Anda di halaman 1dari 14

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT MENGENAI

IMUNISASI MEASLES DAN RUBELLA DI DESA…


KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH
TAHUN 2018

Mini Project
Untuk Memenuhi Sebagian Tugas
Program Internship Dokter Indonesia

PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH


DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS BARABAI
BARABAI
2018

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…. i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………................. 1
B. RUMUSAN MASALAH………………………………………………………….. 1
C. TUJUAN PENELITIAN………………………………………………………...... 2
D. MANFAAT PENELITIAN……………………………………………………….. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Epidemilogi Campak dan Rubella………………….…………………………..... 3
B. MACAM-MACAM PELAYANAN KESEHATAN……………………………... 3
C. SYARAT POKOK PELAYANAN KESEHATAN……………………………..... 3
D. MASALAH PELAYANAN KESEHATAN……………………………............... 4
E. PUSKESMAS……………………………............................................................. 4
F. MUTU PELAYANAN KESEHATAN……………………………...................... 6
G. KEPUASAN PASIEN……………………………................................................ 9
H. INDIKATOR MUTU……………………………................................................. 10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. JENIS PENELITIAN………………………………………………….................. 12
B. POPULASI SAMPEL…………………………………………………................. 12
C. VARIABEL PENELITIAN………………………………………....................... 12
D. JENIS DATA………………………………………………….............................. 13
E. METODE PENGUMPULAN DATA ……………………………........................ 13
F. METODE PENGOLAHAN ANALISIS……………………………......................14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL………………………………………………….......................................... 15
B. PEMBAHASAN………………………………………………….......................... 23
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………..... 25
BAB VI DAFTAR PUSTAKA………………………………………..…………………. 27

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Imunisasi merupakan proses induksi imunitas seecara buatan baik melalui
vaksinasi atau pemberian antibody. Vaksinasi adalah pemberian vaksin atau toksoid
untuk mencegah terjadinya penyakit. Imunisasi dapat digolongkan menjadi 2 macam
yaitu imunisasi aktif dengan memberikan vaksinasi dan imunisasi pasif dengan
memberikan antibody. Terdapat dua pendekatan untuk melakukan vaksinasi yaitu,
dengan menggunakan agen infeksius hidup yang dilemahkan atau dengan ekstrak agen
infeksius atau rekombinan.
Indonesia telah terbebas dari cacar, polio, tetanus ibu dan neonatal.
Kemudian Indonesia sedang fokus untuk eliminasi campak dan rubella yang mana juga
merupakan prioritas regional dan global. Indonesia sendiri vaksin campak secara rutin
diberikan kepada semua anak berusia 9 bulan.
Campak merupakan penyakit yang sangat mudah menular yang
disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui batuk dan bersin. Gejala penyakit
campak adalah demam tinggi, bercak kemerahan pada kulit (rash) disertai
dengan batuk dan/atau pilek dan/atau konjungtivitis akan tetapi sangat berbahaya
apabila disertai dengan komplikasi pneumonia, diare, meningitis dan bahkan dapat
menyebabkan kematian. Penyakit ini sangat berpotensi menjadi wabah apabila
cakupan imunisasi rendah dan kekebalan kelompok/herd immunity tidak terbentuk.
Ketika seseorang terkena campak, 90% orang yang berinteraksi erat dengan
penderita dapat tertular jika mereka belum kebal terhadap campak. Seseorang dapat
kebal jika telah diimunisasi atau terinfeksi virus campak.
Rubella adalah penyakit akut dan ringan yang sering menginfeksi anak
dan dewasa muda yang rentan. Akan tetapi yang menjadi perhatian dalam
kesehatan masyarakat adalah efek teratogenik apabila rubella ini menyerang pada
wanita hamil pada trimester pertama. Infeksi rubella yang terjadi sebelum
konsepsi dan selama awal kehamilan dapat menyebabkan abortus, kematian janin
atau sindrom rubella kongenital (Congenital Rubella Syndrome/CRS) pada bayi
yang dilahirkan.

