Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN

KIMIA DASAR

Dosen Pengampu : Ibu apt. Pramita Yuli Pratiwi, M.Sc

Disusun Oleh :

ISNA AULIYANI ROSYIDA DEWI

P27241021133

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA

2021/202
IDENTIFIKASI ALDEHID DAN KETON

A、TUJUAN
a. Membedakan senyawa aldehid dan keton dengan menggunakan uji Tollens dan
Fehling
b. Memahami reaksi yang teijadi selama uji Tollens dan Fehling

B、DASAR TEORI
Aldehid mempunyai setidaknya satu atom Hidrogen (H) yang terikat pada gugus
karbonilnya. Rumus umus dari aldehid adalah R - COH. Penamaan secara IUPAC
pada aldehid adalah dengan mengganti huruf “a” pada alkana menjadi “al” sehinnga
menjadi alkanal. Tata cara penamaan adalah rantai terpanjang yang memiliki gugus
fungsi karbonil (Hornback, 2006).
Keton adalah keluarga hidrokarbon yang bersifat mudah terbakar dan narkotik.
Rumus dari keton adalah R - C - O - R. Gugus karbonil pada keton adalah C yang
berikatan rangkap dua dengan O. Keton bersifat polar sehingga apabila sampai
terbakar harus dipadamkan dengan alkohol atau busa dari senyawa yang bersifat
polar karena air tidak akan efektif, namun derajat kepolarannya kurang dari alkohol
dan asam organik. Tata cara penamaan IUPAC pada keton adalah dengan mengganti
“a” pada alkana menjadi “on” pada keton sehingga menjadi alkanon (Raton, 2013).
Aldehid dan keton merupakan kelompok senyawa organik yang mengandung gugus
karbonil (C = O). Rumus umum struktur aldehid dan keton seperti tertulis dibawah
ini dengan R adalah alkil atau arik

O O

|| ||

R–C–H R–C–R’

Aldehid Keton
Aldehid keton berubah dua dari sekian banyak kelompok senyawaan organik
yang mengandung gugus karbonil. Suatu keton mempunyai dua gugus alkil (aril) yang
terikat pada karbon karbonil, sedangkan aldehida mempunyai satu gugus alkil(aril)
dan satu hidrogen yang terikat pada karbon karbonil itu (A. Hadyana Pudjaatmaka,
1982).

Sifat-sifat unik gugus karbonil mempengaruhi sifat fisika aldehida dan keton.
Karena senyawaan ini polar, dan karena itu melakukan tarik-menarik dipol-dipol
antarmolekul, aldehida dan keton mendidih pada temperatur yang lebih tinggi dari
padasenyawaan nonpolar yang bobot molekulnya bersamaan. Secara terbatas aldehid
dan keton dapat mensolvasi ion (A. Hadyana Pudjaatmaka, 1982).

Aldehid dan keton suatu senyawa yang tersusun dari unsur-unsur karbon,
hidrogen dan oksigen. Keduanya dapat diperoleh dari oksidasi alkohol, aldehida dari
alkohol primair, sedangkan keton dari alkohol sekunder (Ismail Besari, 1982).

