Anda di halaman 1dari 36

KAIDAH-KAIDAH MENDEL (MENDELISME)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“GENETIKA”

Dosen Pengampu:
Desi Kartikasari, M.Si.

Disusun Oleh Kelompok 1:

1. Lailul Inayah (12208173008)


2. Nurviana Eka Juniarti (12208173017)
3. Laila Zahrotun Nisa’ (12208173020)
4. Novita Ratna Sari (12208173079)
5. Luqman Khakim Pratama (12208173109)

JURUSAN TADRIS BIOLOGI 4A


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
MARET 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa
atas limpahan berkat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga
tetap tercurahkan kepada Rosulullah SAW beserta para sahabat dan pengikutnya
hingga akhir zaman.
Makalah ini disusun dengan tujuan pertama memahami dan mendalami
mengenai “Kaidah-Kaidah Mendel (Mendelisme)”. Kedua untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah “Genetika”. Adapun manfaat makalah ini adalah sebagai
wahana pembelajaran untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi kami dan
pembaca.
Kiranya dalam penulisan ini, kami menghadapi cukup banyak rintangan dan
selesainya makalah ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu tak lupa
kami ucapkan terimakasih pada pihak-pihak yang telah membantu yaitu:
1. Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag., selaku rektor IAIN Tulungagung;
2. Ibu Desi Kartikasari, M.Si., selaku dosen pengampu;
3. dan semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan yang
tidak dapat disebutkan satu-satu, kami ucapkan terimakasih.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar
makalah ini menjadi lebih baik lagi. Kami berharap makalah ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua.

Tulungagung, 05 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 1
C. Tujuan Pembahasan ............................................................. 2
D. Manfaat Pembahasan ........................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3
A. Sejarah Mendelisme............................................................. 3
B. Perkawinan Monohibrid ...................................................... 6
C. Perkawinan Dihibrid ............................................................ 12
D. Perkawinan Trihibrid ........................................................... 14
E. Dominansi ............................................................................ 16
F. Intermediet ........................................................................... 21
G. Kodominan .......................................................................... 22
H. Perkawinan Resiprok ........................................................... 25
I. Back-Cross ........................................................................... 26
J. Test-Cross ............................................................................ 27
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 32
A. Kesimpulan .......................................................................... 32
B. Saran .................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 33

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suatu makhluk hidup memiliki sifat alamiah yaitu mengadakan
keturunan, agar supaya jenisnya tidak akan punah. Pembiakan makhluk hidup
dapat berlangsung dengan dua jalan, yaitu aseksual dan seksual. Dalam
pembiakan aseksual tidak terjadi persilangan seperti pada pembiakan seksual,
sehingga keturunan yang dihasilkan oleh pembiakan aseksual selalu memiliki
sifat sama identik seperti induknya. Sedangkan pembiakan seksual/ generatif
memungkinkan terjadinya persilangan sehingga keturunan yang dihasilkanpun
tidak selalu sama persis induknya. Pembiakan secara generatif (seksual) ini
mempunyai arti lebih penting bagi genetika dikarenakan pada pembiakan ini
terlebih dahulu terjadi pembuahan antara gamet jantan dan betina. Hal ini
dikarenakan di dalam pembiakan secara generatif ini terjadi berbagai mavcam
perkawinan seperti perkawinan monohibrid, perkawinan dihibrid, perkawinan
trihibrid, dan lain sebagainya.
Setiap macam perkawinan dalam pembiakan secara generatif ini, di
dalamnya terdapat prinsip-prinsip tertentu dan mengandung sifat tertentu yang
tidak sama antara satu dengan yang lainnya. Pewarisan sifat-sifat induk kepada
keturunannya ini dipelajari pada ilmu genetika khususnya di mendelisme. Oleh
karena itu untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terkait
mendelisme, maka dalam makalah ini akan membahas kaidah-kaidah mendel
(mendelisme).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah mendelisme itu?
2. Apa yang dimaksud dengan perkawinan monohibrid?
3. Apa yang dimaksud dengan perkawinan dihibrid?
4. Apa yang dimaksud dengan perkawinan trihibrid?
5. Apa yang dimaksud dengan dominansi?
6. Apa yang dimaksud dengan intermediet?

1
7. Apa yang dimaksud dengan kodominan?
8. Apa yang dimaksud dengan perkawinan resiprok?
9. Apa yang dimaksud dengan back-cross?
10. Apa yang dimaksud dengan test-cross?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui, memahami, dan menjelaskan mengenai sejarah
mendelisme.
2. Untuk mengetahui, memahami, dan menjelaskan mengenai perkawinan
monohibrid.
3. Untuk mengetahui, memahami, dan menjelaskan mengenai perkawinan
dihibrid.
4. Untuk mengetahui, memahami, dan menjelaskan mengenai perkawinan
trihibrid.
5. Untuk mengetahui, memahami, dan menjelaskan mengenai dominansi.
6. Untuk mengetahui, memahami, dan menjelaskan mengenai intermediet.
7. Untuk mengetahui, memahami, dan menjelaskan mengenai kodominan.
8. Untuk mengetahui, memahami, dan menjelaskan mengenai perkawinan
resiprok.
9. Untuk mengetahui, memahami, dan menjelaskan mengenai back-cross.
10. Untuk mengetahui, memahami, dan menjelaskan mengenai test-cross.

D. Manfaat Pembahasan
Dengan mempelajari materi/ pembahasan terkait mendelisme, maka
dapat diperoleh manfaat diantaranya sebagai beriku;
1. Akan memahami konsep hukum mendel.
2. Dapat mengaplikasikan pemahaman terkait mendelisme dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Akan memahami terkait sifat-sifat hereditas baik pada induknya maupun
keturunannya.
4. Dapat digunakan sebagai ajang edukasi pada masyarakat yang berhubungan
dengan mendelisme.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Mendelisme
Gregor Mendel dilahirkan pada 1822 di kota Heizendorf, yang ketika itu
masuk dalam wilayah kerajaan Austria, tapi sekarang menjadi bagian dari
Cekoslovakia. Pada 1843 ia bergabung dengan biara di Brunn, Austria, dan
dilantik menjadi pendeta di sana pada 1847. Kepala biara kemudian mengirim
Gregor Mendel untuk belajar matematika dan sains di Universitas Vienna dari
tahun 1851 sampai 1853.
Gregor Mendel mulai melakukan serangkaian percobaan di bidang
pembiakan tanaman pada 1856. Pada tahun 1857 mengumpulkan beberapa
jenis ercis (Pisum sativum) untuk dipelajari perbedaannya satu dengan lainnya
dan melakukan percobaan perkawinan silang pada tanaman ercis
tersebut.1Hingga pada 1865 ia menemukan hukum hereditas (keturunan) dan
menerbitkannya dalam sebuah makalah untuk dipresentasikan di depan Brunn
Natural History Society. Pada 1866, hasil penemuannya dipublikasikan di
Transaction, dengan judul “Eksperimen dengan Tumbuhan Hybrid”. Walaupun
jurnal tersebut bukanlah yang prestisius, namun banyak tersimpan di
perpustakaan-perpustakaan besar di Austria.

