Anda di halaman 1dari 4

1.

Contoh kasus wabah


WABAH CHIKUNGUNYA SERANG WARGA SALATIGA
Angga Rosa AD
Senin, 27 Januari 2014 17:38 WIB
Ilustrasi (dok:Istimewa)
Sindonews.com - Puluhan warga Dukuh Krajan, Kelurahan Salatiga, Kecamatan Sidorejo, Salatiga,
terjangkit penyakit chikungunya. Penyakit yang disebabkan oleh nyamuk aedes aegypti ini
menyerang warga dan mewabah sejak akhir Desember 2013.
Ketua RT02 Dukuh Krajan Triyanto (40) menuturkan, penyakit ini menyerang warga secara sporadis
dalam waktu yang hampir bersamaan. Gejala awalnya mendadak suhu badan naik (panas), perut
mual, dan muntah. Kemudian persendian kaku dan tidak bisa berjalan. Namun sebagian warga yang
terjangkit, saat ini sudah sembuh.
"Warga sempat panik. Karena penyakit ini menyerang warga hampir dalam waktu bersamaan. Tapi
warga terjangkit bisa disembuhkan setelah melakukan pengobatan di Puskesmas Sidorejo dan
rumah sakit," katanya, kepada wartawan, Senin (27/1/2014).
Menurut dia, kasus ini sudah dilaporkan ke kelurahan dan diteruskan ke Dinas Kesehatan (Dinkes)
Kota Salatiga. "Dinkes sudah melakukan penanganan dengan cara fogging," terangnya.
Sementara itu, Dinkes Kota Salatiga, hari ini melakukan fogging di Dukuh Krajan. Ini dilakukan untuk
membasmi nyamuk dan mengantisipasi penyakit lainnya yang disebabkan oleh nyamuk aedes
aegypti seperti demam berdarah dengue (DBD).
Petugas Kecamatan Sidorejo Mamiek (38) mengatakan, jumlah warga yang terjangkit cikhungunya
terhitung sejak akhir Desember 2013 hingga kemarin, mencapai 37 orang.
"Awalnya, warga yang terjangkit sebanyak tiga orang. Kemudian menjangkiti puluhan warga lainnya.
Sekarang kondisi warga yang terjangkit chikungunya sudah membaik," ungkapnya.
Menurutnya, kasus chikungunya di Dukuh Krajan belum termasuk dalam kejadian luar biasa (KLB).
"Chikungunya memang bisa saja terjadi secara sporadis. Tapi chikungunya tidak membahayakan
hingga menimbulkan kematian," katanya.
Guna mengantisipasi penyebaran penyakit tersebut, Mamiek meminta kepada warga untuk
meningkatkan pola hidup bersih dan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
"Langkah antisipasi yang paling efektif adalah menjaga kebersihan lingkungan dan melakukan PSN.
Jika lingkungan bersih, penyebaran penyakit chikungnya dan penyakit yang disebabkan oleh nyamuk
lainnya bisa dicegah," tandasnya.
(san)

