PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) diantaranya
yaitu tuberculosis, campak, rubella, hepatitis, pertussis, difteri, polio, tetanus
neonatorum, meningitis, pneumonia, kanker leher Rahim akibat infeksi
human papilloma virus, Japanese encephalitis, diare akibat infeksi rotavirus
dan sebagainya. Penyakit-penyakit ini dapat mengakibatkan kesakitan,
kecacatan dan bahkan kematian terutama jika mengenai anak-anak yang
belum mendapatkan imunisasi rutin lengkap. Seorang anak usia kurang dari
5 tahun dikatakan memiliki status imunisasi rutin lengkap apabila telah
mendapatkan 1 dosis HB0, 1 dosis BCG, 4 dosis OPV, 4 dosis DPT-HB-
Hib, 1 doses IPV dan 2 dosis campak rubella (Petunjuk Teknis Bulan
Imunisasi Anak Nasional (BIAN), 2022).
Data global baru yang diterbitkan oleh WHO dan UNICEF mengungkapkan
penurunan berkelanjutan terbesar dalam vaksinasi anak-anak dalam waktu
sekitar 30 tahun. Pada tahun 2021 saja, 25 juta anak melewatkan satu atau
lebih dosis vaksin difteri, tetanus, dan pertusis (DTP3) – melalui layanan
imunisasi rutin. Angka ini dua juta lebih banyak dari pada mereka yang
ketinggalan pada tahun 2020 dan enam juta lebih banyak dari pada tahun
2019 (Unicef, 2022).
7
8
Data menunjukkan bahwa 18 juta dari 25 juta anak tidak menerima dosis
tunggal DTP sepanjang tahun, sebagian besar dari mereka tinggal di India,
Nigeria, Indonesia, Ethiopia dan Filipina. Cakupan vaksin turun di setiap
wilayah, dengan wilayah Asia Timur dan Pasifik mencatat pembalikan
paling tajam dalam cakupan DPT3, turun sembilan poin persentase hanya
dalam dua tahun (Unicef, 2022).
Dari jumlah kasus tersebut sebanyak 89% kasus campak diderita oleh anak
usia di bawah 15 tahun. Sedangkan untuk rubela, kurang lebih 77%
penderita merupakan anak usia di bawah 15 tahun
9
Pada tahun 2021, cakupan imunisasi dasar lengkap secara nasional sebesar
84,2%. Angka ini belum memenuhi target Renstra tahun 2021, yaitu 93,6%.
Cakupan imunisasi dasar lengkap pada tahun 2021 hampir sama dengan
tahun 2020. Rendahnya cakupan ini dikarenakan pelayanan pada fasilitas
kesehatan dioptimalkan untuk pengendalian pandemi COVID-19.
(Kemenkes RI, 2021).
bertujuan untuk menjamin terjaganya tingkat imunitas pada anak baduta dan
anak usia sekolah. Vaksin campak memiliki efikasi kurang lebih 85%,
sehingga masih terdapat anak-anak yang belum memiliki kekebalan dan
menjadi kelompok rentan terhadap penyakit campak apabila tidak
mendapatkan imunisasi lanjutan. Anak dapat mengalami gangguan
penglihatan bahkan menjadi buta. Namun yang lebih ditakutkan adalah
perburukan bahkan hingga kematian (Kementerian Kesehatan RI, 2019).
serang sudah menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) campak. Penetapan kasus
campak didasarkan pada hasil pemeriksaan laboratorium pada 96 orang
yang diambil darahnya. Spesimen ini dikirim ke BKPK/Litbangkes. Hasil
Laboratorium didapatkan 96 orang dengan positif campak dengan alasan
imunisasi anak tidak lengkap.
B. Rumusan Masalah
KLB Suspek Campak-Rubela: Adanya lima (5) atau lebih kasus suspek
campak-rubela dalam waktu empat (4) minggu berturut-turut dan ada
hubungan epidemiologi.
KLB Campak Pasti: Apabila hasil pemeriksaan laboratorium minimum dua
(2) spesimen positif IgM campak dari hasil pemeriksaan kasus pada KLB
suspek campak-rubela atau hasil pemeriksaan kasus pada CBMS ditemukan
minimum dua (2) spesimen positif IgM campak dan ada hubungan
epidemiologi.
