Oleh:
SALATIGA
2016
I. Tujuan
1. Praktikan mengetahui contoh-contoh senyawa organik yang memiliki gugus
fungsional
2. Praktikan mengetahui macam gugus fungsi yang penting sebagai pembentuk
senyawa organik
3. Praktikan memahami konsep dasar dari uji kualitatif gugus fungsional
4. Praktikan mengetahui proses oksidasi alkohol
5. Praktikan mengetahui proses pembentukan ester
6. Praktikan mengetahui reagen yang digunakan untuk menguji gugus hidroksil
7. Praktikan mengetahui reagen yang digunakan untuk menguji gugus fenol
8. Praktikan mengetahui reagen yang digunakan untuk menguji gugus karbonil
9. Praktikan mengetahui reagen yang digunakan untuk menguji gugus karboksil
10. Praktikan mengetahui reagen yang digunakan untuk menguji gugus amina
11. Praktikan mengetahui reagen yang digunakan untuk menguji gugus amida
Gugus Hidroksil
Gugus hidroksil adalah gugus fungsional -OH yang dapat digunakan sebagai
subsituen di sebuah senyawa organik. Molekul yang mengandung gugus hidroksil dikenal
dengan sebutan alkohol. Alkohol adalah senyawa yang memiliki gugus hidroksil dalam
rantai hidrokarbon baik alkana ataupun alkena (Hart, 2003).
Senyawa lainnya yang mengandung gugus hidroksil adalah fenol. Fenol (ArOH)
ialah senyawa dengan suatu gugus OH yang terikat pada cincin aromatic. Gugus OH
merupakan activator kuat dalam substitusi aromatic elektrofilik. Karena ikatan karbon sp2
lebih kuat daripada ikatan oleh karbon sp3, maka ikatan C-O dari suatu fenol tidak mudah
diputuskan. Meskipun demikian, ikatan OH dalam fenol mudah putus. Fenol dengan
pKa=10, merupakan asam yang lebih kuat daripada lakohol atau air. Suatu fenoksida
mudah dibuat dengan mereaksikan suatu fenol dengan NaOH dalam air. Fenoksida
berguna dalam pembuatan aril alkil eter (Hart, 2003).
Fenol sendiri bertahan terhadap oksidasi karena pembentukan suatu gugus fungsional
akan mengakibatkan dikorbankannya penstabilan aromatic. Namun, 1,4-dihidroksibenzena,
yang disebut hidrokuinon dapat dioksidasi menjadi kuinon. Oksidasi berlangsung dengan
bahan oksidator yang sangat lembut, seperti Ag+ atau Fe3+ dan mudah balik (Hart, 2003).
Gugus Karbonil
Dalam kimia organik, gugus karbonil adalah sebuah gugus fungsi yang terdiri dari sebuah
atom karbon yang berikatan rangkap dengan sebuah atom oksigen: C=O. Istilah karbonil
juga dapat merujuk pada karbon monoksida sebagai sebuah ligan pada senyawa anorganik
atau kompleks organologam misalnya nikel karbonil dimana dalam situasi ini, karbon
berikatan rangkap tiga dengan oksigen C≡O (Siswoyo, 2009).
Aldehida dan keton adalah dua dari sekian banyak kelompok senyawa organic yang
mengandung gugus karbonil. Suatu keton mempunyai 2 gugus alkil (aril) yang terikat pada
karbon karbonil, sedangkan aldehida mempunyai sekurang-kurangnya satu atom hydrogen
yang terikat pada karbon karbonilnya. Gugus lain dalam suatu aldehida (R dalam rumus di
bawah ini) dapat berupa alkil, aril, atau hidrogen. Banyak aldehida dan keton mempunyai
bau khas yang membedakannya umumnya aldehida berbau merangsang dan keton berbau
harum. Misalnya, trans-sinamaldehida adalah komponen utama minyak kayu manis dan
enatiomer-enantiomer karbon yang menimbulkan bau jintan dan tumbuhan permen
(Fessenden, 1992).
