PROPOSAL
SUJIRMAN
201801190
2020 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
menurun dibandingkan tahun 2014 yang sebesar 5,13 per 100.000 penduduk.
Kondisi di atas dengan catatan data tahun 2015 dari 7 provinsi belum tersedia5.
Campak merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengan
gejala demam tinggi, bercak kemerahan pada kulit (rash) disertai dengan batuk
dan/atau pilek dan/atau mata merah4. Campak ditularkan melalui dropletdari
hidung, mulut atau tenggorokan orang yang terinfeksi5. Campak dapat dicegah
dengan imunisasi atau disebut dengan Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I)5.
Campak adalah penyakit menular disebabkan oleh virus dan sebagian besar
menyerang pada anak-anak. Hal ini ditularkan melalui tetesan dari hidung, mulut
atau tenggorokan dari orang yang terinfeksi. Gejala awal yang biasanya muncul
10-12 hari setelah infeksi, termasuk panas tinggi, pilek, mata merah, dan bintik-
bintik putih kecil di bagian dalam mulut. Beberapa hari kemudian, ruam
berkembang, dimulai pada wajah dan leher atas dan secara bertahap menyebar ke
bawah6.
Cakupan imunisasi secara global untuk imunisasi Dipteri Pertusis Tetatus
(DPT) 3 sebesar 84%, HepB3 sebesar 81% dan campak sebesar 84% pada tahun
2013, belum mencapai target imunisasi global yaitu sebesar 90% dari jumlah anak
usia 0-11 bulan di dunia. Indonesia termasuk negara yang tidak mencapai target
tersebut, dengan cakupan imunisasi Dipteri Pertusis Tetatus (DPT) 3 sebesar 85%,
Hepatitis B3 sebesar 85% dan campak sebesar 84% pada tahun 2013. Oleh karena
itu, dari 194 negara anggota WHO, 65 negara diantaranya memiliki cakupan
imunisasi Dipteri Pertusis Tetatus (DPT) 3 dibawah target global 90%, termasuk
Indonesia7.
Rendahnya cakupan imunisasi tidak lepas dari faktor yang mempengaruhi
imunisasi yaitu perilaku kesehatan. Faktor predisposisi terdiri dari pengetahuan,
pendidikan, sikap, pendapatan, pekerjaan, dan dukungan keluarga. Faktor
pemungkin terdiri dari keterjangkauan tempat imunisasi, ketersediaan sarana dan
prasarana dan ketersediaan waktu. Sedangkan faktor penguat terdiri dari kader,
petugas kesehatan dan pemerintah8.
Kejadian penyakit campak sangat berkaitan dengan keberhasilan program
imunisasi. Indikator yang bermakna untuk menilai ukuran kesehatan di negara
berkembang adalah imunisasi campak. Penelitian Mujiati (2015) menunjukkan
3
bahwa anak yang tidak diimunisasi campak berisiko 3,0 kali untuk terkena
campak dibandingkan anak yang mendapatkan imunisasi campak9.
Berdasarkan laporan hasil imunisasi pada bayi di wilayah kerja Puskesmas
Lebiti pada tahun 2019, cakupan imunisasi dasar diperoleh yakni dari 139 bayi
yang mendapat imunisasi lengkap 106 bayi (76,3%). Data di atas menunjukkan
bahwa cakupan imunisasi di Wilayah kerja Puskesmas Lebiti belum mencapai
target IDL nasional di Indonesia. Infomasi tentang kejadian campak pada tahun
2018 di wilayah kerja Puskesmas Lebiti yaitu 10 kasus. Data diatas menunjukkan
bahwa jumlah kejadian campak cukup banyak.
Berdasarkan uraikan di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian
tentang “Hubungan jarak tempat pelayanan dan status kelengkapan imunisasi
dengan kejadian campak pada Kejadian Luar Biasa (KLB) di Wilayah kerja
Puskesmas Lebiti”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penelitian
ini yaitu
1. Apakah ada hubungan jarak tempat pelayanan dengan kejadian campak pada
Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak di Wilayah kerja Puskesmas Lebiti?
