Disusun Oleh :
Nurina Alifah
214120059
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi Gastritis
Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik difus
atau local, dengan karakteristik anoreksia, perasaan penuh di perut (begah), tidak nyaman pada
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung. Gastritis akut berlangsung selama beberapa
jam sampai beberapa hari dan sering kali disebabkan oleh diet yang tidak bijaksana (memakan
makanan yang mengiritasi dan sangat berbumbu atau makanan yang terinfeksi). (Smeltzer,
2011).
Gastritis adalah istilah yang mencakup serangkaian kondisi yang hadir dengan inflamasi
mukosa lambung. (Joyce M.Black & Jane Hokanson Hawks, 2014). Gastritis adalah suatu
inflamasi dinding lambung, yang disebabkan oleh iritasi pada mukosa lambung. (Priscilla
2. Klasifikasi Gastritis
Sampai saat ini tidak didapati sebuah klasifikasi gastritis yang diterima secara luas. Salah
satu klasifikasi gastritis yang digunakan oleh banyak ahli adalah The Sydney System yang
Adalah:
1) Gastritis Akut
Gastritis akut berasal dari makanan terlalu banyak atau terlalu cepat, makan-makanan
iritasi bahan semacan alcohol, aspirin, NSAID, lisol, serta bahan korosif lain, refluks
2) Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari
3) Gastritis bacterial
Gastritis bacterial yang disebut juga gastritis infektiosa, disebabkan oleh refluks dari
duodenum.
3. Etiologi
Penyebab terjadinya gastritis obat analgetik antiinflamasi, terutama aspirin, Bahan kimia,
misalnya lisol, Merokok, Alkohol, Stres fisis yang disebabkan luka bakar, sepsis trauma,
pembedahan, kerusakan saraf, Refluk usus – lambung, Endotoksin. ( Inayah 2004 ).
Obat analgetik antiinflamasi terutama aspirin, bahan kimia missal lisol, merokok, alcohol, sress
fisis yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal pernafasan, gagal
ginjal, kerusakan susunan syaraf pusat, refluk usus lambung, endotoksin. ( Inayah 2004 ).
4. Patofisiologi
Erosi mukosa lambung adalah penyebab utama perdarahan gastrointestinal bagian atas.
Salisilat dalam tingkat yang lebih kecil obat- obat anti peradangan bukan steroid dapat merusak
sawar mukosa lambung merangsang difusi balik ion hidrigen dan akhirnya menimbulkan
perdarahan. Kebanyakan lesi terjadi pada pasien dengan kelainan berat, Kerusakan mukosa
barier sehingga difusi balik ion H+ meningkat, Perfusi mukosa lambung terganggu, Jumlah
asam lambung, Faktor ini saling berhubungan, misalnya stres fisik yang dapat menyebabkan
perfusi mukosa lambung terganggu sehingga timbul infark kecil, disamping itu sekresi asam
Aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid merusak mukosa lambung melalui beberapa
merupakan enzim yang penting untuk pembentukan prostaglandin dari asam arakidonat.
Prostaglanding merupakan salah satu factor defensif mukosa lambung yang amat penting. Selain
menghambat produksi prostaglanding mukosa, aspirin dan obat anti inflamasi nonsteroid
tertentu dapat merusak mukosa secara topikal. Kerusakan tropikal terjadi karena kandungan
asam dalam obat tersebut bersifat korosif sehingga dapat merusak sel-sel epitel mukosa dan juga
dapat menurunkan sekresi bikarbonat mucus oleh lambung, sehingga kemampuan factor
5. Manifestasi klinis.
Gastritis Akut
a. Muntah kadang disertai darah
b. Nyeri epigastrium
c. Nausea dan rasa ingin vomitus
Membran mukosa lambung menjadi edema dan hiperemik (kongesti dengan jaringan, cairan
dan darah) dan mengalami erosi superfisial, bagian ini mensekresi sejumlah getah lambung yang
mengandung sangat sedikit asam tetapi banyak mukus. Ulserasi superfusial dapat terjadi dan
dapat menimbulkan hemoragi. Pasien dapat mengalami ketidaknyamanan, sakit kepala, malas,
mual dan anoreksia, sering disertai dengan muntah dan cegukan. Beberapa pasien asimtomatik.
