Di Susun Oleh :
RIYO DESTIANA
3215012
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS DI BANGSAL ANGGREK
RS PENOMBAHAN SENOPATI BANTUL
Disusun Oleh:
RIYO DESTIANA
3215012
Disahkan pada:
Hari / Tanggal :
Oleh :
( ) ( )
Mahasiswa
(...........................................)
A. DEFINISI
Demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara
abnormal. Febris atau demam pada umumnya diartikan suhu tubuh di atas
37,2ºC (Ngastiyah, 2010). Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal
biasa, dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat
toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit
bakteri, tumor otak atau dehidrasi (Guyton, 2008).
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38ºC
atau lebih. Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,8ºC.
Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40ºC disebut demam tinggi
(hiperpireksia) (Julia, 2009).
1. Tipe demam antara lain :
a) Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering
disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi
tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
b) Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai
dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam
septik.
c) Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam
satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut
tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua
serangan demam disebut kuartana.
d) Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
e) Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula (Julia, 2009).
Jenis Demam dan Ciri-cirinya
Jenis Demam Ciri-ciri
Demam septik Malam hari suhu naik sekali, pagi hari turun
hingga diatas normal, sering disertai menggigil
dan berkeringat
Demam remiten Suhu badan dapat turun setiap hari tapi tidak
pernah mencapai normal. Perbedaan suhu
mungkin mencapai 2 derajat namun perbedaannya
tidak sebesar demam septik.
Demam intermiten Suhu badan turun menjadi normal selama
beberapa jam dalam satu hari. Bila demam terjadi
dua hari sekali disebut tertiana dan apabila terjadi
2 hari bebas demam diantara 2 serangan demam
disebut kuartana.
Demam kontinyu Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih
dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus
menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia
B. ETIOLOGI
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam
dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit
metabolik maupun penyakit lain (Julia, 2009). Menurut Guyton (2008) demam
dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak
atau dehidrasi.
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan
toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan
pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma). Pada dasarnya
untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain:
ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan
fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium
serta penunjang lain secara tepat dan holistik. Beberapa hal khusus perlu
diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama demam, tinggi
demam serta keluhan dan gejala yang menyertai demam.
C. PATOFISIOLOGI
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak
terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada
infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan
tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam,
ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen
eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan
reaksi imunologik terhadap benda asing (non infeksi). Zat pirogen ini dapat
berupa protein, pecahan protein, dan zat lain, terutama toksin polisakarida,
yang dilepas oleh bakteri toksik yang dihasilkan dari degenerasi jaringan
tubuh menyebabkan demam selama keadaan sakit.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap
pirogen. Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis
oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh bergranula
besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri ke dalam
cairan tubuh, yang disebut juga zat pirogen leukosit.
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang
terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di
hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam
arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ).
Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara
menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar
keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan
pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah yang menimbulkan demam pada
anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel
makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut dengan
meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan
dalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh (Betz, 2011).
Nukleus pre-optik pada hipotalamus anterior berfungsi sebagai pusat
pengatur suhu dan bekerja mempertahankan suhu tubuh pada suatu nilai yang
sudah ditentukan, yang disebut hypothalamus thermal set point. Pada
demam hypothalamic thermal set point meningkat dan mekanisme pengaturan
suhu yang utuh bekerja meningkatkan suhu tubuh ke suhu tertentu yang baru.
Terjadinya demam disebabkan oleh pelepasan zat pirogen dari dalam lekosit
yang sebelumnya telah terangsang baik oleh zat pirogen eksogen yang dapat
berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik
yang tidak berdasarkan suatu infeksi Pirogen eksogen ini juga dapat karena
obat-obatan dan hormonal, misalnya progesterone.
PATHWAY
Deficit volume
Resiko obstruksi
cairan
jalan nafas
D. MANIFESTASI KLINIK
Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung
pada fase demam meliputi:
Fase 1 awal (awitan dingin/ menggigil)
Tanda dan gejala:
Peningkatan denyut jantung
Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot
Peningkatan suhu tubuh
Pengeluaran keringat berlebih
Rambut pada kulit berdiri
Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah
Fase 2 ( proses demam)
Tanda dan gejala:
Proses mengigil lenyap
Kulit terasa hangat / panas
Merasa tidak panas / dingin
Peningkatan nadi
Peningkatan rasa haus
Dehidrasi
Kelemahan
Kehilangan nafsu makan ( jika demam meningkat)
Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.