2. Apakah ada hubungan status kelengkapan imunisasi dengan kejadian campak
pada Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak di Wilayah kerja Puskesmas Lebiti?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
hubungan jarak tempat pelayanan dan status kelengkapan imunisasi dengan
Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak di Wilayah kerja Puskesmas Lebiti.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menganalisis hubungan jarak tempat pelayanan dengan kejadian
campak pada Kejadian Luar Biasa (KLB) di Wilayah kerja Puskesmas
Lebiti
b. Untuk menganalisis hubungan status kelengkapan imunisasi dengan
kejadian campak pada Kejadian Luar Biasa (KLB) di Wilayah kerja
Puskesmas Lebiti.
4
D. Manfaat Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. A. Tinjauan Teori
5
6
e. Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi campak ataupun vaksinasi
Measles, Mumps, Rubella (MMR). Sesuai jadwal imunisasi rekomendasi
IDAI tahun 2018, vaksin campak diberikan pada usia 9 bulan. Selanjutnya,
vaksin penguat dapat diberikan pada usia 18 bulan, 6 tahun dan 7 tahun13.
2. Tinjauan tentang Jarak Ke Tempat Pelayanan Kesehatan
tentu tidak akan memuaskan pasien, maka disebut suatu pelayanan kesehatan
bermutu apabila pelayanan tersebut dapat dicapai oleh pemakai jasa pelayanan
kesehatan itu. Tempat pelayanan yang jaraknya jauh bisa jadi membuat orang
akan enggan untuk mendatanginya. Jauhnya tempat pelayanan bisa
menyebabkan membengkaknya akomodasi pelayanan, karena selain biaya
pelayanan kesehatan ada biaya tambahan yaitu biaya transportasi. Bagi orang-
orang yang akan berfikir sederhana mungkin akan memutuskan untuk tidak
datang kesarana pelayanan kesehatan. Hal ini mungkin terjadi adalah
ketidakterjangkauan sarana pelayanan kesehatan oleh masyarakat12.
Jarak merupakan seberapa jauh lintasan yang akandilalui oleh seseorang
untuk menuju tempat pelayaan kesehatan yang meliputi rumah sakit,
puskesmas, posyandudan lain-lain. Seseorang yang tidak mengimunisasikan
anak di tempat pelayanan kesehatan dapat disebabkan karena terlalu jauh
dengan pelayanan kesehatan13.
Kemudahan dalam mencapai pelayanan kesehatan ini dapat ditentukan
oleh adanya transportasi yang tersedia sehingga dapat memperkecil jarak
tempuh. Namun, terkadang seseorang berpikir adanya tambahan yaitu biaya
transportasi, sehingga menyebabkan seseorang untuk tidak datang ketempat
pelayanan kesehatan. Semakin kecil jarak ke tempat pelayanan, maka akan
semakin sedikit waktu yang diperlukan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan
meningkat13.
3. Tinjauan tentang Kelengkapan Imunisasi
a. Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau resisten.
Imunisasi merupakan pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit
dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap
penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang 14. Imunisasi
merupakan proses dimana seseorang dijadikan kebal atau resisten terhadap
penyakit menular, biasanya dengan diberikan vaksin. Vaksin digunakan
untuk sistem kekebalan tubuh sendiri yang melindungi orang terhadap
infeksi atau penyakit berikutnya6
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila
8
suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan2.
Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpajan pada penyakit tersebut
ia tidak menjadi sakit. Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi dapat berupa
kekebalan pasif maupun aktif16. Imunisasi merupakan salah satu cara
pencegahan penyakit menular khususnya Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I) yang diberikan kepada tidak hanya bayi hingga
remaja tetapi juga kepada dewasa5.
b. Tujuan Imunisasi
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu
pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tersebut pada sekelompok
masyarakat (populasi), atau bahkan menghilangkannya dari dunia seperti
yang kita lihat pada keberhasilan imunisasi cacar variola16. Program
imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat
mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh
penyakit yang sering berjangkit. Program imunisasi mempunyai tujuan
umum yaitu menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Tujuan khusus
program ini adalah sebagai berikut2:
1) Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan
imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di seluruh
desa/kelurahan pada tahun 2014.
2) Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di
bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun 2013.
3) Global eradikasi polio pada tahun 2018.
4) Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015 dan pengendalian
penyakit rubella 2020.
5) Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta pengelolaan
limbah medis (safety injection practise and waste disposal
management).
c. Manfaat Imunisasi
Manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dengan
menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat
9
luas. Pada tahun 1963, mulai digunakan trivalen virus polio secara
Oral Poliovirus Vaccine (OPV) secara luas. Enhanced potency
IPV yang menggunakan molekul yang lebih besar dan
menimbulkan kadar antibodi lebih tinggi mulai digunakan tahun
1988. Perbedaan kedua vaksin ini adalah IPV merupakan virus
yang sudah mati dengan formaldehid, sedangkan OPV adalah
virus yang masih hidup dan mempunyai kemampuan
enterovirulen, tetapi tidak bersifat patogen karena sifat
neurovirulensinya sudah hilang16.
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I, II, III, IV)
dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio
ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian
pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD
(12 tahun). Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 ml)
langsung kemulut anak. Setiap membuka vial baru harus
menggunakan penetes (dropper) yang baru. Dosis pertama dan
kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer,
sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk
meningkatkan kekuatan antibodi sampai pada tingkat yang
tertinggi.
Pemberian imunisasi polio tidak boleh dilakukan pada
orang yang menderita defisiensi imunitas. Tidak ada efek yang
berbahaya yang ditimbulkan akibat pemberian polio pada anak
yang sedang sakit. Namun, jika ada keraguan, misalnya sedang
menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah
sembuh. Vaksinasi polio tidak dianjurkan diberikan pada keadaan
ketika seseorang sedang demam (>38,5°C), obat penurun daya
tahan tubuh, kanker, penderita HIV, Ibu hamil trimester pertama,
dan alergi pada vaksin polio. Pernah dilaporkan bahwa penyakit
poliomielitis terjadi setelah pemberian vaksin polio. Vaksin polio
pada sebagian kecil orang dapat menimbulkan gejala pusing, diare
ringan, dan nyeri otot.
20
B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat
dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara
variabel (baik variabel yang diteliti maupun variabel yang tidak diteliti). Kerangka
konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori18.
Berdasarkan tinjauan teori yang telah diuraikan di atas, maka kerangka penelitian
ini dapat digambarkan dalam bentuk skema sebagai berikut:
Kelengkapan Imunisasi
BAB III
METODE PENELITIAN
23
A. Desain Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Wilayah kerja Puskesmas Lebiti
2. Waktu Penelitian
Merupakan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan suatu penelitian
dan penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni tahun 2020.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan19. Populasi dalam penelitian
ini adalah semua balita di wilayah kerja Puskesmas Lebiti yaitu berjumlah 139
orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang benar-benar mewakili dan
dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya18. Sampel dalam
penelitian ini adalah sebagian populasi dan besar sampel . dihitung
menggunakan rumus Slovin yaitu sebagai berikut:
N
n=
1 + N (d2)
Keterangan 23
N = besar populasi
24
n = besar sampel
d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan
Dimana :
N = 139
d = 10% (0,1)
139
n =
1 + 139 (0,1)2
139
n = 1 + 139 (0,01)
139
n =
1 + 1,39
139
n =
2,39
n = 58,15 sampel
Jadi jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 58 responden
c. Tehnik pengambilan sampel
Penelitian ini menggunakan tehnik pengambilan sampel degan
teknik simple random sampling yaitu teknik pengambilan sampel dari
anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata
yang ada dalam populasi itu16. Proporsi sampel tiap-tiap desa:.
n
Keterangan: x Jumlah balita di masing-masing desa
N
Desa Lebiti : 58 x 28 = 12
139
Desa Awo : 58 x 4 = 2
139
Desa Benteng : 58 x 3 = 1
139
58
139
25
Desa Bangkagi : x 10 = 4
58
Desa Baulu : x 13 = 5
139
Desa Tongkabo : 58 x 11 = 4
139
Desa Katupat : 58 x 4 = 2
139
Desa Lembanato : 58 x 7 = 3
139
Desa Tobil : 58 x 9 = 4
139
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan18. Dalam penelitian ini menggunakan 2 variabel
yaitu:
1. Variabel Bebas (independent variable)
Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependent (variabel terikat). Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah jarak
ke tempat pelayanan kesehatan dan kelengkapan imunisasi
2. Variabel Terikat (dependent variable)
Merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya
adalah Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak di Wilayah Puskesmas Lebiti.