Gambar 2.1 Gregor Mendel


Terdapat beberapa fakta dari hasil penemuan Gregor Mendel mengenai
hereditas atau keturunan ini, di antaranya ia mengatakan bahwa semua

1
Suryo, Genetika, (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2013)., hlm. 5.

3
makhluk hidup memiliki gen yang merupakan unit dasar dari makhluk hidup
untuk mewarisi karakteristik dari orang tua kepada anak. Gregor Mendel
mengatakan jika ada dua gen yang berbeda diwariskan untuk suatu ciri atau
sifat kepada keturunannya maka biasanya efek dari gen yang dominan akan
muncul pada individu itu. Namun gen yang kurang dominan tidak akan hilang
begitu saja, tetapi akan diturunkan pada generasi selanjutnya atau pada
individu lain.
Gregor Mendel ketika melakukan percobaan menyadari bahwa setiap sel
reproduktif hanya mengandung satu gen dari setiap pasangan, yang dalam hal
ini merujuk pada sel telur dan sperma manusia. Gregor Mendel bahkan
menyebut bahwa kemungkinan sebuah gen dari setiap pasang untuk
menghasilkan keturunan hanyalah bersifat kebetulan belaka, karena setiap sel
reproduktif memiliki peluang yang sama dengan kualitas yang hampir sama.
Periode 1900-an adalah periode pra ilmiah dari genetika, meskipun
Mendel memperkenalkan konsep genetika pertama kali pada tahun 1865 akan
tetapi ia belum di kenal umum. Pada saat itu teori kebakaan yang yang diterima
orang-orang umum adalah teori The Blending Theory Of Inheritance (Teori
Pencampuran Warisan) dimana menurut teori ini sifat keturunan dari induk
bercampur sedemikian rupa seperti bercampurnya berbagai macam darah,
pengamatan yang hanya bersifat kasual dan tidak sistematis menambah
pendukung dari teori The Blending Theory Of Inheritance.2
Mendel berupaya mempelajari bagaimana suatu ciri tunggal di wariskan
pada kacang ercis yang mana merupakan pilihan yang digunakan dari Mendel.
Mendel mengumpulkan berbagai varientas kacang ercis dari petani, selama
kurang lebih 2 tahun digunakan sebagai kepentingan seleksi strain-strain, hasil
dari seleksi inilah yang akan digunakan pada rangkaian percobaan yang telah
dirancang, strain-strain yang digunakan pada rangkaian percobaan adalah yang
telah diseleksi atas dasar satu ciri.
Selama percobaan di silangkan strain-strain yang dikehendaki hingga
keturunan yang kedua, ciri yang muncul pada keturunan kedua direkam
frekuensinya untuk mengungkapkan proposisi ciri-ciri tersebut, analisis data

2
AD Coerebima, Gentika Mendel, (Surabaya: Airlangga Universitas Press, 2013)., hlm. 5.

4
yang telah direkam secara kuantitatif tersebut (keturunan kedua) di bandingkan
dengan data dari ciri keturunan pertama. Yang pada akhirnya ditemukan
hukum pemisahan dan hukum pemisahan bebas yang di umumkan pada tahun
1865.3
Hukum Mendel, walau telah sedikit dimodifikasi oleh ilmuwan lain, tetap
menjadi dasar penting bagi sains modern, utamanya bagi ilmu genetika. Sangat
jelas bahwa teori hereditas Mendel adalah tambahan penting bagi pengetahuan
manusia, dan pengetahuan genetika yang mungkin akan memiliki peranan lebih
besar di masa yang akan datang. Penemuan Gregor Mendel ini memperlihatkan
bahwa ia adalah ilmuwan yang sangat berbakat dengan analisa dan pengamatan
yang sangat baik.
Hasil karya Gregor Mendel seharusnya dapat merubah penelitian para
ahli mengenai pengembang biakan tanaman, namun kenyataannya karyanya
tersebut tidak dianggap penting dan hampir terlupakan selama lebih dari 30
tahun. Sebelum akhirnya ditemukan kembali di awal 1900-an oleh tiga
ilmuwan berbeda, yaitu Hugo de Vries (Belanda, 1900) Carl Correns (Jerman,
1900), dan Erich von Tschermak (Austria, 1900) yang bekerja sendiri-sendiri
di negaranya masing-masing dan mengadakan eksperimen botani mereka
masing-masing, dan secara independen menemukan hukum Mendel. Sebelum
melakukan percobaannya, mereka melakukan penelitian secara literatur, dan
menemukan makalah asli Gregor Mendel yang sempat dipublikasikan. Mereka
kemudian mengutip makalah Gregor Mendel dan secara tidak langsung
memperkuat kesimpulan hereditas yang pernah dibuatnya.4 Sejak itulah
Mendel dinyatakan sebagai pencipta atau Bapak Genetika
Dalam mempelajari pewarisan sifat, terdapat istilah-istilah penting yang
akan sering disebut dalam pembahasan. Contoh istilah yang sering digunakan
adalah dominan, resesif, hibrid, dan lain sebagainya. Daftar istilah pada
pewarisan sifat diantaranya yaitu:
1. Dominan: sifat induk yang menutupi sifat yang lain
2. Resesif: sifat yang tidak muncul atau ditutupi oleh sifat dominan
3. Hibrid: hasil persilangan antara dua individu yang berbeda sifat
3
AD Coerebima, Gentika Mendel, (Surabaya: Airlangga Universitas Press, 2013)., hlm. 6.
4
Michael H. Hart, 100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia, (Jakarta : Noura,2016)., hlm. 301.

5
4. Parental (P): induk yang akan dilakukan proses persilangan
5. Filial (F): keturunan/ individu hasil persilangan
6. Intermediet: sifat campuran antara kedua induk yang muncul pada
keturunan
7. Genotipe: susunan gen yang menentukan sifat-sifat pada individu
(dituliskan dalam simbol huruf berpasangan). Contoh: BB untuk besar
dan bb untuk kecil
8. Fenotipe sifat yang tampak dari luar. Contoh : warna merah, rambut lurus
9. Alel : anggota dari sepasang gen, misalnya5:
R = gen untuk warna bunga merah
r = gen untuk warna bunga putih
T = gen untuk tanaman tinggi
t = gen untuk tanaman rendah
10. Homozigot: pasangan gen dengan alel yang sama (misal: dominan→
MM atau resesif→mm)
11. Heterozigot: pasangan gen dengan alel tidak sama (Aa, Bb, Kk, dan
sebagainya)

B. Perkawinan Monohibrid
Mendel menyatakan bahwa unit pewarisan ada dalam pasangan, memisah
secara independen selama pembentukan gamet, dan satu dari setiap orang tua
membentuk pasangan baru pada keturunannya. Mendel menyilangkan kapri
galur murni yang memiliki perbedaan ciri-ciri secara jelas dapat diamati. Ada
beberapa istilah terkait dengan studi Mendel. Suatu persilangan monohibrid
adalah persilangan antara dua tanaman induk yang berbeda dalam satu
karakteristik saja. Persilangan monohibrid ini sangat berkaitan dengan Hukum
Mendel 1 yakni Hukum Segregasi (dipisahkan) ke dalam dua gamet (sel
kelamin) yang terbentuk. Hal ini adalah galur murni yang telah diseleksi oleh
Mendel. Persilangan antara dua galur murni ini menghasilkan keturunan F1.

5
Suryo, Genetika Manusia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005)., hlm 89

6
Gambar 2.2 Contoh Persilangan Monohibrid pada Tanaman
Keterangan:
(a) persilangan monohibrid menghasilkan perbandingan 3:1
(b) penjelasan tentang alel-alel pada persilangan monohibrid
Hasil persilangan atau keturunan pertama dari kedua galur murni tersebut
disebut generasi pertama atau F1. Generasi kedua merupakan persilangan F1
dengan F1 dan disebut dengan F2. Persilangan F1 juga disebut dengan
persilangan hibrida. Ketika hanya satu karakter dan dua sifat berada di bawah
pertimbangan disebut monohibrid.
Mendel mengembangkan empat hipotesis dari persilangan monohibrid :
1. Ada bentuk-bentuk alternative gen yang disebut alel.
2. Untuk setiap karakteristik, setiap organisme memiliki dua gen.
3. Gamet hanya membawa satu alel untuk masing-masing mewarisi
karakteristik.
4. Alel dapat menjadi dominan atau resesif. 6
Sifat keturunan yang dapat kita amati atau lihat (warna, bentuk, ukuran)
dinamakan fenotip. Gamet adalah sel haploid (tidak berpasangan) khusus
untuk fertilisasi. Resesif adalah gen yang dikalahkan atau gen yang lemah.