2. Cara mengidentifikasi wabah


Langkah melakukan investigsi wabah dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang sistemik
yang terdiri dari :
1) Persiapan Investigasi di Lapangan
Persiapan dapat dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu:
a. Investigasi : pengetahuan ilmiah perlengkapan dan alat
b. Administrasi :prosedur administrasi termasuk izin dan pengaturan perjalanan
c. Konsultasi :peran masing masing petugas yang turun kelapangan
2) Pemastian Adanya Wabah
Dalam menentukan apakah wabah, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Dengan membandingkan jumlah yang ada saat itu dengan jumlah beberapa minggu atau
bulan sebelumnya.
b. Menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui jumlah yang diharapkan.
c. Sumber informasi bervariasi bergantung pada situasinya
Catatan hasil surveilans
Catatan keluar dari rumah sakit, statistic kematian, register, dan lain-lain.
Bila data local tidak ada, dapat digunakan rate dari wilayah di dekatnya atau data nasional.
Boleh juga dilaksanakan survey di masyarakat menentukan kondisi penyakit yang biasanya
ada.
d. Pseudo endemik (jumlah kasus yang dilaporkan belum tentu suatu wabah):
Perubahan cara pencatatan dan pelaporan penderita
Adanya cara diagnosis baru
Bertambahnya kesadaran penduduk untuk berobat
Adanya penyakit lain dengan gejala yang serupa
Bertambahnya jumlah penduduk yang rentan
3) Pemastian Diagnosis
Semua temuan secara klinis harus dapat memastikan diagnosis wabah, hal yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut :
a. Untuk memastikan bahwa masalah tersebut telah didiagnosis dengan patut
b. Untuk menyingkirkan kesalahan laboraturium yang menyebabkan peningkatan kasus yang
dilaporkan
c. Semua temuan klinis harus disimpulakan dalam distribusi frekuensi
d. Kunjungan terhadap satu atau dua penderita
4) Pembuatan Definisi Kasus
Pembuatan definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang
harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan
orang. Penyelidikan sering membagi kasus menjadi pasti ( compirmed), mungkin ( probable),
meragukan ( possible ), sensivitasdan spefsifitas.
5) Penemuan dan Penghitungan Kasus
Metoda untuk menemukan kasus yang harus sesuai dengan penyakit dan kejadian yang diteliti
di fasilitas kesehatan yang mampu memberikan diagnosis. Informasi berikut ini dikumpulakan
dari setiap kasus :
a) Data identifikasi ( nama, alamat, nomor telepon )
b) Data demografi ( umur, jenis kelamin, ras, dan pekerjaan )
c) Data klinis
d) Faktor risiko, yang harus dibuat khusus untuk tiap penyakit
e) Informasi pelapor untuk mendapatkan informasi tambahan atau memberi umpan balik
6) Epidemiologi Deskriptif

a. Gambaran waktu berdasarkan waktu


Perjalanan wabah berdasarkan waktu digamabarkan dengan grafik histogram yang
berbentuk kurva epidemic, gambaran ini membantu :
Memberi informasi samapai dimana proses wabah itu dan bagaimana kemungkinan
kelanjutannya
Memperkirakan kapan pemaparan terjadi dan memusatkan penyelidikan pada periode
tersebut, bila telah diketahui penyakit dan masa inkubasinya.
Menarik kesimpulan tentang pola kejadian, dengan demikian mengetahui apakah
bersumber tunggal, ditularkan dari orang ke orang, atau campuran keduanya.
Kemungkinan periode pemaparan dapat dilakukan dengan :
1) Mencari masa inkubasi terpanjang, terpendek, dan rata-rata
2) Menentukan puncak wabah atau kasus mediannya, dan menghitung mundur satu masa inkubasi
rata-rata
3) Dari kasus paling awal kejadian wabah, dihitung mundur masa inkubasi terpendek
Masa inkubasi penyakit adalah waktu antara masuknya agens penyakit sampai timbulnya gejala
pertama. Informasi tentang masa inkubasi bermanfaat billa penyakit belum diketahui sehingga
mempersempit diagnosis diferensial dam memperikan periode pemaparan. Cara menghitung
median masa inkubasi :
a) Susunan teratur ( array) berdasarkan waktu kejadiannya
b) Buat frekuensi kumulatifnya
c) Tentukan posisi kasus paling tengah
d) Tentukan kelas median
e) Median masa inkubasiditentukan dengan menghitung jarak antara
waktu pemaparan dan kasus median
b. Gambaran wabah berdasarkan tempat
Gambaran wabah berdasarkan tempat menggunakan gambaran grafik berbentuk Spot map. Grafik
ini menunjukkan kejadian dengan titik/symbol tempat tertentu yang menggambarkan distribusi
geografi suatu kejadian menurut golongan atau jenis kejadian namun mengabaikan populasi.