3
imunisasi campak rutin saja belum cukup untuk mencapai target eliminasi
campak dan pengendalian rubella. Dimana tingkat pengetahuan masyarakat tentang
penyakit campak dan rubella yang masih rendah mempengaruhi target eliminasi
penyakit, karena tingkat kesadaran akan bahayanya penyakit campak dan rubella yang
masih belum disadari. Sehingga pentingnya pendekatan melalui masyarakat yang
diberikan melalui edukasi serta gambaran umum tentang penyakit campak dan rubella.
Diharapakan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit campak
dan rubella akan menurunkan angka kejadian dan meningkatkan target eliminasi
campak dan rubella.

B. Perumusan Masalah
Gambaran tingkat pengetahuan masyarakat terhadap imunisasi Measles dan
Rubella di wilayah desa …..

C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mini project ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan
masyarakat terhadap imunisasi Measles dan Rubella di wilayah desa…...
Tujuan Khusus
1. Untuk mengukur tingkat pengetahuan pasien terhadap imunisasi Measles dan
Rubella sebelum diberikan materi.
2. Untuk mengukur tingkat pengetahuan pasien terhadap imunisasi Measles dan
Rubella sesudah diberikan materi.

D. Manfaat Penelitian
Hasil mini project ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi
lebih lanjut mengenai gambaran tingkat pengetahuan masyarakat menegenai imunisasi
Measles dan Rubella. Selain itu juga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat terhadap imunisasi Measles dan Rubella.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Epidemiologi Campak dan Rubella


Penyakit campak dikenal juga sebagai morbili atau measles, merupakan penyakit yang sangat
menular (infeksius) yang disebabkan oleh virus. Manusia diperkirakan satu-satunya reservoir,
walaupun monyet dapat terinfeksi tetapi tidak berperan dalam penularan.

Pada tahun 1980, sebelum imunisasi dilakukan secara luas, diperkirakan lebih 20 juta orang di
dunia terkena campak dengan 2,6 juta kematian setiap tahun yang sebagian besar adalah anak-anak
di bawah usia lima tahun. Sejak tahun 2000, lebih dari satu miliar anak di negara-negara berisiko
tinggi telah divaksinasi melalui program imunisasi, sehingga pada tahun 2012 kematian akibat
campak telah mengalami penurunan sebesar 78% secara global.

Gambar 2.1 Epidemiologi Kasus campak didunia

Dari gambaran diatas menunjukkan Indonesia merupakan salah satu dari negara-negara
dengan kasus campak terbanyak di dunia. Penyebab rubella adalah togavirus jenis rubivirus dan
termasuk golongan virus RNA. Virus rubella cepat mati oleh sinar ultra violet, bahan kimia, bahan
asam dan pemanasan. Virus tersebut dapat melalui sawar plasenta sehingga menginfeksi janin dan
dapat mengakibatkan abortus atau congenital rubella syndrome (CRS).

Setiap tahun melalui kegiatan surveilans dilaporkan lebih dari 11.000 kasus curiga campak
dan dari hasil konfirmasi laboratorium, 12 – 39% diantaranya adalah campak pasti (lab confirmed)
sedangkan 16 – 43% adalah rubella pasti. Dari tahun 2010 sampai 2015, diperkirakan terdapat
23.164 kasus campak dan 30.463 kasus rubella. Jumlah kasus ini diperkirakan masih rendah

5
dibanding angka sebenarnya di lapangan, mengingat masih banyaknya kasus yang tidak terlaporkan,
terutama dari pelayanan swasta serta kelengkapan laporan surveilans yang masih rendah.

Gambar 2.2 Estimasi Kasus Campak dan Rubella di Indonesia

Pada tahun 2015-2016, 13 RS sentinel CRS melaporkan 226 kasus CRS yang terdiri dari 83
kasus pasti dan 143 kasus klinis. Dari 83 kasus pasti(lab confirmed) yang dilaporkan, 77% menderita
kelainan jantung, 67,5% menderita katarak dan dan 47 % menderita ketulian.

