukup besar (dalam >1cm)


2. Luka berbentuk bintang
3. Luka berasal dari benda yang kotor dan berkarat
4. Luka gigitan hewan dan manusia
5. Luka tembah dan luka bakar
6. Luka terkontaminasi (luka yang >6jam tidak ditangani atau <6jam namun terpapar
banyak kontaminasi atau luka yang timbul karena kekuatan yang besar seperti luka
tembak dan terjepit mesin)
7. Penderita tidak memiliki riwayat imunisasi yang jelas atau tidak mendapatkan booster
selama 5 tahun atau lebih

Indikasi pemberian tetanus toxoid:

1. Belum pernah diberikan imunisasi tetanus


2. Riwayat imunisasi tanpa booster
3. Imunisasi lengkap >10 tahun terakhir
4. Imunisasi lengkap >5 tahun terakhir dan mengalami luka dengan tetanus (setelah
sembuh dan telah diberikan serum tetanus sebagai netralisasi)
Pemberian vaksin ditujukan sebagai booster terhadap pasien yang luka yang
telah mendapat vaksinasi tetanus sebelumnya, tujuannya untuk menaikkan titer
antitoksin dan akan memberikan perlindungan yang efektif dalam jangka waktu yang
lama.
Pemberian vaksin tetanus pada saat luka terhadap pasien yang sama sekali
belum pernah divaksinasi terhadap tetanus, tidaklah dapat menjamin perlindungan
terhadap tetanus, karena untuk mendapatkan antitoksin dalam serum sampai di garis
proteksi minimal dibutuhkan waktu 2 – 3 minggu, sedangkan masa inkubasi tetanus
ada yang lebih cepat. Dalam hal inilah diperlukan pemberian antitoksin (immunisasi
pasif) bersamaan dengan pemberian toksodi tetanus tadi.

Imunisasi Luka kecil dan basah Luka-luka lainnya


tetanus
sebelumnya Toksoid TIG Toksoid TIG
(dosis)
Tidak jelas Td - Td Ya
0-1 Td - Td Ya
2 Td - Td -(x)
3-lebih -(xx) - -(xx) -
Keterangan;

TIG : Tetanus Imun Globulin (manusia)

Td : Tetanus difteri toksoid

- : Tidak diberikan

Ya : Diberikan

x : Kecuali luka lebih dari 24 jam

xx : Kecuali telah lebih dari 10 tahun pemberian toksoid yang terakhir


Tes sensitivitas terhadap ATS

Dilakukan untuk mengetahui apakah seorang penderita tahan terhadap ATS hewan
atau tidak. Terdapat du acara untuk melakukan tes ini yaitu tes kulit (skin test) dan tes mata
(eye test).

1. Tes kulit (skin test)


Tes kulit ini lebih sering dilakukan dibandingkan tes mata. Cara tes sensitivitas
dengan tes kulit yaitu 0,1cc ATS diencerkan dengan akuades atau NaCl 0,9%
menjadi 1cc. Suntikkan 0,1cc larutan tersebut pada lengan bawah bagian voler
secara intrakutan, tunggu selama 15 menit. Reaksi positif (hipersensitif) bila terjadi
infiltrat/indurasi dengan diameter >10mm (1cm) yang dapat disertai dengan rasa
panas dan gatal.
2. Tes mata (eye test)
Cara tes sensitivitas dengan tes mata yaitu dengan meneteskan cairan serum
pada mata, tunggu 15 menit. Reaksi positif (hipersesitif) bila mata merah dan
bengkak.

Penderita yang hipersensitif terhadap ATS akan dilakukan 3 kemungkinan:

1. Pemberian HTIG
2. Pemberian ATS dengan cara desensitasi (cara Bedreskad)
3. ATS tidak diberikan

Desensitasi dengan cara Bedreskad

Bedreskad adalah pemberian ATS pada penderita yang hipersensitif terhadap penyuntikan
langsung, tetapi tidak dapat diberi HTIG karena suatu hal. Dalam hal ini wajib memberikan
ATS dengan pertimbangan kemungkinan terjadinya tetanus pada luka besar. Pada cara
Bedreska ini, pengawasan dilakukan bertahap. Bila timbul reaksi hebat, pemberian tidak
boleh diteruskan.

Cara pemberiannya sebagai berikut :

1. 0,1 cc serum + 0,9 cc akuades atau NaC1 0,9 % disuntikkan secara subkutan
tunggulah selama 30 menit.
2. Sesudahnya, suntikkan 1cc serum + 0,5 cc akuades atau NaC1 0,9 % secara
subkutan, tunggulah 30 menit. Perhatikan reaksi. Bila tampak tanda – tanda penderita
hipersensitif (tanda profromalsyok anafilaktik), hentikan pemberian, dan berikan
antihistamin serta kortikosteroid. Rawat penderita sesuai keadaannya.
3. Bila tidak ada reaksi berarti setelah 30 menit sisa serum dapat disuntikkan secara
intramuskuler.

Desensitisasi ini bertahan selama 2 – 3 minggu, jadi bila keesokan harinya atau hari – hari
berikutnya (dalam masa 2 – 3 minggu tersebut) perlu dilakukan suntikan ulangan, maka cara
Bersredka tak perlu diiulangi. Pada cara Besredka, sebaiknya perlengkapan P3K yaitu obat
yag diperlukan untuk menanggulangi syok anafilaktik tetap tersedia.

Anda mungkin juga menyukai