Aldehid dan keton mempunyai gugus fungsional (gugus karbonil) yang sama,
maka sifat kimianya hampir sama, tetapi sifat fisikanya berlainan (Ismail Besari,
1982).
Jika kedua gugus yang menempel pada gugus karbonil adalah gugus-gugus
karbon, maka senyawa itu dinamakan keton. Jika salah satu dari kedua gugus tersebut
adalah hidrogen, senyawa tersebut termasuk golongan aldehid (Suminar Achmadi,
1989).
Formaldehida, suatu gas tidak berwarna, mudah larut dalam air. Larutan 40 %
dalam air dinamakan formalin, yang digunakan dalam pembuatan resin sintetik.
Polimer dari formaldehida, yang disebut paraformaldehida, digunakan sabagai
antiseptik dan insektisisda. Aldehida adalah bahan baku penting dalam pembuatan
asam asetat, anhidrida asetat dan esternya, yaitu etil asetat (Suminar Achmadi, 1989).
Aseton adalah keton yang paling penting. Ia merupakan cairan volatil (titik didih
56°C) dan mudah terbakar. Aseton adalah pelarut yang baik untuk macam-macam
senyawa organik, banyak digunakan sebagai pelarut pernis, lak dan plastik. Tidak
seperti kebanyakan pelarut organik lain, aseton bercampur dengan air dalam segala
perbandingan. Sifat ini digabungkan dengan volatilitasnya, membuat aseton sering
digunakan sebagai pengering alat-alat laboratorium. Alat-alat gelas laboratorium yang
masih basah dibilas dengan aseton, dan lapisan aseton yang menempel kemudian
menguap dengan mudah. Salah satu metode pembuatan aseton adalah melalui
dehidrogenasi isopropil alkohol dengan bantuan katalis tembaga (Suminar Achmadi,
1989).
Ada beberapa perbedaan antara aldehid dan keton pada sifat dan struktur yang
mempengaruhinya :
a. Aldehid sangat mudah untuk beroksidasi, sedangkan keton mengalami kesukaran
dalam beroksidasi.
b. Aldehid biasanya lebih reaktif dari keton, terhadap suau reagen yang sama. Hal ini
disebabkan karena atom karbonil dari aldehid kurang dilindungi dibandingkan
dengan keton, begitu pula aldehid lebih mudah dioksidasi dari keton.
c. Aldehid kalau teroksidasi akan menghasilkan asam karboksilat dengan jumlah atom
yang sama tetapi untuk keton tidak, dikarenakan pada keton sering mengalami
pemutusan ikatan yang menghasilkan 2 ikatan asamkarboksilat dengan jumlah atom
karbon dari keton mula-mula (akibat putusnya ikatan karbon), keton siklik
menghasilkan asam karboksilat dengan jumlah atom karbon yang sama banyak
(Fessenden, 1992).
Jadi perbedaan kereaktifan antara aldehid dan keton melalui oksidator dapat
digunakan untuk membedakan kedua senyawa tersebut (Fessenden, 1992).
Beberapa perbedaan antara aldehid dan keton pada sifat dan struktur yang
mempengaruhinya, yaitu Aldehid sangat mudah untuk beroksidasi, sedangkan keton
mengalami kesukaran dalam beroksidasi, Aldehid biasanya lebih reaktif dari keton,
terhadap suau reagen yang sama. Hal ini disebabkan karena atom karbonil dari
aldehid kurang dilindungi dibandingkan dengan keton, begitu pula aldehid lebih
mudah dioksidasi dari keton, Aldehid kalau teroksidasi akan menghasilkan asam
karboksilat dengan jumlah atom yang sama tetapi untuk keton tidak, dikarenakan pada
keton sering mengalami pemutus nan ikatan yang menghasilkan 2 ikatan asam
karboksilat dengan jumlah atom karbon dari keton mula-mula (akibat putusnya ikatan
karbon), keton siklik menghasilkan asam karboksilat dengan jumlah atom karbon
yang sama banyak. Jadi perbedaan kereaktifan antara aldehid dan keton melalui
oksidator dapat digunakan untuk membedakan kedua senyawa tersebut (Fessenden,
1992).
Uji Tollens merupakan salah satu uji yang digunakan untuk membedakan mana
yang termasuk senyawa aldehid dan mana yang termasuk senyawa keton. Selain
dengan menggunakan Uji Tollen untuk membedakan senyawa aldehid dan keton
dapat juga menggunakan Uji Fehling. Aldehid lebih mudah dioksidasi dibanding
keton. Oksidasi aldehid menghasilkan asam dengan jumlah atom karbon yang sama
(Hart, 1990).
Reaksi-reaksi aldehid dan keton (Ir. Respati, 1986)

a. Oksidasi

Dipergunakan untuk membedakan aldehid dan keton. Aldehid mudah sekali


dioksidasi, sedangkan keton tahan terhadap oksidator. Aldeid dapat dioksidasi
dengan oksidator yang sangat lemah misalnya larutan Ag- amoniakal(reaksi
cermin perak) dan dengan reagen fehling.

b. Reduksi

1. Reduksi menjadi alohol

2. Reduksi menjadi hidrokarbon

3. Reduksi pinakol

c. Addisi senyawa grignard

Aldehid membentuk alkohol sekunder, sedangkan keton menghasilkan


alkoholtersier.

d. Addisi sianida pembentukan sianohidrin

Senyawa ini berguna pembuatan asam alfa hidroksi.

e. AddisiNaHSCh
Aldehid keton yang sederhana, dapat mengaddisi NaHSCh menghasilkan
senyawa yang berbentuk Kristal.

Tinjauan Bahan :
a. Aseton
Merupakan senyawa yang memiliki nama lain prapanon. Senyawa ini
memiliki wujud cairan yang tidak memiliki warna, berbau sengit, bersifat polar
serta larut dalam air. Larutan ini memiliki titik didih 56°C serta titik beku -95°C.
Aseton bersifat tidak dapat dioksidasai melainkan dengan kondisi tertentu,
dimana rantai pecah (Acton, 2013).
b. Glukosa
Glukosa adalah monosakarida yang sering ditemukan pada tanaman.
Glukosa memiliki rumus molekul C6H12O6. Glukosa memiliki
kemampuan dalam memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan disebabkan
Glukosa merupakan suatu Aldoheksosa. Glukosa dapat dibentuk
dari formaldehida pada keadaan biotik maupun fotosintesis (Sumardjo, 2008)
c. Fruktosa
Fruktosa (levulosa/gula buah) adalah isomer gula yang merupakan salah satu
dari gula darah. Fruktosa merupakan polihidroksiketon yang memiliki
atom karbon 6 dengan rumus C6H12O6 yang sama dengan glukosa namun
berbeda dari segi strukturnya. Tingkat kemanisan gula ini sekitar 120-180% dari
gula sukrosa. Fruktosa dapat diperoleh dari proses hidrolisis inulin dan
sakarosa (Sumardjo, 2008).
d. Formalin
Formalin atau Formaldehida merupakan larutan senyawa gugus aldehida.
Formalin tersedia sebagai hasil 40% gas formaldehid. Larutan ini memiliki
titik didih -19°C. Formalin biasa digunakan sebagai disinfektan, pengawet
biologis dan juga untuk pembuatan resin sintetis. Formalin umumnya
mengandung methanol sebanyak 10-15% yang berfungsi sebagai stabilator agar
struktur formaldehida pada formalin tidak mengalami polimerisasi dan bersifat
reaktif dibandingkan senyawa aldehida lainnya (Acton, 2013).
e. Tollens (AgNO 3 )
Tollen adalah perak nitrat yang memiliki karakteristik berupa padatan putih
yang tidak memiliki bau dan mudah larut dalam etanol dan aseton. Senyawa ini
memiliki titik didih 444°C, berat molekul 169,87 gram/mol, tidak berbau,
merupakan Oksidator kuat, gelap jika terkena cahaya, beracun, korosif, dan
dapat larut dalam air, aseton, Ammonia, eter dan glikol. Perak nitrat sangat
berbahaya aabila bereasi dengan etanol (Acton, 2013).
f. NH4OH
Merupakan larutan basa amonium hidroksida yang tidak memiliki warna sert
a bau yang idak sedap. NH4OH memiliki titik didih 33,5°C dan titik lebur
sebesar -78°C. Larutan amonium hidroksida bersifat tidak stabil dan mudah larut
dalam air serta mudah mengalami autoionisasi. (Subandi, 2010).
g. NaOH
NaOH adalah senyawa ionik basa kuat yang memiliki wujud serbuk putih.
Senyawa ini memiliki titik didih 1360°C dan titik lebur 318°C dan sangat mudah
larut dalam air. Senyawa NaOH umumnya berbentuk padatan berwarna putih
(Saputro, 2015).
h. Fehling A
Pereaksi fehling ialah oksidator lemah yang merupakan pereaksi khusus
untuk mengenali aldehida. Fehling A adalah CuSO4 yang kondisi
anhidratnya memiliki bentuk serbuk/bubuk hijau pucat atau abu-abu putih
sedangkan dalam bentuknya yang pentahidrat (CuSO4·5H2O) ia bewarna biru
terang (McMurry, 2012).
i. Fehling B
Fehling B adalah senyawa campuran larutan NaOH dan kalium natrium
tartrat. Larutan ini juga digunkan untuk menguji kandungan gula
tereduksi dalam suatu sampel (McMurry, 2012).
j. Aquades
Aquades ialah air hasil penyulingan yang tidak memiliki mineral. Molekul
pada aquades memiliki bentuk asimetris yang menyebabkan elektronegatifannya
lebih tinggi dari atom hidrogen. Aquades memiliki berat molekul 18,02. Aquades
merupakan cairan bening dan tidak berwarna, namun memiliki bau menyengat
yang ringan. Titik lebur dari aquades yaitu -52ᵒC dan titik didihnya adalah 114ᵒC.
Aquades dapat didekomposisi pada suhu lebih dari 100ᵒC. Aquades merupakan
bahan kimia yang tidak berbahaya bagi tubuh manusia karena memiliki pH
netral sehingga tidak menimbulkan efek samping. Aquades ini biasanya berfungsi
sebagai pelarut (Sharifuddin, 2008).

C、ALAT DAN BAHAN


a. Alat yang digunakan
 Tabung reaksi
 Rak tabung reaksi
 Pipet tetes
 Penjepit tabung reaksi
 Gelas ukur
 Api bunsen
 Beaker glass 100 mL
b. Bahan yang digunakan
 5 % AgNO3
 NH4OH
 NaOH
 Pereaksi Fehling A dan B
 Formaldehid
 Aseton
 Glukosa
 Sukrosa
 Fruktosa
D、CARA KERJA
1. Uji Tollens

2. Uji Fehling
E、DATA DAN HASIL

1. Uji Tollens

No. Nama Reagen Sampel + Reagen Sampel + Reagen Hasil


Tollens (setelah
Sampel Tollens + Tollens (tanpa pemanasan)
NH4OH pemanasanan)

1. Aseton Bening Bening Bening -


2. Fruktosa Hitam + cermin
Bening Keruh +
perak
3. Glukosa Bening Bening Cermin perak +
4. Sukrosa Bening Bening Keruh -
5. Formalin Hitam + Cermin
Bening perak Cermin Perak +

2. Uji Fehling

Nama Reagen Sampel + Reagen Sampel + Reagen Hasil


Fehling + Fehling(tanpa
Sampel Fehling (setelah
NH4OH pemanasan)
pemanasan)

Aseton Biru muda Biru lebih tua Tetap, Biru lebih tua -
1.

Fruktosa Biru muda Coklat Endapan merah bata +


2.

3. Glukosa Biru muda Biru lebih tua Endapan merah bata +

4. Sukrosa Biru muda Biru lebih tua Coklat kekuningan -

5. Formalin Biru muda Biru lebih tua Endapan merah bata +


F、PEMBAHASAN
Aldehid merupakan salah satu kelompok senyawa karbon yang memiliki gugus
karbonil (C=O), gugus karbonil tersebut terletak diujung rantai karbon induk yang
diakhiri dengan atom hidrogen. Aldehid diturunkan dari nama alkana dengan
mengganti –a menjadi –al, oleh karena itu aldehid juga disebut alkanal. Nama lazim
aldehid diturunkan dari nama lazim asam karboksilat dengan menggantikan akhiran
–at menjadi aldehid dan membuang kata asam (Sunarya, 2007).
Keton memiliki struktur dan tata nama yang mengandung gugus karbonil (C=O),
tata nama keton adalah alkil keton atau propanon. Keton larut dalam air dan titik
didihnya sebanding dengan kenaikan berat molekul (Basri, 2003).
Pada praktikum kali ini alat yang digunakan yaitu tabung reaksi, rak tabung
reaksi, pipet tetes, penjepit tabung reaksi, gelas ukur, api bunsen, beaker glass 100mL
dan bahan yang digunakan yaitu 5 % AgNO3, NH4OH, NaOH, pereaksi Fehling A
dan B, dan sampel (formaldehid, aseton, glukosa, sukrosa, fruktosa). Alat dan bahan
yang digunakan memiliki fungsi masing-masing tabung reaksi digunakan sebagai
wadah sampel dan reagen yang akan direaksikan, rak rabung reaksi digunakan sebagai
tempat tabung reaksi berdiri, penjepit tabung reaksi digunakan untuk penjepit tabung
reaksi saat pemanasan, api bunsen sebagai sumber panas untuk mempercepat reaksi.
Formalin, aseton, glukosa, sukrosa, fruktosa sebagai sampel untuk mengidentifikasi
aldehid dan keton.