Gambar 2.3 Kumpulan gejala kasus CRS dari 13 RS sentinel Indonesia 2015-2016

B. Gambaran Imunisasi Campak dan Rubella

6
Dari gambaran tabel diatas menunjukkan adanya penurunan cakupan imunisasi campak tahun
2014 dan 2015 dan angka insiden campak cenderung meningkat. Selain itu persentase kabupaten
yang mempunyai cakupan campak dosis pertama >95% cenderung menurun dari 45% tahun 2013
menjadi 28% tahun 2015. Kegiatan kampanye imunisasi MR adalah kesempatan yang sangat penting
untuk menutupi kesenjangan diatas sehingga tidak ada daerah kantong yang akan menjadi sumber
penularan. Dengan cakupan yang tinggi dan merata minimal 95% akan terbentuk herd immunity dan
memutus rantai penularan campak dan rubella.

Hasil study cost benefit analysis yang dilakukan oleh Prof.Soewarta Koesen, Badan
Litbangkes tahun 2015, tentang estimasi cost-effectiveness introduksi vaksin Rubella (Measles-
Rubella/MR vaccine) ke dalam program imunisasi rutin nasional sebagai berikut:

 Diperkirakan insiden CRS per tahun 0,2 / 1000 bayi lahir hidup. Tahun 2015 : 979
kasus CRS baru (dari 4.89 juta bayi lahir hidup)
 Kerugian makro ekonomi diperkirakan Rp1.09 triliun.
 Cost per DALY imunisasi Measles-Rubella dibandingkan dengan tidak imunisasi
sebesar Rp 26.598.238,
 Vaksinasi MR sangat cost effective(kurang dari 1 GDP per capita)

C. Imunisasi MR
WHO position paper on rubella vaccines tahun 2011 merekomendasikan bahwa semua negara
yang belum mengintroduksikan vaksin rubella dan telah menggunakan 2 dosis vaksin campak dalam
program imunisasi rutin seharusnya memasukkan vaksin rubella dalam program imunisasi rutin.
Vaksin rubella tersedia dalam bentuk monovalent maupun kombinasi dengan vaksin virus yang lain
misalnya dengan campak (Measles Rubella/MR) atau dengan campak dan parotitis (Measles Mumps
Rubella/MMR). Semua vaksin rubella dapat menimbulkan serokonversi sebesar 95% atau lebih
setelah pemberian satu dosis vaksin dan efikasi vaksin diperkirakan sekitar 90% - 100%. Komite

7
Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI) juga telah mengeluarkan rekomendasi pada tanggal 11
Januari 2016 untuk mengintegrasikan vaksin rubella ke dalam program imunisasi nasional untuk
menurunkan angka kejadian rubella dan Congenital Rubella Syndrome.

D. Campak
1. Definisi dan Epidemiologi
Infeksi akut akibat infeksi virus campak. Penyakit ini sangat infeksius dengan transmisi utama
melalui droplet. Angka kasus campak di Indonesia sejak tahun 1990 sampai 2002 masih tinggi
sekitar 3000-4000 kasus pertahun. Penyakit ini paling banyak ditemui pada balita usia <1 bulan, lalu
kelompok usia 1-4 tahun dan 5-14 tahun.

2. Etiologi
Virus campak (measles atau rubeola) merupakan virus tipe paramyxovirus. Jalur penularan
virus ialah melalui saluran pernapasan atas kemudian ke kelenjar getah bening regional, hinga
penyebaran hematogen. Secara patologi, monosit yang terinfeksi virus akan menyebaran virus ke
saluran respirasi, kulit dan organ lainnya.