Dalam system IUPAC, nama suatu aldehida diturunkan dari nama alkana induknya
dengan mengubah huruf akhir-a menjadi –al. Tak diperlukan nomor; gugus –CHO selalu
memiliki nomor 1 untuk karbonnya. Berbeda dari itu, keton diberi nama dengan mengubah
–a alkana menjad –on dan biasanya perlu digunakan nomor. Baik aldehida dan keton,
nama trivialnya lazim digunakan secara luas di dunia perdagangan. Aldehida diberi nama
menurut asam karboksilat induknya dengan mengubah akhiran asam –oat atau asam –at
menjadi akhiran aldehida (Fessenden, 1992).
Gugus Karboksil
Gugus karboksil adalah gugus aldehida yang ikatan dengan atom H nya digantikan
dengan gugus OH. Gugus karboksil biasanya dilambangkan dengan –COO–. Contoh
senyawa organic yang dibentuk dari gugus karboksil adalah asam karboksilat. Asam
karboksilat mengandung gugus pergi yang terikat pada karbon asil, sedangkan aldehida
dan keton tidak. Biasanya reagensia mengadisi pada gugus karbonil dari keton dan
aldehida, tetapi mensubstitusi untuk gugus pergi tersebut dalam derivat asam (Fessenden,
1992).
Senyawa karboksilat memiliki beberapa turunan, salah satu yang terkenal contohnya
adalah ester. Ester adalah senyawa yang terbentuk dari reaksi esterifikasi dari alkohol dan
asam karboksilat dalam lingkungan asam. Ester merupakan salah satu dari kelas-kelas
senyawa organic yang berguna, dapat diubah menjadi anekaragam senyawa lain. Ester
lazim dijumpai dalam alam. Lemak dan lilin adalah ester. Ester juga digunakan untuk
polimer sintetik; dakron misalnya, adalah suatu poliester (Fessenden, 1992).
Ester atsiri menyebabkan aroma yang sedap dalam banyak buah dan parfum. Citarasa
buah alamiah merupakan ramuan rumit bermacam-macam ester bersama dengan senyawa
organic lain. Citarasa buah sintetik biasanya hanya merupakan ramuan sederhana dari
beberapa ester dengan beberapa zat lain; oleh karena itu, citarasa sintetik jarang dapat
menyamai citarasa alamiah yang sesungguhnya (Hart, 2003).
Nama suatu ester disusun dari dua kata, dimana kata pertama ialah nama gugus alkil
yang terikat pada oksigen ster dan kata kedua berasal dari nama asam karboksilatnya,
dengan membuang kata asam. Nama ester mirip dengan garam karboksilat. Esterifikasi
alkohol dengan suatu alkohol merupakan reaksi reversible. Bila asam karboksilat
diesterkan, digunakan alkohol berlebih. Untuk membuat reaksi kebalikannya – yakni
hidrolisis berkataliskan asam dari ester menjadi asam karboksilat digunakan air berlebihan
(Hart, 2003).
Gugus Amina
Amina merupakan senyawa organik yang mengandung atom-atom nitrogen trivalen,
yang terikat pada suatu atom karbon atau lebih. Rumus molekul yang memungkinkan
adalah RNH2, R2NH, dan R3N. Amina tersebar luas dalam tumbuhan dan hewan, dan
banyak amina mempunyai keaktivan faali. Misalnya, dua stimulant alamiah tubuh dari
system syarat simpatetik adalah norepinafrina dan epinafrina. Amina dapat dikelompokkan
sebagai primer, sekunder, dan tersier, menurut banyaknya substituent alkil atau aril yang
terikat pada nitrogen (Siswoyo, 2009).
Gugus Amida
Suatu amida adalah suatu senyawa yang mempunyai suatu nitrogen trivalent yang
terikat pada suatu gugus karbonil. Suatu amida diberi nama dari nama asam karboksilat
induknya, dengan mengubah imbuhan asam –oat menjadi –amida. Amida dengan
substituent alkil pada nitrogen diberi tambahan N-alkil di depan namanya, dengan N
merujuk pada atom nitrogen. Amida disentesis dari derivate asam karboksilat dan ammonia
atau amina yang sesuai (Fessenden, 1992)
Suatu amida mengandung nitrogen yang mempunyai sepasang electron menyendiri
dalam suatu orbital terisi. Cukup masuk akal untuk mengharapkan amida bereaksi dengan
asam, seperti amina; namun amida tidak bereaksi dengan asam. Amida merupakan basa
sangat lemah dengan pKb bernilai 15-16. Struktur-struktur resonansi untuk suatu amida
menunjukkan mengapa nitrogen suatu amida tidak bersifat basa maupun nukleofilik
(Fessenden, 1992).
Seperti ester, amida dapat dihidrolisis dalam larutan asam ataupun basa. Dalam
kedua hal ini, asam dan basa adalah pereaksim bukan katalis, dan harus digunakan dengan
angka banding molar 1:1, atau berlebih. Kedua macam reaksi hidrolisis baik di dalam asam
ataupun basa tidak reversibel. Hidrolisis suatu amida dalam larutan asam berlangsung
dalam suatu cara yang serupa dengan hidrolisis suatu ester. Oksigen karbonil diprotonasi,
karbon karbonil diserang oleh H2O, proton diserah terimakan, dan suatu amina dibuang.
Amina ini kemudian bereaksi dengan H+ dan menghasilkan garam amina. Pembentukan
garam amina menjelaskan mengapa H+ dalam reaksi asam bersifat pereaksi, dan reaksi
dalam basa menjelaskan mengapa reaksi kebalikannya tidak terjadi (Fessenden, 1992).
V. Hasil Pengamatan
1. Alkohol
a. Oksidasi
Larutan Warna
1 Bening
2 Kuning
3 Bening
b. Esterifikasi
Larutan Aroma
1 Alkohol
2 Obat/balsem
2. Fenol
Larutan Warna
1 Hitam
3. Karbonil
a. Reagen d.n.p
Laruta Warna dan endapan
n
b. Oksidasi aldehid
Larutan Warna
1 Perak
2 Kuning
3 Ungu
c. Uji Iodoform
Larutan Bau, warna, endapan
1 Karbonil
Warna putih
Ada endapan
4. Asam karboksilat
Larutan Aroma Warna
5. Amina
Larutan Warna Endapan Kelarutan
6. Amida
Larutan Warna larutan
1 Biru
VI. Pembahasan
Percobaan 1 – Oksidasi Alkohol: Oksidator Kalium Dikromat
Dalam percobaan ini, alkohol akan dioksidasi dengan menggunakan oksidator kuat
untuk mendapatkan senyawa aldehida yang apabila dioksidasi lebih lanjut akan
menghasilkan senyawa asam karboksilat. Perbedaan alkohol primer dan alkohol sekunder
dilihat dari hasil reaksinya. Alkohol primer hasil reaksi terakhirnya adalah asam
karboksilat yang melalui tahap aldehida terlebih dahulu, sedangkan alkohol sekunder
hasil reaksinya adalah senyawa keton.
Perlu diketahui bahwa di dalam akan terjadi proses redoks (reduksi-oksidasi). Reaksi
reduksi akan dialami oleh oksidator dari reaksi ini yaitu kalium dikromat. Atom Cr pada
kalium dikromat akan beraksi dengan ion sulfat pada asam sulfat menjadi kromium
sulfat. Bilangan oksidasinya maka turun. Sedangkan reaksi oksidasinya terjadi pada
etanol yang dioksidasi menjadi asam karboksilat. Oksidasi sering dikaitkan dengan
penambahan atom oksigen dari suatu senyawa, maka lazim juga disebut reaksi oksidasi.
Dalam percobaan ini, asam karboksilat yang dihasilkan adalah jenis asam etanoat
yang memiliki dua atom C. Hal lain yang perlu diketahui adalah dalam reaksi ini
terbentuk dua hasil produk yaitu produk primer dan produk sekunder. Produk primer
yaitu asam etanoat sebagai asam karboksilatnya. Disebut produk primer karena menjadi
tujuan pengamatan dalam percobaan ini. sedangkan produk sekunder atau disebut juga
produk by-pass yaitu kalium sulfat, kromium sulfat, dan air. Disebut produk sekunder
karena produk ini dalam skala industri tidak dipakai atau akan didaur ulang menjadi
senyawa yang baru.