Berdasarkan survei pendahuluan pada bulan Oktober 2022 dengan data yang
di dapat dari pelaporan petugas Puskesmas, Rumah sakit dan data dari
SKDR kota Serang ditemukan 64 kasus campak yang terjadi di wilayah
kerja Dinkes Kota Serang. Penetapan kasus campak rubella didasarkan pada
hasil pemeriksaan laboratorium pada kasus Penderita Campak sebanyak 64
orang yang diambil darahnya. Spesimen ini dikirim dari Dinkes Kota Serang
kemudian di kirim ke BKPK/Litbangkes. Berdasarkan Hasil Penelitian
Epidemiologi Pasien tersebut di dapatkan dengan riwayat imunisasi yang
tidak lengkap sehingga dapat dikaitkan dengan kejadian KLB campak ini,
mengingat kasus meningkat dibeberapa wilayah di 16 Puskesmas Dinkes
Kota Serang .
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis hubungan Kelengkapan Imunisasi Campak/MR
Dengan KLB Campak Pada Balita Usia 1 tahun sampai 5 tahun Di
Wilayah kerja Dinkes Kota Serang Banten Tahun 2022.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui distribusi frekuensi kelengkapan imunisasi Campak/MR
pada balita Usia 1 tahun sampai 5 tahun Di Wilyah Kerja Dinas
kesehatan Kota Serang Banten Tahun 2022.
13
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Serang
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar menentukan arah
kebijakan terkait dengan penangan Kejadian Luar biasa Campak. Serta
sebagai bahan evaluasi atas program sebelumnya.
2. Bagi Universitas Falatehan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk proses
pembelajaran terkait cakupan imunisasi dasar yang kaitannya dengan
kejadian luar biasa campak.
Sehingga dapat menjadi program dalam setiap asuhan yang diberikan
serta dapat dibuat rencana tindak lanjut dalam program komunitas.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat khususnya dalam pelayanan
imunisasi pada anak serta menjadikan penelitian ini sebagai titik awal
bagi peneliti untuk selalu melakukan update ilmu dengan melakukan
penelitian-penelitian lanjutan yang berkaitan dengan kejadian luar biasa
Campak.
sampel dalam penelitian ini adalah balita usia1 tahun sampai dengan 5
Tahun yang terkena Campak. Intrumen dalam penelitian ini berupa data
Pelaporan Penelitian Epidemiologi dan Pelaporan SKDR dari 16 puskesmas
di wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Serang .
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Imunisasi
1. Definisi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi,
berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal
atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap
penyakit yang lain. Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Kemenkes
RI, 2017).
2. Manfaat Imunisasi
Manfaat imunisasi tidak bisa langsung dirasakan atau tidak langsung
terlihat. Manfaat imunisasi yang sebenarnya adalah menurunkan angka
kejadian penyakit, kecacatan maupun kematian akibat penyakit-penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi tidak hanya dapat
memberikan perlindungan kepada individu namun juga dapat
memberikan perlindungan kepada populasi Imunisasi adalah paradigma
16
sehat dalam upaya pencegahan yang paling efektif (Mardianti & Farida,
2020).
3. Hambatan Imunisasi
Perbedaan persepsi yang ada di masyarakat menyebabkan hambatan
terlaksananya imunisasi. Masalah lain dalam pelaksanakan imunisasi
dasar lengkap yaitu karena takut anaknya demam, sering sakit, keluarga
tidak mengizinkan, tempat imunisasi jauh, tidak tahu tempat imunisasi,
serta sibuk/ repot (Petunjuk Teknis Bulan Imunisasi Anak Nasional
(BIAN), 2022)
6. Jadwal Imunisasi
Gambar 2.1
Jadwal imunisasi IDAI tahun 2020 (IDAI, 2020)
Jadwal Imunisasi Anak Umur 0 - 18 Tahun, makna warna pada jadwal imunasi
yaitu, kolom biru menandakan jadwal pemberian imunisasi optimal sesuai usia.
Kolom kuning menandakan masa untuk melengkapi imunisasi yang belum
lengkap. Kolom merah muda menandakan imunisasi penguat atau booster.
a. Vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B monovalen paling baik diberikan kepada bayi segera
setelah lahir sebelum berumur 24 jam, didahului penyuntikan vitamin
K1 minimal 30 menit sebelumnya. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif,
segera berikan vaksin HB dan immunoglobulin hepatitis B (HBIg) pada
ekstrimitas yang berbeda, maksimal dalam 7 hari setelah lahir.
Imunisasi HB selanjutnya diberikan bersama DTwP atau DTaP (IDAI,
2020).
b. Vaksin polio
Vaksin Polio 0 sebaiknya diberikan segera setelah lahir. Apabila lahir di
fasilitas kesehatan diberikan bOPV-0 saat bayi pulang atau pada
kunjungan pertama. Selanjutnya berikan bOPV atau IPV bersama
DTwP atau DTaP. Vaksin IPV minimal diberikan 2 kali sebelum
berusia 1 tahun bersama DTwP atau DTaP (IDAI, 2020).
c. Vaksin BCG
Vaksin BCG sebaiknya diberikan segera setelah lahir atau segera
mungkin sebelum bayi berumur 1 bulan. Bila berumur 2 bulan atau
lebih, BCG diberikan bila uji tuberkulin negatif. (IDAI, 2020).
d. Vaksin DPT
Vaksin DPT dapat diberikan mulai umur 6 minggu berupa vaksin
DTwP atau DTaP. Vaksin DTaP diberikan pada umur 2, 3, 4 bulan atau
2, 4, 6 bulan. (IDAI, 2020).
e. Vaksin Hib
Vaksin Hib diberikan pada usia 2, 3, dan 4 bulan. Kemudian booster
Hib diberikan pada usia 18 bulan di dalam vaksin pentavalent (IDAI,
2020).
f. Vaksin pneumokokus (PCV)
PCV diberikan pada umur 2, 4, dan 6 bulan dengan booster pada umur
12- 15 bulan. Jika belum diberikan pada umur 7-12 bulan, berikan PCV
2 kali dengan jarak 1 bulan dan booster setelah 12 bulan dengan jarak 2
bulan dari dosis sebelumnya. (IDAI, 2020).
21
g. Vaksin rotavirus
Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis pertama mulai umur
6 minggu, dosis kedua dengan internal minimal 4 minggu, harus selesai
pada umur 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali,
dosis pertama 6-12 minggu, dosis kedua dan ketiga dengan interval 4
sampai 10 minggu, harus selesai pada umur 32 minggu (IDAI, 2020).
h. Vaksin influenza
Vaksin influenza diberikan mulai umur 6 bulan, diulang setiap tahun.
(IDAI, 2020).
i. Vaksin MR/MMR
Vaksin MR / MMR pada umur 9 bulan berikan vaksin MR. Bila sampai
umur 12 bulan belum mendapat vaksin MR, dapat diberikan MMR.
Umur 18 bulan berikan MR atau MMR. Umur 5-7 tahun berikan MR
(dalam program BIAS kelas 1) atau MMR (IDAI, 2020).
j. Vaksin jepanese encephalitis (JE)
Vaksin JE diberikan mulai umur 9 bulan di daerah endemis atau yang
akan bepergian ke daerah endemis. Untuk perlindungan jangka panjang
dapat berikan booster 1-2 tahun kemudian (IDAI, 2020).
k. Vaksin varisela
Vaksin varisela diberikan mulai umur 12-18 bulan. (IDAI, 2020).
l. Vaksin hepatitis A
Vaksin hepatitis A diberikan 2 dosis mulai umur 1 tahun, dosis ke-2
diberikan 6 bulan sampai 12 bulan kemudian (IDAI, 2020).
m. Vaksin tifoid
Vaksin tifoid polisakarida diberikan mulai umur 2 tahun dan diulang
setiap 3 tahun (IDAI, 2020).
n. Vaksin human papilloma virus (HPV)
Vaksin HPV diberikan pada anak perempuan umur 9-14 tahun 2 kali
dengan jarak 6-15 bulan (atau pada program BIAS kelas 5 dan 6).
(IDAI, 2020).
22
o. Vaksin dengue
Vaksin dengue diberikan pada anak umur 9-16 tahun dengan seropositif
dengue yang dibuktikan adanya riwayat pernah dirawat dengan
diagnosis dengue (pemeriksaan antigen NS-1 dan atau uji serologis
IgM/IgG antidengue positif) atau dibuktikan dengan pemeriksaan
serologi IgG anti positif (IDAI, 2020).
Rubela adalah penyakit akut dan mudah menular yang sering menginfeksi
anak dan dewasa muda yang rentan. Penyakit ini mempunyai gejala klinis
yang ringan dan 50% tidak bergejala, akan tetapi yang menjadi perhatian
dalam kesehatan masyarakat adalah efek teratogenik apabila rubela ini
menyerang pada wanita hamil terutama pada masa awal kehamilan. Rubela
disebabkan oleh togavirus jenis Rubivirus yang juga termasuk golongan
virus RNA. Virus campak maupun rubela cepat mati oleh sinar ultra violet,
bahan kimia, bahan asam dan pemanasan. Virus rubela dapat melalui sawar
placenta sehingga bila menginfeksi janin pada masa awal kehamilan akan
menyebabkan abortus, lahir mati atau cacat bawaan (Congenital Rubella
Syndrome/CRS) apabila bayi tetap hidup. Risiko infeksi dan cacat
congenital paling besar terjadi selama trimester pertama kehamilan.
