Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN GASTRITIS PADA LANSIA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Stase Keperawatan Gerontik

Dosen Koordinator Mata Kuliah : Lina Safarina, S.Kp., M.Kep


Dosen Pembimbing : Lina Safarina, S.Kp., M.Kep

Disusun Oleh : 
Nurina Alifah
214120059

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2020

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP PENYAKIT

1. Definisi Gastritis
Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik difus

atau local, dengan karakteristik anoreksia, perasaan penuh di perut (begah), tidak nyaman pada

epigastrium, mual, dan muntah. (Suratun SKM, 2010).

Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung. Gastritis akut berlangsung selama beberapa

jam sampai beberapa hari dan sering kali disebabkan oleh diet yang tidak bijaksana (memakan

makanan yang mengiritasi dan sangat berbumbu atau makanan yang terinfeksi). (Smeltzer,

2011).

Gastritis adalah istilah yang mencakup serangkaian kondisi yang hadir dengan inflamasi

mukosa lambung. (Joyce M.Black & Jane Hokanson Hawks, 2014). Gastritis adalah suatu

inflamasi dinding lambung, yang disebabkan oleh iritasi pada mukosa lambung. (Priscilla

LeMonne, dkk 2015).

2. Klasifikasi Gastritis

Sampai saat ini tidak didapati sebuah klasifikasi gastritis yang diterima secara luas. Salah

satu klasifikasi gastritis yang digunakan oleh banyak ahli adalah The Sydney System yang

diperbaharui. Seperti pada table di bawah ini:


Tabel 1. Klasifikasi Gastritis Menurut Sydney System yang
Diperbaharui
Tipe Penyebab Istilah lain
Non Atrofi Helicobacter Pylori Superfisial
Gastritis antral difus
Gastritis antral kronis
Intestinal-folicural
Hiper-sekretori
Tipe B1
Atrofi Autoimunitas (reaksi Tipe A1
Autoimmune silang dengan H. Difus Corporal
pylori
antigen )
Atrofi H. pylori,berhubungan Tipe B1, AB1
multifocal dengan diet, Lingkungan Metaplastik
lingkungan dan factor
penjamu
Bentuk Iritasi kimia Reaktif
khusus Empedu Reflux
Gastropati OAINS OAINS
Kimia Zat atau agen lain Tipe C1
Radiasi Injuri akibat radiasi Varioliform ( endoskopi )
Limfositik Idiopatik, mekanisme Penyakit seliak
imun gluten
Non Penyakit Crohn Granulomatous terisolasai
infeksius Sarcoidosis
Granulomato Vaskulitis lain dan
Us benda asing
Eosinofilik Sensitivitas makanan Alergi
Alergi yang lain
Klasifikasi lain dari gastritis menurut (Wim de Jong et al. 2005 dikutip Amin & Hardhi, 2015).

Adalah:

1) Gastritis Akut

a. Gastritis akut tanpa pendarahan

b. Gastritis akut dengan perdarahan (gastritis hemoragik atau gastritis erosive)

Gastritis akut berasal dari makanan terlalu banyak atau terlalu cepat, makan-makanan

yang terlalu berbumbu atau yang mengandung mikroorganisme penyebab penyakit,

iritasi bahan semacan alcohol, aspirin, NSAID, lisol, serta bahan korosif lain, refluks

empedu atau cairan pankreas.

2) Gastritis Kronik

Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari

lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H. pylory).

3) Gastritis bacterial

Gastritis bacterial yang disebut juga gastritis infektiosa, disebabkan oleh refluks dari

duodenum.

3. Etiologi

Penyebab terjadinya gastritis obat analgetik antiinflamasi, terutama aspirin, Bahan kimia,

misalnya lisol, Merokok, Alkohol, Stres fisis yang disebabkan luka bakar, sepsis trauma,
pembedahan, kerusakan saraf, Refluk usus – lambung, Endotoksin. ( Inayah 2004 ).

Obat analgetik antiinflamasi terutama aspirin, bahan kimia missal lisol, merokok, alcohol, sress

fisis yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal pernafasan, gagal

ginjal, kerusakan susunan syaraf pusat, refluk usus lambung, endotoksin. ( Inayah 2004 ).

4. Patofisiologi

Erosi mukosa lambung adalah penyebab utama perdarahan gastrointestinal bagian atas.

Salisilat dalam tingkat yang lebih kecil obat- obat anti peradangan bukan steroid dapat merusak

sawar mukosa lambung merangsang difusi balik ion hidrigen dan akhirnya menimbulkan

perdarahan. Kebanyakan lesi terjadi pada pasien dengan kelainan berat, Kerusakan mukosa

barier sehingga difusi balik ion H+ meningkat, Perfusi mukosa lambung terganggu, Jumlah

asam lambung, Faktor ini saling berhubungan, misalnya stres fisik yang dapat menyebabkan

perfusi mukosa lambung terganggu sehingga timbul infark kecil, disamping itu sekresi asam

lambung juga terpacu ( Inayah, 2004 ).

Aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid merusak mukosa lambung melalui beberapa

mekanisme. Obat-obat ini dapat menghambat aktivitas siklooksigenase mukosa. Siklooksigenase

merupakan enzim yang penting untuk pembentukan prostaglandin dari asam arakidonat.

