PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 1. Appendiks
2.2. Definisi
2.3. Epidemiologi
3
1. Kejadian perforasi lebih sering terjadi pada anak-anak dan penderita tua. Angka
mortalitas di Amerika Serikat menurun hingga 8 kali lipat diantara tahun 1941 dan
1970 dan kemudian hanya mencapai <1 per 100.000 kasus setelah itu.1,2,4,5
4
Mukosa gastrointestinal termasuk Appendix, sangat rentan terhadap
kekurangan suplai darah. Dengan bertambahnya distensi yang melampaui tekanan
arteriol, daerah dengan suplai darah yang paling sedikit akan mengalami
kerusakan paling parah. 1,2,4,5,6
5
umumnya terlokalisasi di RLQ. Variasi dari lokasi anatomi Appendix
berpengaruh terhadap lokasi nyeri. 1,2,4,5,6
Anorexia 100
Mual 90
Muntah 75
Nyeri berpindah 50
6
*-- Onset gejala khas terdapat dalam 24-36 jam
Pemeriksaan Fisik1,2,4,5,6
Inspeksi
Palpasi
o Nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan (Murphy sign positif),
bisa disertai nyeri tekan lepas.
7
o Pada apendisitis retrosekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam
untuk menentukan adanya rasa nyeri.
Perkusi
Auskultasi
o Biasanya normal
Rectal Toucher
o Ampula kolaps
a. Rovsing’s sign yaitu nyeri pada kuadran kanan bawah pada palpasi
kuadran kiri bawah.
b. Psoas sign yaitu nyeri rangsangan otot psoas lewat hiperekstensi sendi
panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila apendiks yang
meradang menempel di m.psoas mayor, tindakan tersebut akan
menyebabkan nyeri.
c. Obturator sign adalah nyeri pada gerakan endotorsi dan fleksi sendi
panggul kanan, pasien dalam posisi terlentang..
d. Blumberg’s sign (nyeri lepas kontralateral), Pemeriksa menekan di
kuadran kiri bawah kemudian melepaskannya. Manuver ini dikatakan
positif bila pada saat dilepaskan, pasien merasakan nyeri di kuadran
kanan bawah.
Selain itu, untuk mendiagnosis apendisitis juga dapat digunakan skor Alvarado,
yaitu:6
8
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium1,2,4,5,6
a. Pemeriksaan darah
2. Radiologi
b. USG
9
Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan
pemeriksaan USG, terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses.
Dengan USG dapat dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding
seperti kehamilan ektopik, adnecitis dan sebagainya.
c. Barium enema
d. CT-Scan
2.7. Penatalaksanaan
10
2. Antibiotic diteruskan sampai hari 7-10 hari pada kasus apendisitis
rupture dengan peritonitis diffuse.
2.8. Komplikasi
a. Abses
b. Perforasi
c. Peritonitis
11
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi
berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila infeksi
tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis
umum. Aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus
meregang, dan hilangnya cairan elektrolit mengakibatkan dehidrasi, syok,
gangguan sirkulasi dan oliguria. Peritonitis disertai rasa sakit perut yang semakin
hebat, muntah, nyeri abdomen, demam dan leukositosis.
12
2.10. Prognosa
Mortalitas dari Appendicitis di USA menurun terus dari 9,9% per 100.000
pada tahun 1939 sampai 0,2% per 100.000 pada tahun 1986. Faktor- faktor yang
menyebabkan penurunan secara signifikan insidensi Appendicitis adalah sarana
diagnosis dan terapi, antibiotika, cairan intravena yang semakin baik, ketersediaan
darah dan plasma, serta meningkatnya persentase pasien yang mendapat terapi
tepat sebelum terjadi perforasi.1,2,4,5,6
13
BAB III
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15