Mukosa lambung mampu memperbaiki diri sendiri setelah mengalami gastritis. Kadang-
kadang, hemoragi memerlukan intervensi bedah. Bila makanan pengiritasi tidak dimuntahkan
tetapi mencapai usus, dapat mengakibatkan kolik dan diare. Biasanya, pasien sembuh kira-kira
sehari, meskipun napsu makan mungkin menurun selama 2 atau 3 hari kemudian.
Gastritis Kronik
a. Sebagian asimtomatik
b. Nyeri ulu hati
c. Anoreksia
d. Nausea
e. Nyeri seperti ulkus peptik
f. Anemia
g. Nyeri tekan epigastrium
h. Cairan lambung terganggu
i. Aklorhidria
Sindrom dyspepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung, muntah, merupakan salah satu
keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematemisis dan
melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya, jika
dilakukan anamnesis lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obat-obatan atau bahan kimia
tertentu. Pada gastritis kronik kebanyakan pasien tidak mempunyai keluhan, hanya sebagian
kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea, dan pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai
6. Komplikasi
Gastritis Akut
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir
sebagai syok hemoragik.
b. Terjadi ulkus --> hebat
c. Jarang terjadi perforasi
Gastritis Kronik
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas
b. Ulkus
c. Perforasi
d. Anemia karena gangguan absorbsi vitamin B12
e. Penyempitan daerah antrum pilorus
f. Dihubungkan dengan ca lambung
7. Patogenesis
Faktor yang dapat menyebabkan kerusakan pada mukosa lambung adalah sebagai berikut:
Kerusakan mukosa barier sehingga difusi balik ion H+ meninggi, perfusi jaringan lambung yang
tergaggu, jumlah asam lambung. Faktor ini saling berhubungan, misalnya stress fisik yang dapat
menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu, sehingga timbul daerah- daerah infark kecil.
Disamping itu sekresi asam lambung juga terpacu. Suasana asam yang terdapat pada lumen
lambung akan mempercepat kerusakan mukosa barier oleh cairan. (Inayah, 2004).
8. Pengobatan
Penyakit gastritis dapat ditangani sejak awal, yaitu mengkonsumsi makanan lunak dalam
porsi kecil, berhenti mengkonsumsi makanan pedas dan asam, berhenti merokok dan minuman
Yang perlu dilakukan dalam pengobatan gastritis yaitu mengatasi kedaruratan medis yang
terjadi, mengatasi dan menghindari penyebab apabila dijumpai, serta pemberian obat-obat H2
blocking, antasid atau obat- obat ulkus lambung lainnya. Pengobatan gastritis akibat infeksi
9. Pemeriksaan Giagnostik
Gastritis Akut
a. Anamnesis
Gastritis Kronik
Pemeriksaan kadar asam lambung perlu dilakukan karena berhubungan dengan pengobatan.
Pada gastritis kronik hipotropik dan atrofi gaster, kadar asam lambung menurun, sedang pada
gastritis kronik superfisialis oleh hipertrofikan, kadar asam lambung normal atau meninggi. Foto
rontgen dapat membantu yaitu dengan melihat gejala benda-benda sekunder yaitu hipersekresi,
mukosa yang tebal dengan lipatan-lipatan tebal dan kasar, dll. Tetapi hal ini tidak memastikan
diagnosis.
Gastritis tipe A dihubungkan dengan aklorhidria atau hipoklorhidria (kadar asam lambung
klorida tidak ada atau rendah), sedangkan gastritis tipe B dihubungkan dengan hiperklorhidria
(kadar tinggi dari asam hidroklorida). Diagnosis dapat ditegakkan dengan endoskopi,
serangkaian pemeriksaan sinar-x gastrointestinal (GI) atas dan pemeriksaan histologis. Tindakan
diagnostik untuk mendeteksi H. pylory mencakup tes serologis untuk antibody terhadap antigen
10. Penatalaksanaan
Gastritis diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alkohol dan makanan
sampai gejala berukurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi
dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan
terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragi
saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat
asam atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab. Terapi
pendukung mencakup intubasi, analgesik dan sedatif, antasida serta cairan intravena. Endoskopi
Masa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara 65-75 tahun (Potter & Perry,
2005). Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang
di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika
manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak.
Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki
selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu
telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri
dengan kondisi lingkunganya (Darmojo, 2004 dalam Psychologymania, 2013).
2. Proses Menua
Proses menua merupakan suatu proses yang wajar, bersifat alami dan pasti akan dialami oleh
semua orang yang dikaruniai umur panjang (Nugroho, 2000).
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan
yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis
tertentu (Stanley and Patricia, 2006).
Proses Menua
Peningkatan radikal
bebas
Kerusakan sel-seDNA
(sel-sel tubuh)
Tanda:
a) Penurunan testosterone, hormone pertumbuhan, insulin, androgen, aldosteron,
hormone tiroid
b) Penurunan termoregulasi
c) Penurunan respons demam
d) Peningkatan nodularitas dan fibrosis pada tiroid
e) Penurunan laju metabolic basal
Gejala:
a) Penurunan kemampuan untuk menoleransi stressor seperti pembedahan
b) Penurunan berkeringat dan menggigil dan pengaturan suhu
c) Penurunan respons insulin, toleransi glukosa
d) Penurunan kepekaan tubulus ginjal terhadap hormone antidiuretik
e) Penambahan berat badan
f) Peningkatan insiden penyakit tiroid
Tanda:
a) Penurunan massa otot
b) Penurunan aktivitas myosin adenosine tripospat
c) Perburukan dan kekeringan pada kartilago sendi
d) Penurunan massa tulang dan aktivitas osteoblast
Gejala:
a) Penurunan kekuatan otot
b) Penurunan densitas tulang
c) Penurunan tinggi badan
d) Nyeri dan kekakuan pada sendi
e) Peningkatan risiko fraktur
f) Perubahan cara berjalan dan postur
8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Stanley dan Patricia, 2011 Pemeriksaan laboatorium rutin yang perlu diperiksa pada
pasien lansia untuk mendeteki dini gangguan kesehatan yang sering dijumpai pada pasien lansia
yang belum diketahui adanya gangguan / penyakit tertentu (penyakit degeneratif) yaitu :
1. Pemerikasaan hematologi rutin
2. Urin rutin
3. Glukosa
4. Profil lipid
5. Alkalin pospat
6. Fungsi hati
7. Fungsi ginjal
8. Fungsi tiroid
9. Pemeriksaan feses rutin
9. Pengkajian
Perawat mengkaji perubahan pada perkembanga fisiologis, kognitif dan perilaku sosial pada
lansia
a. Perubahan fisiologis
Perubahan fisik penuaan normal yang perlu dikaji :
3. Fokus Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
2. Sirkulasi
Gejala : kelemahan, berkeringat
Tanda : -hipotensi (termasuk postural)
- takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)
- nadi perifer lemah
- pengisian kapiler lambat / perlahan (vasokonstriksi)
- warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
- kelemahan kulit / membran mukosa, berkeringat (menunjukkan status
syok, nyeri akut, respons psikologik)
3. Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja),
perasaan tak berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit, gemetar, suara gemetar.
4. Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan
gastroenteritis (GE) atau masalah yang berhubungan dengan GE,
misalnya luka peptik atau gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi
area gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik feses.
Tanda : - nyeri tekan abdomen, distensi
- bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif
setelah perdarahan.
- karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau
kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea),
konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida).
- haluaran urine : menurun, pekat.
5. Makanan / Cairan
Gejala : - anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga
obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka
duodenal).
- masalah menelan : cegukan
- nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual atau muntah
Tanda : muntah dengan warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau
tanpa bekuan darah, membran mukosa kering, penurunan produksi
mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis).
6. Neurosensori
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : - nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih,
nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa
ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan banyak
dan hilang dengan makan (gastritis akut).
- nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke
punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan
antasida (ulkus gaster).
- nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung
terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong
dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal).
- tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis).
- faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-
obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor
psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,
berkeringat, perhatian menyempit.
8. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : - nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih,
nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa
ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan banyak
dan hilang dengan makan (gastritis akut).
- nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke
punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan
antasida (ulkus gaster).
- nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung
terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong
dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal).
- tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis).
- faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-
obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor
psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,
berkeringat, perhatian menyempit.
9. Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Tanda : peningkatan suhu, spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis
/ hipertensi portal)
5. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri (akut) 1. Puasakan pasien di 1. Mengurangi
Setelah dilakukan
berhubungan dengan 6jam pertama, inflamasi pada
tindakan keperawatan
inflamasi mukosa lambung,
selama 1 x 24 jam
mukosa lambung.
- Nyeri klien
berkurang atau 2. Berikan makanan
hilang. lunak sedikit demi sedikit
- Skala nyeri 0. dan berikan minuman 2. Dilatasi gaster dapat
- Klien dapat relaks. hangat, terjadi bila pemberian
- Keadaan umum makanan setelah puasa
klien baik.
3. Atur posisi yang terlalu cepat,
nyaman bagi 3. Posisi yang tepat dan
klien. dirasa nyaman oleh
klien dapat mengurangi
4. Ajarkan teknik
resiko klien terhadap
distraksi dan reklasasi.
nyeri.
5. Kolaborasi dalam 4. Dapat membuat klien
pemberian analgetik. jadi lebih baik dan
melupakan nyeri.
5. Analgetik dapat
memblok reseptor nyeri
pada susunan saraf
pusat.
2. Volume cairan Setelah dilakukan 1. Penuhi kebutuhan 1. Intake cairan yang
kurang dari tindakan keperawatan individual. Anjurkan adekuat akan
kebutuhan tubuh 1x24jam,masalah klien untuk minum mengurangi resiko
berhubungan dengan kekurangan volume (dewasa : 40- 60 dehidrasi pasien
cairan pasien dapat cc/kg/jam). 2. menunjukkan status
intake yang tidak
teratasi. 2. Awasi tanda-tanda dehidrasi atau
adekuat dan output
Kriteria Hasil : vital, evaluasi turgor kemungkinan
cair yang berlebih
Mempertahankan kulit, pengisian kapiler peningkatan kebutuhan
(mual dan muntah)
volume cairan dan membran mukosa penggantian cairan.
adekuat dengan 3. Pertahankan tirah 3. Aktivitas/muntah
dibuktikan oleh baring, mencegah meningkatkan tekanan
mukosa bibir muntah dan tegangan intra abdominal dan
lembab, turgor kulit pada defekasi dapat mencetuskan
baik, pengisian 4. Berikan terapi IV line perdarahan lanjut.
kapiler berwarna merah sesuai indikasi
muda, input dan output 4. Mengganti kehilangan
5. Kolaborasi pemberian
seimbang. cairan yang hilang dan
cimetidine dan
memperbaiki
ranitidine
keseimbanngan cairan
segera.
Patricia Gonce Morton et.al. (2011). Keperawatan Kritis: pendekatan asuhan holistic
ed.8; alih bahasa, Nike Esty wahyuningsih. Jakarta: EGC
Potter dan Perry. (2005). Fundamental keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta: EGC.