Uji Tollens
Uji Tollen merupakan salah satu uji yang digunakan untuk membedakan
senyawa aldehid dan keton berdasarkan sifat kemudahan oksidasi (Hart, 2003). Secara
umum, pereaksi tollen merupakan pereaksi hasil dari campuran larutan perak nitrat
dan amonium hidroksida. Pereaksi tollen pada percobaan ini bertindak sebagai
pengoksidasi ringan (Martin, 2012).
Setelah semua alat dan bahan sudah dipersiapkan, dilakukan percobaan. Sebelum
melakukan percobaan kelima tabung reaksi yang akan digunakan sebagai wadah
sampel dilabeli terlebih dahulu agar tidak tertukar. Kemudian masukkan 1mL AgNO3
ke dalam 5 tabung reaksi menggunakan pipet ukur. Pada saat mengambil larutan
AgNO3 harus memakai sarung tangan sebagai bentuk keselamatan diri. Langkah
selanjutnya yaitu meneteskan larutan AgNO3 pada kelima tabung reaksi dengan
menggunakan NH4OH. Penambahan NH4OH dilakukan secara merata pada kelima
tabung reaksi sampai endapan hilang. Pada saat pengambilan NH4OH sebaiknya
menggunakan masker karena berbau menyengat khas amonia. Langkah selanjutnya
adalah penambahan 1mL sampel pada masing-masing tabung reaksi yang sudah
dilabeli. Sampel yang ditambahkan antara lain formaldehid, aseton, glukosa, sukrosa,
dan fruktosa. Setelah penambahan sampel dilakukan pemanasan selama kurang lebih
2 menit di atas bunsen. Pemanasan yang dilakukan bertujuan untuk mempercepat
reaksi yang terjadi antara AgNO3 dengan sampel uji. Setelah dipanaskan selama 2
menit, diamati perubahan yang terjadi dan dicatat didata hasil pengamatan.

Hasil Uji Tollens


Pereaksi tollens direkasikan dengan sampel (aseton, glukosa, sukrosa, fruktosa,
dan formaldehid) yang dibantu dengan pemanasan untuk mempercepat reaksi.
Apabila larutan terbentuk cermin perak pada tabung reaksi maka larutan tersebut
termasuk aldehid dan apabila tidak sampel termasuk keton.
Sampel yang pertama adalah aseton. Berdasarkan uji yang dilakukan sebelum
ditambahkan sampel aseton berwarna bening. Setelah ditambahkan sampel aseton
tidak terjadi perubahan warna yaitu bening. Kemudian dilakukan pemanasan selama 2
menit dan larutan tidak mengalami perubahan warna. Hal ini menunjukkan bahwa
aseton negatif, sehingga aseton bukan termasuk aldehid. Menandakan aseton memiliki
gugus keton. Gugus keton tidak reaktif dengan pereaksi tollens karena gugus keton
hanya dapat bereaksi dengan osidator kuat.
Sampel yang kedua adalah fruktosa. Berdasarkan uji yang dilakukan sebelum
ditambahkan sampel fruktosa berwarna bening. Setelah ditambahkan sampel fruktosa
terjadi perubahan warna yaitu berwarna keruh. Kemudian dilakukan pemanasan
selama 2 menit dan terjadi perubahan warna hitam dan cermin perak. Hal ini
menunjukkan fruktosa positif aldehid. Meskipun fruktosa termasuk ke dalam
golongan keton, namun pada fruktosa terdapat gugus pereduksi yaitu gugus OH yang
terikat pada atom C nomor satu-nya sehingga fruktosa dapat e reaksi dengan tollens
untuk membentuk cermin perak. Ketika fruktosa direaksikan dengan fehling bereaksi
positif. Fruktosa dapat dioksidasi oleh tollens karena fruktosa mudah teroksidasi dan
dalam larutan basa berada dala kesetimbangan.
Sampel ketiga adalah glukosa. Berdasarkan uji yang dilakukan sebelum
ditambahkan sampel glukosa berwarna bening. Setelah ditambahkan sampek glukosa
tidak terjadi perubahan warna yaitu tetap bening. Kemudian dilakukan pemanasan
selama 2 menit dan terjadi perubahan warna yaitu cermin perak pada tabung reaksi.
Hal ini menandakan bahwa glukosa positif aldehid. Glukosa tergolong monosakarida
yang memiliki gugus aldehid yang disebut aldosa. Glukosa memiliki gugus -H yang
mudah teroksidasi. Gugus hidroksil yang reaktif pada glukosa (aldose) terletak pada
karbon nomor dua (anomerik). Hasil oksidasi gugus aldehid adalah asam karboksilat.
Oksidator yang dipakai pada percobaan tollens adalah oksidator lemah sedangkan
keton hanya dapat dioksidasi dengan oksidator kuat. Contohnya adalah kalium
permaganat (Winarno, 2008).
Sampel keempat adalah sukrosa. Berdasarkan uji yang telah dilakukan sebelum
ditambahkan sampel sukrosa dalam tabung reaksi berwarna bening. Setelah
ditambahkan sampel sukrosa tidak terjadi perbuahan warna yaitu keruh. Saat
dilakukan pemanasan selama 2 menit terjadi perbuahan warna menjadi keruh. Hal ini
menunjukkan sukrosa negatif aldehid. Sukrosa termasuk disakarida dan tidak bereaksi
dalam uji tollens karena sukrosa terdiri dadi fruktosa dan glukosa, dimana gugus OH
bebas dari fruktosa dan gugus H bebas dari glukosa berikatan sehingga sukrosa tidak
memiliki gugus OH atau H bebas.
Sampel kelima adalah formaldehid. Berdasarkan uji yang telah dilakukan
sebelum ditambahkan sampel formaldehid pada tabung reaksi berwarna bening.
Setelah ditambahkan sampel formaldehid terjadi perbuahan warna yaitu hitam dan
cermin perak pada tabung reaksi. Kemudian dilakukan pemanasan selama 2 menit dan
terjadi perubahan warna menjadi cermin perak pada tabung reaksi. Hail ini
menandakan formaldehid positif aldehid. Formaldehid merupakan bentuk pertama
aldehid atau yang disebut metanal sehingga dapat dengan mudah dan cepat untuk
dioksidasi.