E. Definisi Operasional
26
F. Instrumen Penelitian
P = x 100%
Keterangan : P = Persentase
f = Frekuensi
n = Sampel
29
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua vriabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi20. Analisis bivariat yang dilakukan untuk melihat
hubungan mutu pelayanan kesehatan dengan kepuasan pasien menggunakan
uji chi square dengan nilai kemaknaan (p ≤ 0,05) dan tingkat kepercayaan
95%. Adapun rumus uji chi square sebagai berikut:
X² = ∑ (o ─ E )²
E
Keterangan : χ² : chi square
fo : frekuensi observasi
fE : frekuensi harapan
Sel yang mempunyai nilai expected lebih kecil dari lima maksimal 20%
dari jumlah sel merupakan syarat uji Chi-Square. Jika syarat uji Chi-Square
tidak terpenuhi, digunakan uji alternatif. Alternatif uji Chi-Square bergantung
pada jenis tabel21.
a. Untuk tabel 2 x 2 alternatif uji Chi-Square adalah uji fisher’s
b. Untuk tabel 2 x k atau B x 2 dimana B dan K adalah data kategorik
nominal lebih dari dua kategori, alternatif uji Chi-Square adalah uji mann
Whitney atau penyederhanaan sel.
Observasi Lapangan
Telaah Literatur
Total Sampling
Analisis Univariat
Pengolahan data
Analisis Bivariat
DAFTAR PUSTAKA
7. Pusat Data dan Informasi PERSI. Indonesia termasuk Negara yang tak capai Target
Imunisasi. 2015. [Internet] [diunduh 2020 April 16]. Tersedia pada:
http://pdpersi.co.id/content/news.php?catid= 23&mid=5&nid=1930
8. Sari DD. 2018. Faktor-faktor pada ibu yang berhubungan dengan pemberian
imunisasi dasar bayi di wilayah kerja Puskesmas Kopri Kecamatan Sukarame Kota
Bandar lampung [skripsi]. Lampung: Universitas Lampung.
9. Mujiati, Eka. Faktor Resiko Campak Pada Anak Usia 1-14 Tahun DI Kecamatan
Metro Pusat Provinsi Lampung Tahun 2013-2014. 2015. Jurnal Ilmu Kesehatan
Masyarakat Volume 2. Univeristas Sriwijaya
10. Kementerian Kesehatan RI. Buku ajar imunisasi. 2014. Jakarta: Kemenkes RI
2014.
11. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2015. Measles: it isn‟t just a
little rash infographic. Diakses pada tanggal 20 April 2020 dari
https://www.cdc.gov/measles
12. Halim, RG. 2016. Campak pada anak. Kalbe Medical Portal. 43(3):186–189
13. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2017. Jadwal imunisasi 2017. Jakarta:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
14. Prasetyawati AE, 2012. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Yogyakarta (ID). Nuha
Medika
15. Arianti WI. 2017. Pengaruh faktor predisposisi, pendukung dan pendorong ibu
terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap
31 pada bayi di wilayah kerja Puskesmas
Sel Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan. [skripsi]. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
32
16. Lisnawati, L. Generasi Sehat Melalui Imunisasi. Jakarta (ID):Trans Info Media.
2011.
17. Ranuh et al. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi kelima.Jakarta: Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2014
18. Novitasari, YD. Tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada bayi usia 0-
12 bulan di Posyandu Kencana Sendangrejo Grobongan. 2015. [skripsi]. Surakarta:
Stikes Kusuma Husada.
22. Dahlan, S. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta (ID): Salemba
Medika. 2017
KUESIONER
A. Identitas Responden
1. No. Responden :
2. Umur Anak ::
B. Jarak ke tempat pelayanan kesehatan:
1. Jarak tempat tinggal
≤ 1 – 4 Kilo Meter
> 4 Kilo Meter
2. Alat tranfortasi yang digunakan
. Kendaraan roda dua
Kendaraan roda empat
Tranforstasi laut
Jalan kaki
3. Waktu yang digunakan ke tempat pelayanan kesehatan
≤ 1 Jam
> 1 Jam
C. Kelengkapan Imunisasi
D. Kejadian Campak
Pernah mengalami campak
Tidak pernah mengalami campak