3. Tanda dan gejala


Masa inkubasi dari virus campak ini dibagi menjadi 3 stadium, yang mana tiap stadium
menunjukan gejala yang berbeda-beda.
 Stadium prodormal 2-4 hari.
Demam tinggi terus menerus (≥38,5°C) yang disertai batuk., pilek, faring hiperemis,
nyeri menelan, stomatitis, serta mata merah (konjungtivitis) dan fitifobia. Tanda
patognomonik ialah enantema mukosa pipi didepan molar tiga, yang disebut sebagai
bercak koplik, kadang-kadang stadium ini disertai juga dengan diare.
 Stadium erupsi
Pada demam hari ke-4 atau 5, muncul ruam makulopapular, yang sebelumnya didahului
oleh peningkatan suhu. Ruam secara bertahap muncul dari batas rambut dibelakang
telinga, lalu menyebar ke wajah dan akhirnya ke ekstrimitas. Ruam tersebut bertahan
selama 5-6 hari.
 Stadium penyembuhan
Setelah 3 hari ruam berangsur-angsur menghilang sesuai urutan timbulnya. Ruam akan
menjadi kehitaman (hiperpigmentasi) dan mengelupas, serta baru akan menghilang
setelah 1-2minggu. Penderita campak sangat infeksius sejak 1-2 hari sebelum stadium
prodormal, hingga 4 hari setelah ruam menghilang.

4. Pemeriksaan Penunjang
8
Laboratorium hematologi rutin; jumlah leukosit normal atau sedikit meningkat(apabila
disertai infeksi sekunder). Serta pemeriksaan untuk komplikasi; ensefalopati/ ensefalitis
(pemeriksaan cairan serebrospinal, analisa gas darah dan elektrolit), enteritis (analisa feses
lengkap), bronkopneumonia ( rontgen toraks ).

5. Diagnosis
Gejala klninis yang khas yaitu melalaui 3 fase trias dapat ditegakkan secara klinis (demam,
ruam, batuk, konjungkitivitis dan bercak koplik). Dikonfirmasi dengan identifikasi sel-sel besar
multinukleus apusan mukosa nasal, serta isolasi virus untuk kultur dan deteksi antibody serum.

6. Diagnosa banding
Penyakit lainnnya dengan karakteristik demam yang disertai ruam makulopapular seperti rubella,
roseola, infeksi enteroviral atau adenovirus, infeksi mononucleosis, toksosplasmosis, menigoksemia,
demamskarlet, penyakit riketsia, syndrome Kawasaki, maupun akibat obat-obatan.

7. Tatalaksana
 Suportif : tirahbaring, hindari cahaya, serta pemberian cairan dan nutrisi yang adekuat.
Indikasi rawat inap : hiperpireksia, dehidrasi, kejang, asupan oral sulit, atau disertai
komplikasi
 Pemberian vitamin A untuk usia <6 bulan sebnyak 50.000IU, usia 6 bulan- 1tahun
sebnyak 100.000 IU, anak lebih dari 1 tahun 200.000 IU. Apabila disertai gejala pada
mata akibat kekurangan vitamin A atau gizi buruk, diberikan 3 kali, hari pertama, kedua
dan kemudian 2-4 minggu setelah dosis kedua.
 Pemberian antibiotic apabila terdapat infeksi sekunder
 Pemberian vaksin campak sebagai profilaksis pasca pajanan dapat diberkan pada
individu imunokompromais atau dengan penyakit kronis, dalam 72 jam pasca pajanan.
Alternative lainnya ialah immunoglobulin dalam 6 hari pasca paparan.
 Pada kasus dengan komplikasi :
a.Ensefalopati: - kloramphenicol 75mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis dan ampicilin
100mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis selama 7-10 hari
-deksamethasone dengan dosis awal 1mg/Kgbb/hari, dilanjutkan 0,5
mg/Kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis sampai kesadaran membaik.
Pemberian yang melebihi 5 hari¸dilakukan tapering off saat
menghentikan terapi.
- kebutuhan cairan dikurangi sampai ¾ kebutuhan, serta koreksi
gangguan elektrolit

9
b. Bronkopneumonia : - oksigen 2 Liter/menit
- kloramphenicol 75mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis dan
ampicilin 100mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis selama 7-10 hari

8. Komplikasi
 Otitis media
 Pneumonia interstitial
 Miokarditis
 Limfadenitis mesentrika
 Ensefalitis
 Subacute sclerosing panencephalitis

E. Rubella
1. Definisi
Rubella atau Campak Jerman merupakan penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai
dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam skarlet, dan
pembesaran serta nyeri limfonodi pascaoksipital, retroaurikuler, dan servikalis posterior. Campak
Jerman atau rubella ini biasanya hanya menyerang anak-anak sampai usia belasan tahun.