Prostaglanding merupakan salah satu factor defensif mukosa lambung yang amat penting. Selain

menghambat produksi prostaglanding mukosa, aspirin dan obat anti inflamasi nonsteroid

tertentu dapat merusak mukosa secara topikal. Kerusakan tropikal terjadi karena kandungan

asam dalam obat tersebut bersifat korosif sehingga dapat merusak sel-sel epitel mukosa dan juga

dapat menurunkan sekresi bikarbonat mucus oleh lambung, sehingga kemampuan factor

defensive tergaggu. (Hirlan, 2001).

5. Manifestasi klinis.

Gastritis Akut
a.   Muntah kadang disertai darah
b.   Nyeri epigastrium
c.   Nausea dan rasa ingin vomitus
Membran mukosa lambung menjadi edema dan hiperemik (kongesti dengan jaringan, cairan
dan darah) dan mengalami erosi superfisial, bagian ini mensekresi sejumlah getah lambung yang
mengandung sangat sedikit asam tetapi banyak mukus. Ulserasi superfusial dapat terjadi dan
dapat menimbulkan hemoragi. Pasien dapat mengalami ketidaknyamanan, sakit kepala, malas,
mual dan anoreksia, sering disertai dengan muntah dan cegukan. Beberapa pasien asimtomatik.
Mukosa lambung mampu memperbaiki diri sendiri setelah mengalami gastritis. Kadang-
kadang, hemoragi memerlukan intervensi bedah. Bila makanan pengiritasi tidak dimuntahkan
tetapi mencapai usus, dapat mengakibatkan kolik dan diare. Biasanya, pasien sembuh kira-kira
sehari, meskipun napsu makan mungkin menurun selama 2 atau 3 hari kemudian.
Gastritis Kronik
a.   Sebagian asimtomatik
b.   Nyeri ulu hati
c.   Anoreksia
d.   Nausea
e.   Nyeri seperti ulkus peptik
f.    Anemia
g.   Nyeri tekan epigastrium
h.   Cairan lambung terganggu
i.    Aklorhidria
Sindrom dyspepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung, muntah, merupakan salah satu

keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematemisis dan

melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya, jika

dilakukan anamnesis lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obat-obatan atau bahan kimia

tertentu. Pada gastritis kronik kebanyakan pasien tidak mempunyai keluhan, hanya sebagian

kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea, dan pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai

kelainan.( Mansjoer dkk., 1999 ).

6. Komplikasi

Gastritis Akut
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir
sebagai syok hemoragik.
b.   Terjadi ulkus --> hebat
c.   Jarang terjadi perforasi
Gastritis Kronik
a.   Perdarahan saluran cerna bagian atas
b.   Ulkus
c.   Perforasi
d.   Anemia karena gangguan absorbsi vitamin B12
e.   Penyempitan daerah antrum pilorus
f.   Dihubungkan dengan ca lambung
7. Patogenesis

Faktor yang dapat menyebabkan kerusakan pada mukosa lambung adalah sebagai berikut:

Kerusakan mukosa barier sehingga difusi balik ion H+ meninggi, perfusi jaringan lambung yang

tergaggu, jumlah asam lambung. Faktor ini saling berhubungan, misalnya stress fisik yang dapat

menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu, sehingga timbul daerah- daerah infark kecil.

Disamping itu sekresi asam lambung juga terpacu. Suasana asam yang terdapat pada lumen

lambung akan mempercepat kerusakan mukosa barier oleh cairan. (Inayah, 2004).

8. Pengobatan

Penyakit gastritis dapat ditangani sejak awal, yaitu mengkonsumsi makanan lunak dalam

porsi kecil, berhenti mengkonsumsi makanan pedas dan asam, berhenti merokok dan minuman

beralkohol, mengkonsumsi antasida sebelum makan (Misnadiarly, 2009)

Yang perlu dilakukan dalam pengobatan gastritis yaitu mengatasi kedaruratan medis yang

terjadi, mengatasi dan menghindari penyebab apabila dijumpai, serta pemberian obat-obat H2

blocking, antasid atau obat- obat ulkus lambung lainnya. Pengobatan gastritis akibat infeksi

kuman H. pylori bertujuan untuk mengeradikasi kuman tersebut. ( Inayah 2004 ).

9. Pemeriksaan Giagnostik

Gastritis Akut

a. Anamnesis

b. Endoscopy dilanjutkan pemeriksaan biopsy

Gastritis Kronik

Pemeriksaan kadar asam lambung perlu dilakukan karena berhubungan dengan pengobatan.

Pada gastritis kronik hipotropik dan atrofi gaster, kadar asam lambung menurun, sedang pada

gastritis kronik superfisialis oleh hipertrofikan, kadar asam lambung normal atau meninggi. Foto
rontgen dapat membantu yaitu dengan melihat gejala benda-benda sekunder yaitu hipersekresi,

mukosa yang tebal dengan lipatan-lipatan tebal dan kasar, dll. Tetapi hal ini tidak memastikan

diagnosis.

Gastritis tipe A dihubungkan dengan aklorhidria atau hipoklorhidria (kadar asam lambung

klorida tidak ada atau rendah), sedangkan gastritis tipe B dihubungkan dengan hiperklorhidria

(kadar tinggi dari asam hidroklorida). Diagnosis dapat ditegakkan dengan endoskopi,

serangkaian pemeriksaan sinar-x gastrointestinal (GI) atas dan pemeriksaan histologis. Tindakan

diagnostik untuk mendeteksi H. pylory mencakup tes serologis untuk antibody terhadap antigen

H. pylory dan tes pernapasan.

10. Penatalaksanaan

Gastritis diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alkohol dan makanan

sampai gejala berukurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi

dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan

terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragi

saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat

asam atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab. Terapi

pendukung mencakup intubasi, analgesik dan sedatif, antasida serta cairan intravena. Endoskopi

fiberoptik mungkin diperlukan. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat

jaringan perforasi. (Smeltzer dkk., 2001).


B. KONSEP LANSIA
1. Pengertian Lansia

Masa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara 65-75 tahun (Potter & Perry,
2005). Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang
di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika
manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak.
Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki
selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu
telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri
dengan kondisi lingkunganya (Darmojo, 2004 dalam Psychologymania, 2013).

2. Proses Menua

Proses menua merupakan suatu proses yang wajar, bersifat alami dan pasti akan dialami oleh
semua orang yang dikaruniai umur panjang (Nugroho, 2000).
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan
yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis
tertentu (Stanley and Patricia, 2006).

3. Teori Proses Menua


Teori proses menua menurut Potter dan Perry (2005) yaitu sebagai berikut :
 Teori Biologis
1. Teori radikal bebas
Radikal bebas merupakan contoh produk sampah metabolisme yang dapat
menyebabkan kerusakan apabila terjadi akumulasi. Normalnya radikal bebas akan
dihancurkan oleh enzim pelindung, namun beberapa berhasil lolos dan berakumulasi di
dalam organ tubuh. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti kendaraan
bermotor, radiasi, sinar ultraviolet, mengakibatkan perubahan pigmen dan kolagen pada
proses penuaan. Radikal bebas tidak mengandung DNA. Oleh karena itu, radikal bebas
dapat menyebabkan gangguan genetik dan menghasilkan produk-produk limbah yang
menumpuk di dalam inti dan sitoplasma. Ketika radikal bebas menyerang molekul, akan
terjadi kerusakan membran sel; penuaan diperkirakan karena kerusakan sel akumulatif
yang pada akhirnya mengganggu fungsi. Dukungan untuk teori radikal bebas ditemukan
dalam lipofusin, bahan limbah berpigmen yang kaya lemak dan protein. Peran lipofusin
pada penuaan mungkin kemampuannya untuk mengganggu transportasi sel dan replikasi
DNA. Lipofusin, yang menyebabkan bintik-bintik penuaan, adalah dengan produk
oksidasi dan oleh karena itu tampaknya terkait dengan radikal bebas.
2. Teori cross-link
Teori cross-link dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul kolagen dan elastin,
komponen jaringan ikat, membentuk senyawa yang lama meningkatkan regiditas sel,
cross-linkage diperkirakan akibat reaksi kimia yang menimbulkan senyawa antara
melokul-melokul yang normalnya terpisah (Ebersole & Hess, 1994 dalam Potter &
Perry, 2005).
3. Teori imunologis
Teori imunitas berhubungan langsung dengan proses penuaan. Selama proses
penuaan, sistem imun juga akan mengalami kemunduran dalam pertahanan terhadap
organisme asing yang masuk ke dalam tubuh sehingga pada lamsia akan sangat mudah
mengalami infeksi dan kanker.perubahan sistem imun ini diakibatkan perubahan pada
jaringan limfoid sehingga tidak adanya keseimbangan dalam sel T intuk memproduksi
antibodi dan kekebalan tubuh menurun. Pada sistem imun akan terbentuk autoimun
tubuh. Perubahan yang terjadi merupakan pengalihan integritas sistem tubuh untuk
melawan sistem imun itu sendiri.
 Teori Psikososial
1. Teori Disengagement (Penarikan Diri)
Teori ini menggambarkan penarikan diri oleh lansia dari peran masyarakat dan tanggung
jawabnya. Lansia akan dikatakan bahagia apabila kontak sosial telah berkurang dan
tanggungjawab telah diambil oleh generasi yang lebih muda. Manfaat dari pengurangan
kontak sosial bagi lansia adalah agar dapat menyediakan eaktu untuk mengrefleksi
kembali pencapaian yang telah dialami dan untuk menghadapi harapan yang belum
dicapai.
2. Teori Aktivitas
Teori ini berpendapat apabila seorang lansia menuju penuaan yang sukses maka ia harus
tetap beraktivitas.kesempatan untuk turut berperan dengan cara yang penuh arti bagi
kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya adalah suatu komponen kesejahteraan
yang penting bagi lansia. Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran lansia
secara negatif mempengaruhi kepuasan hidup, dan aktivitas mental serta fisik yang
berkesinambungan akan memelihara kesehatan sepanjang kehidupan.
3. Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas mencoba menjelaskan mengenai kemungkinan kelanjutan dari perilaku
yang sering dilakukan klien pada usia dewasa. Perilaku hidup yang membahayakan
kesehatan dapat berlangsung hingga usia lanjut dan akan semakin menurunkan kualitas
hidup.
4. Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Patricia Gonce Morton dkk, 2011 tugas perkembangan keluarg yaitu:
 Memutuskan dimana dan bagaimana akan menjalani hidup selama sisa umurnya.
 Memelihara hubungan yang suportif, intim dan memuaskan dengan pasangan hidupnya,
keluarga, dan teman.
 Memelihara lingkungan rumah yang adekuat dan memuaskan terkait dengan status
kesehatan dan ekonomi
 Menyiapkan pendapatan yang memadai
 Memelihara tingkat kesehatan yang maksimal
 Mendapatkan perawatan kesehatan dan gigi yang komprehensif
 Memelihara kebersihan diri
 Menjaga komunikasi dan kontak yang adekuat dengan keluarga dan teman
 Memelihara keterlibatan social, sipil dan politisi
 Memulai hobi baru (selain kegiatan sebelumnya) yang meningkatkan status
 Mengakui dan merasakan bahwa ia dibutuhkan
 Menemukan arti hidup setelah pension dan saat menghadapi penyakit diri dan pasangan
hidup dan kematian pasangan hidup dan orang yang disayangi; menyesuaikan diri dengan
orang yang disayangi
 Membangun filosofi hidup yang bermakna dan menemukan kenyamanan dalam filosofi atau
agama.
5. Batasan Lanjut Usia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO dalam Psychologymania, 2013 batasan lanjut usia
meliputi :
 Usia pertengahan (middle age) adalah kolompok usia 45-59 tahun.
 Lanjut usia (elderly) antara usia 60-74 tahun.
 Lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun.
 Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
6. Pathway Proses Menua

Proses Menua

Fase 1 subklinik Fase 2 transisi Fase 3 klinik

Usia 25-35 Penurunan hormon Usia 35-45 Usia 45 produksi hormon


(testosteron, growt hormon, Penurunan hormon 25 sudah berkurang
estrogen) % hingga akhirnya berhenti

Polusi udara, diet yang tak sehat dan stres

Peningkatan radikal
bebas

Kerusakan sel-seDNA
(sel-sel tubuh)

Sistem dalam tubuh mulai


terganggu spti : penglihatan
menurun, rambut beruban,
stamina & enegi berkurang,
wanita (menopause),pria
(andopause).
Penyakit degeneratif
(DM, osteoporosis,
hipertensi, penyakit
jantung koroner)
7. Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala menurut Patricia Gonce Morton dkk, 2011 yaitu:
1. Perubahan Organik
a) Jumlah jaringan ikat dan kolagen meningkat.
b) Unsur seluler pada sistem saraf, otot, dan organ vital lainnya menghilang.
c) Jumlah sel yang berfungsi normal menurun.
d) Jumlah lemak meningkat.
e) Penggunaan oksigen menurun.
f) Selama istirahat, jumlah darah yang dipompakan menurun.
g) Jumlah udara yang diekspirasi paru lebih sedikit.
h) Ekskresi hormon menurun.
i) Aktivitas sensorik dan persepsi menurun
j) Penyerapan lemak, protein, dan karbohidrat menurun.
k) Lumen arteri menebal
2. Sistem Persarafan
Tanda:
a) Penurunan jumlah neuron dan peningkatan ukuran dan jumlah sel neuroglial.
b) Penurunan syaraf dan serabut syaraf.
c) Atrofi otak dan peningkatan ruang mati dalam kranim
d) Penebalan leptomeninges di medulla spinalis.
Gejala:
a) Peningkatan risiko masalah neurologis; cedera serebrovaskuler, parkinsonisme
b) Konduksi serabut saraf melintasi sinaps makin lambat
c) Penurunan ingatan jangka-pendek derajad sedang
d) Gangguan pola gaya berjalan; kaki dilebarkan, langkah pendek, dan menekukke depan
e) Peningkatan risiko hemoragi sebelum muncul gejala
3. Sistem Pendengaran.
Tanda :
a) Hilangnya neuron auditorius
b) Kehilangan pendengaran dari frekuensi tinggi ke frekuensi rendah
c) Peningkatan serumen
d) Angiosklerosis telinga
Gejala
a) Penurunan ketajaman pendengaran dan isolasi social (khususnya, penurunan kemampuan
untuk mendengar konsonan)
b) Sulit mendengar, khususnya bila ada suara latar belakang yang mengganggu, atau bila
percakapan cepat.
c) Impaksi serumen dapat menyebabkan kehilangan pendengaran
4. Sistem Penglihatan
Tanda :
a) Penurunan fungsi sel batang dan sel kerucut
b) Penumpukan pigmen.
c) Penurunan kecepatan gerakan mata.
d) Atrofi otot silier.
e) Peningkatan ukuran lensa dan penguningan lensa
f) Penurunan sekresi air mata.
Gejala :
a) Penurunan ketajaman penglihatan,lapang penglihatan, dan adaptasi terhadap terang/gelap
b) Peningkatan kepekaan terhadap cahaya yang menyilaukan
c) Peningkatan insiden glaucoma
d) Gangguan persepsi kedalaman dengan peningkatan kejadian jatuh
e) Kurang dapat membedakan warna biru, hijau,dan violet
f) Peningkatan kekeringandan iritasi mata.
5. Sistem Kardiovaskuler
Tanda :
a) Atrofi serat otot yang melapisi endokardium
b) Aterosklerosis pembuluh darah
c) Peningkatan tekanan darah sistolik.
d) Penurunan komplian ventrikel kiri.
e) Penurunan jumlah sel pacemaker
f) Penurunan kepekaan terhadap baroreseptor.
Gejala:
a) Peningkatan tekanan darah
b) Peningkatan penekanan pada kontraksi atrium dengan S4 terdengar
c) Peningkatan aritmia
d) Peningkatan resiko hipotensi pada perubahan posisi
e) Menuver valsava dapat menyebabkan penurunan tekanan darah
f) Penurunan toleransi
6. Sistem Respirasi
Tanda:
a) Penurunan elastisitas jaringan paru.
b) Kalsifikasi dinding dada.
c) Atrofi silia.
d) Penurunan kekuatan otot pernafasan.
e) Penurunan tekanan parsial oksigen arteri (PaO2).
Gejala:
a) Penurunan efisiensi pertukaran ventilasi
b) Peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan atelektasis
c) Peningkatan resiko aspirasi
d) Penurunan respons ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapnia
e) Peningkatan kepekaan terhadap narkotik
8. Sistem Gastrointestinal
Tanda:
a) Penurunan ukuran hati.
b) Penurunan tonus otot pada usus.
c) Pengosongan esophagus makin lambat
d) Penurunan sekresi asam lambung.
e) Atrofi lapisan mukosa
Gejala:
a) Perubahan asupan akibat penurunan nafsu makan
b) Ketidaknyamanan setelah makan karena jalannya makanan melambat
c) Penurunan penyerapan kalsium dan besi
d) Peningkatan resiko konstipasi, spasme esophagus, dan penyakit divertikuler
9. Sistem Reproduksi
Tanda:
a) Atrofi dan fibrosis dinding serviks dan uterus
b) Penurunan elastisitas vagina dan lubrikasi
c) Penurunan hormone dan oosit.
d) Involusi jaringan kelenjar mamae.
e) Poliferasi jaringan stroma dan glandular
Gejala :
a) kekeringan vagina dan rasa terbakar dan nyeri saat koitus
b) penurunan volume cairan semina dan kekuatan ejakulasi
c) penurunan elevasi testis
d) hipertrofi prostat
e) jaringan ikat payudara digantikan dengan jaringan lemak, sehingga pemeriksaan
payudara lebih mudah dilakukan
10. Sistem Perkemihan
Tanda:
a) Penurunan masa ginjal
b) Tidak ada glomerulus
c) Penurunan jumlah nefron yang berfungsi
d) Perubahan dinding pembuluh darah kecil
e) Penurunan tonus otot kandung kemih
Gejala:
a) Penurunan GFR
b) Penurunan kemampuan penghematan natrium
c) Peningkatan BUN
d) Penurunan aliran darah ginjal
e) Penurunan kapasitas kandung kemih dan peningkatan urin residual
f) Peningkatan urgensi

11. Sistem Endokrin

Tanda:
a) Penurunan testosterone, hormone pertumbuhan, insulin, androgen, aldosteron,
hormone tiroid
b) Penurunan termoregulasi
c) Penurunan respons demam
d) Peningkatan nodularitas dan fibrosis pada tiroid
e) Penurunan laju metabolic basal
Gejala:
a) Penurunan kemampuan untuk menoleransi stressor seperti pembedahan
b) Penurunan berkeringat dan menggigil dan pengaturan suhu
c) Penurunan respons insulin, toleransi glukosa
d) Penurunan kepekaan tubulus ginjal terhadap hormone antidiuretik
e) Penambahan berat badan
f) Peningkatan insiden penyakit tiroid

12. Sistem Kulit Integumen


Tanda:
a) Hilangnya ketebalan dermis dan epidermis
b) Pendataran papilla
c) Atrofi kelenjar keringat
d) Penurunan vaskularisasi
e) Cross-link kolagen
f) Tidak adanya lemak sub kutan
g) Penurunan melanosit
h) Penurunan poliferasi dan fibroblas
Gejala:
a) Penipisan kulit dan rentan sekali robek
b) Kekeringan dan pruritus
c) Penurunan keringat dan kemampuan mengatur panas tubuh
d) Peningkatan kerutan dan kelemahan kulit
e) Tidak adanya bantalan lemak yang melindungi tulang dan menyebabkan timbulnya nyeri
f) Penyembuhan luka makin lama

13. Sistem Muskuloskletal

Tanda:
a) Penurunan massa otot
b) Penurunan aktivitas myosin adenosine tripospat
c) Perburukan dan kekeringan pada kartilago sendi
d) Penurunan massa tulang dan aktivitas osteoblast
Gejala:
a) Penurunan kekuatan otot
b) Penurunan densitas tulang
c) Penurunan tinggi badan
d) Nyeri dan kekakuan pada sendi
e) Peningkatan risiko fraktur
f) Perubahan cara berjalan dan postur
8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Stanley dan Patricia, 2011 Pemeriksaan laboatorium rutin yang perlu diperiksa pada
pasien lansia untuk mendeteki dini gangguan kesehatan yang sering dijumpai pada pasien lansia
yang belum diketahui adanya gangguan / penyakit tertentu (penyakit degeneratif) yaitu :
1. Pemerikasaan hematologi rutin
2. Urin rutin
3. Glukosa
4. Profil lipid
5. Alkalin pospat
6. Fungsi hati
7. Fungsi ginjal
8. Fungsi tiroid
9. Pemeriksaan feses rutin
9. Pengkajian
Perawat mengkaji perubahan pada perkembanga fisiologis, kognitif dan perilaku sosial pada
lansia
a. Perubahan fisiologis
 Perubahan fisik penuaan normal yang perlu dikaji :

Sistem Temuan Normal


Integumen Warna kulit Pigmentasi berbintik/bernoda
diarea yang terpajan sinar
matahari, pucat meskipun tidak
anemia
Kelembaban Kering, kondisi bersisik
Suhu Ekstremitas lebih dingin,
penurunan perspirasi
Tekstur Penurunan elastisitas, kerutan,
kondisi berlipat, kendur
Distribusi Penurunan jumlah lemak pada
lemak ekstremitas, peningkatan jumlah
diabdomen
Rambut Penipisan rambut
Kuku Penurunan laju pertumbuhan
Kepala dan Kepala Tulang nasal, wajah menajam, &
leher angular
Mata Penurunan ketajaman penglihatan,
akomodasi, adaptasi dalam gelap,
sensivitas terhadpa cahaya
telinga Penurunan menbedakan nada,
berkurangnya reflek ringan,
pendengaran kurang
Mulut, Penurunan pengecapan, aropi
faring papilla ujung lateral lidah
leher Kelenjar tiroid nodular
Thoraxs & Peningkatan diameter antero-
paru-paru posterior, peningkatan rigitas
dada, peningkatan RR dengan
penurunan ekspansi paru,
peningkatan resistensi jalan nafas
Sist jantung & Peningkatan sistolik, perubahan
vascular DJJ saat istirahat, nadi perifer
mudah dipalpasi, ekstremitas
bawah dingin
Payudara Berkurangnnya jaringan payudara,
kondisi menggantung dan
mengendur
Sist pencernaan Penurunan sekresi keljar saliva,
peristatik, enzim digestif,
konstppasi
Sist reproduksi wanita Penurunan estrogen, ukuran
uterus, atropi vagina
pria Penurunan testosteron, jumlah
sperma, testis
Sist perkemihan Penurunan filtrasi renal, nokturia,
penurunan kapasitas kandung
kemih, inkontenensia
wanita Inkontenensia urgensi & stress,
penurunan tonus otot perineal
pria Sering berkemih & retensi urine.
Sist Penurunan masa & kekuatan otot,
muskoloskeleta demineralisasi tulang,
l pemendekan fosa karena
penyempitan rongga
intravertebral, penurunan
mobilitas sendi, rentang gerak
Sist neorologi Penurunan laju reflek, penurunan
kemampuan berespon terhadap
stimulus ganda, insomia, periode
tidur singkat

 Pengkajian status fungsional :


Pengkajian status fungsional adalah suatu pengukuran kemampuan seseorang untuk
melakukan aktivitas kehidupan sehari – hari secara mandiri.Indeks Katz adalah alat yang
secara luas digunakan untuk menentukan hasil tindakan dan prognosis pada lansia dan
penyakit kronis. Format ini menggambarkan tingkat fungsional klien dan mengukur efek
tindakan yang diharapkan untuk memperbaiki fungsi. Indeks ini merentang kekuatan
pelaksanaan dalam 6 fungsi : mandi, berpakaian, toileting, berpindah, kontinen dan makan.
 Tingkat Kemandirian Lansia :
A : kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar mandi, berpakaian dan
mandi
B: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali satu dari fungsi
tambahan
C: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali mandi dan satu
fungsi tambahan
D: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali mandi, berpakaian
dan satu fungsi tambahan
E : kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil dan satu fungsi tambahan
F: kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali mandi, berpakaian,
ke kamar kecil
G: Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut
b. Perubahan Kognitif
Kebanyakan trauma psikologis dan emosi pada masa lanisa muncul akibat kesalahan konsep
karena lansia mengalami kerusakan kognitif. Akan tetapi perubahan struktur dan fisiologi
yang terjadi pada otak selama penuaan tidak mempengaruhi kemampuan adaptif & fungsi
secara nyata (ebersole &hess, 1994)
Pengkajian status kognitif
 SPMSQ (short portable mental status quetionnaire)
Digunakan untuk mendeteksi adanya dan tingkat kerusakan intelektual terdiri dari 10 hal
yang menilai orientasi, memori dalam hubungan dengan kemampuan perawatan diri, memori
jauh dan kemam[uan matematis.
 MMSE (mini mental state exam)
Menguji aspek kognitif dari fungsi mental, orientasi, registrasi,perhatian dank kalkulasi,
mengingat kembali dan bahasa. Nilai kemungkinan paliong tinggi adalaha 30, dengan nialu
21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan
leboh lanjut.
 Inventaris Depresi Bec
Berisi 13 hal yang menggambarkan berbagai gejal dan sikap yang behubungan dengan
depresi. Setiap hal direntang dengan menggunakan skala 4 poin untuk menandakan
intensitas gejala
c. Perubahan psikososial
Lansia harus beradaptasi pada perubahan psikososial yang terjadi pada penuaan.
Meskipun perubahan tersebut bervariasi, tetapi beberapa perubahan biasa terjadi pada
mayoritas lansia.
 Pengkajian Sosial
Hubungan lansia dengan keluarga memerankan peran sentral pada seluruh tingkat
kesehatan dan kesejahteraan lansia. Alat skrining singkat yang dapat digunakan untuk
mengkaji fungsi social lansia adalah APGAR Keluarga. Instrument disesuaikan untuk
digunakan pada klien yang mempunyai hubungan social lebih intim dengan teman-
temannya atau dengan keluarga. Nilai < 3 menandakan disfungsi keluarga sangat tinggi,
nilai 4 – 6 disfungsi keluarga sedang.
A : Adaptation
P : Partnership
G :Growth
A :Affection
R : Resolve
 Keamanan Rumah
Perawat wajib mengobservasi lingkungan rumah lansia untuk menjamin tidak adanya
bahaya yang akan menempatkan lansia pada resiko cidera. Faktor lingkungan yang harus
diperhatikan :
 Penerangan adekuat di tangga, jalan masuk & pada malam hari
 Jalan bersih
 Pengaturan dapur dan kamar mandi tepat
 Alas kaki stabil dan anti slip
 Kain anti licin atau keset
 Pegangan kokoh pada tangga / kamar mandi
10. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut Wilkinson, 2011 (Berdasarkan NANDA
2011)
 Defisit perawatan diri : berpakaian, makan, eliminasi
 Gangguan sensori persepsi (tipe penglihatan, pendengaran, taktil, olfaktori)
 Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
 Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbetasan kognitif, salah interpretasi, kurang
minat dalam belajar, kurang dapat mengingat, tidak familier dengan sumber informasi
 Resiko cedera
 Hambatan interaksi sosial
 Kerusakan memori
C. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis kelamin :
4. Jenis pekerjaan :
5. Alamat :
6. Suku/bangsa :
7. Agama :
8. Tingkat pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan
rendah/minim mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan
menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya menganggap gastritis
sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan yang dapat
menimbulkan serta memperparah penyakit ini.
9. Riwayat sakit dan kesehatan
a) Keluhan utama: Nyeri di ulu hati dan perut sebelah kanan bawah.

b) Riwayat penyakit saat ini : Meliputi perjalan penyakitnya, awal dari


gejala yang dirasakan klien, keluhan timbul dirasakan secara mendadak
atau bertahap, faktor pencetus, upaya untuk mengatasi masalah tersebut.

c) Riwayat penyakit dahulu : Meliputi penyakit yang berhubungan


dengan penyakit sekarang, riwayat dirumah sakit, dan riwayat
pemakaian obat.

2. Pemeriksaan fisik, yaitu Review of system (ROS)


Keadaan umum : tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri
tekan di kwadran epigastrik.
1. B1(breath) : takhipnea
2. B2 (blood) : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah,
pengisian perifer lambat, warna kulit pucat
3. B3 (brain) : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat
terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.
4. B4 (bladder) : oliguria, gangguan keseimbangan cairan.
5. B5 (bowel) : anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak
toleran terhadap makanan pedas.
6. B6 (bone) : kelelahan, kelemahan

3. Fokus Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)

2. Sirkulasi
Gejala : kelemahan, berkeringat
Tanda : -hipotensi (termasuk postural)
- takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)
- nadi perifer lemah
- pengisian kapiler lambat / perlahan (vasokonstriksi)
- warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
- kelemahan kulit / membran mukosa, berkeringat (menunjukkan status
syok, nyeri akut, respons psikologik)
3. Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja),
perasaan tak berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit, gemetar, suara gemetar.

4. Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan
gastroenteritis (GE) atau masalah yang berhubungan dengan GE,
misalnya luka peptik atau gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi
area gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik feses.
Tanda : - nyeri tekan abdomen, distensi
- bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif
setelah perdarahan.
- karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau
kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea),
konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida).
- haluaran urine : menurun, pekat.

5. Makanan / Cairan
Gejala : - anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga
obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka
duodenal).
- masalah menelan : cegukan
- nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual atau muntah
Tanda : muntah dengan warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau
tanpa bekuan darah, membran mukosa kering, penurunan produksi
mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis).
6. Neurosensori
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.

Tanda : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung


tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung
pada volume sirkulasi / oksigenasi).

7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : - nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih,
nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa
ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan banyak
dan hilang dengan makan (gastritis akut).
- nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke
punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan
antasida (ulkus gaster).
- nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung
terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong
dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal).
- tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis).
- faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-
obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor
psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,
berkeringat, perhatian menyempit.
8. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : - nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih,
nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa
ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan banyak
dan hilang dengan makan (gastritis akut).
- nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke
punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan
antasida (ulkus gaster).
- nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung
terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong
dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal).
- tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis).
- faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-
obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor
psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,
berkeringat, perhatian menyempit.
9. Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Tanda : peningkatan suhu, spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis
/ hipertensi portal)

10. Penyuluhan / Pembelajaran


Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang mengandung
ASA, alkohol, steroid. NSAID menyebabkan perdarahan GI.
Keluhan saat ini dapat diterima karena (misal : anemia) atau
diagnosa yang tak berhubungan (misal : trauma kepala), flu usus,
atau episode muntah berat. Masalah kesehatan yang lama misal :
sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan makan (Mustaqin A.,
Gangguan Gastrointestinal )
4. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri (akut) b/d inflamasi mukosa lambung.


