Anda di halaman 1dari 32

DEPARTEMEN OBSTETRI & GINEKOLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN APRIL 2019


UNIVERSITAS HASANUDDIN

POLIHIDRAMNION

OLEH:
Nindy Agista Kasim
C014181012

PEMBIMBING:
dr. Septian Sima

KONSULEN:
Dr. dr. Nur Rakhmah, Sp.OG(K), M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019

i
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :

Nama : Nindy Agista Kasim


NIM : C014181012
Judul Referat : Polihidramnion

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Obstetrik dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Makassar, April 2019

Mengetahui,

Pembimbing Supervisor Pembimbing Residen

Dr. dr. Nur Rakhmah, Sp.OG(K), M.Kes dr. Septian Sima

Mengetahui, Koordinator
Pendidikan Mahasiswa Bagian
Obstetri & Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Dr. dr. Elizabeth C. Jusuf, M.Kes, Sp.OG(K)

ii
SURAT KETERANGAN PEMBACAAN REFERAT

Yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bahwa :


Nama : Nindy Agista Kasim

NIM : C014181012

Benar telah membacakan referat dengan judul “Polihidramnion” pada :

Hari/Tanggal : Jumat, 26 April2019

Tempat : RSIA. Pertiwi


Minggu dibacakan : VI
Nilai

Dengan ini dibuat untuk digunakan sebaik-baiknya dan digunakan sebagai mana mestinya.

Makassar, April 2019

Mengetahui,

Pembimbing Supervisor Pembimbing Residen

Dr. dr. Nur Rakhmah, Sp.OG(K), M.Kes dr. Septian Sima

Mengetahui, Koordinator Pendidikan


Mahasiswa Bagian Obstetri &
Ginekologi

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Dr. dr. Elizabeth C. Jusuf, M.Kes, Sp.OG(K)

iii
DAFTAR HADIR PEMBACAAN REFERAT

Nama :Nindy Agista Kasim

NIM :C014181012

Hari/Tanggal :Jumat, 26 April 2019

JudulReferat :Polihidramnion

Tempat : RSIA Pertiwi

No. Nama Minggu TandaTangan

1
2
3
4
5

6
7

8
9

10

Pembimbing Supervisor Pembimbing Residen


Dr. dr. Nur Rakhmah, Sp.OG(K), M.Kes dr. Septian Sima

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii

SURAT KETERANGAN PEMBACAAN REFERAT .................................. iii

DAFTAR HADIR PEMBACAAN REFERAT ............................................. iv

DAFTAR ISI .................................................................................................. v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii

BAB 1PENDAHULUAN .............................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 3


2.1. Anatomi Dan FisiologiCairan Amnion ................................... 3
2.2. Pengukuran cairan amnion ..................................................... 8
2.3. Definisi ........................................................................................ 10
2.4. Kategori ....................................................................................... 11
2.5. Epidemiologi ............................................................................... 12
2.6. Etiologi ........................................................................................ 13
2.7. Patofisiologi .................................................................................. 15
2.8. Gejala dan Tanda Klinis .............................................................. 16
2.9. Diagnosis ..................................................................................... 16
2.10. Penatalaksaan ............................................................................... 19
2.11. Diagnosis Banding........................................................................ 23
2.12. Komplikasi .................................................................................. 23
2.13. Prognosis ..................................................................................... 24
BAB III KESIMPULAN ............................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 27
DAFTAR TABEL

Tabel 1. JumlahCairan Amnion Sesuai Usia Kehamilan ............................... 4

Tabel 2. Polihidramnion Sesuai Tingkat Keparahannya ................................. 18

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi Cairan Amnion .............................................................. 4

Gambar 2. Indeks AFI.......................................................................................... 10

Gambar 3. Polihidramnion ................................................................................... 10

Gambar 4. Polihidramnion Berat ........................................................................ 11

Gambar 5. Polihidramnion Severe USG ............................................................. 18

Gambar 6. Amniosentesis ................................................................................... 21

6
BAB I
PENDAHULUAN

Pada masa kehamilan cairan amnion diproduksi sebagai protektor janin.