Fase 3 (pemulihan)
Tanda dan gejala:
Kulit tampak merah dan hangat
Berkeringat
Mengigil ringan
Kemungkinan mengalami dehidrasi
Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung,
anoreksia dan somnolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi dari
37,5⁰C - 40⁰C, kulit hangat, takichardi, sedangkan batasan karakteristik
minor yang muncul yaitu kulit kemerahan, peningkatan kedalaman
pernapasan, menggigil atau merinding perasaan hangat dan dingin, nyeri dan
sakit yang spesifik atau umum (misal: sakit kepala vertigo), keletihan,
kelemahan, dan berkeringat (Julia, 2009).
E. KOMPLIKASI
1) Takikardi
2) Insufisiensi jantung
3) Insufisiensi pulmonal
4) Kejang demam (Betz, 2011).
F. PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan klien saat pengkajian) :
demam, iritabel, menggigil, kejang)
b) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita klien saat
masuk rumah sakit) : sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala
lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makan
menurun, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil,
gelisah
c) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh klien) : pernah kejang dengan
atau tanpa demam
d) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain
baik bersifat genetik atau tidak) : orang tua, saudara kandung pernah
kejang
e) Riwayat tumbuh kembang : adakah keterlambatan tumbuh kembang
f) Riwayat imunisasi
2. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum: kesadaran, vital sign, status nutrisi (berat badan,
panjang badan, usia)
b) Pemeriksaan persistem:
1) Sistem persepsi sensori:
Penglihatan: air mata ada / tidak, cekung / normal
Pengecapan: rasa haus meningkat / tidak, lidah lembab / kering
2) Sistem persyarafan: kesadaran, menggigil, kejang, pusing
3) Sistem pernafasan: dispneu, kusmaul, sianosis, cuping hidung,
4) Sistem kardiovaskuler: takikardi, nadi lemah dan cepat / tak
teraba, kapilary refill lambat, akral hangat / dingin, sianosis
perifer
5) Sistem gastrointestinal:
Mulut : membran mukosa lembab / kering
Perut : kembung / meteorismus, distensi
Informasi tentang tinja : warna (merah, hitam), volume, bau,
konsistensi, darah, melena
6) Sistem integumen : kulit kering / lembab
7) Sistem perkemihan : bak 6 jam terakhir, oliguria / anuria
3. Data penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap
untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning,
masih dapat diperiksa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan
tubuh atau lesi permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam tahap
melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat
dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau
limfangiografi (Guyton, 2008).
Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan darah rutin, kultur urin, dan
kultur darah.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Farmakologi
a) Pemberian Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur
suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah
pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim
cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali
menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas
normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi (Julia, 2008).
Petunjuk pemberian antipiretik:
1) Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok teh sirup parasetamol
2) Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½ sendok
2. Tindakan Medis
a) Mengawasi kondisi klien dengan: Pengukuran suhu secara berkala
setiap 4-6 jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut,
atau mengigau. Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik ke
atas atau apakah anak mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai
kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan otak,
karena oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai
oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan
demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi
intelektual tertentu.
b) Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
c) Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
d) Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen
ke otak yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak.
e) Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknya,
Minuman yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare
menyesuaikan), air buah atau air teh. Tujuannnya adalah agar cairan
tubuh yang menguap akibat naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
f) Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
g) Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak, lipat paha. Tujuannya
untuk menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu
tubuh dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh
digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Jangan
menggunakan air es karena justru akan membuat pembuluh darah
menyempit dan panas tidak dapat keluar. Menggunakan alkohol dapat
menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan).
h) Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-
suam kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di
luar terasa hangat dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu
diluar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol
pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh
lagi. Di samping itu lingkungan luar yang hangat akan membuat
pembuluh darah tepi di kulit melebar atau mengalami vasodilatasi, juga
akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga akan mempermudah
pengeluaran panas dari tubuh.
3. Pemeriksaan diagnostik
a) Uji coba darah
Contoh pada Demam Dengue terdapat leucopenia pada hari ke-2 atau
hari ke-3. Pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi.