6
Estri Laras Arumningtyas, Genetika Mendel,(Malang:UB Press, 2016)., hlm. 6.

7
Sifat dasar yang tak tampak dan tetap (artinya tidak berubah-ubah karena
lingkungan) pada suatu individu dinamakan genotip misalnya (TT,tt).
Stern (1930) berpendapat bahwa genotip dan lingkungan dapat
menetapkan fenotip atau dengan lain perkataan fenotip merupakan resultan dari
genotip dan lingkungan. Dengan demikian maka dua genotip yang sama dapat
menunjukkan fenotip yang berlainan, apabila lingkungan bagi kedua fenotip
berlainan. Contohnya anak kembar satu telur tentunya memiliki genotip yang
sama, tetapi jika kedua anak itu dibesarkan dalam lingkungan yang berbeda
maka akhirnya mereka masing-masing memiliki fenotip yang berlainan.
Anggota dari sepasang gen yang memiliki pengaruh berlawanan disebut
alel. Misalnya T menentukan sifat tinggi pada batang, sedangkan t menentukan
batang kerdil. Maka T dan t merupakan alel. Tetapi andaikan R adalah gen
yang menentukan warna merah pada bunga, maka T dan R bukan alel.
Homozigot ialah individu yang genotipnya terdiri dari alel yang sama
(misalnya TT,tt), sedangkan heterozigot adalah individu yang genotipnya
terdiri dari pasangan alel yang tidak sama (misalnya Tt). Homozigot dapat
dibedakan atas homozigot dominan (TT) dan homozigot resesif (tt). Hasil
perkawinan antara dua individu yang memiliki sifat beda dinamakan hibrid,
jadi tanaman F1 pada contoh termasuk hibrid. Persilangan yang hanya
menyangkut pola pewarisan satu macam sifat seperti yang dilakukan oleh
Mendel tersebut dinamakan persilangan monohibrid. Monohibrid ialah suatu
hibrid dengan satu sifat beda (Aa).
1. Perkawinan monohibrid pada hewan
Contohnya pada marmot. Rambut marmot (seperti juga pada manusia,
tikus dll) ada yang hitam dan putih (albino). Marmot yang normal adalah
yang berambut hitam, disebabkan karena ia memiliki gen dominan A yang
menentukan pembentukan pigmen melanin. Alelnya a dalam keadaan
homozigotik menyebabkan melanin tidak terbentuk, sehingga marmot
berwarna putih. Perkawinan antara marmot jantan hitam dengan betina
albino menghasilkan keturunan F1 yang semuanya hitam. Jika anak-anaknya
ini kawin sesamanya didapatkan keturunan F2 yang memperlihatkan

8
perbandingan fenotip 3 hitam: 1 albino. Perbandingan genotipnya adalah
1AA : 2 Aa : 1 aa.

Gambar 2.3 Contoh Persilangan Monohibrid pada Hewan


Keterangan:
Marmot normal rambut hitam = AA
Marnot albino rambut putih = aa
2. Perkawinan monohibrid pada manusia
Pada manusia telah diketahui cukup banyak sifat herediter (turun-
temurun), misalnya albino/bulai (cara menurunnya gen sama seperti pada
marmot), jari lebih (polydactyli), kemampuan merasakan rasa pahit atau
tidak diwaktu tes PTC (phenyl thiocarbamida), mata biru, rambut ikal, celah
langit-langit dan celah bibir, ayan (epilepsy), kencing manis (diabetes),dll.
Contohnya :
a. Polydactyli
Jari yang lebih (polydactyli) ditentukan oleh gen dominan P,
sedang alelnya resesif p menentukan jari normal. Seorang ibu yang
normal, suaminya polydactyli mempunyai 3 orang anak. Anak
pertama dan ke dua adalah laki-laki polydactyli dan anak ke tiga
adalah perempuan normal.
Ibunya normal, berarti mempunyai genotip pp. ayahnya
polydactyli tetapi mempunyai seorang anak perempuan normal. Jadi
ayah itu pasti memiliki gen resesif p dalam genotipnya, sehingga ayah
itu heterozigotik Pp. Dengan demikian gen resesif p dari ayah akan

9
bertemu dengan gen p dari ibu, sehingga dihasilkan anak dnegan
genotip pp (normal). Anak laki-lakinya yang polydactyli tentunya juga
heterozigotik Pp.

Gambar 2.4 Contoh Persilangan Monohibrid pada Manusia Polydactyli


b. Buta Kecap (Non-taster).
Suatu bahan kimia sintesis Phenyl thiocarbamida (PTC) dapat
digunakan untuk menyelidiki apakah orang dapat merasakan rasa
pahit ataukah tidak. Orang yang dapat mengecap rasa pahit disebut
pengecap (taster), sedang yang tidak merasakan apa-apa (tawar saja)
disebut buta kecap (non-taster). Kemampuan untuk merasakan rasa
pahit ditentukan oleh gen dominan T. Sehingga seorang pengecap
dapat mempunyai genotip TT atau Tt. Alelnya resesif t menyebabkan
orang tidak dapat merasakan pahit dan karena itulah orang buta kecap
memiliki genotip tt. Oleh karena itu suami istri itu pengecap
heterozigotik, maka mereka itu masing-masing mempunyai genotip
Tt. Mereka akan menghasilkan keturunan yang kemungkinannya akan
terdiri dari ¾ bagian berupa anak-anak pengecap dan ¼ bagian buta
pengecap.

10
Gambar 2.5 Contoh Persilangan Monohibrid pada Manusia Non-taster
c. Kencing manis (Diabetes mellitus)
Kencing manis (Diabetes mellitus) ialah suatu penyakit
metabolisme pada tubuh manusia yang disebabkan karena pancreas
kurang menghasilkan insulin, sehingga kadar gula darah tinggi sekali
dan sebagian dibuang melalui air kencing. Dulunya penyakit ini dikira
bukan penyakit keturunan, sebab memang kebanyakan penderita
terlalu banyak makan, tidur tidak teratur, mendapat tekanan perasaan
yang sangat dirasakan atau karena kerusakan lain dalam faal tubuh.
Akan tetapi dari penyelidikan diketahui bahwa kurangnya kemampuan
pancreas dalam membentuk insulin itu ditentukan oleh gen resesif d.
Jika seseorang pada suatu waktu diketahui menderita diabetes,
sedangkan kedua orang tuanya normal, maka dapat dipastikan bahwa
kedua orang tua itu heterozigotik.

Gambar 2.6 Contoh Persilangan Monohibrid pada Manusia Penderita


Diabetes Mellitus

11
Dengan demikian maka gen resesif d dari kedua orang tua akan
bertemu pada anaknya. Timbulnya diabetes juga dipengaruhi oleh
ekspresi dari gen itu. Ada pula yang berpendapat bahwa diabetes
mellitus seperti halnya epilepsi (penyakit ayan) itu ditentukan oleh
beberapa gen (poligen) bukan sebuah gen tunggal.

