DI BENGKEL MOTOR
OLEH
KELOMPOK 3
Muhammad Reza Syarif
135070209111009
135070209111030
Naomi Lessnussa
135070209111031
Marnia Sulfiana
135070209111032
Nirmala Ramli
135070209111033
Eka Permata
135070209111036
135070209111039
Sandi Canggih
135070209111045
Rahman
135070209111077
DI BENGKEL MOTOR
dengan konstruksi sederhana, yang memiliki peralatan suku cadang yang cukup
lengkap, dengan ukuran 5 x 10 meter. Usaha Aji adalah usaha mandiri sejak
tahun1997, beliau membuka usahanya bersama-sama dengan teman-temannya
sesama pecinta motor Vespa. Tahun-tahun awal dibukanya usaha bengkel ini hanya
khusus melayani reparasi motor dan body Vespa, hingga saat ini juga melayani segala
jenis motor. Bengkel ini dibuka setiap harinya mulai dari jam 8 pagi sampai jam 5
Sore. Bengkel ini setiap harinya menjual suku cadang dan melakukan service motor.
Namun Tempat usaha milik Aji ini tidak memiliki Surat Izin Mendirikan Usaha.
Pekerja yang bekerja di bengkel ini terdiri dari 4 orang. Tiga orang diantaranya
melakukan service mesin motor dan Aji khusus repair body vespa. Dalam
perbengkelan ini pekerja hanya melakukan service motor seperti menganti oli, tambal
ban, mengisi angin, dan penjualan suku cadang dan repair body motor.
A. Identifikasi Bahaya
Mengenali, menemukan, dan menentukan ada tidaknya bahaya resiko kesehatan
dan keselamatan pada pekerja bengkel, baik resiko yang timbul akibat proses kerja,
cara kerja, alat dan bahan yang dipakai di bengkel motor.
Potensi bahaya di bengkel motor :
1.
2.
3.
4.
5.
Ada tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja. Bila ketiga komponen tersebut serasi maka dapat tercapailah suatu
derajat kesehatan kerja yang optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila
terdapat ketidakserasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit
ataupun kecelakaan akibat kerja.
1.
Kapasitas Kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum
memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30-40%
masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35%
kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak
memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas yang
optimal.
2.
Beban Kerja
Pola kerja yang berubah-ubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat,
akibat terjadinya perubahan pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang turut
memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja
yang masih relatif rendah, yang berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja
tambahan secara berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkan stres.
3.
Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi
kesehatan kerja dan dapat menimbulkan kecelakaan kerja (occupational
2.
Bising dapat diartikan sebagai suara yang timbul dari getaran-getaran yang tidak
teratur dan periodik, kebisingan merupakan suara yang tidak dikehandaki.
Manusia masih mampu mendengar bunyi dengan frekwensi antara 16-20.000 Hz,
dan intensitas dengan nilai ambang batas (NAB) 85 dB (A) secara terus menerus.
Intensitas lebih dari 85 dB dapat menimbulkan gangguan dan batas ini disebut
critical level of intensity. Kebisingan merupakan masalah kesehatan kerja yang
timbul di bengkel motor. Sumber kebisingan berasal dari suara mesin gerinda dan
suara kompresor pada proses perbaikan dan perawatan sepeda motor. Pengaruh
utama dari kebisingan terhadap kesehatan adalah kerusakan pada indera
pendengar, yang menyebabkan ketulian progresif. Gangguan kebisingan di
tempat kerja dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a.
Gangguan fisiologis
Gangguan fisiologis adalah gangguan yang mula-mula timbul akibat bising.
Dengan kata lain fungsi pendengaran secara fisiologis dapat terganggu.
Pembicaraan atau instruksi dalam pekerjaan tidak dapat didengar secara jelas
sehingga dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Pembicara terpaksa berteriakteriak, selain memerlukan tenaga ekstra juga menimbulkan kebisingan.
Kebisingan juga dapat mengganggu cardiac out put dan tekanan darah.
b. Gangguan psikologis
D. Faktor Resiko
1.