c. Gambaran wabah berdasarkan ciri orang


Variable orang dalam epidemiologi adalah karakteristik individu yang ada hubungannya
dengan keterpajanan atau kerentanan terhadapa suatu penyakit.Misalnya karakteristik inang (
umur, jenis kelamin, ras/suku, status kesehatan) atau berdasarkan pemaparan ( pekerjaan,
penggunaan obat-obatan)
d. Pembuatan Hipotesis
Dalam pembuatan suatu hipotesis suatu wabah, hendaknya petugas memformulasikan
hipotesis meliputi sumber agens penyakit, cara penularan, dan pemaparan yang
mengakibatkan sakit.
1) Mempertimbangkan apa yang diketahui tentang penyakit itu:
Apa reservoir utama agen penyakitnya?
Bagaimana cara penularannya?
Bahan apa yang biasanya menjadi alat penularan?
Apa saja faktor yang meningkatkan risiko tertular?
2) Wawancara dengan beberapa penderita mencari kesamaan pemaparan.
3) Mengumpulkan beberapa penderita
4) Kunjungan rumah penderita

5) Wawancara dengan petugas kesehatan setempat


6) Epidemiologi diskriptif
e. Penilaian Hipotesis
Dalam penyelidikan lapangan, hipotesis dapat dinilai dengan salah satu dari dua cara, yaitu:
1) Dengan membandingkan hipotesis dengan fakta yang ada, atau
2) Dengan analisis epidemiologi untuk mengkuantifikasikan hubungan dan menyelidiki
peran kebetulan.
3) Uji kemaknaan statistik, Kai kuadrat.
f. Perbaikan hipotesis dan penelitian tambahan
Dalam hal ini penelitian tambahan akan mengikuti hal dibawah ini
1) Penelitian Epidemiologi ( epidemiologi analitik )
2) Penelitian Laboratorium ( pemeriksaan serum ) dan Lingkungan (pemeriksaan tempat
pembuangan tinja )
g. Pengendalian dan Pencegahan
Pengendalian seharusnya dilaksanakan secepat mungkin upaya penanggulangan biasanya
hanya dapat diterapkan setelah sumber wabah diketahui Pada umumnya, upaya pengendalian
diarahkan pada mata rantai yang terlemah dalam penularan penyakit. Upaya pengendalian
mungkin diarahkan pada agen penyakit, sumbernya, atau reservoirnya.
h. Penyampaian Hasil Penyelidikan
Penyampaian hasil dapat dilakukan dengan dua cara pertama Laporan lisan pada pejabat
setempat dilakukan di hadapan pejabat setempat dan mereka yang bertugas mengadakan
pengendalian dan pencegahan dan yang kedua laporan tertulis.Penyampaian penyelidikan
diantaranya:
1) Laporan harus jelas, meyakinkan, disertai rekomendasi yang tepat dan beralasan
2) Sampaikan hal-hal yang sudah dikerjakan secara ilmiah; kesimpulan dan saran harus dapat
dipertahankan secara ilmiah
3) Laporan lisan harus dilengkapi dengan laporan tertulis, bentuknya sesuai dengan tulisan
ilmiah (pendahuluan, latar belakang, metodologi, hasil, diskusi, kesimpulan, dan saran)
4) Merupakan cetak biru untuk mengambil tindakan
5) Merupakan catatan dari pekerjaan, dokumen dari isu legal, dan merupakan bahan rujukan
apabila terjadi hal yang sama di masa datang .
Susunan laporan lengkap tentang penyelidikan epidemiologi tersebut.
Pendahuluan
Latar Belakang
Uraian tentang penelitian yang dilakukan
Hasil penelitian
Analisis data dan kesimpulan
Tindakan penanggulangan
Dampak-dampak penting
Saran rekomendasi

Anda mungkin juga menyukai