Reaksi tiap sampel


a. Glukosa
b. Sukrosa
c. Fruktosa
d. Aseton
e. Formaldeh
Uji fehling
Uji fehling merupakan salah satu uji yang digunakan untuk membedakan
senyawa aldehid dan keton. Prinsip uji fehling adalah membedakan gugus senyawa
aldehid dan keton dalam suatu sampel dengan menambahkan reagen fehling A dan
fehling B, dimana fehling A adalah larutan CuSO4 sedangkan fehling B merupakan
campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Sesudah dididihkan hasil positif
dinyatakan oleh terbentuknya endapan merah bata yaitu tembaga (II) oksida
(Mulyono, 2005).
Setelah semua alat dan bahan sudah dipersiapkan, dilakukan percobaan. Sebelum
melakukan percobaan kelima tabung reaksi yang akan digunakan sebagai wadah
sampel dilabeli terlebih dahulu agar tidak tertukar. Langkah pertama yang dilakukan
adalah memasukkan 5 tetes pereaksi fehling A ke dalam kelima tabung reaksi.
Kemudian ditambahkan 5 tetes NaOH dan penambahan pereaksi fehling B sebanyak
10 tetes. Reaksi awal berwarna biru yang mengendap dan bening yang mengapung.
Langkah selanjutnya adalah penambahan sampek pada masing-masin tabung reaksi
sebanyak 1mL. Dilakukan pemanasan selama kurang lebih 2 menit, diamati
perubahan yang terjadi dan dicatat pada data hasil pengamatan. Sampel yang
mengandung aldehid akan teroksidasi menjadi asam asetat dan ion Cu2+ tereduksi
menjadi Cu+ maka diperoleh endapan merah bata.