Masa pembekuan masih normal, masa perdarahan biasanya
memanjang, dapat ditemukan penurunan factor II,V,VII,IX, dan XII.
Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia,
hipokloremia. SGOT, serum glutamit piruvat(SGPT), ureum, dan pH
darah mungkin meningkat, reverse alkali menurun.
b) Pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus
rutin.
Contoh pada DBD air seni mungkin ditemukan albuminuria ringan.
c) Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga
dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau
limfangiografi.
d) Ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan klien saat pengkajian) :
demam, iritabel, menggigil, kejang)
2) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita klien
saat masuk rumah sakit) : kapan mulai panas
3) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh klien) : pernah kejang
dengan atau tanpa demam
4) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain
baik bersifat genetik atau tidak) : orang tua, saudara kandung pernah
kejang
5) Riwayat tumbuh kembang: adakah keterlambatan tumbuh kembang
6) Riwayat imunisasi
b. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum: kesadaran, vital sign, status nutrisi (berat badan,
panjang badan, usia)
b) Pemeriksaan persistem
1) Sistem persepsi sensori :
Penglihatan: air mata ada atau tidak, cekung atau normal
Pengecapan: rasa haus meningkat atau tidak, lidah lembab atau
kering
2) Sistem syaraf: kesadaran menurun, menggigil, kejang, pusing
3) Sistem pernafasan: dispneu, kusmaul, sianosis, cuping hidung,
4) Sistem kardiovaskuler: takikardi, nadi lemah dan cepat atau tak
teraba, kapilary refill lambat, akral hangat atau dingin, sianosis
perifer
5) Sistem gastrointestinal :
Mulut : membran mukosa lembab atau kering
Perut : kembung / meteorismus, distensi
Informasi tentang tinja : warna (merah, hitam), volume, bau,
konsistensi, darah, melena
6) Sistem integumen : kulit kering atau lembab
7) Sistem perkemihan : bak 6 jam terakhir, oliguria atau anuria
c. Pemeriksaan penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap
untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning,
masih dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah, pembiakan kuman
dari cairan tubuh atau lesi permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam
tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat
dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau
limfangiografi (Guyton, 2008).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi atau inflamasi
b. Resiko atau Defisit volume cairan
c. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
J. RENCANA KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan
Diagnosa NOC NIC
Hipertermia NOC : NIC :
Thermoregulation Fever treatment
Definisi : suhu tubuh naik diatas Setelah dilakukan 1. Monitor suhu sesering
rentang normal tindakan keperawatan mungkin
selama…x24jam klien 2. Monitor IWL
Batasan Karakteristik: menunjukkan 3. Monitor warna dan suhu kulit
kenaikan suhu tubuh diatas temperatur dalam batas 4. Monitor tekanan darah, nadi
rentang normal normal dan RR
serangan atau konvulsi (kejang) Kriteria Hasil : 5. Monitor penurunan tingkat
kulit kemerahan 1. Suhu tubuh dalam kesadaran
pertambahan RR rentang normal 6. Monitor WBC, Hb, dan Hct
takikardi 2. Nadi dan RR dalam 7. Monitor intake dan output
saat disentuh tangan terasa rentang normal 8. Berikan anti piretik
3. Tidak ada 9. Selimuti pasien
hangat
perubahan warna 10. Lakukan tapid sponge
kulit dan tidak ada 11. Berikan cairan intravena
Faktor faktor yang
pusing, merasa 12. Kompres pasien pada lipat
berhubungan
nyaman paha dan aksila
1. penyakit/ trauma
13. Tingkatkan sirkulasi udara
2. peningkatan metabolisme
3. aktivitas yang berlebih
4. pengaruh medikasi/anastesi Temperature regulation
5. ketidakmampuan/penurunan 1. Monitor suhu minimal tiap 2
kemampuan untuk jam
berkeringat 2. Rencanakan monitoring suhu
6. terpapar dilingkungan panas secara kontinyu
7. dehidrasi 3. Monitor TD, nadi, dan RR
8. pakaian yang tidak tepat 4. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
6. Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
7. Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
9. Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek
negatif dari kedinginan
10. Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang
diperlukan
11. Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
12. Berikan anti piretik jika perlu
Betz, Sowden. (2011). Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Edisi 2. Jakarta : EGC.
Guyton, Arthur C. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed. 9. Jakarta : EGC.