Anda di halaman 1dari 5

LEMBAR TUGAS MANDIRI

KEPERAWATAN ANAK II
Indah Mulyani
NPM: 1806269985
Kelas Ekstensi 2018
Senin, 23 September 2019

PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN KOMPLIKASI PADA ANAK DENGAN


KEJANG DEMAM

Kejang demam pada anak merupakan salah satu kondisi yang paling ditakuti oleh
orang tua. Sebagian besar kasus kejang demam tidak memiliki dampak panjang. Kejang
demam sederhana tidak akan menyebabkan kerusakan otak, kesulitan belajar maupun
gangguan mental. Saat anak mengalami kejang demam, penting untuk orang tua tetap
tenang. Pada umumnya kejang terjadi di awal masa demam anak. Untuk mendiagnosis
penyebab kejang demam, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan. Pada lembar tugas
mandiri ini, akan dibahas mengenai pemeriksaan penunjang dan komplikasi pada anak
dengan kejang demam.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaannya meliputi:

1. Darah
a) Glukosa darah: hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N<200mq/dl)
b) BUN: Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi
neprotoksik akibat dari pemberian obat
c) Elektrolit (kalium, natrium): ketidakseimbangan elektrolit merupakan
predisposisi kejang
2. Cairan Cerebrospinal untuk Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS, tanda infeksi,
perdarahan penyebab kejang
3. X-ray untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi
4. Tansiluminasi adalah suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih
terbaik (dibawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk
transiluminasi kepala
5. EEG adalah teknik untuk menekan aktifitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh
untuk mengetahui fokus aktifitas kejang, hasil biasanya normal
6. CT Scan untuk mengidentifikasi lesi cerebral infark hematoma, Cerebral oedema,
abses, tumor dengan atau tanpa kontras.

Pemeriksaan penunjang pada anak dengan kejang demam menurut IDAI, 2006:

1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi
dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau
keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan
laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula
darah.
2. Pungsi Lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakterialis
adalah 0,6%-6,7%. Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau
menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh
karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:
a. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
b. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
c. Bayi > 18 bulan tidak rutin
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal
3. Electroensefalografi
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya
kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang
demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan. Pemeriksaan EEG masih dapat
dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya: kejang demam
kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal.
4. Pencitraan
Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan) atau
magnetic resonance imaging (MRI) jarang dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas
indikasi seperti:
a. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)
b. Paresis nervus VI
c. Papiledema

Komplikasi

Prognosis kejang demam umunya baik, namun demam tinggi yang dapat memicu bangkitan
kejang demam masih dapat menimbulkan morbiditas dan dampak buruk pada anak.
Berbagai morbiditas dan dampaknya adalah
1. Kemungkinan berulangnya kejang demam. Kejang demam akan berulang kembali
pada sebagian kasus. Factor resiko berulangnya kejang demam adalah riwayat
kejang demam pada keluarga, usia kurang dari 12 bulan, temperature yang rendah
saat kejang, dan cepatnya kejang setelah demam. Bila seluruh faktor tersebut ada,
kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%, sedangkan bila tidak ada
faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam hanya 10%-15%.
Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar adalah pada tahun pertama.
2. Faktor resiko terjadinya epilepsy. Faktor resiko lain adalah terjadinya epilepsy di
kemudian hari. Faktor risiko menjadi epilepsy adalah: kelainan neurologis atau
perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama, kejang demam
kompleks, dan riwayat epilepsy pada orang tua atau saudara kandung. Masing-
masing factor resiko meningkatkan kejadian epilepsy sampai 4%-6%. Kombinasi
pada factor tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsy menjadi 10%-49%.
Kemungkinan menjadi epilepsy tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat
pada kejang demam.
3. Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis. Kejadian kecacatan
sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental
dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal.
Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis pada sebagian
kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau
kejang berulang baik umum atau fokal, (IDAI, 2006).

Namun, menurut Garna & Nataprawira (2005), Komplikasi pada kejang demam anak
antara lain:
a. Epilepsi
Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat yang dicirikan oleh terjadinya
serangan yang bersifat spontan dan berkala. Bangkitan kejang yang terjadi pada
epilepsi kejang akibat lepasnya muatan listrik yang berlebihan di sel neuron saraf
pusat.
b. Kerusakan jaringan otak
Terjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron saraf yang aktif sewaktu kejang
melepaskan glutamat yang mengikat resptor M Metyl D Asparate (MMDA) yang
mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke sel otak yang merusak sel neuoran
secara irreversible
c. Retardasi mental
Dapat terjadi karena defisit neurologis pada demam neonatus.
d. Aspirasi
Lidah jatuh kebelakang yang mengakibatkan obstruksi jalan napas.
e. Asfiksia
Keadaan dimana bayi saat lahir tidak dapat bernafas secra spontan atau teratur.
REFERENSI

Garna dan Nataprawira. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak.
Bandung: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran RS.
Hasan Sadikin.

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009. Kejang Demam. Pedoman Pelayanan Medis.

Unit Kerja Koordinasi Neurologi. 2006. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam.


Volume 2. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.

Wong, Donna L., et al. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Volume 2. Alih
bahasa Agus Sunarta, dkk. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai