Anda di halaman 1dari 23

MODUS,

UPAYA PENCEGAHAN,
KERJASAMA INTERNASIONAL DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI
Oleh : Sebastianus Banggut, SST., M.Pd

Dalam perkuliahan kita, sesuai rencana pembelajaran semster (RPS) tahun akademik
2019/2020, untuk prgogram studi diploma IV pendidikan profesi ners (PPN) adalah sebagai berikut: a.
Modus Korupsi, b. Upaya Pencegahan Korupsi, dan c. Kerjasama Internasional dalam Pemberantasan
Korupsi.

A. MODUS KORUPSI

https://kbbi.web.id.Pengertian modus.

Definisi/arti kata “modus” di KBBI adalah kata benda artinya cara, dalam bentuk verbal
yang mengungkapkan suasana kejiwaan sehubungan dengan perbuatan menurut tafsiran
pembicara tentang apa yang diucapkannya. Dalam kriminologi sering terdengar istilah modus
operandi, ada juga yang menyebut modus operasi yaitu cara atau teknik yang berciri khusus dari
seorang penjahat (pelaku kriminal) dalam melakukan perbuatan jahatnya.

Modus Apa yang Sering Dipakai untuk Korupsi? Jumlah Perkara Korupsi yang
Ditangani KPK pada tahun 2016 Berdasarkan Modus. Sumber : Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK), 2017. Penyuapan, Pengadaan Barang/Jasa, Pencucian Uang, Pungutan, Penyalahgunaan
Anggaran, Perizinan, Perkara, 17/3/2017, 18.01 WIB

Penyuapan menjadi modus tindak pidana korupsi yang banyak dilakukan. Pada tahun
2016, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangani 79 jenis perkara penyuapan. Disusul
modus pengadaan barang dan jasa sebanyak 4(empat) perkara. Total perkara yang ditangani KPK
pada 2016 sebanyak 96 kasus dengan enam jenis perkara. Banyaknya perkara suap yang
ditangani KPK tidak terlepas dari maraknya operasi tangkap tangan (OTT). Sepanjang 2016,
lembaga antikorupsi setidaknya menggelar 17 OTT. Dari operasi tersebut KPK menetapkan 56
tersangka dari berbagai latar belakang mulai dari aparat penegak hukum, anggota legislatif
hingga kepala daerah (eksekutif).

1
Korupsi Anggaran Desa Tertinggi di Antara Sektor Lain, Ekonomi & Makro, 13/11/2019, 14.17
WIB

Korupsi di Sektor Infrastruktur Mengalami Peningkatan Sepanjang 2015-2018, Ekonomi &


Makro, 21/10/2019, 11.18 WIB

Berapa Jumlah Bupati/Wali Kota yang Terjerat Kasus Korupsi? Ekonomi & Makro, 9/10/2019,
08.00 WIB.

https://www.liputan6.com/news/read/3281598/4-modus-korupsi-kepala-daerah . 4 (Empat) Modus


Korupsi Kepala Daerah: ATM hingga Libatkan Klub Sepak Bola, Lizsa Egeham, 13 Feb 2018,
07:00 WIB

2
Ilustrasi Korupsi. Liputan6.com, Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
mengungkap sejumlah kasus korupsi yang dilakukan para kepala daerah, baik dari operasi
tangkap tangan (OTT) ataupun pengembangan dari sebuah perkara. Para kepala daerah ini
menggunakan modus yang berbeda untuk melakukan praktik korupsi. Modus tersebut mulai
dari menggunakan ATM hingga menggunakan saluran CSR perusahaan pada klub sepakbola
sebagai sarana untuk menerima suap, seperti yang dilakukan oleh Wali Kota Cilegon Tubagus
Iman Hariyadi.

Berikut Modus Kasus Korupsi Yang Dihimpun Liputan6.Com:

1. Modus Korupsi Libatkan Klub Sepak Bola.

Pada kasus suap yang menyeret Wali Kota Cilegon Tubagus Iman Ariyadi (TIA), para
tersangka menggunakan modus baru dengan melibatkan klub sepak bola Cilegon United
Football Club (CUFC) untuk memuluskan aksinya. "Ini modus operan di baru yang
menggunakan CSR perusahaan pada klub sepak bola daerah," ujar Wakil Ketua KPK
Basaria Panjaitan di kantornya, Kuningan, Jakarta, Sabtu 23 September 2017. Basaria
menjelaskan, modus suap berupa bantuan CSR dari PT Brantas Abipraya (PT BA) dan PT
Krakatau Industrial Estate Cilegon (PT KIEC) kepada CUFC dilakukan atas saran TIA.
Diduga hanya sebagian bantuan yang benar-benar disalurkan kepada CUFC. Suap ini
dilakukan agar pemerintah setempat mengeluarkan rekomendasi AMDAL sebagai
persyaratan pembangunan Mal Transmart.

2. Suap Menggunakan ATM

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menunjukkan barang bukti hasil OTT


kasus dugaan suap berkaitan dengan pemberian opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
terhadap laporan keuangan Kemendes di Gedung KPK, Jakarta, Sabtu (27/5).
(Liputan6.com/Angga Yuniar).

Inilah modus korupsi yang dilakukan oleh mantan Dirjen Perhubungan Laut
Kemenhub Antonius Tonny Budiono dan Bupati Ngada NTT, Marianus Sae. Tonny
Budiono didakwa menerima suap Rp 2,3 miliar dari Komisaris PT Adiguna

3
Keruktama, Adi Putra Kurniawan. Uang suap tersebut terkait perizinan dan
pengadaan proyek-proyek di lingkungan Ditjen Hubla pada 2016-2017. Saat OTT,
tim KPK mengamankan 33 tas ransel berisi uang pecahan rupiah dan mata uang
asing yang totalnya mencapai Rp 18,9 miliar. Selain itu diamankan pula empat
ATM, yang salah satunya berisi saldo sebesar Rp 1,174 miliar. Dalam kasus ini, Tonny
Budiono diduga menerima sejumlah uang suap dari pelaksanaan proyek di lingkungan
Ditjen Hubla sejak 2016 lalu. Dia menggunakan modus baru dengan dibukakan rekening
di sejumlah bank, yang telah diisi sebelumnya oleh si pemberi.

3. Titip Uang ke Bos Dealer Mobil

Penyidik KPK menunjukkan barang bukti struk ATM dalam OTT Bupati Ngada
Marianus Sae di Gedung KPK, Jakarta, Senin (12/2). Akibat ditangkap KPK, Marianus
Sae tak menghadiri penetapan calon Pilkada NTT. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Modus korupsi ini dilakukan oleh Bupati Batubara OK Arya Zulkarnaen. OK Arya
Zulkarnaen tidak memegang sendiri uang suap yang diterimanya dari sejumlah proyek
pengerjaan pembangunan infrastruktur di Kabupaten Batubara tahun 2017. Arya diduga
menerima suap Rp 4,4 miliar dari tiga proyek yakni proyek Jembatan Sentang, Jembatan
Sei Magung, dan betonisasi jalan Kecamatan Talawi. Uang itu dikumpulkan Bupati lewat
Sujendi Tarsono alias Ayen, seorang pemilik dealer mobil.

4. Modus Gratifikasi Zumi Zola

Didepan awak media, Zumi Zola menyatakan tetap menjalankan aktivitasnya


sebagai Gubernur Jambi meski sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK.
(Liputan6.com/B Santoso)

Gubernur Jambi Zumi Zola dan Plt Kadis PUPR Arfan diduga menerima uang Rp
6 miliar terkait kasus dugaan suap dan gratifikasi sejumlah proyek. KPKjuga menduga
uang tersebut digunakan Zumi dan Arfan untuk menyuap anggota DPRD Jambi. Wakil

4
Ketua KPK, Basaria Pandjaitan, menilai tidak masuk akal Arfan, sebagai Plt punya
kepentingan menyuap DPRD. Arfan merupakan orang yang memberikan suap pada
anggota DPRD. Suap untuk DPRD Jambi diduga agar mereka bersedia hadir untuk
pengesahan RAPBD Provinsi Jambi 2018. KPK sendiri telah menetapkan Arfan dan tiga
tersangka lainnya dalam kasus suap pengesahan RAPBD Jambi 2018. Dalam kasus suap
ketok palu itu, KPK menemukan uang Rp 4,7 miliar. Uang tersebut diduga bagian dari
total Rp 6 miliar yang akan diberikan kepada sejumlah anggota DPRD Jambi. Basaria
menuturkan bahwa uang suap untuk DPRD Jambi tersebut diduga dikumpulkan Zumi Zola
dan Arfan dari para kontraktor pada proyek-proyek di Jambi.

https://beritagar.id/artikel/berita/lima-modus-korupsi-legislatif-berombongan . Lima
modus korupsi legislatif berombongan, Islahuddin 23:03 WIB - Selasa, 06 Februari
2018

Pekerja membersihkan logo Komisi Pemberantasan Korupsi di gedung KPK, Jakarta,


Senin (5/2/2018) | Muhammad Adimaja /Antara Foto

Tidak mudah bagi penegak hukum dalam mengungkap kasus korupsi yang
menggangsir anggaran secara berkelompok. Beragam modus dilakukan pelakunya,
membutuhkan proses panjang dan kegigihan dalam pembuktiannya. Dalam catatan Lokadata
Beritagar.id dari ekstraksi putusan yang terbit dalam 13 tahun terakhir (2004-2017), terdapat
48 kasus yang melibatkan anggota legislatif dalam kasus korupsi berombongan. Putusan
tersebut berstatus berkekuatan hukuman tetap (inkrah) pada tingkat Kasasi dan Peninjauan
Kembali di Mahkamah Agung.

Dari total 48 kasus yang terjadi sepanjang 2001-2015 itu, 39 di antaranya melibatkan
anggota legislatif di tingkat DPRD kabupaten/kota. Jenis dakwaan terbanyaknya adalah
korupsi kerugian negara (34 kasus), 4 kasus suap, dan 1 kasus pemerasan. Empat kasus suap
di tingkat DPRD kabupaten/kota, terjadi di empat wilayah yaitu di DPRD Kota
Pangkalpinang (1999-2004), Kerinci (2004-2009), Jayawijaya (1999-2004), dan Musi
Banyuasin (2014-2019). Sedangkan satu kasus pemerasan, membelit anggota DPRD Kota
Bengkulu pada masa jabatan 1999-2004.

Korupsi di tingkat DPRD provinsi, tercatat sebanyak lima kasus. Kasus terbanyak
untuk jenis korupsi kerugian negara terjadi di Provinsi Papua Barat (2009-2014), Banten
(2001-2004), Jawa Tengah (1999-2004), Riau (2009-2014), dan Sulawesi Tenggara (1999-
2004). Sisanya empat kasus korupsi berombongan ini membekap anggota DPR RI yang
semuanya dalam jenis kasus suap, yaitu dalam kasus Deputi Pemilihan Gubernur BI 2004
(1999-2004); kasus pelepasan kawasan hutan lindung Air Talang, Banyuasin 2004 (2004-
2009); proyek Hambalang dan Kementerian Pendidikan (2009-2014); dan korupsi program
aspirasi infrastruktur jalan di Maluku (2014-2019).

5
Dari semua kasus korupsi yang dilakukan secara bersama-sama itu, setidaknya terdapat
lima modus dasar korupsi yang paling sering dipraktikkan. Selebihnya terdapat 18 modus yang
digunakan dengan cara berbeda-beda. Kelima modus korupsi bersama yang dilakukan
anggota legislatif tersebut adalah:

(1) Menambah pendapatan tidak sah anggota dan pimpinan dewan melalui pos Anggaran DPRD
pada Raperda APBD. Model korupsi ini mencapai 13 kasus.
(2) Menggunakan dana asuransi tidak sesuai peruntukan (untuk kepentingan pribadi) dan tanpa
bukti pendukung. Jenis modus ini dilakukan dalam delapan kasus korupsi.
(3) Menerima suap untuk memuluskan Laporan Pertanggungjawaban Walikota dan menetapkan
Perda APBD dalam tiga kasus korupsi;
(4) Menggunakan dana dari APBD tidak sesuai peruntukan (untuk kepentingan pribadi) dan
bukan hak dari anggota dewan dalam dua kasus korupsi legislatif;
(5) Dana pesangon pada akhir masa jabatan.

Adapun jumlah terdakwa terbanyak dalam satu kasus korupsi legislatif secara
berkelompok ini, adalah 24 orang, terjadi di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat. Jenis kasusnya
kerugian negara--khususnya pada penerimaan penganggaran honor-honor tunjangan
pemeliharaan perumahan, penunjang kegiatan operasional serta bahan bakar minyak termasuk
biaya pemeliharaan rumah pada APBD Kabupaten Mamasa TA 2004. Hal serupa terjadi dalam
kasus suap yang membelit 20 anggota legislatif Kota Pangkalpinang (1999-2004). Modus
kasusnya menerima gratifikasi untuk memuluskan Laporan Pertanggungjawaban Wali Kota dan
saat menetapkan Perda APBD.

6
Peneliti korupsi politik di Indonesia Corruption Watch (ICW), Donal Fariz,
mengatakan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) menjadi lahan basah bagi politisi
nakal di daerah. Dalam banyak kasus yang menimpa anggota legislatif, menurut Donal, selain
uangnya cepat didapatkan, juga mudah membuat kesepakatan dengan eksekutif.

"Kasus korupsi dengan modus pengadaan barang tidak banyak karena memang DPRD
tidak memiliki tugas dan wewenang dan implementasikannya. Logis kalau modus APBD ini
paling banyak menimpa anggota legislatif baik pusat hingga kabupaten/kota," kata Donal saat
dihubungi Beritagar.id, Selasa (6/2/2018). Bentuk kesepakatan antara legislatif dan eksekutif,
menurut Donal, bisa dalam beragam bentuk. Misalnya pengaturan Peraturan Daerah (Perda) yang
membelit Mohammad Sanusi, anggota DPRD DKI Jakarta, tahun lalu.

Dalam catatan Lokadata, pada kasus korupsi perubahan APBD Kota Cirebon TA 2004,
modus yang dilakukan 21 anggota dan pimpinan DPRD Kota Cirebon periode 1999-2004 adalah
dengan sengaja menambah pendapatannya melalui pos-pos mata anggaran yang tidak sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku. Untuk memperkaya diri sendiri, mereka merampok
uang negara sebesar Rp4,98 miliar. Akibat perbuatan mereka, majelis hakim menghukum
masing-masing 4 tahun kurungan penjara, denda Rp200 juta dan ditambah uang pengganti.

https://beritagar.id/artikel/editorial/akhiri-korupsi-berombongan-di-lembaga-legislatif . Akhiri
korupsi berombongan di lembaga legislatif, Redaksi Beritagar 20:19 WIB - Rabu, 31 Januari
2018

7
Ilustrasi: Akhiri suap berombongan | Salni Setiadi /Beritagar.id

Hari Rabu (31/1/2018) ini, menurut jadwal, tim penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) akan memeriksa 11 orang di Markas Brimob Kepolisian Daerah Sumatera Utara, Jalan
Wahid Hasyim, Medan. Pemeriksaan itu terkait dugaan keterlibatan menerima uang suap untuk
"tutup mulut" dan menyetujui Laporan Pertanggungjawaban APBD 2012, Pengesahan Perubahan
APBD 2013, 2014 dan 2015 mantan Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho.
Pemeriksaan tersebut menyusul pemeriksaan yang sudah dilakukan dua hari sebelumnya. Di
tempat yang sama, Senin (29/1) KPK sudah memeriksa 11 orang. Sehari kemudian, Selasa
(30/1), juga 11 orang sudah diperiksa. Tidak berhenti pada hari ini, pemeriksaan masih akan
berlanjut pada Kamis (1/2) atas 6 orang, Jumat (2/2) 1 orang, dan Sabtu (3/2) 6 orang. Total
anggota dan mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumatera Utara yang
akan diperiksa oleh KPK berjumlah 46 orang.

Menurut Febri Diansyah, Juru Bicara KPK, pemeriksaan itu untuk mencari tahu peran
pihak lain yang diduga terlibat dalam perkara suap. "Dari fakta sidang yang sudah kami pelajari,
kami menemukan bukti-bukti dugaan pihak lain yang masih menerima uang suap tersebut," kata
Febri. Sebelum rangkaian pemeriksaan tersebut, sudah ada 12 anggota DPRD Sumatera Utara
yang divonis di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta pada Juni dan Oktober 2016 serta
Maret 2017 untuk kasus suap yang sama dari Gatot Pujo Nugroho, yang saat itu menjabat
Gubernur Sumatera Utara.

Dalam kasus suap itu, Gatot mengeluarkan uang puluhan miliar. Yaitu Rp1,55 miliar
untuk pengesahan LPJP APBD Sumut TA 2012 ; Rp2,55 miliar untuk pengesahan APBD-P
Sumut TA 2013; Rp 50 miliar untuk pengesahan APBD Provinsi Sumut TA 2014; Rp300 juta
untuk pengesahan LPJP APBD Sumut TA 2014; Rp500 juta untuk pengesahan laporan
keterangan pertanggungjawaban gubernur TA 2014; dan Rp1 miliar untuk pembatalan pengajuan
hak interpelasi 2015.

Proses hukum atas 46 anggota dan mantan anggota DPRD Sumatera Utara tersebut
masih berjalan. Masih ada sekian proses hukum yang akan dilewati untuk memastikan dugaan
keterlibatan mereka dalam kasus suap. Pemeriksaan 46 orang ini menambah panjang daftar kasus
korupsi yang dilakukan secara berombongan oleh anggota dewan. Untuk menunjuk contoh, kasus
korupsi dana asuransi anggota dewan di DPRD Sragen adalah salah satunya. Kasus tersebut
bermula dari persetujuan anggota DPRD Sragen untuk membuat Peraturan Daerah (Perda)
APBD yang mengalokasikan dana asuransi bagi mereka sebesar Rp 2,2 miliar pada tahun 2003.
Belakangan aparat hukum mengendus pelanggaran hukum di dalamnya. Ada 27 orang yang
ditetapkan sebagai terdakwa dalam kasus itu. Namun pengadilan Peninjauan Kembali,
Mahkamah Agung membebaskan 10 orang terdakwa. Sedangkan 17 lainnya dihukum.

8
Pemeriksaan rombongan anggota dewan atas dugaan korupsi juga terjadi di Sulawesi
Barat. Pada September 2017 lalu Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Kejati
Sulselbar) memeriksa 30 orang anggota DPRD Sulbar atas kasus dugaan korupsi APBD 2016.
Dalam kasus tersebut kejaksaan menetapkan Ketua DPRD Sulawesi Barat Andi Mappangara dan
tiga orang wakilnya sebagai tersangka. Dua bulan kemudian, dua diantaranya bahkan ditahan
karena dinilai tidak kooperatif oleh pihak kejaksaan. Seperti kasus di Sulawesi Barat, proses
hukum beberapa kasus korupsi yang melibatkan anggota lembaga legislatif masih berjalan
sekarang. Jumlah kasus sejenis cukup banyak terjadi pasca reformasi.

Selepas dari rezim Orde Baru, lembaga legislatif mempunyai kedudukan politik yang
lebih kuat ketimbang sebelumnya. Lembaga legislatif mempunyai kekuasaan yang memadai
untuk mengimbangi kekuasaan lembaga eksekutif. Di tangan orang yang korup, perimbangan
kekuasaan itu justru tidak dipakai untuk melakukan kontrol dan pengendalian; malah menjadi
jalan untuk menerima suap. Bahkan, bisa jadi digunakan sebagai alat pemerasan.

Penegakan hukum menjadi cara yang harus ditempuh terus menerus untuk menegakkan
keadilan dan membuat jera para koruptor. Pada saat yang sama, mengambil momentum Pemilu
legislatif, warga negara yang mempunyai hak pilih dapat mengambil peran dengan bersikap kritis
terhadap calon-calon anggota dewan. Mereka yang sudah jelas-jelas mempunyai rekam jejak
yang buruk sama sekali tak perlu dipertimbangkan untuk dipilih kembali. Memilih calon yang
mempunyai rekam jejak yang jelas adalah salah satu cara untuk menekan korupsi berombongan
di lembaga legislatif.

https://www.rekamjejak.net/opini/read/10/korupsi-massal-wakil-rakyat-daerah.html , Emerson
Yuntho, Anggota Badan Pekerja Indonesia Corruption Watch, Versi cetak artikel ini terbit di
harian Kompas edisi 19 Mei 2018, dengan judul "Korupsi Massal Wakil Rakyat Daerah".

Korupsi Massal Wakil Rakyat Daerah.

Kota Malang, Jawa Timur, saat ini mendadak menjadi perhatian nasional. Bukan karena
buah apel khasnya, melainkan karena korupsi massal yang terjadi di DPRD Kota Malang.
Sebanyak 41 dari 45 anggota DPRD-nya telah ditetapkan sebagai tersangka korupsi oleh KPK.
Sekarang DPRD Kota Malang hanya tersisa 4 anggota. Ke-41 anggota DPRD Kota Malang
tersebut diduga menerima uang suap dari Wali Kota Malang (nonaktif) Moch Anton, yang juga
menjadi tersangka. Uang suap senilai Rp 12,5 juta-Rp 50 juta per anggota ini dimaksudkan untuk
memuluskan pengesahan APBD Perubahan Kota Malang Tahun 2015.

Korupsi secara massal yang dilakukan oleh para wakil rakyat di Kota Malang tentu saja
ironis dan memprihatinkan. DPRD yang seharusnya menjalankan fungsi pengawasan terhadap
kerja eksekutif justru berkolaborasi untuk melakukan korupsi. Peristiwa ini tidak saja berimbas
hanya ke Kota Malang, tetapi menimbulkan ketidakpercayaan rakyat kepada hampir semua

9
parlemen di daerah. Meski mengejutkan, fenomena korupsi massal yang melibatkan banyak
anggota DPRD sesungguhnya bukan pertama kali terjadi. Pada April 2018, KPK menetapkan 38
anggota DPRD Sumatera Utara sebagai tersangka korupsi. Selain KPK, pihak kejaksaan juga
pernah menetapkan status tersangka korupsi kepada 44 anggota DPRD Provinsi Papua Barat
periode 2009-2014.

Berdasarkan pantauan Indonesia Corruption Watch, bentuk korupsi anggota Dewan


daerah adalah penyuapan dan penyalahgunaan anggaran. Praktik korupsi terjadi dalam tugas dan
kewenangan yang dimiliki DPRD, yaitu pengawasan, penyusunan anggaran, dan pembuatan
peraturan. Nilai suap yang diterima mulai dari belasan juta hingga miliaran rupiah. Besarannya
sangat bergantung pada kedudukan anggota tersebut dalam DPRD. Tentu saja jatah suap untuk
pimpinan DPRD atau fraksi lebih besar daripada anggota biasa. Setidaknya ada lima modus
korupsi yang umumnya dilakukan rombongan anggota DPRD.

1. menerima suap untuk memuluskan laporan pertanggungjawaban kepala daerah atau


penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Suap cara ini sering kali
disebut ”uang ketok palu”. Agar tidak ada penolakan dari legislatif, kepala daerah harus
mengeluarkan uang suap untuk pimpinan maupun semua anggota DPRD.
2. Menambah pendapatan anggota dan pimpinan Dewan secara tidak sah melalui pos anggaran
DPRD.
3. Menitipkan proyek atau alokasi khusus melalui anggaran yang diusulkan pemerintah.
4. Penggunaan dana APBD tidak sesuai peruntukan dan tanpa bukti pendukung.
5. Suap dalam proses penyusunan dan pengesahan sebuah peraturan daerah.

Selain untuk memperkaya diri sendiri, motif korupsi anggota Dewan adalah untuk
menutupi biaya politik yang telah dan akan dikeluarkan menjelang pemilu legislatif. Dalam kasus
korupsi di Malang, dari 41 anggota DPRD Malang yang ditetapkan sebagai tersangka, 20 orang
mencalonkan diri lagi dalam Pemilu 2019.

Besarnya biaya politik untuk menjadi caleg dan penghasilan sebagai anggota Dewan yang
dianggap tak memadai tampaknya membuat banyak wakil rakyat daerah ini nekat mencari
tambahan dan juga korupsi. Akhirnya banyak politisi yang mencoba peruntungan dengan korupsi
ketika menjadi anggota Dewan.

Tidak semata-mata persoalan integritas, faktor penyebab korupsi massal juga dipengaruhi oleh
lemahnya pengawasan di internal DPRD maupun dari partai politik asal sang anggota. Fungsi
Badan Kehormatan DPRD tidak berjalan efektif karena anggotanya berasal dari internal anggota
DPRD yang juga bermasalah. Pengawasan dari partai di daerah juga tak optimal karena pimpinan
partai sering menuntut anggotanya di DPRD untuk berkontribusi terhadap kebutuhan keuangan
partai.

Maraknya korupsi massal anggota DPRD tidak dapat terus-menerus dibiarkan. Kasus korupsi
yang terjadi di Malang dan Sumatera Utara seharusnya menjadi peringatan dan pelajaran bagi
semua anggota DPRD untuk berhenti melakukan praktik korupsi. Langkah penindakan dan
pencegahan perlu dilakukan agar kejadian memalukan ini tidak terulang pada masa mendatang.

Sebagai langkah penindakan, terhadap anggota Dewan yang terbukti korupsi, hakim
sebaiknya menghukum pelaku dengan penjara maksimal dan mencabut hak politiknya agar tidak
dapat dipilih sebagai wakil rakyat. Partai juga sebaiknya tak ragu mencopot posisi para kadernya
yang korup di DPRD. Adapun untuk langkah pencegahan, pengawasan dari internal DPRD dan
partai sebaiknya diperkuat. Terakhir, sebaiknya masyarakat juga perlu menghukum anggota
Dewan yang korup dengan tidak memilih mereka pada Pemilu 2019 mendatang.

10
https://nasional.kompas.com/read/2018/02/20/07542211/tren-modus-korupsi-2017-versi-icw .
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tren Modus Korupsi 2017 Versi ICW",
Editor : Inggried Dwi Wedhaswary.

Tren Modus Korupsi 2017 Versi ICW Kompas.com - 20/02/2018, 07:54 WIB Bagikan:
Komentar Arti kata korupsi dalam bahasa Inggris. Lihat Foto Arti kata korupsi dalam bahasa
Inggris.(THINKSTOCKS/SUREEPORN) Editor Inggried Dwi Wedhaswary KOMPAS.com -
Indonesia Corruption Watch mencatat, pada tahun 2017 terdapat 576 kasus korupsi dengan
kerugian negara mencapai Rp 6,5 triliun dan suap Rp 211 miliar. Jumlah tersangkanya mencapai
1.298 orang. Berdasarkan rilis ICW, Selasa (20/2/2018), jika dibandingkan tahun 2016,
penanganan kasus korupsi tahun 2017 mengalami peningkatan signifikan.

Hal ini terutama pada aspek kerugian negara. Pada 2016, kerugian negara dari 482 kasus
korupsi mencapai Rp 1,5 triliun. Angka ini naik menjadi Rp 6,5 triliun pada tahun 2017. Baca
juga: Cerita Mendagri soal Modus Korupsi Pejabat Daerah Peningkatan ini karena ada kasus
dengan kerugian negara yang besar yang ditangani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
yaitu kasus KTP elektronik, serta kasus TPPI yang ditangani Kepolisian dan Kejaksaan. Ada
sejumlah modus yang paling banyak digunakan dalam tindak pidana korupsi sepanjang tahun
2017.

Apa saja? Modus korupsi Modus korupsi yang paling banyak digunakan dalam kasus
korupsi tahun 2017 adalah penyalahgunaan anggaran. Ada 154 kasus dengan kerugian negara
mencapai Rp 1,2 triliun dengan modus ini. Modus lainnya, penggelembungan harga (mark up)
dan pungutan liar dengan masing-masing sebanyak 77 kasus dan 71 kasus. Baca juga: Pengamat:
Modus Korupsi Putu, Cara Lama yang Diadopsi Kembali Sementara, modus terkait suap dan
gratifikasi sebanyak 44 kasus dengan total nilai suap mencapai Rp 211 kasus.

Anggaran desa paling banyak dikorupsi Adapun, berdasarkan sektor, anggaran desa
merupakan sektor paling banyak korupsi dengan total 98 kasus dengan kerugian negara Rp 39,3
miliar. Sektor lainnya, pemerintahan dan penndidikan dengan jumlah kasus dan kerugian negara
berturut-turut adalah sebanyak 55 dan 53 kasus serta kerugian negara Rp 255 miliar dan Rp 81,8
miliar. ICW menyebutkan, lembaga yang tercatat paling banyak terjadinya korupsi adalah
pemerintah kabupaten dengan 222 kasus dan kerugian negara Rp 1,17 triliun.

Baca juga: Ini 11 Modus Korupsi Selama Semester I-2015 Lembaga lainnya adalah
pemerintah desa sebanyak 106 kasus dengan kerugian negara Rp 33,6 miliar. Ketiga, pemerintah
kota dengan jumlah 45 kasus serta kerugian negara Rp 159 miliar.

Provinsi paling banyak kasus korupsi Masih berdasarkan catatan ICW, provinsi yang
paling banyak kasus korupsi pada tahun 2017 adalah Jawa timur dengan 68 kasus serta kerugian
negara mencapai Rp 90,2 miliar. Berikutnya, Provinsi Jawa Barat dan Sumatera Utara dengan
jumlah kasus berturut-turut adalah 42 kasus dan 40 kasus.

Dari hasil pantauan sepanjang 2017, ICW memberikan beberapa rekomendasi, di


antaranya, perlunya transparansi dan pelibatan masyarakat dalam memantau APBD. Transparansi
dinilai penting untuk meminimalisasi potensi penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh
kepala daerah terutama menjelang tahun politik.

Sementara itu, kepala daerah yang akan mencalonkan diri diharapkan menekan biaya
kampanye agar meminimalisasi konflik kepentingan dengan menerima uang dari beberapa pihak

11
yang berkepentingan. Kompas TV Ini adalah detik-detik saat rancangan anggaran pendapatan
dan belanja daerah, RAPBD Provinsi Jambi disahkan menjadi APBD Jambi 2018, semua setuju.

Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan termasuk Politeknik Kesehatan yang dikelola oleh
Kementerian kesehatan telah berupaya melakukan berbagai kegiatan pencegahan korupsi di
dalam menjalankan sistem manajemennya. Berikut adalah beberapa contoh upaya dimaksud.

1. Pimpinan memberikan contoh perilaku dan menjadi model pimpinan


yang bersih.
2. Menerapkan audit internal melalui Satuan Pengawas Internal dan
Eksternal serta Penjaminan Mutu.

3. Mendidik dan menyosialisasikan perilaku antikorupsi melalui larangan


pemberian hadiah atau imbalan apapun baik dalam bentuk spanduk,
banner, dan sebagainya.
4. Penerimaan uang kuliah dan kewajiban lainnya melalui Student Payment
Center (SPC).

B. UPAYA PENCEGAHAN KORUPSI

Pengertian
Nasihat bijak mengatakan “mencegah lebih baik daripada mengobati” maka upaya
upaya pencegahan korupsi lebih baik daripada upaya represif. Benarkah demikian? Pada awal
sudah dikatakan bahwa upaya represif dan preventif harus dilaksanakan secara bersamaan
untuk menimbulkan daya ungkit besar terhadap pemberantasan korupsi. Pencegahan ditujukan
untuk mempersempit peluang terjadinya tindak pidana korupsi pada tata kepemerintahan dan
masyarakat, menyangkut pelayanan publik maupun penanganan perkara yang bersih dari
korupsi.

Buku Ajar (2014.93), Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi
Nasional (Stratanas) Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK), diimplementasikan ke
dalam 6 (enam) strategi nasional yang telah dirumuskan, yakni:
1. Melaksanakan upaya upaya pencegahan;
2. Melaksanakan langkah langkah strategis dibidang penegakan hukum;
3.Melaksanakan upaya-upaya harmonisasi penyusunan peraturan perundang undangan dibidang
pemberantasan korupsi dan sektor terkait lainnya;
4. Melaksanakan kerja sama internasional dan penyelamatan aset hasil
Tipikor;
5. Meningkatkan upaya pendidikan dan bidaya antikorupsi;
6. Meningkatkan koordinasi dalam rangka mekanisme pelaporan pelaksanaan upaya
pemberantasan korupsi.
Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi
Nasional (Stratanas) Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK), Kementerian Kesehatan
telah melaksanakan upaya percepatan reformasi birokrasi melalui berbagai cara dan bentuk,
antara lain:
1. Disiplin kehadiran menggunakan sistem fingerprint, ditetapkan masuk
pukul 8.30 dan pulang kantor pukul 17.00, untuk mencegah pegawai
melakukan korupsi waktu.
2. Setiap pegawai negeri Kemenkes harus mengisi Sasaran Kinerja Pegawai (SKP), dan
dievaluasi setiap tahunnya, agar setiap pegawai mempunyai tugas pokok dan fungsi yang
jelas, dapat diukur dan dipertanggungjawabkan kinerjanya.
3. Melakukan pelayanan kepada masyarakat yang lebih efisien dan efektif ramah dan santun,
diwujudkan dalam pelayanan prima.

12
4. Penandatanganan pakta integritas bagi setiap pelantikan pejabat di kementerian kesehatan.
Hal ini untuk mewujudkan Wilayah Bebas Korupsi (WBK), Wilayah Birokrasi Bersih dan
Melayani (WBBM).
5. Terlaksananya Strategi Komunikasi pendidikan dan Budaya Anti-Korupsi melalui sosialisasi
dan kampanye antikorupsi di lingkungan internal/seluruh Satker Kementerian Kesehatan.
6. Sosialisasi tentang larangan melakukan gratifikasi, sesuai dengan Pasal 12 b Ayat (1) UU
Nomor 31 Tahun 1999, menyatakan “Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri sipil atau
penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya
dan yang berlawanan kewajiban atau tugasnya”.
7. Pemberlakuan Sistem Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik (LPSE).
8. Layanan Publik Berbasis Teknologi Informasi seperti seleksi pendaftaran pegawai melalui
online dalam rekrutmen Calon Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Tidak Tetap (PTT).
9. Pelaksanaan LHKPN di lingkungan Kementerian Kesehatan didukung dengan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor 03.01/Menkes/066/I/2010, tanggal 13 Januari 2010.
10. Membentuk Unit Pengendalian Gratifikasi, berdasarkan Surat Keputusan Inspektorat Jenderal
Kementerian Kesehatan Nomor 01.TPS.17.04.215.10.3445, tanggal 30 Juli 2010.
11. “Tanpa Korupsi”, “Korupsi Merampas Hak Masyarakat untuk Sehat”, “Hari Gini Masih
Terima Suap”, dll.

Fokus kegiatan prioritas pencegahan korupsi untuk jangka panjang (2012–2025) dan
jangka menengah (2012–2014) yang tertuang di dalam Rencana Strategi Nasional Pemberantasan
Korupsi.
1. Fokus Kegiatan Prioritas Jangka Panjang (2012–2025)
a. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam administrasi dan
pelayanan publik, pengelolaan keuangan negara, penanganan perkara
berbasis teknologi informasi (TI) serta pengadaan barang dan jasa
berbasis TI baik di tingkat pusat maupun daerah.
b. Peningkatan efektivitas sistem pengawasan dan partisipasi masyarakat
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan keuangan negara, serta
memasukkan nilai integritas dalam sistem penilaian kinerjanya.
1) Peningkatan efektivitas pemberian izin terkait kegiatan usaha,
ketenagakerjaan dan pertanahan yang bebas korupsi.
2) Peningkatan efektivitas pelayanan pajak dan bea cukai yang bebas
korupsi.
3) Penguatan komitmen antikorupsi di semua elemen eksekutif, legislatif,
dan yudikatif.
4) Penerapan sistem seleksi/penempatan/promosi pejabat publik melalui
assessment integritas (tax clearance, clearance atas transaksi keuangan, dll.) dan pakta
integritas.
5) Mekanisme penanganan keluhan/pengaduan antikorupsi secara
nasional.

6) Peningkatan pengawasan internal dan eksternal serta memasukkan nilai integritas ke


dalam sistem penilaian kinerja.

7) Peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan serta


kinerja menuju opini audit wajar tanpa pengecualian dengan kinerja
prima.

13
Gambar 4.2
Kemenkes komitmen raih WTP
(Sumber: sehatnegeriku.com)

8) Pembenahan sistem kepemerintahan melalui reformasi birokrasi.


9) Pelaksanaan e-government.

2. Fokus Kegiatan Prioritas Jangka Menengah (2012–2014)


a. Sistem pelayanan publik berbasis Teknologi Informasi dengan fokus pada:
1) K/L dan Pemda di seluruh provinsi dengan memperhitungkan integrasi
internal kelembagaan yang telah memiliki target jelas sampai dengan
2014, dengan fokus pada pemberian perizinan.
2) Integrasi mekanisme penanganan keluhan/pengaduan terhadap upaya
PPK termasuk proses penegakkan hukum.
3) Membuka akses antarlembaga untuk menindaklanjuti pengaduan yang
disampaikan masyarakat.
4) Keterbukaan informasi dalam penanganan perkara (termasuk perkara
korupsi), perencanaan dan penganggaran pemerintah.

b. Keterbukaan standard operating procedure (prosedur pengoperasian


standar) penanganan perkara dan pemrosesan pihak yang enyalahgunakan
wewenang.
c. Penyempurnaan kode etik dengan sanksi yang jelas.
d. Pengendalian dan pengawasan proses pelayanan publik, penguatan Sistem Pengendalian
Internal Pemerintah (SPIP) serta publikasi
penyalahgunaan jabatan.
e. Implementasi UU Pelayanan Publik, keterbukaan dalam penunjukkan
pejabat publik dan penyelarasan UU Keuangan Pusat-Daerah.
f. Pembenahan sistem melalui reformasi birokrasi dengan fokus pada
lembaga penegak hukum dan peradilan.
g. Sertifikasi hakim Tindak Pidana Korupsi berdasarkan kompetensi dan
integritas.
h. Pengembangan sistem dan pengelolaan pengaduan internal dan eksternal
(termasuk masyarakat) atas penyalahgunaan kewenangan.
i. Pemantapan administrasi keuangan negara, termasuk penghapusan
dana off-budget dan memublikasikan penerimaan hibah/bantuan/donor
di badan publik dan partai politik.
j. Penyusunan dan publikasi laporan keuangan yang tepat waktu, dengan
opini WTP bagi K/L dan Pemda.
k. Pembatasan nilai transaksi tunai.
l. Penertiban dan publikasi Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara
Negara bagi pejabat publik.
m. Penguatan mekanisme kelembagaan dalam perekrutan, penempatan,
mutasi dan promosi aparat penegakhukum berdasarkan hasil assessment

14
terhadap rekam jejak, kompetensi dan integritas sesuai kebutuhan
lembaga penegak hukum.
n. Transparansi dan akuntabilitas dalammekanisme pengadaan barang dan
jasa.
o. Transparansi dan akuntabilitas laporan kinerja tahunan K/L serta Pemda
yang dilaporkan dan dipublikasikan secara tepat waktu.
p. Penerapan Pakta Integritas.

Berikut adalah berbagai upaya pencegahan yang saat ini tengah


Dilaksanakan :
1. Pembentukan Lembaga Anti-Korupsi
a. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah eksis di negara kita sebagai
sebuah lembaga antikorupsi yang kokoh dan kuat sejak tahun 2003.
Apa yang saat ini telah dilaksanakan KPK dalam upaya pencegahan?
KPK telah melaksanakan Strategi Perbaikan Sistem dan juga strategi Edukasi dan Kampanye.
Perbaikan sistem dilakukan untuk mengurangi potensi korupsi. Caranya dengan kajian sistem,
penataan layanan publik melalui koordinasi/supervisi pencegahan serta mendorong transparansi
penyelenggaraan negara. Lembaga lain yang juga harus memperbaiki sistem kinerjanya adalah
lembaga peradilan termasuk di dalamnya: kepolisian, kejaksaan, pengadilan, lembaga
pemasyarakatan. Lembagalembaga ini adalah jantung penegakkan hukum yang harus bersikap
imparsial (tidak memihak), jujur dan adil. Pada tingkat kementerian ada inspektorat jenderal
yang harus meningkatkan kinerjanya. KPK melakukan kajian sistem dan kebijakan pada
berbagai kementerian/lembaga maupun pemerintah daerah. Dalam kajian tersebut KPK
melakukan analisis data, observasi langsung dan walkthrough test. Kajian dilakukan dalam
rangka mengidentifikasi kelemahan-kelemahan sistem atau kebijakan yang berpotensi korupsi.
Setelah itu, KPK memberikan rekomendasi perbaikan agar dilaksanakan oleh
kementerian, lembaga, atau pemerintah daerah bersangkutan. Edukasi dan kampanye yang
dilakukan KPK merupakan bagian dari upaya pencegahan memiliki peran strategis. Melalui
edukasi dan kampanye KPK berusaha membangun perilaku dan budaya antikorupsi. Program
kampanye dilakukan KPK melalui berbagai kegiatan yang melibatkan unsur masyarakat serta
melalui berbagai media cetak, elektronik dan online. Tujuan dari rangkaian kampanye adalah
untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai korupsi dan dampak buruknya.
Ujungnya adalah menumbuhkan benih benih antikorupsi serta perlawanan terhadap korupsi.
Program edukasi dilakukan melalui berbagai kegiatan termasuk meluncurkan produk
antikorupsi, antara lain modul modul pendidikan antikorupsi.
b. Lembaga lain yang juga telah disediakan adalah lembaga Ombudsman
yang perannya adalah sebagai penyedia sarana bagi masyarakat yang hendak mengadukan apa
yang dilakukan oleh lembaga pemerintah dan pegawainya. Lembaga ini juga berfungsi
memberikan pendidikan pada pemerintah dan masyarakat, mengembangkan standar perilaku
serta code of conduct bagi lembaga pemerintah maupun lembaga hukum.

Gambar 4.3

15
Ombudsman siap menerima pengaduan masyarakat.
(Sumber: setkab.go.id)

c. Pada tingkat kementerian ditingkatkan kinerja lembaga Inspektorat


Jenderal.
d. Reformasi birokrasi dan reformasi pelayanan publik penting dibenahi
sehingga tidak memberi peluang untuk melakukan pungutan liar.

2. Pencegahan Korupsi di Sektor Publik


Salah satu cara untuk mencegah korupsi adalah dengan mewajibkan semua pejabat
publik untuk mengumumkan dan melaporkan kekayaan yang dimilikinya baik sebelum maupun
sesudah menjabat. Hal ini diperlukan agar publik mengetahui kewajaran peningkatan jumlah
kekayaan terutama sesudah menjabat. Hal ini diperlukan agar publik mengetahui kewajaran
peningkatan jumlah kekayaan terutama sesudah menjabat dan mendorong transparansi
penyelenggara negara KPK menerima laporan LHKPN dan laporan adanya gratifikasi.
Penyelenggara negara wajib melaporkan harta kekayaannya, antara lain ketika dimutasi, mulai
melaksanakan jabatan baru atau pensiun.

Gambar 4.4
Penyelenggara negara wajib melaporkan harta kekayaannya.
(Sumber: e-sambas.com dan www.itjen.depkes.go.id)

a. Khusus untuk mengontrol pengadaan barang dan jasa oleh publik maka
lelang harus terbuka kepada publik. Masyarakat harus punya otoritas
untuk mengakses, memantau proses dan hasil pelelangan. Untuk itu,
saat ini telah dilakukan lelang dengan menggunakan LPSE.

16
Gambar 4.5
LPSE memungkinkan siapapun dapat mengontrol pengadaan.
(Sumber: sukoharjokab.go.id)

b. Sistem rekrutmen, sistem penilaian kinerja pegawai negeri serta hasil


kerja perlu dibangun. Sistem penghargaan terhadap pegawai berprestasi
perlu dibangun.

3. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat


a. Masyarakat hendaknya mempunyai akses untuk mendapatkan
informasi. Karena itu, harus dibangun sistem yang memungkinkan
masyarakat dapat meminta informasi tentang kebijakan pemerintah
terkait kepentingan masyarakat. Hal ini harus memberi kesadaran
kepada pemerintah agar kebijakan dijalankan secara transparan dan
wajib menyosialisasikan kebijakan tersebut kepada masyarakat.
b. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap bahaya
korupsi serta pemberdayaan masyarakat adalah salah satu upaya yang
sangat penting untuk mencegah terjadinya korupsi. Untuk meningkatkan
hal tersebut kegiatan yang dapat dilakukan:
1) kampanye tentang bahaya korupsi,
2) sosialisasi mengenai apa itu korupsi dan dampaknya serta cara memerangi
korupsi. Kampanye harus dilakukan di ruang publik, melalui media cetak maupun elektronik,
melalui seminar dan diskusi, dan lain-lain. Spanduk, poster, banner yang berisikan ajakan
untuk tidak melakukan korupsi harus dipasang di kantor-kantor pemerintah.
c. Pemberdayaan masyarakat untuk ikut mencegah dan memerangi korupsi adalah melalui
penyediaan sarana bagi masyarakat untuk dapat dengan mudah melaporkan kejadian korupsi
kepada pihak yang berwenang secara bertanggung jawab. Mekanisme pelaporan harus mudah
dilakukan misalnya melalui telepon, internet, dan sebagainya.
d. Kebebasan media baik cetak maupun elektronik dalam menginformasikan bahaya korupsi
adalah penting dalam pencegahan korupsi,
selain berfungsi sebagai media kampanye antikorupsi, media juga efektif
untuk melakukan pengawasan terhadap perilaku pejabat publik.
e. Keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau NGOs yang
berfungsi melakukan pengawasan terhadap perilaku pejabat pemerintah maupun parlemen, juga
merupakan hal yang sangat penting dalam mencegah terjadinya korupsi. Salah satu contoh
adalah Indonesia Corruption Watch (ICW), yakni sebuah LSM lokal yang bergerak khusus
dalam pemberantasan dan pencegahan korupsi.

17
Gambar 4.6
ICW memiliki peran penting dalam penyelidikan korupsi.
(Sumber: www.tempo.co)

f. Cara lain dalam rangka mencegah korupsi adalah menggunakan electronic surveillance yaitu
sebuah perangkat untuk mengetahui dan mengumpulkan data dengan dipasang di tempat tempat
tertentu. Alat itu misalnya closed circuit television (CCTV).

4. Pembuatan Instrumen Hukum


Instrumen hukum dalam bentuk Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
yang telah ada juga telah didukung dengan instrumen hukum lainnya. Contohnya, Undang-Undang
Tindak Pidana Money Laundering, Undang-Undang Perlindungan Saksi dan Korban, undang
undang yang mengatur kebebasan Pers, undang-undang yang mengatur mekanisme pelaporan
korupsi oleh masyarakat yang menjamin keamanan pelapor, dan lain-lain. Selain daripada itu
untuk dapat mencegah korupsi diperlukan produk hukum berupa Kode Etik atau Code of Conduct
agar tercipta pejabat publik yang bersih baik pejabat eksekutif, legislatif ataupun aparat lembaga
peradilan (kejaksaan, kepolisian, dan pengadilan).

5. Monitoring dan Evaluasi


Salah satu kegiatan penting lainnya dalam mencegah dan memberantas korupsi adalah
melakukan monitoring dan evaluasi terhadap seluruh kegiatan pemberantasan korupsi untuk
menilai capaian kegiatan. Melalui penilaian ini maka dapat diketahui strategi mana saja yang
efektif dan efisien dalam mencegah dan memberantas korupsi.

Tugas 2.

Setelah Anda membaca dan mencermati paparan mengenai upaya pencegahan korupsi, kemukakan
ide-ide Anda tentang upaya lain yang dapat dilakukan pemerintah dan masyarakat agar korupsi
dapat dicegah.

https://stranaspk.kpk.go.id/images/regulasi/SKB-Surat-Keputusan-Bersama-Aksi-Pencegahan-
Korupsi-tahun-2019-2020.pdf.

Kpk-keputusan bersama pimpinan komisi pemberantasan korupsi, menteri perencanaan


pembangunan nasional/kepala badan perencanaan pembangunan nasional, menteri dalam
negeri, menteri pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi, dan kepala staf

18
kepresidenan nomor 1 tahun 2018, nomor 01 SKB/M.PPN/10/2018, nomor 119/8774/sj nomor
15 tahun 2018, nomor NK-03/KSK/10/2018 tentang aksi pencegahan korupsi tahun 2019-2020
pimpinan komisi pemberantasan korupsi, menteri perencanaan pembangunan nasional/kepala
badan perencanaan pembangunan nasional, menteri dalam negeri, menteri pendayagunaan
aparatur negara dan reformasi birokrasi, dan kepala staf kepresidenan.

Menimbang: bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 13
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 tentang Strategi Nasional Pencegahan Korupsi, perlu
menetapkan Keputusan Bersama Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi, Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Menteri Dalam
Negeri, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan Kepala Staf
Kepresidenan tentang Aksi Pencegahan Korupsi Tahun 2019-2020;

Mengingat Menetapkan KESATU KEDUA KETIGA: Peraturan Presiden Nomor 54


Tahun2018 tentang Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 108) ;

Memutuskan: Keputusan Bersama Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi, Menteri


Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,
Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi, Dan
Kepala Staf Kepresidenan Tentang Aksi Pencegahan Korupsi Tahun 2019-2020.: Pimpinan Komisi
Pemberantasan Korupsi, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi, dan Kepala Staf Presiden selaku Tim Nasional Pencegahan
Korupsi, yang selanjutnya disebut (Timnas PK) menetapkan Aksi Pencegahan Korupsi Tahun
2019-2020.

Tujuan Keputusan Bersama ini adalah sebagai pedoman pelaksanaan Aksi Pencegahan
Korupsi Tahun 2019-2020 oleh Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah, dan pemangku
kepentingan lainnya.:

Aksi Pencegahan Korupsi Tahun 2019-2020 terdiri: dari 11 (sebelas) aksi, yang meliputi:
a. peningkatan pelayanan dan kepatuhan perizinan dan penanaman modal;
b. perbaikan tata kelola data dan kepatuhan sektor ekstraktif, kehutanan, dan perkebunan;
c. utilisasi Nomor Induk Kependudukan untuk perbaikan tata kelola pemberian bantuan sosial
dan subsidi;
d. integrasi dan sinkronisasi data impor pangan strategis;
e. penerapan manajemen anti suap di Pemerintah dan sektor swasta;
f. integrasi sistem perencanaan dan penganggaran berbasis elektronik;
g. Peningkatan profesionalitas dan modernisasi pengadaan barang dan jasa;
h. optimalisasi penerimaan negara dari penerimaan pajak dan non-pajak;
i. penguatan pelaksanaan reformasi birokrasi;
j. implementasi grand design strategi pengawasan keuangan desa;
k. perbaikan tata kelola sistem peradilan pidana terpadu.

Adapun penjabaran SKB No.1 Tahun 2018 tentang aksi pencegahan korupsi periode 2019-2020
merespons PerPres no.54 Tahun 2018 pasal 5 ayat 1 dan pasal 13, adalah sebagai berikut :

1. Perizinan dan Tata Niaga :

19
a. Peningkatan Pelayanan dan Kepatuhan Perizinan dan Penanaman Modal.
b. Perbaikan Tata Kelola Data dan Kepatuhan Sektor Ekstraktif, Kehutanan, dan
Perkebunan.
c. Utilisasi Nomor Induk Kependudukan Untuk Perbaikan Tata Kelola Pemberian
Bantuan Sosial dan Subsid
d. Integrasi dan Sinkronisasi Data Impor Pangan Strategis.
e. Penerapan Manajemen Anti Suap di Pemerintah dan Sektor Swasta.

2. Keuangan Negara :
a. IntegrasiSistem Perencanaan dan Penganggaran Berbasis Elektronik.
b. Peningkatan profesionalitas dan modernisasi Pengadaan Barang dan Jasa.
c. Optimalisasi Penerimaan Negara dari Penerimaan Pajak dan Non-Pajak.

3. Penegakan Hukum dan Reformasi Birokrasi :


a. Penguatan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi.
b. Implementasi Grand DesignStrategi Pengawasan Keuangan Desa
c. Perbaikan Tata Kelola Sistem Peradilan Pidana Terpadu.

C. Kerja Sama Internasional dalam Pemberantasan Korupsi


1. Gerakan Organisasi Internasional
a. Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations)
Setiap lima tahun PBB menyelenggarakan kongres tentang Pencegahan Kejahatan dan
Perlakuan terhadap penjahat. Dalam sebuah resolusinya Majelis Umum PBB menegaskan
perlunya pengembangan strtegi global melawan korupsi. Pemberantasan korupsi harus
dilakukan multidisiplin dengan memberikan pemahaman pada aspek dan dampak buruk
korupsi dalam berbagai tingkat. Pencegahan dan pemberantasan korupsi juga harus
dilakukan dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan pencegahan korupsi di tingkat
nasional dan internasional.
Dalam Global Program Against Corruption dijelaskan bahwa korupsi diklasifikasikan
dalam berbagai tingkatan. Kongres PBB ke-10 menyatakan bahwa perhatian perlu
ditekankan pada apa yang disebut dengan Top Level Corruption yaitu korupsi yang
tersembunyi dalam jejaring yang tidak terlihat secara kasatmata, meliputi penyalahgunaan
kekuasaan, pemerasan, nepotisme, penipuan, dan korupsi. Jenis korupsi ini paling berbahaya
dan dapat menimbulkan kerusakan sangat besar di suatu negara.
b. Bank Dunia (World Bank)
Bank Dunia dalam memberikan pinjaman mempertimbangkan tingkat korupsi di
suatu negara. Untuk hal itu, World Bank Institute mengembangkan Anti-Corruption Care
Program yang bertujuan untuk menanamkan kesadaran mengenai korupsi serta pentingnya
pelibatan masyarakat sipil untuk mencegah dan memberantas korupsi.
Program yang dikembangkan Bank Dunia didasarkan pada premis bahwa untuk
memberantas korupsi secara efektif perlu dibangun tanggung jawab bersama berbagai
lembaga di masyarakat. Bank Dunia menyatakan bahwa pendekatan untuk melaksanakan
program antikorupsi dibedakan menjadi dua (2) pendekatan, yaitu: pendekatan dari bawah
ke atas (bottom-up) dan pendekatan dari atas ke bawah (top-down). Pendekatan dari bawah
ke atas didasarkan oleh asumsi berikut.
1) Semakin luas pemahaman yang ada, semakin mudah meningkatkan
kesadaran memberantas korupsi.
2) Adanya jejaring yang baik akan membantu pemerintah dan masyarakat
mengembangkan rasa saling percaya.
3) Penyediaan data mengenai efektivitas dan efisiensi pelayanan pemerintah membantu
masyarakat mengerti bahaya buruk dari korupsi.
4) Pelatihan pelatihan yang dilaksanakan Bank Dunia akan dapat membantu mempercepat
pemberantasan korupsi.

20
1) Rencana aksi yang dipilih sendiri di sebuah negara akan memiliki trickle down effect
dalam arti masyarakat mengetahui pentingnya pemberantasan korupsi. Untuk
pendekatan dari atas ke bawah dilakukan dengan melaksanakan reformasi di segala
bidang, baik hukum, politik, ekonomi, maupun administrasi pemerintahan. Pendidikan
antikorupsi adalah salah satu strategi atau pendekatan dari atas ke bawah yang
dikembangkan oleh Bank Dunia.
c. Masyarakat Uni Eropa
Di negara-negara Eropa gerakan pencegahan dan pemberantasan korupsi
telah dimulai sejak tahun 1996. Pemberantasan dilakukan dengan pendekatan multidisiplin,
monitoring yang efektif, dilakukan dengan kesungguhan dan komprehensif.

2. Gerakan Lembaga Swadaya Internasional


a. Transparency International
Transparency International (TI) adalah sebuah organisasi internasional
nonpemerintah yang berkantor pusat di Berlin Jerman yang memantau dan mempublikasikan
hasil-hasil penelitian mengenai korupsi yang dilakukan oleh korporasi dan korupsi politik di
tingkat internasional. Setiap tahun TI menerbitkan Indeks Persepsi Korupsi (Corruption
Perception Index=CPI) di negara negara seluruh dunia. TI membuat peringkat tentang
prevalensi korupsi di negara negara di dunia berdasarkan survei yang dilakukan terhadap
pelaku bisnis dan opini masyarakat. CPI membuat penilaian dengan range 1–10. Nilai10
adalah nilai tertinggi dan terbaik, sedangkan semakin rendah nilainya ditempatkan sebagai
yang paling tinggi korupsinya. Dalam survei tersebut Indonesia setiap tahunnya
menempati peringkat sangat buruk dan buruk, namun sejak tahun 2009 sedikit
membaik.

b. TIRI
TIRI/Making Integrity Work adalah sebuah organisasi independen internasional
nonpemerintah yang berkantor pusat di London dan banyak wakilannya di beberapa negara
termasuk di Jakarta. Organisasi ini bekerja dengan pemerintah, kalangan bisnis, akademisi
dan masyarakat sipil untuk melakukan sharing keahlian dan wawasan untuk
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan praktis yang diperlukan untuk mengatasi
korupsi dan mempromosikan integritas. Di Indonesia TIRI mengembangkan jejaring dengan
berbagai universitas untuk mengembangkan kurikulum pendidikan antikorupsi dengan nama
I-IEN ( Indonesian-Integrity Education Network). TIRI berkeyakinan bahwa dengan
mengembangkan kurikulum Pendidikan Integritas dan atau Pendidikan Anti-Korupsi di
perguruan tinggi mahasiswa dapat memahami bahaya laten korupsi bagi masa depan bangsa.

c. Instrumen Internasional Pencehagan Korupsi


1) United Nations Convention against Corruption (UNCAC)
UNCAC merupakan salah satu instrumen internasional yang sangat penting
dalam rangka pencegahan dan pemberantasan korupsi.
Gambar 4.7 KPK bekerja sama dengan UNCAC dalam memberantas korupsi (Sumber:
ruanghati.com dan KPK). Beberapa hal penting yang diatur dalam konvensi adalah:

a) Masalah pencegahan
UNCAC mengemukakan bahwa perlu dikembangkan model-model preventif sebagai
berikut:
1. Pembentukan badan antikorupsi;
2. Peningkatan transparansi dalam pembiayaan kampanye untuk pemilu dan partai
politik;
3. Promosi terhadap efisiensi dan transparansi pelayanan publik;
4. Rekrutmen atau penerimaan pelayan publik (pegawai negeri) dan mereka
dilakukan berdasarkan prestasi;
5. Adanya kode etik yang ditujukan bagi pelayan publik (pegawai negeri) dan
mereka harus tunduk pada kode etik;

21
6. Transparansi dan akuntabilitas keuangan publik;
7. Penerapan tindakan indisipliner dan pidana bagi pegawai negeri yang korupsi;
8. Dibuatnya persyaratan khusus terutama pada sektor publik yang angat rawan
seperti badan peradilan dan sektor pengadaan publik;
9. Promosi dan pemberlakuan standar pelayanan publik;
10. Adanya keikutsertaan seluruh komponen masyarakat dalam upaya untuk
pencegahan korupsi yang efektif;
11. Perlu ada seruan kepada negara-negara untuk secara aktif melibatkan organisasi
nonpemerintah (LSM);
12. Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap korupsi termasuk dampak buruk
korupsi serta hal hal yang dapat dilakukan masyarakat yang mengetahui telah
terjadi tindak pidana korupsi.

b) Kriminalisasi
Hal penting lain yang diatur dalam konvensi adalah mengenai kewajiban
negara untuk mengkriminalisasi berbagai perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai
tindak pidana korupsi. Perbuatan yang dikriminalisasi tidak terbatas pada tindak pidana
penyuapan dan penggelapan dana publik, tetapi juga dalam bidang perdagangan
termasuk penyembunyian dan pencucian uang hasil korupsi.

c) Kerja sama internasional


Negara-negara yang menandatangani konvensi bersepakat untuk bekerja
sama dalam setiap langkah pemberantasan korupsi termasuk pencegahan, investigasi,
dan melakukan penuntutan terhadap pelaku korupsi. Mereka bersepakat untuk
memberikan bantuan hukum timbal balik dalam mengumpulkan bukti yang akan
digunakan di pengadilan serta mengekstradisi pelanggar. Negaranegara juga bersepakat
harus melakukan langkah langkah yang mendukung penelusuran, penyitaan, dan
pembekuan hasil tindak pidana korupsi.
5
d) Pengembalian aset-aset negara
Kerja sama dalam pengembalian aset-aset hasil korupsi terutama yang
dilarikan dan disimpan di negara lain juga merupakan hal sangat penting yang tertuang
dalam konvensi. Untuk itu, setiap negara harus menyediakan aturan-aturan serta
prosedur guna mengembalikan kekayaan, termasuk aturan dan prosedur yang
menyangkut hukum dan rahasia perbankan.

2) Convention on Bribery of Foreign Public Official in International Business Transaction.


Convention on Bribery of Foreign Public Official in International Business
Transaction adalah sebuah konvensi internasional. Konvensi antisuap ini menetapkan
standar-standar hukum yang mengikat negara-negara peserta konvensi untuk
mengkriminalisasi pejabat publik asing yang menerima suap dalam transaksi bisnis
internasional.

Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan termasuk Politeknik Kesehatan yang


dikelola oleh Kementerian kesehatan telah berupaya melakukan berbagai kegiatan
pencegahan korupsi di dalam menjalankan sistem manajemennya. Berikut adalah beberapa
contoh upaya dimaksud.
1. Pimpinan memberikan contoh perilaku dan menjadi model pimpinan
yang bersih.
2. Menerapkan audit internal melalui Satuan Pengawas Internal dan
Eksternal serta Penjaminan Mutu.
3. Mendidik dan menyosialisasikan perilaku antikorupsi melalui larangan
pemberian hadiah atau imbalan apapun baik dalam bentuk spanduk,
banner, dan sebagainya.
4. Penerimaan uang kuliah dan kewajiban lainnya melalui Student Payment Center (SPC).

22
Daftar Pustaka :

Korupsi Anggaran Desa Tertinggi di Antara Sektor Lain, Ekonomi & Makro, 13/11/2019, 14.17
WIB

Korupsi di Sektor Infrastruktur Mengalami Peningkatan Sepanjang 2015-2018, Ekonomi &


Makro, 21/10/2019, 11.18 WIB

Berapa Jumlah Bupati/Wali Kota yang Terjerat Kasus Korupsi? Ekonomi & Makro, 9/10/2019,
08.00 WIB.

https://www.liputan6.com/news/read/3281598/4-modus-korupsi-kepala-daerah . 4 (Empat) Modus


Korupsi Kepala Daerah: ATM hingga Libatkan Klub Sepak Bola, Lizsa Egeham, 13 Feb 2018,
07:00 WIB

https://beritagar.id/artikel/berita/lima-modus-korupsi-legislatif-berombongan . Lima modus korupsi


legislatif berombongan, Islahuddin 23:03 WIB - Selasa, 06 Februari 2018.

__________, 2014. Buku Ajar Pendidikan Budaya Anti Korupsi, Jakarta.

https://stranaspk.kpk.go.id/images/regulasi/SKB-Surat-Keputusan-Bersama-Aksi-Pencegahan-
Korupsi-tahun-2019-2020.pdf.

23

Anda mungkin juga menyukai