Hasil uji fehling


Pereaksi fehling direaksikan dengan sampel (glukosa, sukrosa, fruktosa, aseton,
dan formaldehid) yang dibantu dengan pemanasan untuk mempercepat apabila larutan
terbentuk endapan merah bata di tabung reaksi, maka larutan tersebut termasuk
aldehid sedangkan apabila tidak maka sampel termasuk keton. Gugus aldehid mampu
mereduksi larutan fehling (CUO) menghasilkan endapan merah bata dari CU2O
(Artha, 2007).
Sampel yang pertama adalah aseton. Berdasarkan uji yang telah dilakukan
sebelum sampel aseton dimasukkan dalam tabung reaksi berwarna biru muda. Setelah
ditambahkan sampel aseton terjadi perubahan warna menjadi biru lebih tua.
Kemudian dilakukan pemanasan selama 2 menit dan tidak terjadi perubahan warna
yaitu tetap biru lebih tua. Dari hasil tersebut menandakan bahwa aseton negatif
aldehid tetapi termasuk keton. Aseton merupakan gugus keton sehingga tidak bereaksi
dengan uji fehling.
Sampel yang kedua adalah fruktosa. Berdasarkan uji yang telah dilakukan
sebelum sampel fruktosa dimasukkan dalam tabung reaksi berwarna biru muda.
Setelah ditambahkan sampel fruktosa terjadi perubahan warna menjadi coklat.
Kemudian dilakukan pemanasan selama 2 menit dan terjadi perubahan warna menjadi
endapan merah bata. Hal ini menunjukkan bahwa fruktosa termasuk gugus aldehid.
Sifat fruktosa yang istimewa, yaitu meskipun fruktosa adalah keton tetapi fruktosa
merupakan pereduksi kuat dan memiliki gugus OH bebas atau disebut dengan gugus
pereduksi sehingga dapat bereaksi dalam uji ini dan membentuk endapan merah bata
(Bettelheim, 2009).
Sampel yang ketiga adalah glukosa. Berdasarkan uji yang telah dilakukan
sebelum sampel glukosa dimasukkan dalam tabung reaksi berwarna biru muda.
Setelah ditambahkan sampel glukosa ke dalam tabung reaksi terjadi perubahan warna
yaitu biru lebih tua. Kemudian dilakukan pemanasan selama 2 menit dan terjadi
perubahan warna menjadi endapan merah bata. Hal ini menandakan bahwa glukosa
termasuk gugus aldehid. Glukosa termasuk monosakarida yang mengandung gugus
aldehid dan keton, monosakarida pun merupakan reduktor kuat yang akan bereaksi
positif dengan pereaksi organik fehling yang merupakan oksidator lemah (Marliana,
2012).
Sampel yang keempat adalah sukrosa. Berdasarkan uji yang telah dilakukan
sebelum sampel sukrosa dimasukkan dalam tabung reaksi berwarna biru muda.
Setelah ditambahkan sampel sukrosa dalam tabung reaksi terjadi perbuahan warna
menjadi biru lebih tua. Kemudian dilakukan pemanasan selama 2 menit dan terjadi
perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Hal ini menandakan bahwa sukrosa
tidak termasuk dalam gugus aldehid (negatif). Sukrosa merupakan gugus keton dan
tidak memiliki gugus OH atau H bebas sehingga tidak bereaksi dalam uji fehling
(Clugston, 2010).
Sampel yang kelima adalah formaldehid. Berdasarkan uji yang telah dilakukan
sebelum sampel formaldehid dimasukkan dalam tabung reaksi berwarna biru muda.
Setelah ditambahkan sampel formaldehid dalam tabung reaksi terjadi perubahan
warna menjadi biru lebih tua. Kemudian dilakukan pemanasan selama 2 menit dan
terjadi perubahan warna membentuk endapan merah bata. Hal ini menunjukkan
bahwa formaldehid termasuk dalam gugus aldehid. Dimana formaldehid dapat
dioksidasi oleh ion Cu 2+ dalam pereaksi fehling, karena formaldehid mempunyai
atom hidrogen yang terikat langsung pada karbon karbonilnya. Formaldehid dalam
pereaksi fehling akan mereduksi termbaga, sehingga terbentuk endapan CU2O yang
berwarna merah bata (Sogandi, 2010).

Reaksi tiap sampel


1. Glukosa
2. Sukrosa
3. Formaldehid
4. Aseton
5. Fruktosa
G、JAWABAN PERTANYAAN
1. Jelaskan perbedaan mendasar antara aldehid dan keton
Aldehid merupakan senyawa organik yang atom karbon (C) karbonilnya
selalu berikatan paling sedikit dengan satu atom hidrogen (H), sedangkan
ketoon adalah senyawa kimia organik yang atom karbon (C) karbonilnya
saling berikatan dengan 2 atom karbon (C) yang lain. Aldehid juga lebih
mudah beroksidasi dibanding dengan keton karena aldehida memilki sebuah
atom hidrogen yang terikat pada gugus karbonilnya (Acton, 2013).