2.
mulut
ke
saluran
pencernaan), skin
Penggunaan APD
Para pekerja yang beraktivitas dan melakukan pekerjaannya, tidak menggunakan
APD (alat pelindung diri) dalam bentuk apapun. Alat pelindung diri
diklasifikasikan berdasarkan target organ tubuh yang berpotensi terkena resiko
dari bahaya. Pada bidang bengkel ini, APD yang seharusnya digunakan yaitu :
a. Sarung tangan
Dengan menggunakan sarung tangan, pekerja bengkel dapat melindungi bagian
tangan dari temperatur ekstrim, benda tajam, tertimpa benda berat,, bahan kimia,
infeksi kulit.
b. Masker
Dengan pemakaian masker di mulut dan hidung akan terlindung daridebu,
uap, gas, kekurangan oksigen (oxygen defiency).
c. Pakaian lengan panjang
Menggunakan pakaian lengan panjang saat bekerja di bengkel sangat penting
pada perlindungan diri yaitu dapat terlindung dari temperatur ekstrim, cuaca
buruk, cipratan bahan kimia atau logam cair, penetrasi benda tajam (alat-alat
bengkel).
d. Alat pelindung kaki
Pada alat pelindung kaki biasa yang digunakan ada pemakaian sepatu yang
nyaman agar terhindar dari lantai licin, lantai basah, benda tajam, benda jatuh,
cipratan bahan kimia (misalnya oli).
APD di atas dapat melindungi bagia-bagian tubuh pekerja untuk menimalisir
kecelakaan kerja selama bekerja. Dan sebaiknya harus diterapkan pada pekerja
yang bekerja di bengkel.
4.
Dalam
mencegah/mengendalikan
kecelakaan
kerja,
para
pekerja
tidak
Fasilitas kesehatan
Di bengkel ini tidak mempunyai fasilitas kesehatan. Jika terjadi kecelakaan,
maka pekerja tersebut mengobati dirinya sendiri dengan membeli obat di apotik
dan biaya pengobatan di tanggung oleh pemilik bengkel. Para pekerja biasanya
mengalami kecelakaan kerja seperti, tidak segaja memukul tangannya pada saat
melakukan service motor. Sebaiknya perlu ada fasilitas kesehatan meski usaha ini
hanya bergerak di bidang sector informal. Penyediaan kotak P3K (pertolongan
pertama pada kecelakaan) saat terjadi kecelakaan kerja saat bekerja harusnya
lebih diperhatikan oleh suatu pengusaha.
f. Topi
g. Himbauan
3.
kerja
juga
diberlakukan
sistem
pengkodean
warna
untuk
kotak P3K dan peralatan keselamatan kerja; dan (f) warna biru sebagai ramburambu informasi.
4.
Selama bekerja, pakailah selalu fender cover, seat cover, dan floor cover agar
tidak merusak atau mengotori kendaraan.
Oli atau gemuk yang ada pada tangan atau alat-alat anda dapat mengotori
kendaraan. Karena itu tangan dan alat-alat harus dijaga agar tetap bersih.
Bersihkan selalu minyak dan oli yang tertumpah sehingga kendaraan tidak
dalam keadaan kotor. Jika oli yang tertumpah dibiarkan begitu saja, langganan
akan mengira terdapat kebocoran pada kendaraannya, lalu membawanya
kembali ke bengkel.
5.
b. Bersihkan tumpahan bahan bakar, oli atau stemplet dengan segera untuk
mencegah agar tidak ada yang tergelincir dilantai.
c. Jangan bekerja dengan posisi tubuh yang tidak nyaman. Hal ini tidak hanya
mempengaruhi efisiensi kerja, juga dapat menyebabkan terjatuh atau cidera.
d. Berhati-hatilah saat menangani benda-benda yang berat, karena anda dapat
terluka bila benda-benda tersebut menjatuhi kaki anda, atau punggung anda
bisa cidera.
e. Jangan merokok saat bekerja terutama jika sedang bekerja dekat switch, papan
switch, motor listrik, perawatan sistem bahan bakar, motor listrik, baterai yang
sedang diisi, dll.
f. Peralatan kelistrikan, hidrolik dan pneumatik dapat menyebabkan cidera
serius
bila
tidak
digunakan
dengan
benar.
Baca
buku
petunjuk
penggunaannya.
g. Kenakan kacamata pelindung sebelum menggunakan peralatan yang
menebarkan serpihan-serpihan kecil.
h. Jangan menggunakan sarung tangan saat bekerja dengan peralatan yang
berputar atau saat bekerja diarea menggerakkan rotasi.
i. Untuk menaikkan kendaraan pada lift, pertama-tama angkatlah ban sampai
berada sedikit diatas permukaan tanah lalu pastikan bahwa kendaraan telah
ditopang dengan aman pada lift sebelum menaikkan kendaraan seluruhnya.
Jangan pernah menggoyang kendaraan bila telah dinaikkan karena kendaraan
dapat jatuh dan melukai anda atau orang disekitar anda.
Pada umumnya kecelakaan kerja terjadi karena dua faktor, yakni kecelakaan
dikarenakan faktor manusia dan kecelakaan dikarenakan faktor fisik seperti mesin,
peralatan, rendahnya standar pengamanan peralatan, dan lingkungan kerja yang