2.Volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah)
3.Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anorexia
4. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan fisik
5. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang penyakit

5. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri (akut) 1. Puasakan pasien di 1. Mengurangi
Setelah dilakukan
berhubungan dengan 6jam pertama, inflamasi pada
tindakan keperawatan
inflamasi mukosa lambung,
selama 1 x 24 jam
mukosa lambung.
- Nyeri klien
berkurang atau 2. Berikan makanan
hilang. lunak sedikit demi sedikit
- Skala nyeri 0. dan berikan minuman 2. Dilatasi gaster dapat
- Klien dapat relaks. hangat, terjadi bila pemberian
- Keadaan umum makanan setelah puasa
klien baik.
3. Atur posisi yang terlalu cepat,
nyaman bagi 3. Posisi yang tepat dan
klien. dirasa nyaman oleh
klien dapat mengurangi
4. Ajarkan teknik
resiko klien terhadap
distraksi dan reklasasi.
nyeri.
5. Kolaborasi dalam 4. Dapat membuat klien
pemberian analgetik. jadi lebih baik dan
melupakan nyeri.
5. Analgetik dapat
memblok reseptor nyeri
pada susunan saraf
pusat.
2. Volume cairan Setelah dilakukan 1. Penuhi kebutuhan 1. Intake cairan yang
kurang dari tindakan keperawatan individual. Anjurkan adekuat akan
kebutuhan tubuh 1x24jam,masalah klien untuk minum mengurangi resiko
berhubungan dengan kekurangan volume (dewasa : 40- 60 dehidrasi pasien
cairan pasien dapat cc/kg/jam). 2. menunjukkan status
intake yang tidak
teratasi. 2. Awasi tanda-tanda dehidrasi atau
adekuat dan output
Kriteria Hasil : vital, evaluasi turgor kemungkinan
cair yang berlebih
Mempertahankan kulit, pengisian kapiler peningkatan kebutuhan
(mual dan muntah)
volume cairan dan membran mukosa penggantian cairan.
adekuat dengan 3. Pertahankan tirah 3. Aktivitas/muntah
dibuktikan oleh baring, mencegah meningkatkan tekanan
mukosa bibir muntah dan tegangan intra abdominal dan
lembab, turgor kulit pada defekasi dapat mencetuskan
baik, pengisian 4. Berikan terapi IV line perdarahan lanjut.
kapiler berwarna merah sesuai indikasi
muda, input dan output 4. Mengganti kehilangan
5. Kolaborasi pemberian
seimbang. cairan yang hilang dan
cimetidine dan
memperbaiki
ranitidine
keseimbanngan cairan
segera.

5.Cimetidine dan ranitidine


berfungsi untuk
menghambat sekresi
asam lambung
3. Nutrisi kurang dari 1. Anjurkan pasien untuk 1. Menjaga nutrisi tetap
Setelah dilakukan
kebutuhan tubuh b/d makan sedikit terpenuhi dan mencegah
tindakan keperawatan
anorexia demisedikit dengan terjadinya mual dan
3x24 jam kebutuhan
porsi kecil namun muntah yang berlanjut.
nutrisi pasien dapat
sering. 2. Untukmempermudah
terpenuhi
pasien dalam
2. Berikan makanan
Kriteria hasil : mengunyah makanan.
yang lunak dan 3. kebersihan mulut akan
- Keadaan umum
makanan yang di merangsang nafsu
cukup
sukai pasien/di makan pasien.
-Turgor kulit baik
gemari. 4. Mengetahui status
- BB meningkat
3. lakukan oral higyne nutrisi pasien.
- Kesulitan menelan
berkurang 2x sehari 5. Mempercepat
4. timbang BB pasien pemenuhan kebutuhan
setiap hari dan pantau nutrisi dengan
turgor kulit,mukosa pemberian menu yang
bibir dll tepat sasaran.
5. Konsultasi dengan tim
ahli gizi dalam
pemberian menu.
DAFTAR PUSTAKA

Patricia Gonce Morton et.al. (2011). Keperawatan Kritis: pendekatan asuhan holistic
ed.8; alih bahasa, Nike Esty wahyuningsih. Jakarta: EGC
Potter dan Perry. (2005). Fundamental keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta: EGC.

Psychologymania. (2012). Pengertian-lansia-lanjut-usia. Diakses pada hari Senin, 01


April, 2013. http://www.psychologymania.com/2012/07/pengertian-lansia-lanjut-
usia.html
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik.
Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith. (2011). Buku saku diagnosa keperawatan: diagnose NANDA, intervensi NIC,
Kriteria hasil NOC, ed.9. Alih bahasa, Esty Wahyuningsih; editor edisi bahasa
Indonesia, Dwi Widiarti. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai