Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aldehid dan keton adalah keluarga besar dari senyawa organik yang
termasuk dalam kehidupan sehari-hari kita. Senyawa-senyawa ini menimbulkan
bau wangi pada banyak buah-buahan dan parfum mahal. Contohnya,
sinamaldehida (suatu aldehida) menyebabkan bau kayu manis (sinamon) dan
siveton (suatu keton) yang digunakan untuk bau musky (menyengat, sumber asli
dari semacam rusa) pada banyak parfum. Formaldehida merupakan komponen
material dalam berbagai material dalam bangunan rumah. Keton testoteron dan
estron banyak dikenal sebagai hormon yang menimbulkan ciri seksual. Selain
itu, kimia aldehida dan keton berperan dalam cara kita mencerna makanan dan
cara kita melihat.
Aldehid dan keton memiliki gugus karbonil, C O yang merupakan gugus
fungsi paling penting dalam kimia organik. Seperti yang telah dibahas di atas,
senyawa ini penting dalam banyak proses biologi dan sering merupakan mata
niaga yang penting.
Rumus aldehid dan keton adalah sebagai berikut,
Aldehid :

RCH

atau

RCOH

atau

RCOR

O
Keton

RCR

Karena aldehid dan keton tidak mengandung hidrogen yang terikat pada
oksigen, maka tidak dapat terjadi ikatan hidrogen seperti pada alkohol, Namun
senyawa ini dapat membentuk ikatan hidrogen dengan atom hidrogen dari air
dan alkohol, karena adanya ini kelarutan aldehid dan keton dalam air sejajar
dengan alkohol.
Yang melatar belakangi Percobaan ini untuk mengetahui bagaimana cara
dan perbedaan dari aldehid dan keton. Serta untuk mengetahui reaksi-reaksi

yang terjadi pada sampel jika ditambahkan dengan pereaksi fehling dan
pereaksi benedict.
B. Maksud Dan Tujuan Percobaan
1. Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami sifat-sifat fisika dan kimia dari aldehid dan keton.
2. Tujuan Percobaan
a. Mengetahui sifat-sifat fisika dan kimia dari aldehid dan keton.
b. Mengetahui reaksi fisika dan kimia dari aldehid dan keton.

C. Prinsip Percobaan
1. Uji Asam Kromat
Penentuan sifat kimia dari aldehid dengan mereaksikan formalin dan
sukrosa dengan pereaksi asam kromat dan diamati terbentuknya endapan
warna merah coklat menjadi biru hijau.
2. Uji Iodoform
Penentuan sifat kimia dari aldehid dan keton dengan mereaksikan
formalin dan sukrosa dengan pereaksi NaOH dan I2 dalam KI dan amati
endapan kuning yang terjadi.
3. Uji Tollens

Penentuan sifat kimia dari aldehid dengan mereaksikan formalin dan


sukrosa dengan pereaksitollens dan amati terbentuknya cermin perak pada
dinding tabung reaksi
4. Uji Benedict
Penentuan sifat kimia dari aldehid dengan mereaksikan formalin dan
sukrosa dengan pereaksi benedict yang diletakkan dipenangas air dan amati
perubahan warnanya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Aldehid dan keton dicirikan oleh adanya gugus karbonil. Aldehida memiliki
sedikitnya satu atom hidrokarbon melekat pada atom karbon karbonil. Gugus
sisanya dapat berupa atom hidrogen lain atau gugus organik alifatik atau
aromatik. Gugus CHO yang merupakan ciri dari aldehida sering disebut
gugus formil. Pada karbon, atom karbon karbonil terhubung dengan dua atom
karbon lain (Petrucci, Ralph. H. 1958).

Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil


yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen. Nama IUPEC dari
aldehida diturunkan dari alkana dengan mengganti akhiran ana dengan al.

Nama umumnya didasarkan nama asam karboksilat ditambahkan dengan akhiran


dehida (Petrucci, Ralph. H. 1958).
Aldehid dinamakan menurut nama asam yang mempunyai jumlah atom C
sama pada nama alkana yang mempunyai jumlah atom sama. Pembuatan aldehida
adalah sebagai berikut: oksidasi alkohol primer, reduksi klorida asam, dari glikol,
hidroformilasi alkana, reaksi Stephens dan untuk pembuatan aldehida aromatik
(Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997).
Salah satu reaksi untuk pembuatan aldehid adalah oksidasi dari alkohol
primer. Kebanyakan oksidator tak dapat dipakai karena akan mengoksidasi
aldehidnya menjadi asam karboksilat. Oksidasi khrompiridin kompleks seperti
piridinium khlor kromat adalah oksidator yang dapat merubah alkohol primer
menjadi aldehid tanpa merubahnya menjadi asam karboksilat (Petrucci, Ralph. H.
1958).
Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus
karbonil terikat pada dua gugus alkil, dua gugus alkil, atau sebuah alkil. Keton
juga dapat dikatakan senyawa organik yang karbon karbonilnya dihubungkan
dengan dua karbon lainnya. Keton tidak mengandung atom hidrogen yang terikat
pada gugus karbonil (Willbraham, and Michael S. Matta. 1992).
Pembuatan keton ynag paling umum adalah oksidasi dari alkohol sekunder.
Hampir semua oksidator dapat dipakai. Pereaksi yang khas antara lain khromium
oksida (CrO3), phiridinium khlor kromat, natrium bikhromat (Na2Cr2O7) dan
kalium permanganat (KMnO4) (Respah, Ir. 1986).
Reaksi-reaksi pada aldehida dan keton adalah reaksi oksidasi dan reaksi
reduksi. Reaksi oksidasi untuk membedakan aldehida dan keton. Aldehid mudah
sekali dioksidasi, sedangkan keton tahan terhadap oksidator. Aldehida dapat
dioksidasi dengan oksidator yang sangat lemah. Sedangkan reaksi reduksi terbagi
menjadi tiga bagian yaitu reduksi menjadi alkohol, reduksi menjadi hidrokarbon
dan reduksi pinakol (Willbraham, and Michael S. Matta. 1992).
Sifat-sifat fisik aldehid dan keton, karena aldehid dan keton tidak
mengandung hidrogen yang terikat pada oksigen, maka tidak dapat terjadi ikatan
hidrogen seperti pada alkohol. Sebaliknya aldehid dan keton adalah polar dan

dapat membentuk gaya tarik menarik elektrostatik yang relatif kuat antara
molekulnya, bagian positif dari sebuah molekul akan tertarik pada bagian negatif
dari yang lain (Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997).
Aldehid dan keton bereaksi dengan berbagai senyawa, tetapi pada
umumnya aldehid lebih reaktif dibanding keton. Kimiawan memanfaatkan
kemudahan oksidasi aldehid dengan mengembangkan beberapa uji untuk
mendeteksi gugus fungsi ini (Willbraham, and Michael S. Matta. 1992).
Dalam sistem IUPAC, akhiran penciri untuk aldehida ialah al (dari suku
kata pertama aldehida. Contoh:

Karena aldehida telah lama dikenal, maka nama-nama umumnya sering


digunakan dan biasanya dicantumkan di bawah nama IUPAC-nya.
Untuk aldehida yang tersubstitusi, kita nomori rantai dimulai dengan
karbon aldehida.

Untuk aldehida siklik, digunakan akhiran karbaldehida. Aldehida aromatik


sering mempunyai nama umum.

Sekitar setengah dari asetal dehida yang diproduksi setiap tahun dioksidasi
menjadi asam asetat. Sisanya digunakan untuk produksi 1-butanol dan bahan
kimia komersial lainnya.
Aseton yaitu keton paling sederhana, juga diproduksi secara besar-besaran,
sekitar 2 miliar setiap tahun. Metode yang paling sering digunakan untuk sintesis
komersialnya ialah oksidasi propena, oksidasi isopropil alkohol, dan oksidasi
isopropil benzena.

Sekitar 30% aseton digunakan secara langsung, sebab aseton tidak saja
bercampur sempurna dengan air tetapi juga merupakan pelarut yang baik untuk
banyak zat organik (resin, cat, zat warna, dan cat kuku). Sisanya digunakan untuk
pembuatan bahan kimia komersial lain, termasuk bifenol 1A untuk resin epoksi.
Kuionon merupakan golongan senyawa karbonil yang unik. Senyawa ini
merupakan diketon terkonjugasi siklik. Semua kuinon berwarna, dan banyak di
antaranya berupa pigmen alami yang digunakan sebagai zat warna. Alizarin
adalah kuinon berwarna jingga-merah yang digunakan untuk mewarnai mantel
dalam seragam merah tentara Inggris selama Revolusi Amerika. Vitamin K
adalah kuinon yang diperlukan untuk pembekuan darah secara normal (HAM,
Mulyono. 2006).
Dalam sistem IUPAC, akhiran untuk keton adalah on (dari suku kata
terakhir keton). Rantai dinomori sehingga karbon karbonil memiliki nomor
terendah. Nama umum keton dibentuk dengan menambahkan kata keton pada
nama gugus alkil atau aril yang melekat pada karbon karbonil.
Contoh:

(Hart, Harold. 2003).


Aldehid dan keton memiliki banyak kegunaan, diantaranya:
1. Aldehid
a.Formaldehid : Bahan pengawet. Contoh biologi,
bahan pengawet manusia, bahan pembuat berbagai
b. Sinamaldehid
c. Vanili

jenis plastik termoset.


: Penyebab bau khas pada kayu manis
: Aroma pada vanili

2. Keton
a. Aseton

: Pelarut plitur dan plastik

b. Metiletil keton : Pelarut koteks


c. Muskon

: Bahan pembuat minyak wangi


(Petrucci, Ralph. H. 1958)

Uji Tollens merupakan salah satu uji yang digunakan untuk membedakan
mana yang termasuk senyawa aldehid dan mana yang termasuk senyawa keton.
Selain dengan menggunakan Uji Tollen untuk membedakan senyawa aldehid dan
keton dapat juga menggunakan Uji Fehling dan Uji Benedict. Aldehid lebih
mudah dioksidasi dibanding keton. Oksidasi aldehid menghasilkan asam dengan
jumlah atom karbon yang sama (Hart, harold. 1983).
Hampir

setiap

reagensia

yang

mengoksidasi

alkohol

juga

dapat

mengoksidasi suatu aldehid. Pereaksi tollens, pengoksidasi ringan yang


digunakan dalam uji ini adalah larutan basa dari perak nitrat. Larutannya jernih
dan tidak berwarna. Untuk mencegah pengendapan ion perak sebagai oksida pada

suhu tinggi, maka ditambahkan beberapa tetes larutan amonia. Amonia


membentuk kompleks larut air dengan ion perak. Pereaksi Tollens sering disebut
sebagai perak amoniakal, merupakan campuran dari AgNO3 dan amonia
berlebihan. Gugus aktif pada pereaksi tollens adalah Ag 2O yang bila tereduksi
akan menghasilkan endapan perak. Endapan perak ini akan menempel pada
tabung reaksi yang akan menjadi cermin perak. Oleh karena itu Pereaksi Tollens
sering juga disebut pereaksi cermin perak (Sudarmo, 2006).
Aldehid dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag + dalam reagensia
Tollens direduksi menjadi logam Ag. Uji positf ditandai dengan terbentuknya
cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi. Reaksi dengan pereaksi Tollens
mampu mengubah ikatan C-H pada aldehid menjadi ikatan C-O. Alkohol
sekunder dapat dioksidasi menjadi keton selanjutnya keton tidak dapat dioksidasi
lagi dengan menggunakan pereaksi Tollens. Hal ini disebabkan karena keton
tidak mempunyai atom hidrogen yang menempel pada atom karbon karbonil.
Keton hanya dapat dioksidasi dengan keadaan reaksi yang lebih keras
dibandingkan dengan aldehid. Ikatan antara karbon karbonil dan salah satu
karbonnya putus, memberikan hasil-hasil oksidasi dengan jumlah atom karbon
yang lebih sedikit daripada bahan keton asalnya. Kekecualian adalah dalam
oksidasi keton siklik, karena jumlah atom karbonnya tetap sama. Misalnya,
sikloheksanon dioksidasi secar besar-besaran menjadi asam dipat, bahan kimia
pentinh dalam pembuatan Nylon.
Gugus fungsi karbonil

C=O merupakan gugus fungsi yang dimiliki oleh

golongan senyawa aldehid, keton, asam karbosilat, ester dan turunan lainnya.
Senyawa ini penting dalam banyak proses biologi dan sering merupakan mata
niaga yang penting pula. Aldehid mempunyai paling sedikit satu atom hidrogen
yang melekat pada gugus karbonil. Gugus lainnya dapat berupa gugus hidrogen,
alkil atau aril.
Formaldehid adalah aldehid yang paling sempurna yang dibuat besarbesaran melalui oksidasi metanol.
Formaldehid ini tidak bisa disimpan dalam bentuk bebasnya, karena
mudahnya senyawa ini berpolimerisasi. Formaldehid sering dibuat dalam larutan

87 % yang dinamakan formalin. Larutan ini sebagai disinfektan serta pengawet.


Namun

kebanyakan

formaldehid

dimanfaatkan

dalam

industri

plastik.

Formaldehid dicurigai sebagai korsinogen, sehingga penanganannya harus hatihati.


Asetaldehid mendidih mendekati suhu 20 oC. Dulu, asetaldehid dibuat
melalui hidrasi asetilena, sekarang umumnya diproduksi melalui proses wecker,
yang melibatkan oksidasi selektif pada etilena dengan katalis paladium tembaga.
Asetaldehid juga dibuat melalui oksidasi etanol. Hampir setengah dari
produksi tahunannya sebanyak 2 juta ton, dan dioksidasi menjadi asam asetat.
Sisanya digunakan untuk membuat 1-butanol dan bahan kimia lain. Aseton
merupakan keton yang paling sederhana. Metode yang paling umum digunakan
dalam industri adalah proses wecker terhadap propena, oksidasi isopropil alkohol,
dan oksidasi dari isopropil benzena (Hart, harold. 1983: 200-202).
Aldehid dan keton mengandung gugus karbonil C=O. Jika kedua senyawa
itu dinamakan keton. Jika salah satu dari kedua gugus tersebut adalah hidrogen
senyawa tersebut adalah aldehid. Formaldehid, suatu gas dinamakan formalin
yang dignakan untuk pengawetan cairan dan jaringan. Formaldehid digunakan
dalam pembuatan resin sintetik. Asetaldehid adalah bahan baku yang penting
dalam pembuatan asam asetat, anhidrida dan esternya yaitu etil asetat.
Aseton adalah keton yang paling penting. Aseton merupakan cairan volatil
(titik didih 56 0C) dan mudah terbakar. Aseton adalah pelarut yang baik untuk
macam-macam senyawa organik, banyak digunakan sebagai pelarut pernis, lak
dan plastik. Tidak seperti pada kebanyakan pelarut organik lain, aseton
bercampur dengan air dalam segala perbandingan sifat ini digabungkan dengan
sifat volatilisnya membuat aseton sering digunakan sebagai pengering alat
laboratorium. Salah satu metode pembuatan aseton adalah dihidrogenasi isopropil
alkohol dengan bantuan katalis tembaga (Petrucci, Ralph. H. 1958: 271).
Aldehid dan keton dapat dikelompokkan dan dibedakan satu dengan yang
lainnya, dengan menggunakan tes kelarutan. Sebagian besar aldehid dan keton
larut dalam eter. Senyawa-senyawa ini juga dapat larut dalam asam sulfat pekat
dengan membentuk garam oksanium. Aldehid dan keton mempunyai atom

karbon kurang dari lima dapat larut dalam air. Sedangkan eter dengan ataom C
kurang dari empat dapat larut dalam air. Aldehid dan keton dapat dibedakan
dengan senyawa lain terhadap penambahan natrium bisulfat (Anwar, 1994: 23).
Spektrum infra merah ester format, menunjukkan adanya serapan pada
kisaran rentangan 1720,4 cm-1 yang merupakan rentangan karbonil C=O pada
daerah ini adalah daerah rentangan yang spesifik untuk senyawa-senyawa ester.
Kemudian daerah rentangan 2837,1 -2734,9 cm-1 serapannya sangat lemah,
daerah ini merupakan serapan untuk aldehid (-CHO ). Berdasarkan hasil analisis
spektrum infra merah, H1NMR dan didukung hasil analisis gabungan GC-MS
yang menunjukkan massa relatif (m/z) = 224 maka struktur senyawa 1-(3,4dimetoksi fenil)-2-propanil format. Dari hasil reaksi hidrolisis senyawa ester
format dengan dengan asam sulfat 3,77 M diperoleh senyawa 1-(3,4-dimetoksi
fenil)-2-propanol (Busroni, 2000: 41).
Elusidasi struktur hasil sintesis 4-dimetilamino benzalaseton dilakukan
dengan spektrometer Inframerah dan RMI, selanjutnya dibandingkan terhadap
spektrum starting material. Gugus karbonil senyawa hasil sintesis muncul pada
bilangan gelombang lebih rendah (1580,3 cm-1) dibanding gugus karbonil starting
material (1597 cm-1). Menunjukkan bahwa karbonil senyawa hasil sintesis
cenderung lebih bersifat ikatan tunggal dari pada ikatan rangkap dua. Dari hasil
pemeriksaan spektrometer Inframerah dan RMI tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa senyawa hasil sintesis adalah 4-dimetilamino benzalaseton (Sardjiman, at
all. 2007:179).

B. Uraian Bahan
1. Aquadest (Dirjen POM, 1979 : 96)
Nama resmi
: AQUA DESTILLATA
Nama lain
: Air suling
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02
Rumus Bangun :
O
H
H
Pemerian

: Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak


mempunyai rasa

Penyimpanan
Kegunaan

: Dalam wadah tertutup baik


: Sebagai pelarut dalam pereaksi benedict

2. Perak Nitrat (Dirjen POM. 1979: 97)


Nama resmi
: ARGENTI NITRAS
Nama lain
: Perak Nitrat
Rumus Molekul : AgNO3
Berat molekul : 168,87
Rumus Struktur :

Pemerian

: Hablur transparan atau serbuk hablur berwarna putih,

Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan

tidak berbau dan menjadi gelap jika kena cahaya.


: Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P
: Dalam wadah tertutup baik
: Sebagai komposisi pereaksi benedict

3. Formalin (Dirjen POM, 1979 : 259)


Nama resmi
: FORMALDEHYDI SOLUTIO
Nama lain
: Formalin
Pemerian
: Cairan jernih; tidak berwarna atau hampir tidak
berwarna; bau menusuk uap meransang selaput lendir
hidung dan tenggorokkan; jika disimpan ditempat dingin
Kelarutan
Penyimpanan

dapat menjadi keruh


: Dapat dicampur dengan air; dan dengan etanol (95%) P
: Dalam wadah tertutup baik; terlindung dari cahaya;

Kegunaan

sebaiknya pada suhu diatas 20C


: Sebagai sampel

4. Sukrosa (Dirjen POM, 1979 : 762)


Nama resmi
: SUCROSUM
Nama lain
: Sakarosa, sukrosa
Rumus molekul : C12H22O11
Berat molekul : 342,30
Rumus struktur :

Pemerian

Hablur

putih

atau

tidak

berwarna; massa hablur atau berbentuk kubus; atau


serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa manis; stabil
Kelarutan

diudara. Larutannya netral terhadap lakmus.


: Sangat mudah larut dalam air; lebih mudah larut dalam
air mendidih, sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam

Penyimpanan
Kegunaan

kloroform dan dalam eter


: Dalam wadah tertutup baik
: Sebagai sampel

5. Natrium Hidroksida (Dirjen POM, 1979 : 589)


Nama resmi
: NATRII HYDROXIDUM
Nama lain
: Natrium Hidroksida
Rumus molekul : NaOH
Berat molekul : 40,00
Rumus bangun : Na
OH
Pemerian
: Pemerian putih atau praktis putih; massa hablur;
berbentuk pellet; serpihan atu batang atau bentuk lain;
keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur; bila
dibiarkan di udara akan cepat menyerap karbondioksida
Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan

dan lembab.
: Mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P.
: Dalam wadah tertutup rapat
: Sebagai komposi pereaksi iodoform.

6. NH3 (Dirjen POM, 1979 : 86)


Nama resmi
: AMMONIUM LIQUIDA
Nama lain
: Amonia encer
Rumus molekul : NH3
Berat molekul : 35,05
Pemerian
: Cairan jernih; tidak berwarna; bau khas; menusuk kuat.
Kelarutan
: Larut dalam air
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat; ditempat sejuk
Kegunaan
: Sebagai komposisi pereaksi tollens
7. Natrium Citras (Dirjen POM, 1979 : 406)
Nama resmi
: NATRII CITRAS
Nama lain
: Natrium Citras
Rumus molekul : C6H5NaO7
Berat molekul : 294,10
Pemerian
: Hablur tidak berwarna atau serbuk; halus putih
Kelarutan
: Mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air
Penyimpanan
Kegunaan

mendidih; praktis mudah larut dalam etanol (95%) P


: Dalam wadah tertutup rapat.
: Sebagai komposisi pereaksi benedict

8. Natrium Karbonat (Dirjen POM, 1979 : 400)


Nama resmi
: NATRII CARBONAS
Nama lain
: Natrium Karbonat
Rumus molekul : Na2CO3
Berat molekul : 124,00
Rumus bangun :

Pemerian
Kelarutan

: Hablur tidak berwarna, atau serbuk hablur putih


: Mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air

Kegunaan

mendidih
: Sebagai komposi pereaksi benedict

9. Tembaga (II) Sulfat (Dirjen POM, 1979 : 731)


Nama resmi
: CUPRUM SULFAS
Nama lain
: Tembaga (II) Sulfat
Rumus molekul : CuSO4.5H2O
Berat molekul : 249,5
Pemerian
: Prisma triklinik; atau serbuk hablur biru
Kelarutan
: Larut dalam 3 bagian air dan dalam 3 bagian glukosa P;
Penyimpanan
Kegunaan

sangat sukar larut dalam etanol 95% P


: Dalam wadah tertutup rapat
: Sebagai komposisi pereaksi benedict

10. Komposisi I2 KI
Komposisi I2 (serbuk) dan KI (serbuk)
Cara membuat
:
a. Larutan 6 gram kedalam 100 ml air suling
b. Tambahkan 3 gram kristal iodum, aduk sampai rata
c. Saat akan digunakan, larutan tersebut harus diencerkan dengan air suling
dengan perbandingan 1:10.
11. Peraksi Benedict
Komposisi
:
a.Larutan A

Natrium sitrat 86,5 gram Na2CO3 50 gram

Aquadest sampai 400 ml


b. Larutan B :

CuSO4.5H2O 8,65 gram

Aquadest sampai 50 ml
Cara membuat :
1. Larutan A
Larutkan natrium sitrat dan Na2CO3 kedalam air (dibantu dengan
pemanasan) saring jika perlu diencerkan dengan aquadest himgga volume
larutan menjadi 425 ml
Larutan B

Larutkan CuSO4.5H2O kedalam aquadest hingga larut. Tuangkan


larutan kedalam larutan A sambil diaduk secara konstan, kemudian
diencerkan campuran dengan aquadest hingga campuran menjadi 500 ml
12. Pereaksi Tollens
Komposisi :
AgNO3 10% dan NaOH 10%
Cara membuat :
Dicampurkan larutan AgNO3 10% 50 ml dengan 50 ml larutan NaOH
10%, teteskan kedalam campuran ini larutan ammonium pekat, sehingga
endapan tepat larut.
13. Pereaksai Asam Kromat
Komposisi :
Krom + oksida dan asam sulfat
Cara membuat
:
Larutan 84 gram krom + oksida P dalam 700 ml air, tambahkan 400
ml asam sulfat P perlahan-lahan sambil diaduk.
C. Prosedur Kerja
1. Uji Iodoform
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Menyiapkan 2 tabung reaksi yang berisi sampel formalin dan sukrosa
c. Menambahkan pereaksi I2 KI pada sampel
d. Menambahkan NaOH 6M pada sampel
e. Menambahkan sampel yang telah ditambahkan tadi degan I 2 KI dan
NaOH 6M dipembakaran spiritus
f. Mengamati perubahan yang ada (terdapat endapan kuning)
2. Uji Tollens
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Membuat pereaksi tollens, AgNO3 masukkan kedalam tabung reaksi dan
tambahkan NaOH, membentuk endapan dan diberi NH3 untuk
menghilangkan endapan
c. Menyiapkan 2 tabung reaksi yang berisi sampel formalin dan sukrosa
d. Masukkan pereaksi tollens yang telah dibuat sebelumnya kedalam
sampel yang ada dalam tabung reaksi
e. Mengamati perubahan yang terjadi
3. Uji Benedict
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Menyiapkan 2 tabung reaksi yang berisi sampel formalin dan sukrosa

c. Menambahkan 2 ml pereaksi benedict pada sampel tersebut lalu

a.

homogenkan
d. Memanaskan tabung reaksi tersebut diatas pembakar spiritus
e. Mengamati perubahan yang terjadi.
4. Tes asam kromat
Disiapkan alat dan bahan
b. Dimasukkan 1 ml sampel formalin dan sukrosa kedalam masing-masing
tabung reaksi.

c.
d.

Dipanaskan
Diamati perubahan (aldehid, endapan merah).

BAB III
METODE KERJA
A. Alat Dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah botol semprot,
cawan porselin, gelas kimia, gelas ukur, kawat kasa, kaki tiga, kamera, korek
gas, pipet tetes, pembakar spiritus, rak tabung, sikat tabung, dan tabung
reraksi.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah amoniak,
formalin, iodin, kalium iodida, natrium hidroksida, perak nitrat, pereaksi
benedict, pereaksi asam kromat, pereaksi tollens, dan sukrosa.
B. Cara Kerja
1. Uji Iodoform
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Dimasukkan sampel formalin dan sukrosa masing-masing 1 ml kedalam
tabung reaksi yang berbeda
Ditambahkan 2 ml I2 KI dan ditambahkan lagi NaOH
Dipanaskan diatas pembakar spiritus
Diamati perubahan warnanya
2. Uji Tollens
a. Disiapkan

alat

dan bahan yang


akan digunakan
b. Dimasukkan sampel formalin dan sukrosa masing-masing 1 ml kedalam
tabung reaksi yang berbeda
c. Ditambahkan
pereaksi tollends
yang sebelumnya
dibuat
d. Diamati
perak
terbentuk
3. Uji Benedict

cermin
yang

a. Disiapkan

alat

dan bahan yang


akan digunakan
b. Dimasukkan sampel formallin dan sukrosa masing-masing 1 ml kedalam
tabung reaksi yang berbeda
c. Ditambahkan alkohol sebagai pelarut sebanyak 1 ml dan pereaksi
benedict 1 pipet
d. Diamati
perubahan
terjadi
4. Uji Asam Kromat
a. Disiapkan

yang

alat

dan bahan yang


akan digunakan
b. Dimasukkan sampel formalin dan sukrosa masing-masing 1 ml kedalam
tabung reaksi yang berbeda
c. Ditambahkan asam kromat
d. Dipanaskan diatas pembakar spiritus
e. Diamati perubahan yang terjadi

BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. Tabel Pengamatan
1. Uji Tollens
No.
1.

SAMPEL
Formalin 1ml

PERLAKUAN

HASIL

+ reagen aseton 5

Terbentuk cermin

tetes

perak pada dinding


tabung reaksi

2.

Sukrosa 1ml

+ reagen aseton 5

Tidak terjadi

tetes

perubahan

2. Uji Benedict
No.
1.

2.

SAMPEL
Formalin 1ml

Sukrosa 1ml

PERLAKUAN

HASIL

+ pereaksi benedict

Sampel menjadi biru

Dipanaskan

muda
Tidak terjadi

+ pereaksi benedict
Dipanaskan

perubahan
Sampel menjadi biru
muda
Tidak terjadi
perubahan

3. Uji Asam Kromat


No.
1.

2.

SAMPEL
Formalin 1ml

Sukrosa 1ml

PERLAKUAN

HASIL

+ asam kromat

Warna menjadi biru

Dipanaskan

Warna menjadi hijau

+ asam kromat

tua
Warna menjadi

dipanaskan

kemerah-merahan
Warna menjadi hijau
tua

4. Uji Iodoform
No.
1.

2.

SAMPEL
Formalin 1ml

Sukrosa 1ml

PERLAKUAN
+ I2 KI
Dipanaskan
+ NaOH
Dipanaskan
+ I2 KI
Dipanaskan
+ NaOH
Dipanaskan

HASIL
Tidak terjadi
perubahan
Tidak terjadi
perubahan
Sampel menjadi
kuning
Sampel menjadi
kuning

B.
C. Reaksi
1. Uji Benedict

2. Uji Tollens

3. Uji Iodoform

4. Uji Asam Kromat

C. Gambar
1. Uji Benedict

2. Uji Asam Kromat

3. Uji Iodoform

4. Uji Tollens

BAB V
PEMBAHASAN
Aldehid dan keton mengandung gugus karbonil dengan atom oksigen
berikatan rangkap dengan karbon. Aldehid dan keton adalah senyawa yang penting.
Beberapa daripadanya seperti atom aseton (CH3COCH3) dan metaletil keton
(CH3COCH2CH3) dipakai dalam jumlah besar sebagai pelarut. Larutan formaldehid
dipakai untuk mengawetkan jaringan hewan dalam penelitian biologi. Salah satu
reaksi penting yang terjadi pada gugus karbonil aldehid dan keton adalah adisi ikatan
rangkap karbon-oksigen.
Hasil hasil dari praktikum yang telah dilakukan secara khusus. Aldehid dan
keton memiliki sifat sifat yang nyaris mirip satu sama lain. Namun demikian, oleh
karena perbedaan gugus yang terikat pada gugus karbonil antara aldehid dan keton
maka menimbulkan adanya perbedaan sifat kimia yang paling menonjol antara
keduanya, yaitu Aldehid cukup mudah teroksidasi sedangkan keton sulit dan Aldehid
lebih reaktif dari pada keton terhadap adisi nukleofilik, yang mana reaksi ini
merupakan karakteristik terhadap gugu karbonil.
Hal yang membedakan Aldehid dengan keton yaitu kemampuan kedua
senyawa ini apabila dioksidasi. Alhedid dan keton adalah senyawa-senyawa yang
mengandung gugus-gugus penting di dalam kimia oragnik. Secara struktural, aldehid
dan keton dibedakan oleh substituen pada R, begitu pula dengan ester dan asam
karboksilat
Sifat-sifat aldehid dan keton hampir mirip satu sama lain. Namun, karena
perbedaan gugus yang terikat pada gugus karbonil antara aldehid dan keton maka
menimbulkan adanya perbedaan sifat kimia yang paling menonjol antara keduanya,
yaitu aldehid cukup mudah teroksidasi sedangkan keton sulit dan aldehid lebih
reaktif dari pada keton terhadap adisi nukleofilik, yang mana reaksi ini merupakan
karakteristik terhadap gugus karbonil.

Pada percobaan ini, dilakukan untuk mengidentifaksi senyawa berdasarkan


perbedaan gugus fungsi dan mengidentifikasi secara kimia senyawa golongan aldehid
dan keton pada uji schiff, benedict, dan fehling. Untuk dapat membandingkan
senyawa golongan aldehid dan keton digunakan bahan yang sama yaitu, formalin,
glukosa, dan aseton. Pereaksi schiff merupakan larutan dari fuchsin asam di dalam
air yang telah didekolorisasi oleh gas SO 2. Komposisinya fuchsin, Na2S, 500 mL air
dan HCl. Digunakan untuk menguji aldehid. Pereaksi

fehling merupakan

pencampuran larutan fehling A dan fehling B. Dimana fehling A adalah larutan


CuSO4, sedangkan fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium
natrium tartrat. Pereaksi benedict merupakan larutan yang mengandung Cuprisulfat,
natrium karbonat dan natrium sitrat. Jika direaksikan dengan aldehid dan dipanaskan
akan dihasilkan Cu2O.
Dalam percobaan aldehid dan keton dilakukan beberapa uji sampel untuk
mengidentifikasi senyawa aldehid dan keton yaitu uji tollens, uji iodoform, uji asam
kromat, dan uji benedict. Pada uji tollens prtama-tama dilakukan adalah menyiapkan
alat dan bahan yang digunakan, alat-alatnya adalah tabung reaksi, rak tabung, dan
gelas ukur. Adapun bahannya yaitu formalin dan sukrosa sebagai sampel dan tollens
sebagai pereaksi.
Pereaksi tollens mengandung ion diamin perak (I) (Ag(NH 3)2) ion ini disebut
dari larutan perak (I) nitrat. Caranya dengan memasukkan setetes larutan natrium
hidroksida kedalam larutan perak (I) nitrat yang menghasilkan sebuah endapan perak
(I) oksida dan selanjutnya tambahkan amonia encer secukupnya untuk melarutkan
ulang endapan tersebut.
Adapun cara kerja percobaan uji tollens ini pertama-tama diukur volume
sampel yang akan direaksikan yaitu sebanyak 1 ml dan masing-masing sampel
dimasukkan dalam tabung reaksi. Setelah itu dimasukkan pereaksi tollens dan
dihomogenkan. Setelah itu diamati hasil percobaan. Hasil yang diperlihatkan dari
percobaan ini yaitu pada sampel formalin terbentuk cermin perak pada dinding
tabung reaksi sedangkan pada sukrosa tidak terjadi perubahan.

Selanjutnya uji benedict, sampel yang digunakan sama dengan uji tollens
yaitu formalin dan sukrosa 1 ml. Tujuan dilakukan pengujian benedict ini adalah
untuk mengidentifikasi senyawa aldehid yang terkandung dalam sampel. Adapun
cara kerjanya masing-masing sampel diukur volumenya 1ml dengan gelas ukur.
Kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi lalu diletakkan dirak tabung kemudian
ditambahkan pereaksi benedict dan warna sampel berubah menjadi biru muda.
Setelah itu, kedua sampel dipanaskan diatas pembakar spiritus. Setelah dipanaskan,
tidak terjadi perubahan pada sampel tersebut.
Pada

pengujian

yang

ketiga

uji

asam

kromat.

Ditujukan

untuk

mengidentifikasi senyawa aldehid dan keton pada sampel formalin dan sukrosa
sebanyak 1ml. Dan asam kromat pada pengujian ini untuk sampel formalin setelah
ditambahkan asam kromat, sampel yang semula bening berubah warnanya menjadi
biru. Sedangkan sampel sukrosa setelah ditambahkan asam kromat berubah menjadi
orange agak kemerahan. Setelah itu, dilakukan pemanasan untuk sampel yang tetesi
asam kromat tersebut. Adapun hasil yang ditunjukkan dari kedua sampel tersebut
menjadi hijau tua.
Pada pengujian asam kromat ini telah terjadi kesalahan dimana sampel yang
berupa senyawa aldehid (formalin) seharusnya berubah menjadi endapan merah
tetapi pada hasil praktikum menunjukkan hasil yang berbeda. Sampel formalin
menjadi hijau tua.
Pengujian yang terakhir adalah uji iodoform. Pada uji ini digunakan untuk
mengidentifikasikan senyawa keton yang bisa dilihat dari perubahan warna sampel
menjadi kuning atau terdapat endapan kuning. Bahan-bahan yang digunakan adalah
formalin dan sukrosa 1ml, I2 - KI, dan NaOH. Adapun alat-alat yang digunakan
adalah tabung reaksi, gegep, pembakar spiritus dan rak tabung.
Cara kerjanya adalah sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi, setelah itu
ditambahkan I2 KI dipanaskan diatas pembakar spiritus. Untuk sampel formalin,
hasilnya tidak berubah sedangkan untuk sukrosa ditambahkan I 2 KI dan dipanaskan
lalu sampel berubah menjadi kuning. Perlakuan selanjutnya, masing-masing sampel
ditambahkan NaOH kemudian dipanaskan lagi, hasil yang ditunjukkan dari sampel

formalin warna sampel tidak berubah atau tetap bening. Sedangkan sampel sukrosa
yang semula berwarna kuning menjadi bening.
Berdasarkan literatur pada uji tollens, terdapat cermin peraksetelah sampel
formalin ditambahkan peraksi tollens dan hasil ini berdasarkan literatur. Pada uji
iodoform, pada sampel sukrosa ditambahkan I2 KI + NaOH yang dipanaskan
menghasilkan warna yang kuning dan ini berdasarkan literatur. Sedangkan pada
sampel formalin, tidak ada perubahan warna kuning yang terjadi dan ini tidak
berdasarkan literatur. Pada uji benedict, sampel yang ditambahkan pereaksi benedict
akan terdapat endapan biru muda dan itu sesuai literatur. Pada uji asam kromat, pada
sampel formalin berubah menjadi biru. Pada sampel sukrosa terjadi perubahan
menjadi kemerahan dan setelah dipanaskan menjadi hijau tua. Seharusnya menjadi
endapan merah dan ini menunjukkan berbeda dengan literatur.
Reaksi-reaksi yang terjadi merupakan reaksi subtitusi karena terjadi
perubahan atom (gugus atom) yang lain. Pereaksi yang ikatan rangkap dan hasil
reaksinya menjadi ikatan tunggal.
Hubungan dengan farmasi dari aldehid dan keton adalah sebagai pembuat
obat, farfum dan antiseptik. Sedangkan keton untuk formalin atau sebagai pengawet.

BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Uji Iodoform
a. Untuk sampel formalin hasil yang didapat (-)
b. Untuk sampel sukrosa hasil yang didapat (+)
Berdasarkan literatur terdapat endapan kuning pada masing-masing sampel
2.
a.
b.
3.
a.
b.

setelah penambahan I2 KI + NaOH 6M.


Uji Tollens
Untuk sampel formalin hasil yang didapat (+)
Untuk sampel sukrosa hasil yang didapat (-)
Berdasarkan literatur endapan menghilang setelah penambahan NH3.
Uji Benedict
Untuk sampel formalin hasil yang didapat (-)
Untuk sampel sukrosa hasil yang didapat (-)
Berdasarkan literatur terjadi perubahan warna pada sampel setelah

dipanaskan menjadi coklat kehitaman.


4. Uji Asam Kromat
a. Untuk sampel formalin hasil yang didapat (-)
b. Untuk sampel formalin hasil yang didapat (-)
Berdasarkan literatur terjadi endapan merah setelah ditambahkan asam
kromat.
B. Saran
1. Untuk Laboratorium
Bahan dan alat mohon dilengkapi
2. Untuk Asisten
Bimbingannya ditingkatkan kak ^_^

DAFTAR PUSTAKA
Anwar. 1992. Penuntun Belajar Untuk Kimia Organik dan Hayati. Bandung: ITB
Busroni, 1986. Pengantar Kimia Organik. Aksara Baru: Jakarta
Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI :
Jakarta
Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasatr Kimia Organik. Bina
Aksara: Jakarta
HAM, Mulyono. 2006. Kamus Kimia. Jakarta: Bumi Aksara
Hart, harold. 1983. Kimia Organik Edisi II. Jakarta: Erlangga
Hart, Harold. 1990. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga
Petrucci, Ralph. H. 1958. Kimia Dasar Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Respah, Ir. 1986. Pengantar Kimia Organik. Aksara baru: Jakarta
Sardjiman. 1987. Kimia Organik I. Erlangga: Jakarta
Willbraham, and Michael S. Matta. 1992. Kimia Organik dan Hayati. Bandung: ITB

SKEMA KERJA
1. Uji Tollens

Formalin 1ml

Sukrosa 1 ml

Pereaksi Tollens
Homogenkan
Amati Perubahan
2. Uji Benedict

Formalin 1ml

Sukrosa 1 ml

Pereaksi Benedict
Dipanaskan
Amati Perubahan

3. Uji Asam Kromat

Formalin 1ml

Sukrosa 1 ml

I2 KI
NaOH 6M
Dipanaskan
Amati Perubahan
4. Uji Iodoform

Formalin 1ml

Sukrosa 1 ml

Asam Kromat
Dipanaskan
Amati Perubahan (endapan kuning)

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM


KIMIA ORGANIK
PERCOBAAN
ALDEHID DAN KETON

OLEH :

KELOMPOK
GOLONGAN
ASISTEN

: III (TIGA)
: II (DUA)
: ISRAYANI

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


JURUSAN FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAKASSAR

SAMATA GOWA
2013

Anda mungkin juga menyukai