C. Perkawinan Dihibrid
Hukum Mendel II terdiri dari dua hipotesis tentang berpasangannya alel-
alel dalam persilangan dihibrid :
1. Berpasangan secara dependen atau saling tergantung
2. Berpasangan secara bebas, tidak saling tergantung
Berpasangannya alel-alel secara independen pada saat pewarisan sifat
dapat diamati ketika Mendel mempelajari lebih dari satu karakter pada satu
persilangan. Persilangan dihibrid adalah perkawinan antara tetua yang
heterozigot untuk dua karakter (dihibrid). Sebagai contoh Mendel mulai
melakukan percobaan dengan menyilangkan tanaman induk galur murni yang
berbeda dalam dua karakter yang dimilikinya.
Contoh pada perkawinan dihibrid pada hasil percobaan Mendel dengan
tanaman ercis. Pada bijinya terdapat sifat beda, yaitu soal bentuk biji dan warna
biji. Kedua sifat beda ini ditentukan oleh gen-gen yang berbeda yakni sebagai
berikut :
B = gen untuk biji bulat
b = gen untuk biji keriput
K = gen untuk biji kuning
k = gen untuk biji hijau
Jadi bentuk bulat dan warna kuning adalah dominan. Jika tanaman ercis
berbiji bulat-kuning homozigotik (BBKK) disilangkan dengan tanaman ercis
berbiji keriput hijau (bbkk), maka semua tanaman F1 berbiji bulat-kuning.
Apabila tanam-tanaman F1 ini dibiarkan menyerbuk sendiri, maka tanaman ini
akan membentuk 4 macam gamet baik jantan maupun betina, masing-masing
dengan kombinasi BK, Bk, bK dan bk. Akibatnya dalam F2 diharapkan 4 x 4 =
16 kombinasi, yang terdiri atas 4 macam fenotip, yaitu tanaman berbiji bulat

12
kuning (9/16 bagian), berbiji bulat hijau (3/16 bagian, berbiji keriput kuning
(3/16 bagian) dan berbiji keriput hijau (1/16 bagian). Dua diantara keempat
fenotip itu serupa dengan induknya semula, yaitu berbiji bulat kuning dan yang
berbiji keriput hijau. Sedang dua fenotip lainnya merupakan hasil baru, yaitu
yang berbiji bulat hijau dan berbiji keriput kuning.

Gambar 2.7 Contoh Persilangan Dihibrid


Berdasarkan data hasil percobaan Mendel masuk dalam Hukum Mendel
II atau disebut dengan hukum pengelompokan gen secara bebas. Hokum ini
menyatakan bahwa gen-gen dari sepasang alel memisah secara bebas ketika
berlangsung pembelahan reduksi (meiosis) pada waktu pembentukan gamet-
gamet. Oleh sebab itu pada contoh tersebut terdap 4 macam pengelompokkan
dari dua pasang gen yaitu :
1. Gen B mengelompok dengan gen K, terdapat dalam gamet BK
2. Gen B mengelompok dengan gen k, terdapat dalam gamet Bk
3. Gen b mengelompok dengan gen K, terdapat dalam gamet bK
4. Gen b mengelompok dengan gen k, terdapat dalam gamet bk
Perkawinan dihibrid pada hewan , rambut hitam (ditentukan oleh gen H)
adalah dominan terhadap rambut putih (ditentukan oleh gen h). Rambut kasar
(ditentukan oleh gen K) rambut halus (ditentukan oleh gen k). Cara
menurunnya gen sama halnya dengan contoh pada tanaman, sehingga di

13
dapatkan F2 dengan perbandingan 9 hitam kasar : 3 hitam halus : 3 putih kasar :
1 putih halus.
Perkawinan dihibrid pada manusia. Diambil salah satu contoh yaitu sifat
kidal, sifat ini resesif dan ditentukan oleh gen kd. Sifat normal adalah dominan
(ditentukan oleh gen Kd). Rambut keriting adalah dominan (ditentukan oleh
gen K) terhadap rambut normal atau lurus yang ditentukan oleh resesif kr. Ini
sama halnya dengan tanaman dan juga pada hewan, sehingga didapatkan F2
dengan perbandingan 9:3:3:1.7
Sehingga dapat disimpulkan dari hasil percobaan yang dilakukan Mendel
adalah dari hasil eksperimen mendukung hipotesis bahwa masing-masing
pasangan alel bersegregasi secara independen selama pembentukan gamet.
Hukum Mendel tentang Independent Assortment menyatakan bahwa setiap
pasangan alel dalam suatu gen memisah secara independen dari pasangan gen
yang lain selama pembentukan gamet. Alel-alel dari gen-gen yang berbeda
tersebut berpasangan secara bebas atau acak secara independen/ tidak saling
tergantung satu sama lain. Jadi seolah-olah setiap gen memiliki kromosom
sendiri. Setiap sifat yang diamati oleh Mendel berada pada kromosom yang
berbeda, sehingga pewarisan sifat pada setiap tanaman Mendel dapat dijelaskan
dengan hukum Independent Assortment. Dalam perkembangan ilmu genetika
selanjutnya, hukum tersebut terbukti tidak selalu benar.8

D. Perkawinan Trihibrid
Pada persilangan ini diperhatikan tiga sifat beda. Contohnya pada
tanaman ercis terdapat tiga sifat beda yang masing-masing ditentukan oleh
pasangan gen sebagai berikut:
M: gen untuk warna merah pada bunga
m: gen untuk warna putih pada bunga
K: gen untuk warna kuning pada biji
k: gen untuk warna hijau pada biji
B: gen untuk bentuk bulat pada biji
b: gen untuk bentuk keriput pada biji
7
Suryo, Genetika, (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2013)., hlm. 26
8
Estri Laras Arumningtyas, Genetika Mendel, (Malang:UB Press,2016)., hlm. 9.

14
Jika serbuk sari yang berasal dari tanaman berbunga putih, biji hijau-
keriput diberikan kepada putik dari tanaman homozigot berbunga merah, biji
kuning-bulat, maka tanaman F1 berupa suatu trihibrid yang berbunga merah,
biji kuning-bulat.
P ♀ MMKKBB x ♂ mmkkbb
(merah, kuning, bulat) (putih, hijau, keriput)
Gamet ♀; MKB ♂; mkb
F1 MmKkBb
(Merah, kuning, bulat)
Sesuai dengan rumus didepan, tanaman trihibrid ini akan membentuk 2n = 23 =
8 macam gamet, yaitu:
 Gamet ♂ : MKB, MKb, MkB, mKB, Mkb, mKb, mkB, mkb
 Gamet ♀ : MKB, MKb, MkB, mKB, Mkb, mKb, mkB, mkb9
F2


MKB MKb MkB mKB Mkb mKb mkB mkb

MKB MMKKBB MMKKBb MMKkBB MmKKBB MMKkBb MmKKBb MmKkBB MmKkBb
MKb MMKKBb MMKKbb MMkKkBb MmKKBb MMKkbb MmKKbb MmKkBb MmKkbb
MkB MMKkBB MMKkBb MMkkBB MmKkBB MMkkBb MmKkBb MmkkBB MmkkBb
mKB MmKKBB MmKKBb MmKkBB mmKKBB MmKkBb mmKKBb mmKkBB mmKkBb
Mkb MMKkBb MMKkbb MMkkBb MmKkBb MMkkbb MmKkbb MmkkBb Mmkkbb
mKb MmKKBb MmKKbb MmKkBb mmKKBb MmKkbb mmKKbb mmKkBb mmKkbb
MkB MMKkBB MMKkBb MMkkBB MmKkBB MMkkBb MmKkBb MmkkBB MmkkBb
mkb MmKkBb MmKkbb MmkkBb mmKkBb Mmkkbb mmKkbb mmkkBb Mmkkbb