Persamaan reaksi esterifikasi dari asam formiat (asam karboksilat) dan etanol
(alkohol) yang terjadi pada tabung reaksi selama percobaan, secara lengkap adalah
sebagai berikut: HCOOH + CH3CH2OH HCOOCH2CH3 + H2O
Reaksi ini bisa dikatakan reaksi dehidrogenasi sederhana dikarenakan inti dari reaksi
ini hanyalah pemisahan ion hidrogen dari asam format dan ion hidroksida dari etanol.
Ion-ion yang terpisah ini nantinya akan membentuk air atau H 2O sebagai produk
sekundernya. Sisa dari gugus asam format dan etanol ini nantinya akan bercampur
membentuk senyawa ester. Dalam percobaan ini senyawa ester yang dibentuk adalah etil
metanoat atau disebut juga etil formiat. Etil format memiliki aroma seperti rum, buah
stroberi, ataupun lemon. Dalam percobaan kali ini aromanya mendekati aroma rum atau
lemon. Aroma rum inilah yang dapat dijadikan indikasi terbentuknya senyawa ester dari
pencampuran kedua larutan.
Pada akhir reaksi akan dihasilkan perubahan warna dari kuning (kuning adalah warna
dari ferri klorida) menjadi coklat kemerahan lalu terakhir akan berwarna stabil hijau tua
mendekati warna hitam. Pengujian yang positif, dalam artian senyawanya mengandung
gugus fenol akan meghasilkan warna hijau tua mendekati hitam. Sedangkan pengujian
yang negative, dalama rtian senyawa yang diuji tidak mengandung gugus fenol warna
larutannya akan tetap kuning seperti warna asal dari FeCl3.
Hasil negatif (kiri) dan hasil positif (kanan)
(Sumber: www.harpercollege.edu)
Percobaan 7 - Uji Gugus Karbonil: Reagen DNP
Dalam percobaan ini, gugus karbonil akan diuji dengan reagen d.n.p. Reagen d.n.p ini
tidak lain adalah 2,4-dinitrofenilhidrogina. Reagen ini adalah senyawa benzena yang
memiliki 2 gugus nitril pada daerah orto dan daerah para. Gugus lainnya adalah 1 gugus
hidroksil pada ujung plat cabang benzena. Dalam reaksi ini biasanya ditambahkan
katalisator H2SO4. Asam sulfat ini berfungsi agar mempercepat reaksi dan menimbulkan
suasana asam.
Dalam percobaan ini, gugus karbonil yang diuji berasal dari aseton. Aseton adalah
salah satu contoh senyawa keton yang lengan kiri dan lengan kanannya berikatan dengan
atom C primer. Indikasi adanya gugus karbonil terlihat dari perubahan warna larutan.
Larutan yang semula bening tidak berwarna akan berubah menjadi berwarna kuning
hingga kemerahan yang disebabkan penggabungan gugus fenil pada d.n.p dengan gugus
karbonil pada aseton. Spektrum warna kuning yang berasal dari ikatan gugus karbonil
dan gugus fenil ini nantinya akan menghasilkan suatu endapan pada dasar tabung reaksi.
Jadi dari reaksi senyawa keton dengan d.n.p ini akan dihasilkan 2 indikator percobaan
yaitu perubahan warna dan terbentuknya endapan.
Dalam percobaan ini, aldehid yang dipakai adalah asetaldehid. Asetaldehid adalah
senyawa organik dengan 2 atom C dimana gugus karbonilnya berikatan dengan atom C
sekunder yang lengan kirinya berikatan dengan gugus metal dan lengan kanannya
berikatan dengan atom hidrogen. Senyawa ini mudah terbakar dan mengeluarkan bau
seperti buah-buahan.
Pada akhir reaksi akan dihasilkan asam etanoat. Asam etanoat ini memiliki kelebihan
1 atom O dibandingkan senyawa asetaldehida. Indikasi yang akan muncul dari akhir
reaksi adalah adanya endapan cermin perak pada dasar tabung. Endapan perak ini
dihasilkan dari endapan Ag yang muncul dari hasil reduksi ion Ag+. Ion Ag+ tereduksi
karena komplemen dari ion Ag+ berikatan dengan gugus R asetaldehid sehingga ion Ag+
tereduksi (menjadi hilang) dan muncullah endapan yang menyebabkan warna cermin
perak.
Senyawa asetaldehid
(Sumber: en.wikipedia.org)
Dalam percobaan yang ke-9 ini, digunakan formaldehida sebagai bahan pereaksi
aldehidanya. Formaldehida adalah aldehida yang memiliki satu saja atom C dan gugus
karbonil serta 2 gugus atom H pada lengan kiri dan kanannya. Formaldehida dalam dunia
perdagangan disebut juga dengan formalin.
Dalam reaksi ini, lagi-lagi akan terjadi proses redoks seperti pada percobaan ke-8.
Reaksi reduksinya terjadi pada oksidator kalium kromat. Kalium kromat yang memiliki
bilangan oksidasi +6 akan turun BO-nya menjadi +3 ketika ia tereduksi menjadi ion
Cr3+. Reaksi reduksi ini terjadi karena Cr dalam kalium kromat akan berikatan dengan
ion sulfat dari H2SO4 selama reaksi berlangsung. Munculnya ion Cr3+ inilah yang
nantinya akan menjadi indikasi bahwa senyawa diuji mengandung gugus karbonil.
Indikasi yang dapat diamati adalah adanya perubahan warna larutan menjadi hijau
(kadang agak kekuning-kungingan). Dalam percobaan ini, berarti formaldehida terbukti
mengandung gugus karbonil karena pada akhir reaksi di dasar tabung akan muncul warna
hijau.
Dalam uji iodoform digunakan NaOH yang berfungsi untuk mengikat ion I-. Selain
itu NaOH juga dipakai untuk mensubstitusi gugus alkil (CH3) pada aseton dan
menukarnya dengan ion OH- yang di awal reaksi masih berikatan dengan Na+. Dari
penukaran ini, nantinya gugus alkil itu akan berikatan dengan sisa I - yang belum diikat
oleh NaOH. Pengikatan alkil CH3 dengan ion I- ini yang akan menghasilkan iodoform
dengan indikasi munculnya endapan berwarna kekuningan.
VII. Kesimpulan
1. Beberapa senyawa organik yang memiliki gugus fungsional adalah alkohol, keton,
aldehida, asam karboksilat, ester, dan benzene.
2. Macam-macam gugus fungsi yang penting sebagai pembentuk senyawa organik
adalah gugus hidroksil, gugus fenol, gugus karbonil, gugus karboksil, gugus amina,
dan gugus amida.
3. Konsep dasar dari uji kualitatif gugus fungsional adalah penggunaan reagen tertentu
yang dilarutkan bersamaan dengan senyawa yang diuji untuk memunculkan endapan
atau perubahan warna sebagai indikator dari adanya gugus fungsi yang dimaksudkan.
4. Proses oksidasi alkohol primer akan menghasilkan senyawa aldehida yang apabila
dioksidasi lebih lanjut akan menghasilkan senyawa asam karboksilat, sedangkan
alkohol sekunder apabila dioksidasi akan menghasilkan senyawa keton.
5. Alkohol dan asam karboksilat yang direaksikan dalam lingkungan asam akan
bereaksi membentuk senyawa ester
6. Pengujian gugus hidroksil (alkohol) dapat menggunakan reagen Jones (K 2Cr2O7),
kalium permanganat (KMnO4), dan logam Na.
7. Pengujian gugus fenol dapat dilakukan dengan pereaksi FeCl3 yang merubah warna
larutan menjadi kehitaman
8. Pengujian gugus karbonil dapat dilakukan dengan reagen d.n.p, reagen Tollens,
reagen Schiff, reagen Jones, dan dengan I2 dalam pengujian iodoform.
9. Pengujian gugus karboksil dapat dilakukan dengan senyawa Na2CO3 menghasilkan
gelembung CO2 sebagai indikatornya
10. Pengujian gugus amina dapat dilakukan dengan senyawa HCl yang akan
menghasilkan warna kekuningan sebagai indikator keberadaan gugus amina.
11. Pengujian gugus amida dapat dilakukan dengan senyawa NaOH yang pada akhir
reaksi akan dihasilkan ammonium hidroksida yang bersifat basa lemah sehingga
penujian dengan kertas lakmus akan merubah warna kertasnya menjadi biru.