2. Etiologi
Rubella disebabkan oleh virus yang mengandung-RNA pleomorfik, yang sekarang didaftar pada
famili Togaviridae, genus Rubivirus. Virus ini sferis, berdiameter 50-60 nm, dan berisi asam
ribonukleat helai-tunggal Jalur penularan virus ialah melalui saluran pernapasan atas kemudian ke
kelenjar getah bening regional, hinga penyebaran hematogen. Secara patologi, monosit yang
terinfeksi virus akan menyebaran virus ke saluran respirasi, kulit dan organ lainnya.

3. Tanda dan gejala


Keluhan yang dirasakan biasanya lebih ringan dari penyakit campak. Bercak-bercak mungkin
juga akan timbul tapi warnanya lebih muda dari campak biasa. Biasanya bercak timbul pertama kali
di muka dan leher, berupa titik-titik kecil berwarna merah muda. Dalam waktu 24 jam, bercak
tersebut menyebar ke badan, lengan, tungkai, dan warnanya menjadi lebih gelap. Bercak-bercak ini
biasanya hilang dalam waktu 1 sampai 4 hari.
Masa inkubasi adalah 14-21 hari. Tanda yang paling khas adalah adenopati retroaurikuler,
servikal posterior, dan di belakang oksipital. Tidak ada penyakit lain yang menyebabkan pembesaran
nyeri limfonodi ini yang sampai sebesar limfonodi rubella. Ruam ini terdiri dari bintik-bintik merah
tersendiri pada palatum molle yang dapat menyatu menjadi warna kemerahan dan meluas pada

10
rongga belakang mulut yang dikenal sebagai Forscheimer spot. Limfadenopati jelas pada sekitar 4
jam sebelum ruam muncul dan dapat tetap selama 1 minggu atau lebih.
Eksantemnya lebih bervariasi daripada eksantem rubeola. Eksantem mulai pada muka dan
menyebar dengan cepat. Evolusinya begitu cepat sehingga dapat menghilang pada muka pada saat
ruam lanjutannya muncul pada badan. Makulopapula tersendiri ada pada sejumlah kasus; ada juga
daerah kemerahan yang luas yang menyebar dengan cepat ke seluruh badan, biasanya dalam 24 jam.
Ruam dapat menyatu, terutama pada muka. Selama hari kedua ruam dapat mempunyai gambaran
sebesar ujung jarum, terutama di seluruh tubuh, menyerupai ruam demam skarlet. Dapat terjadi gatal
ringan. Erupsi biasanya jelas pada hari ke 3. Deskuamasi minimal.

4. Pemeriksaan Penunjang
Tes ELISA untuk antibodi IgG dan IgM. Antibodi hemaglutinasi-inhibisi (HI) merupakan
metode penentuan imunitas biasa terhadap rubella. Beberapa uji yang lebih baru termasuk aglutinasi
lateks, immunoassay enzim, dan immunoassay fluoresen sensitivitasnya tampak sama atau lebih baik
dari pada uji HI. Immunoglobulin (Ig) M spesifik-rubella dapat ada dalam darah bayi baru lahir yang
terkena

5. Diagnosa banding
Karena gejala serupa dan ruam dapat terjadi pada banyak infeksi virus yang lain, rubella
merupakaan penyakit yang sukar untuk didiagnosis secara klinis kecuali bila penderita ditemukan
selama epidemi. Riwayat telah mendapat rubella atau vaksin rubella tidak dapat dipercaya; imunitas
harus ditentukan dengan uji untuk antibodi. Terutama pada bentuk lebih berat, rubella dapat
terancukan dengan tipe demam skarlet dan rubeola ringan. Roseola infantum (eksantema subitum)
dibedakan dari rubella oleh keparahan demamnya dan oleh munculnya ruam pada akhir episode
demam bukannya pada saat gejala-gejala dan tanda-tandanya sedang naik.