Apabila tanaman F1 itu mengadakan penyerbukan sendiri, maka


menurut rumusnya akan menghasilkan F2 yang terdiri dari (2n)2 = (23)2 = 64
kombinasi. Perinciannya sebagai berikut:
27 kombinasi MKB (merah, kuning, bulat)…memiliki 3 gen dominan
9 kombinasi MKb (merah, kuning, keriput)…memiliki 2 gen dominan
9 kombinasi MkB (merah, hijau, bulat)… memiliki 2 gen dominan

9
Suryo, Genetika, (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2013)., hlm. 29-30.

15
9 kombinasi mKB (putih, kuning, bulat)… memiliki 2 gen dominan
3 kombinasi Mkb (merah, hijau, keriput)…memiliki 1 gen dominan
3 kombinasi mKb (putih, kuning, keriput)… memiliki 1 gen dominan
3 kombinasi mkB (putih, hijau, bulat)… memiliki 1 gen dominan
1 kombinasi mkb (putih, hijau, keriput) …memiliki 0 gen dominan10
Jadi persilangan trihibrid menghasilkan keturunan dengan perbandingan
27: 9: 9: 9: 3: 3: 3: 1. Angka perbandingan ini juga dapat dicari dengan bantuan
segitiga pascal sebagai berikut.
1 1 → untuk perkawinan monohibrid
1 2 1 → untuk perkawinan dihibrid
1 3 3 1 → untuk perkawinan trihibrid
1 4 6 4 1 → untuk perkawinan tetrahibrid
Dst
Angka tetap
angka yang menunjukkan banyaknya gen dominan
1 x 33 : 3 x 32 : 3 x 31 : 1 x 30

Angka sesuai dengan hukum segitiga pascal11


Dengan demikian, maka dengan mudah kita dapat megetahui bentuk
perbandingan yang akan diperoleh dalam keturunan dari perkawinan hibrid.

E. Dominansi
Mendel telah memilih tanaman ercis untuk percobaannya karena:
1. Tanaman ini hidupnya tak lama (merupakan tanaman setahun), mudah
tumbuh dan mudah disilangkan.
2. Memiliki bunga sempurna artinya pada bunga itu terdapat benang sari (alat
jantan) dan putik (alat betina), sehingga biasanya terjadi penyerbukan
sendiri. Perkawinan silang dapat berlangsung dengan bantuan orang.
Penyerbukan sendiri yang berlangsung beberapa generasi terus menerus

10
Suryo, Genetika, (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2013)., hlm. 30.
11
Muh. Khalifah Mustami, Genetika, (Makasar: Universitas Islam Negeri Alaudin
Makassar)., hlm. 42.

16
akan menghasilkan galur murni yaitu keturunan yang selalu memiliki sifat
keturunan sama dengan induknya.
3. Tanaman ini memiliki tujuh sifat dengan perbedaan mencolok, seperti
batang tinggi lawan kerdil, buah polongan berwarna hijau lawan kuning,
bunga berwarna ungu lawan putih, bunganya terletak aksial (sepanjang
batang) lawan terminal (pada ujung batang), biji yang masak berwarna
hijau lawan kuning, permukaan biji licin lawan berkerut, warna kulit biji
abu-abu lawan putih.

Gambar 2.8 Tujuh Sifat dari Tanaman Ercis


Sesungguhnya diwaktu Mendel hidup hidup belum dketahui tentang
bentuk dan susunan sifat keturunan. Mendel menyebut bahan keturunan
sebagai faktor penentu. Tetapi kini faktor penentu itu lebih dikenal dengan gen.
dengan diketemukannya kromosom (yaitu benda-benda halus berbentuk batang
lurus atau bengkok di dalam sel), maka Wilhelm Roux berpendapat bahwa
kromosom adalah pembawa factor keturunan. Kemudian pendapat ini
diperkuat dengan eksperimen T. Boveri dan W. S. Sutton yang membuktikan
bahwa gen adalah bagian dari kromosom. Kemudian diketahui bahwa gen
diwariskan dari orang tua kepada keturunannya lewat gamet.
Diwaktu Mendel mengawinkan tanaman ercis berbatang tinggi dengan
yang berbatang kerdil, maka semua tanaman keturunan pertama seragam

17
berbatang tinggi. Suatu tanda bahwa sifat tinggi mengalahkan sifat kerdil. Sifat
demikian disebut sifat dominan, sifat yang kalah disebut sifat resesif. Gen
dominan adalah suatu gen yang menutupi ekspresi gen lainnya sehingga sifat
yang dibawanya terekspresikan pada keturunannya. Ketika tanam-tanaman
keturunan pertama tadi dibiarkan menyerbuk sendiri didapatkan tanaman-
tanaman keturunan ke-dua yang memperlihatkan pemisahan dengan
perbandingan kira-kira 75% batang tinggi: 25% batang kerdil.12
Untuk menerangkan hasil percobaan Mendel itu secara genetik, perlu
dikenal terlebih dahulu penggunaan beberapa simbol (tanda) seperti:
P = induk/ orangtua (asal dari bahasa latin parents = orang tua)
F = keturunan (asal dari bahasa latin filius). Maka F1 = keturunan pertama;
F2 = keturunan kedua, dst)
♂ = tanda kelamin jantan
♀ = tanda kelamin betina
Gen biasanya diberi simbol dengan huruf pertama dari suatu sifat. Gen
dominan dinyatakan dengan huruf besar, sedang yang resesif dengan huruf
kecil. Misalnya:
T = simbol untuk gen yang menentukan batang tinggi
t = simbol untuk gen yang menentukan batang kerdil
Oleh karena tanaman itu merupakan individu yang diploid, maka simbol
tanaman ditulis dengan huruf double. Misalnya:
TT = simbol untuk tanaman berbatang tinggi
tt = simbol untuk tanaman berbatang kerdil
Percobaan Mendel tersebut diatas dapat diikuti secara genetik seperti
diagram perkawinan seperti berikut:13
P ♀ tt x ♂ TT
kerdil tinggi
Gamet ♀: t ♂: T
F1 Tt
Tinggi
F1 x F1 ♀ Tt x ♂ Tt
12
Suryo, Genetika, (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2013)., hlm. 7.
13
Ibid., hlm. 8.

18
Tinggi tinggi
Gamet ♀: T, t ♂: T, t
F2
♂ T T

T TT Tt
tinggi Tinggi
T Tt tt
tinggi kerdil

Gambar 2.9 Percobaan Mendel pada Tanaman Kacang Ercis


Sifat keturunan yang dapat kita amati atau lihat (warna, bentuk, ukuran)
dinamakan fenotip. Sifat dasar yang tak tampak dan tetap (artinya tidak
berubah-ubah karena lingkungan) pada suatu individu dinamakan genotip
(misalnya TT, tt). Anggota dari sepasang gen yang memiliki pengaruh
berlawanan disebut alel. Misalnya T menentukan sifat tinggi pada batang,
sedangkan t menentukan batang kerdil. Maka T dan t merupakan alel. Tetapi

19
andaikan R adalah gen yeng menentukan warna merah pada bunga, maka T
dan R bukan alel.
Homozigot adalah individu yang genotipnya terdiri dari alel yang sama
(misalnya TT, tt), sedangkan heterozigot adalah individu yang genotipnya
terdiri dari pasangan alel yang tidak sama (misalnya Tt). Homozigot dapat
dibedakan atas homozigot dominan (TT) dan homozigot resesif (tt). Fenotip
dua individu dapat sama tetapi genotipnya berbeda. Misalnya tanaman
berbatang tinggi dapat mempunyai genotip TT atau Tt.
Hasil perkawinan antara dua individu yang mempunyai sifat beda
dinamakan hibrid, jadi tanaman F1 pada contoh merupakan hibrid.
Berdasarkan banyaknya sifat beda yang terdapat pada suatu individu, dapat
dibedakan:
1. Monohibrid, ialah suatu hibrid dengan satu sifat beda (Aa)
2. Dihibrid, ialah suatu hibrid dengan dua sifat beda (AaBb)
3. Trihibrid, ialah suatu hibrid dengan tiga sifat beda (AaBbCc)
Apabila diagram perkawinan di atas diikuti dapat terlihat bahwa ada
pemisahan alel pada waktu tanaman yang heterozigot atau F1 membentuk
gamet, sehingga gamet memiliki salah satu alel. Jadi ada gamet dengan alel T
dan ada gamet dengan alel t. Prinsip ini dirumuskan sebagai hukum Mendel I
yang terkenal dengan nama hukum pemisahan gen yang sealel. Berhubung
dengan itu sifat batang kerdil yang dalam F1 tidak tampak, dalam F2 akan
Nampak kembali.
Beberapa kesimpulan penting dapat diambil dari perkawinan dua individu
dengan satu sifat beda yaitu:
1. Semua individu F1 adalah seragam
2. Jika dominansi Nampak sepenuhnya, maka individu F1 memiliki fenotip
seperti induknya yang dominan
3. Pada waktu individu F1 yang heterozigot itu membentuk gamet terjadilah
pemisahan alel, sehingga gamet hanya memiliki satu alel saja

20
Jika dominansi nampak sepenuhnya, maka perkawinan monohibrid
menghasilkan keturunan dengan perbandinagn fenotip 3:1, tetapi
14
memperlihatkan perbandingan genotip 1:2:1.

F. Intermediet
Persilangan intermediet termasuk persilangan monohibrid. Hal ini
dikarenakan proses persilangan intermediet sama dengan proses persilangan
monohibrid yang telah dibahas pada sub pembahasan sebelumnya.
Perbedaannya terletak pada hasil akhirnya. Pada persilangan monohibrid, tidak
ada fenotipe yang terlihat berbeda dengan induknya. Sedangkan pada
persilangan intermediet, terdapat fenotipe yang terlihat berbeda dengan
induknya.
Sebagai contoh dapat digunakan penyerbukan silang tanaman bunga
pukul empat (Mirabilis jalapa). Jika serbuk sari berasal dari tanaman
homozigot berbunga merah (genotip MM) diberikan kepada putik dari tanaman
homozigot berbunga putih (genotip mm), maka didapatkan tanaman F1
heterozigot berbunga merah muda (genotip Mm), ada juga yang menyebut
dengan warna merah jambu. Warna merah muda ini disebut sifat intermediet
(antara merah dan putih). Jika tanaman F1 dibiarkan mengadakan penyerbukan
sendiri dan kemudian biji-bijinya ditanam, didapatkan tanam-tanamam F2 yang
memperlihatkan perbandingan 1 merah : 2 merah muda : 1 putih. Pada
keturunan berikutnya (F3) maka tanam-tanaman yang berbunga merah akan
terus menghasilkan tanaman berbunga merah. Begitu pula tanaman yang
berbunga putih akan terus menghasilkan tanaman berbunga putih. Tetapi untuk
tanaman yang berbunga merah muda akan selalu menghasilkan keturunan yang
memisah dengan perbandingan 1: 2 : 1.15

14
Suryo, Genetika, (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2013)., hlm. 9-10.
15
Ibid ., hlm. 21.

21
Gambar 2.10 Contoh Persilangan yang Menghasilkan Keturunan
Intermediet
Keterangan :
 Rasio genotipe menunjukkan sifat yang tidak tampak, individu
dengan gen dominan dan membawa sifat dihitung berbeda. Jadi,
rasio genotipe keturunan yang terbentuk (F2) sesuai hasil persilagan
di atas adalah MM : Mm : mm = 1 : 2 : 1.
 Rasio genotipe menujukkan sifat yang nampak, individu dengan gen
dominan dan membawa sifat dihitung satu dengan gen dominan
yang bukan pembawa sifat. Sehingga, rasio fenotipe keturunan yang
terbentuk (F2) sesuai hasil persilagan di atas adalah Merah : Merah
Muda : Putih = 1 : 2 : 1.

G. Kodominan
Variasi lain pada hubungan dominansi diantara alel-alel disebut
kodominansi (codominance). Dalam variasi ini, kedua alel sama-sama
mempengaruhi fenotip dengan cara yang terpisah dan dapat dibedakan.
Misalnya, golongan darah MN manusia ditentukan oleh alel-alel kodominan
untuk dua molekul spesifik yang terletak pada permukaan sel darah merah,
molekul M dan N. Satu lokus tunggal, yang bisa mengandung dua variasi alel,
menentukan fenotip golongan darah ini. Pada orang yang homozigot untuk alel
M (MM) memiliki sel darah merah yang hanya mengandung molekul M.

22
Orang yang homozigot untuk alel N (NN) memiliki sel darah merah yang
hanya mengandung molekul N. Akan tetapi molekul M maupun N terdapat
pada sel-sel darah merah yang heterozigot untuk alel M dan N (MN).
Perhatikan bahwa fenotip MN bukan pertengahan antara fenotip M dan N,
yang membedakan kodominansi dari dominansi tak sempurna. Fenotip M
maupun N sama-sama ditunjukkan oleh heterozigot, karena kedua molekul itu
ada.16
Jika seseorang jenis AB maka mereka memiliki kedua protein A dan B
dalam darah mereka. Jika seseorang adalah tipe A atau tipe B ini berarti bahwa
mereka memiliki A dominan atau B dominan alel hadir dalam darah mereka.
Semua alel lain adalah ditutupi. Jika seseorang adalah tipe O itu berarti bahwa
baik tipe A atau tipe B alel dominan. Namun, jika seseorang adalah tipe AB ini
berarti bahwa baik alel A dan alel B sama-sama diekspresikan dan karena itu
kodominan.17
Pada sapi luar negeri Shorthorn dikenal 3 warna, yaitu merah, coklat dan
putih. Cara memberi tanda untuk alel kodominan berbeda dari biasanya, yaitu:
1. Sapi merah mempunyai genotip CRCR
2. Sapi coklat mempunyai genotip CRCW
3. Sapi putih mempunyai genotip CWCW
Sapi coklat dihasilkan dari persilangan antara sapi merah dengan sapi putih.
Namun sapi berwarna coklat disini bukanlah warna intermedier antara merah
dan putih.
P: ♀ CRCR >< ♂ CWCW
Sapi merah Sapi putih
R
G: ♀ C ♂ CW
F1: CRCW : Sapi coklat
Sedangkan perkawinan dua ekor sapi coklat akan menghasilkan
keturunan yang memperlihatkan perbandingan fenotipe 1 merah : 2 coklat : 1
putih.18

16
Neil A. Campbell,dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1, (Jakarta : Erlangga, 2008)., hlm. 293.
17
Sridianti, Hereditas, Kodominan, Pewarisan Sifat, 2018. Pdf.
18
Suryo, Genetika, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2013)., hlm.32.

23
P: ♀ CRCW >< ♂ CRCW
Sapi coklat Sapi coklat
R W
G: ♀C ,C ♂ CR, CW
F1: CRCR : Sapi merah
CRCW : Sapi coklat
CRCW : Sapi coklat
CWCW : Sapi putih
Jika sapi jantan merah kawin dengan sapi betina coklat, dihasilkan sapi
F1 dengan perbandingan fenotip 1 merah : 1 coklat. Jika F1 saling disilangkan
secara bebas maka ada kemungkinan 4 macam perkawinan, yaitu:
1. Sapi jantan merah >< sapi betina merah
2. Sapi jantan merah >< sapi betina coklat
3. Sapi jantan coklat >< sapi betina merah
4. Sapi jantan coklat >< sapi betina coklat
Jika semua kemungkinan itu dijumlah, maka akhirnya dalam F2 akan
didapatkan keturunan dengan perbandingan fenotip 9/16 merah: 6/16 coklat :
1/16 putih.19
P: ♀ CRCW >< ♂ CRCR
Sapi coklat Sapi merah
R W
G: ♀C ,C ♂ CR
F1: CRCR : Sapi merah
CRCW : Sapi coklat
Macam Banyaknya Keturunan F2
Perkawinan Perkawinan Merah Coklat Putih
Merah >< Merah 1/4 1/4 - -
Merah >< Coklat 1/2 1/4 ¼ -
Coklat >< Coklat 1/4 1/16 1/8 1/16
Jumlah 9/16 6/16 1/16
Organisme bertindak dan terlihat seperti yang mereka lakukan karena gen
mereka. Alel adalah bentuk-bentuk gen. Ketika dua alel untuk suatu sifat
adalah sama diungkapkan dengan tidak menjadi resesif atau dominan,

19
Suryo, Genetika, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2013)., hlm. 33.

24
menciptakan kodominan. Kodominan terjadi ketika 2 alel suatu gen
menghasilkan produk berbeda karena alel yang 1 tidak dipengaruhi oleh alel
lain.

H. Perkawinan Resiprok
Perkawinan resiprok (perkawinan kebalikan) ialah perkawinan yang
merupakan kebalikan dari perkawinan yang semula dilakukan.20 Perkawinan
resiprok membuktikan induk jantan dan betina mempunyai kesempatan yang
sama dalam pewarisan sifat.
Telah diketahui bahwa apabila gen-gen terdapat dalam autosom, maka
persilangan resiprok menghasilkan keturunan yang sama.21 Hal ini terjadi
karena persilangan ini merupakan persilangan resiprokal yang memungkinkan
terjadinya penggabungan gen antara kedua induk. Dalam mempelajari
pewarisan kwantitatif dari beberapa persilangan resiprok, P1 dan P2 biasanya
galur murni. Persilangan antara dua galur murni menghasilkan suatu hibrida F1
yang secara genetik seragam. Sebagai contoh dapat digunakan percobaan
Mendel padatan amanercis.
H= gen untuk buah polong berwarna hijau
H= gen untuk buah polong berwarna kuning
Mula-mula tanaman ercis berbuah polong hijau dikawinkan dengan
tanaman ercis berbuah polong kuning. Semua tanaman F1 berbuah polong
hijau. Keturunan F2 memisah dengan perbandingan fenotip 3 hijau:1kuning.
Pada perkawinan resiproknya digunakan serbuk sari yang berasal dari tanaman
yang berbuah polong kuning dan diberikan pada bunga ercis yang berbuah
hijau. Berikut adalah pembuktian bahwa resiprok menghasilkan tanaman yang
seragam.

20
Suryo, Genetika, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2013)., hlm 17.
21
Heri Arifianto, dkk, Uji F1 dari Persilangan Genotip antara Beberapa Varietas Kedelai
(Glycine Max L. Merril) terhadap Tetua Masing-Masing, (Medan: Prodi Agroteknologi
Universitas Sumatra Utara, Vol.3, No.3 : 1169 - 1179, Juni 2015)., hlm. 1176.

25
Gambar 2.11 Perkawinan Resiprok

I. Back-Cross
Back-Cross (perkawinan balik) adalah perkawinan antara individu F1
dengan induknya betina atau jantan. Perkawinan balik (Backcross) juga sering
disebut sebagai silang balik. Kadang-kadang “silang balik” digunakan secara
sinonim dengan uji silang dalam literature genetika.22 Back cross berguna
untuk mencari genotip induk. Contoh:
B=gen untuk warna hitam

22
William D. Standsfield, Ph. D, Theory and Problems of Genetics Second Edition,
(Jakarta: Erlangga, 1991)., hlm. 27.

26
B= gen untuk warna putih
Jika marmot hitam homozigotik BB dikawinkan dengan marmot putih
bb, maka semua keturunan F1 seragam, yaitu Bb berwarna hitam. Jika
dilakukan perkawinan balik antara marmot F1 dengan induk jantan (hitam),
maka semua marmot F2 berwarna hitam, meskipun genotipnya berbeda. Disini
dapat dilihat bahwa dua individu dapat mempunyai fenotip sama tetapi
berlainan genotipnya. Adapun cara pembuktiannya sebagai berikut:

Gambar 2.12 Contoh Back-Cross


Kesimpulan:
Induk mempunyai genotip BB. Jika induk mempunyai genotip Bb, maka
akan menghasilkan keturunan sebagai berikut:
♀ Bb >< ♂ Bb
(hitam) (hitam)
BB (hitam 1)
Bb (hitam 2)
Bb (putih 1)

J. Test-Cross
Membiakkan organisme dengan genotipe yang belum diketahui dengan
homozigot resesif disebut uji silang (Test-Cross). Dengan uji silang ini dapat
mengungkapkan genotipe organisme. Uji silang ini dirancang oleh Mendel dan
terus menjadi metode penting bagi ahli genetika.23
Uji silang adalah percobaan yang pertama kali dilakukan oleh Gregor
Mendel, dalam studinya tentang genetika sifat pada tanaman kacang. Teori
Mendel, yang berlaku saat ini, adalah bahwa setiap organisme membawa dua
salinan dari masing-masing sifat. Salah satunya adalah sifat dominan,

23
Neil A. Campbell,dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1, (Jakarta : Erlangga, 2008)., hlm. 288.

27
sementara yang lain dapat dianggap resesif. Sifat dominan, jika ada, akan
menentukan penampilan luar organisme, atau fenotipe. Dengan demikian,
Mendel menjadi tertarik pada pertanyaan menentukan organisme mana dengan
fenotipe dominan yang memiliki dua alel dominan, dan yang memiliki satu alel
dominan dan satu alel resesif. Jawabannya datang dalam bentuk uji silang.
Tujuan dari uji silang adalah untuk menentukan susunan genetik
organisme yang dominan. Mendel ingin melakukan ini sehingga dia bisa yakin
dia bekerja dengan organisme dominan yang homozigot, atau hanya
mengandung alel dominan. Namun, fenotip itu sendiri tidak memberi tahu
genotipe suatu organisme. Organisme itu bisa menyembunyikan alel resesif
dan tidak terekspresikan. Untuk mengetahui alel yang tidak diketahui ini,
Mendel mengembangkan teknik pemuliaan individu ini dengan individu resesif
yang homozigot untuk sifat yang sama.
Hasil fenotipik keturunannya kemudian akan memberi tahu susunan
genetik orang tua asli. Fenotip resesif orang tua diketahui memiliki dua alel
resesif untuk sifat tersebut, jika tidak, maka sifat dominan akan muncul. Jika
induk fenotipe dominan memiliki alel resesif, ini akan diberikan kepada sekitar
setengah dari keturunannya. Keturunan ini akan menerima alel resesif dari
orang tua lain, dan karena itu menjadi resesif homozigot. Jadi, jika salah satu
keturunan dari uji silang memiliki sifat resesif, induk fenotipe yang dominan
sebenarnya heterozigot, memiliki alel dominan dan resesif.24
Jika di lain pihak, semua keturunan menunjukkan fenotipe dominan yang
sama dengan induk yang tidak diketahui, maka alel kedua yang dimiliki induk
fenotipe dominan juga dominan. Orang tua yang resesif akan menyumbangkan
alel resesif. Jadi, setiap anak memiliki setidaknya satu alel resesif. Jika tidak
ada keturunan yang menunjukkan fenotip resesif, itu berarti bahwa induk yang
dominan hanya meneruskan alel dominan ke keturunannya. Hal ini berarti
orang tua yang tidak dikenal sebagai individu dominan homozigot untuk sifat
itu. Dengan kata lain, uji silang adalah tes genetik yang mengungkapkan
genotipe individu dominan yang tidak diketahui. Tes ditafsirkan melalui
jumlah dan jenis keturunan.

24
Editors, Test Cross, https://biologydictionary.net.

28
Untuk mengetahui tanaman ercis “misterius” yang berbunga ungu,
apakah tanaman ini homozigot (PP) atau heterozigot (Pp), maka bisa
menyilangkan tanaman misterius ini dengan tanaman ercis berbunga putih (pp).
Hal ini dikarenakan tanaman yang homozigot (PP) atau heterozigot (Pp), sama-
sama ber fenotipe berbunga ungu. Dengan uji silang ini dapat diketahui
genotipe dari tanaman ercis misterius tersebut.
Jika semua keturunan hasil persilangan memiliki bunga ungu, maka
tanaman misterius yang berbunga ungu pastilah homozigot (PP) untuk alel
dominan, sebab persilangan PP >< pp menghasilkan keturunan semuanya Pp.
Namun jika fenotipe ungu maupun putih muncul pada keturunannya, maka
induk berbunga ungu misterius tersebut pastilah heterozigot (Pp) dan keturunan
dari hasil persilangan Pp >< pp menghasilkan rasio fenotipe 1:1.25

Gambar 2.13 Contoh Monohybrid Test-Cross


Pada biji ercis bisa berwarna kuning atau hijau. Selain itu biji ercis juga
bisa berbentuk bulat (mulus) atau keriput. Mendel mengetahui bahwa alel biji
kuning dominan (Y), sedangkan alel biji hijau resesif (yy). Untuk karakter
bentuk biji, alel bulat bersifat dominan (R), sedangkan alel keriput bersifat
resesif (rr).26
Dalam kasus yang diperlihatkan, ini adalah uji silang yang melibatkan
individu yang dominan homozigot untuk kedua sifat tersebut, dengan semua uji

25
Neil A. Campbell,dkk., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1, (Jakarta : Erlangga, 2008)., hlm. 288.
26
Neil A. Campbell,dkk.., Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1, (Jakarta : Erlangga, 2008)., hlm. 289.

29
silang resesif individu. Individu uji silang ini akan selalu memiliki semua sifat
resesif, karena memungkinkan untuk segera mendeteksi genotipe berdasarkan
rasio keturunan. Dengan menggunakan metode FOIL untuk menentukan semua
hasil yang mungkin. Pada genotipe pertama, akan dipasangkan alel pertama
dari masing-masing gen (RY), kemudian pasangan luar (juga RY). Setelah
melakukan prosedur ini, maka akan dimiliki semua gamet yang mungkin
terbentuk dari masing-masing orangtua. Hilangkan pasangan berulang, dan
akan memiliki satu-satunya pasangan yang relevan. Dalam hal ini, semua
keturunannya akan menjadi RrYy. Ini akan memberi tahu kita bahwa orang tua
dominan homozigot untuk kedua sifat.

Gambar 2.14 Contoh Dihybrid Test-Cross

Jika orang tua pertama heterozigot untuk kedua sifat tersebut, rasio
fenotip akan terlihat jauh berbeda. Dalam hal ini, orang tua pertama adalah
(RrYy). Dengan menggunakan metode FOIL, maka ada di 4 kemungkinan
gamet dari orangtua heterozigot: RY, Ry, rY, dan ry. Dikombinasikan dengan
jenis gamet tunggal yang diproduksi oleh induk uji silang. Dengan begitu bisa

30
didapatkan 4 kombinasi genetik yang memungkinkan. Ini adalah RrYy, Rryy,
rrYy, dan rryy. Rasio di bagian bawah adalah 1: 1: 1: 1.27
Uji silang pada dihibrid Mendel terbatas pada zamannya, matematika
dari persilangan ini dapat dianalisis dengan komputer yang jauh lebih cepat
daripada manusia. Dengan demikian, sejumlah sifat dapat dianalisis dengan
fungsi yang kompleks, dengan input sederhana seperti warna dan bentuk.

27
Editors, Test Cross, https://biologydictionary.net.

31
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Gregor Mendel adalah
salah satu tokoh yang sangat berjasa dalam bidang mendelisme karena Mendel
lah yang pertama kali mengenalkan dan menemukan Teori Hereditas Mendel
atau konsep genetika pertama kali pada tahun 1865. Baru dinyatakan sebagai
pencipta atau Bapak Genetika setelah Hugo de Vries (Belanda, 1900) Carl
Correns (Jerman, 1900), dan Erich von Tschermak (Austria, 1900) melakukan
penelitian dan hasil penelitian mereka memperkuat kesimpulan hereditas yang
pernah dibuat oleh Mendel.
Dalam mendelisme terdapat istilah-istilah yang harus dipahami
diantaranya yaitu: alel, parental, hibrid, homozigot, heterozigot dan lain
sebagainya. Selain itu dalam mendelisme terdapat berbagai macam
perkawinan/ persilangan diantaranya yaitu: perkawinan monohibrid,
perkawinan dihibrid, perkawinan trihibid, perkawinan resiprok dan lain
sebagainya. Dari berbagai macam perkawinan dalam mendelisme terdapat ciri/
sifat khas yang membedakan antara jenis perkawinan satudengan yang lainnya
dalam kaidah-kaidah mendelisme.

B. Saran
Sebaiknya pemahaman mengenai kaidah-kaidah mendelisme yang sudah
dipelajari berusaha diterapkan pada kehidupan sehari-hari, agar pemahaman
terkait kaidah-kaidah mendelisme lebih melekat. Mengingat pentingnya
kaidah-kaidah mendelisme dalam kehidupan sehari-hari walaupun banyak
tidak disadari. Untuk memperluas pengetahuan dan pemahaman pembaca
disarankan untuk mencari referensi lain selain yang ada dalam makalah ini.
Selain itu, penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari Ibu Dosen dan
pembaca guna perbaikan makalah ini.

32
DAFTAR PUSTAKA

Arumningtyas, Estri Laras. 2016. Genetika Mendel. Malang:UB Press.


Campbell,Neil A. dkk. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Coerebima, AD. 2013. Gentika Mendel. Surabaya: Airlangga Universitas Press.
Hart, Michael H. 2016. 100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia. Jakarta : Noura.
Mustami, Muh. Khalifah. Genetika. Makasar: Universitas Islam Negeri Alaudin
Makassar.
Ph. D, William D. Standsfield,. 1991. Theory and Problems of Genetics Second
Edition. Jakarta: Erlangga.
Suryo. 2013.Genetika. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Suryo. 2005.Genetika Manusia. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Arifianto, Heri, dkk. 2015. Uji F1 dari Persilangan Genotip antara Beberapa
Varietas Kedelai (Glycine Max L. Merril) terhadap Tetua Masing-Masing.
Medan: Prodi Agroteknologi Universitas Sumatra Utara, Vol.3, No.3 : 1169
- 1179, Juni 2015
Sridianti. 2018. Hereditas, Kodominan, Pewarisan Sifat. Pdf.
Editors, Test Cross, https://biologydictionary.net.

33

Anda mungkin juga menyukai