25
C. Kerangka Teori
Evaluasi
Bagan 2.2
Kerangka Teori
Sumber : (Azwar, 2010); Ditjen P2P Kemenkes RI, 2019)
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah justifikasi ilmiah terhadap penilaian yang
dilakukan dan memberi landasan yang kuat terhadap topik yang dipilih
sesuai dengan identifikasi masalahnya (Hidayat & Uliyah, 2015). Kerangka
konsep terdiri dari variabel dependent dan variabel independen.
Independent Dependen
Kelengkapan Imunisasi
KLB Campak
Campak
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Alat Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur Ukur Ukur
Variabel Dependen
1 KLB Campak Kejadian luar biasa Data Balita Penelitian 1. Ya Ordinal
penyakit campak di yang Epidemiol 1. Tidak
wilayah kerja Dinkes terinfeksi ogi
Kota Serang pada virus
balita Campak
Variabel Independent
1 Kelengkapan Kelengkapan Data Balita Penyelidi 1. Lengkap Ordinal
imunisasi imunisasi Campak yang kan 2.Tidak
Campak pada balita usia 1-5 terinfeksi Epidemiol Lengkap
tahun virus ogi
Campak
C. Hipotesis Penelitian
16
17
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survey analitik yaitu survey atau penelitian yang
mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.
Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau
antara faktor risiko dengan faktor efek.
Rancangan dalam penelitian ini yaitu survey cross sectional. Rancangan
cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi
antara faktor – faktor risiko dengan efek pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach), artinya
tiap subjek penelitian hanya di observasi sekali saja dan pengukuran
dilakukan terhadap status karakter atau variable subjek pada saat
pemeriksaan. (Notoatmodjo, 2015).
18
19
D. Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data Sekunder. Persiapan
yang dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian yaitu
menentukan masalah yang dituangkan dalam judul penelitian. Setelah
disetujui, kemudian penelitian dilakukan dengan proses perizinan. Kegiatan
pengumpulan data dilakukan dengan Menggunakan data Penyelidikan
Epidemiologi Balita yang terinfeksi virus campak yang ada di Wilyah kerja
Dinas Kesehatan Kota Serang.
E. Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini meliputi editing, coding, entry data
dan cleaning
1. Editing
Melakukan pemeriksaan pada data-data yang telah diperoleh apakah
dapat dibaca, jelas, relevan dan apakah data yang diperoleh sesuai
dengan penelitian yang dilakukan. Proses editing dalam penelitian ini
dilakukan di tempat penelitian.
2. Coding
Merubah data yang terkumpul ke bentuk lain yang lebih ringkas dengan
menggunakan kode. Setelah dilakukan editing, selanjutnya penulis
memberikan kode tertentu pada tiap variabel sehingga memudahkan
dalam melakukan analisis data.
3. Entry data
Memindahkan data ke dalam komputer. Pengorganisasian data
sedemikian rupa agar dengan mudah dapat dijumlahkan, disusun dan
ditata untuk disajikan dan dianalisa.
20
4. Cleaning
Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali
data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak.
F. Analisa Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel
dari hasil penelitian. Pada umumnya, dalam analisa ini hanya
menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo,
2015). Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan karakteristik
masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel dependen maupun
variabel independen. Analisa ini dilakukan dengan cara mentabulasi
yang diteliti dan dihitung presentasi dengan menggunakan rumus :
F
P= × 100 %
N
Keterangan :
P = Presentasi
F = Frekuensi jawaban yang benar
N = Jumlah seluruh observasi
2. Analisis Bivariat
Analisa bivariat yaitu dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkolerasi. Dengan tujuan untuk melihat hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen. Untuk
membuktikan adanya hubungan antar dua variabel tersebut digunakan
uji statistik Chi Squere dengan batas kemaknaan α 0,05 (Notoatmodjo,
2015). Kemudian dilakukan penghitungan Odds Ratio (OR), nilai OR
merupakan estimasi risiko terjadinya outcome sebagai pengaruh adanya
variabel independen. Estimasi Convidence Interval (CI) OR ditetapkan
pada tingkat kepercayaan 95%. Rumus Chi Squere (X2) yang digunakan
adalah :
21
2
(O−E)
x =∑
2
E
Keterangan :
X2 = nilai chi squere
O = frekuensi observasi
E = frekuensi harapan
Hasil akhir uji statistik adalah untuk mengetahui apakah keputusan jika
Ho ditolak atau Ho diterima (gagal ditolak). Dengan ketentuan apabila
P value ≤ 0.05 maka Ho ditolak, artinya ada perbedaan yang bermakna,
jika P value > 0.05 maka Ho diterima, artinya tidak ada perbedaan yang
bermakna antar variable (Notoatmodjo, 2015).
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
DAFTAR PUSTAKA