6. Tatalaksana
Jika tidak terjadi komplikasi bakteri, pengobatan pada rubella adalah simptomatis.
Adamantanamin hidroklorida (amantadin) telah dilaporkan efektif in vitro dalam menghambat
stadium awal infeksi rubella pada sel yang dibiakkan
7. Komplikasi
Komplikasi rubella jarang dijumpai pada anak-anak. Neuritis dan arthritis kadang-kadang
terjadi, ensefalitis serupa dengan ensefalitis yang ditemukan pada rubeola yang terjadi pada sekitar
1/6000 kasus.

11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
menggambarkansecara tepat sifat-sifat suatu individu, kelompok tertentu, atau
menentukanfrekuensi penyebaran suatu gejala,atau frekuensi adanya pengaruh
tertentuantara suatu gejala lain dalam masyarakat.

B. Populasi dan Sampel


Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang berkunjung
kePuskesmas Kebondalem Kabupaten Pemalang guna mendapatkan pelayanan
kesehatan.
Jumlah responden (sampel) dalam penelitian ini adalah sebanyak 140responden
dengan teknik Accidental Sampling (sampling kebetulan). Sedangkan Accidental
Sampling pada penelitian ini adalah pasien yang berkunjung ke Puskesmas Kebondalem
Kabupaten Pemalang.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


1. Variabel penelitian
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan
masyarakat menegenai imunisasi measles dan rubella
2. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini untuk mengukur tingak pengetahuan masyarakat menegenai
Measles dan Rubella adalah dengan menggunakan Kuesioner Measles dan Rubella.

D. Jenis Data dan Sumber Data


1. Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data yang
digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder, yang berbentuk

12
kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa angka, skala-skala, tabel-tabel,
formula dan sebagainya yang menggunakan perhitungan matematis.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Data Primer
Data primer yaitu sumber data yang diperoleh dari hasilwawancara serta pengisian
kuesioner oleh responden.
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari literatur maupun bahan
bacaan yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini, dokumen, arsip.

E. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengancara memberi
seperangkat pertanyaan dan pernyataan tertulis kepadaresponden untuk dijawabnya.
Kuesioner Kepuasan Pelanggan Puskesmas Kebondalem terdiri dari beberapa
indikator, yaitu : Pendaftaran/Loket, Poliklinik Umum, Laboratorium,Instalasi Gawat
Darurat, Apotik,BP Gigi, Kesehatan Ibu dan Anak, dan Keluarga Berencana.
2. Observasi
Observasi disebut juga dengan pengamatan, meliputi kegiatanpengamatan terhadap
suatu objek dengan menggunakan seluruh alatindra. Observasi dilakukan secara
langsung kepada seluruh responden saat pengisian kuesioner.

F. Metode Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan data dilakukan menggunakan Microsoft Excel 2010.Data yang sudah
diolah kemudian dianalisa dengan mencari nilai rata-rata pada setiap bagian pelayanan.
Perhitungan nilai rata-rata terlebih dahulu dilakukan dengan memberikan bobot nilai
pada setiap pilihan, buruk (1), kurang (2), baik (3) dan sangat baik (4) kemudian dihitung
secara keseluruhan menjadi jumlah score penilaian. Nilai rata-rata per titem pertanyaan
diperoleh berdasarkan rumus berikut :

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛


Nilai rata per item pertanyaan = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛

13
Hasil penilaian nilai rata-rata kemudian dikelompokkan sebagai berikut :
Buruk = 0-0,999
Kurang = 1-1,999
Baik = 2-2,999
Sangat Baik = 3-3,999

14

Anda mungkin juga menyukai