2. Jelaskan prinsip uji Tollens


Prinsip dari uji tollens ini adalah membuktikan ada atau tidaknya
endapan perak yang terbentuk melapisi dinding tabung reaksi. Pereaksi
tollens merupakan sebuah larutan perak nitra (AgNO3) dalam amonia
(NH4OH). Pereaksi tollens dibuat dengan cara menetesi larutan perak nitrat
dengan larutan amonia sedikit demi sedikit hingga endapan yang mula-mula
terbentuk larut kembali. Aldehid memiliki kemampuan untuk mereduksi
pereaksi tollens sehingga dapat dapat melepaskan unsur perak. Reaksi ini
biasa disebut dengan reaksi cermin perak (Subandi, 2010).
3. Apa fungsi pereaksi Fehling pada uji Fehling
Fehling terdiri dari campuran CuSO4 + Asam tartrat + Basa. Jika gula
tersebut merupakan gula pereduksi (glukosa, galaktosa, dll) Cu akan berubah
menjadi Cu2O yang berwarna merah bata. Pereaksi fehling berfungsi sebagai
oksidator lemah yang merupakan pereaksi khusus untuk mengenali aldehid
(Wardhana, 2007).

H、KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Tujuan dari percobaan ini mampu membedakan dan mengindentifikasi
gugus fungsi aldehid dan keton ini adalah membedakan senyawa aldehid
dan keton dengan menggunakan uji tollens dan fehling dan memahami
reaksi yang terjadi selama uji tollens dan fehling.
2. Aldehid dan keton merupakan senyawa yang pada umumnya mepunyai
gugus karbonil yang terikat pada gugus alkil.
3. Membedakan aldehid dan keton dapat dilakukan dengan test pereaksi tollens
dan fehling A dan B.
4. Hasil positif pada uji tollens ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada
dinding dalam tabung reaksi. Sampel yang positif dalam uji tollens yaitu
fruktosa, glukosa, dan formaldehid.
5. Hasil positif pada uji fehling ditandai dengan terbentuknya endapan merah
bata. Sampel yang positif dalam uji fehling adalah glukosa, fruktosa, dan
formaldehid.
6. Senyawa yang mengandung gugus aldehid lebih mudah untuk teroksidasi
dengan oksidator yang lemah sedang senyawa yang mengandung gugus
keton dan asam karboksilat tidak mudah untuk teroksidasi.

I、DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, R. J., & Fessenden, J. S., 1982, Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid Satu,
Jakarta, Erlangga.
Fessenden, R. J., & Fessenden, J. S., 1994, Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid Dua,
Jakarta, Erlangga. Hart, H., 2003, Kimia Organik, Jakarta, Erlangga.
Martin, E. A., 2012, Kamus Sains, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Mulyono, 1996, Kamus Kimia, Bandung, PT. Genesindo.
Mulyono, 2005, Kamus Kimia, Jakarta, PT. Bumi Akasara.
Petrucci, R. H., 2008, Kimia Dasar Prinsip Aplikasi Modern, Jakarta, Erlangga.
Bettelheim, Frederick A. 2009. Laboratory Experiments for Introduction to Gener
al, Organic and Biochemistry. Berlin: Springer-Verlag.
Clugston, Michael. 2010. Advanced Chemistry. Oxford: Oxford University Press.
Footer, Christopher. 2008. Organic Chemistry Fifth Edition. California: Brooks/C
ole Cengage Learning.
Madan, Nugraha. 2013. Percobaan Reaksi Aldehid dan Keton. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.
Marliana, Pratiwi. 2012. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelola Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
McFurry, Robert. 2011. Chemistry 8 th Edition. New York: McGraw Hill.
Oxtoby, Miller. 2007. Comprehensive Experimental Chemistry. London: New A
ge International.
Cahyadi, Andreas Bimanda. 2015. “Laporan Praktikum Kimia Organik
Identifikasi Gugus Fungsi Aldehid dan Keton”.
https://www.academia.edu/12108266/Laporan_Praktikum_Kimia_Organik_Aldehid_d
an_Keton. Diakses pada tanggal 26 Februari 2022.
Imaniyar, Anisa Meylana. 2017. “Laporan Kimia Organik Indetifikasi Aldehid
dan Keton”.
https://www.academia.edu/35650542/LAPORAN_TM_PRAKTIKUM_KIMIAORGA
NIK_IDENTIFIKASI_ALDEHID_DAN_KETON_docx. Diakses pada tanggal 27
Ferbruari 2022.
Azmi, Ica. 2013. “Identifikasi Aldehid dan Keton”.
https://www.academia.edu/11741410/IDENTIFIKASI_ALDEHIDA_DAN_KETON.
Diakses pada tanggal 26 Ferbruari 2022.
Hanifah. Ishmah. 2016. “Laporan Identifikasi Gugus Fungsi Aldehid dan Keton”.
Diakses pada tanggal 28 Ferbruari 2022.

Anda mungkin juga menyukai