Selain itu cairan amnion berfungsi sebagai ruang agar tulang fetus dapat
terbentuk normal, membantu pematangan paru, serta mencegah kompresi tali
pusat. Pada keadaan tertentu dapat terjadi peningkatan volume cairan amnion
yang disebut polihidramnion.1
Polihidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah cairan amnion
12

lebih banyak dari normal yaitu lebih dari 2000 ml. ’


Menurut WHO polihidramnion terjadi pada sekitar 1 dari 250
kehamilan, angka kejadian polihidramnion yaitu 1,1% sampai 2,8% dari
seluruh kehamilan disebabkan oleh komplikasi pada kehamilan dan 8%
sampai 18% dengan kelainan janin. Yang sering dijumpai adalah
polihidramnion yang ringan dengan jumlah cairan 2-3 liter sebanyak 80-85 %,
kemudian yang sedang sebanyak 17 %, dan yang berat sebanyak 5 %. Cairan
amnion paling banyak dihasilkan oleh proses urinasi atau produksi air seni
janin. Pada kehamilan sekitar 33 minggu, volume air ketuban sekitar 11,5 liter
yang berangsur berkurang hingga kehamilan cukup bulan (40 minggu).3
Salah satu penyebab terjadinya polihidramnon yaitu malformasi pada
janin seperti anensefali, spina bifida dan atresia esophagus, eritroblastosis
fetalis, kehamilan kembar, dan diabetes mellitus.1,4
Gejala yang dapat ditimbulkan dari polihidramnion adalah sesak napas,
terutama dalam posisi tidur., edema pada ekstremitas bawah, vulva dan
dinding abdomen akibat, dan oligouria.1
Diagnosis pasti polihidramnion yaitu dengan ultrasonografi dengan
menggunakan metode Amnion Fluid Index (AFI) atau indeks cairan amnion
(ICA) adalah perkiraan atau perhitungan kasar terhadap jumlah cairan amnion.
Nilai normal AFI adalah 5-24 cm. Jika <5 cm disebut polihidramnion dan >24
cm disebut polihidramnion. Sedangkan dengan pengukuran satu poket cairan

1
amnion, bila terdapat <2 cm dikatakan oligohidramnion dan jika terdapat >8
cm dikatakan polihidramnion.3,5,6,7
Pengobatan polihidramnion dibagi menjadi tiga jenis terapi yaitu
pertama polidramnion menahun dengan pemberian indometasin 25-50 mg tiga
kali/hari, kedua polidramnion akut/mendadak usia kehamilan kurang dari 35
minggu yaitu dengan amniosentetis. Dan ketiga polihidramnion mendadak
dengan usia kehamilan di atas 35 minggu yaitu dengan amniotomi. 3
Kematian janin yang berkaitan dengan polihidramnion adalah karena
prematuritas, kelainan congenital, kegagalan fungsi alat vital akibat
prematuritasnya dan mudah terjadi infeksi. Sedangkan kematian maternal pada
polihidramnion adalah karena perdarahan akibat persalinan transvaginam-
3
transabdominal, infeksi postpartum, dan trauma persalinan. Oleh karena
morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada perinatal dan maternal pada
polihidramnion maka perlu tatalaksana segera.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Cairan Amnion


Amnion manusia pertama kali dapat diidentifikasi pada sekitar hari ke-7
atau ke-8 perkembangan embrio. Cairan amnion dibentuk oleh sel trofoblas
sehingga morula dapat berubah menjadi blastula. Selanjutnya, terjadi
perubahan sel trofobas sedemikian rupa sehingga mampu melakukan tugas
utamanya untuk berimplantasi didinding uterus bagian depan atau belakang
atas.
Cairan amnion selanjutnya dibentuk oleh sel amnion sehingga
pertambahannya seiring dengan makin tuanya usia kehamilan.5,8
Rongga amnion terisi oleh cairan jernih encer (cairan amnion) yang
sebagian dihasilkan oleh sel amnion meskipun sebagian besar berasal dari
darah ibu. Jumlah cairan meningkat dari sekitar 30 ml pada minggu ke 10
kehamilan menjadi 450 ml pada minggu ke 20 dan menjadi 800 sampai 1.000
ml pada minggu ke 37. Selama pada bulan awal-awal kehamilan mudigah
tergantung pada tali pusat didalam cairan ini berfungsi sebagai bantalan
pelindung, meredam guncangan, mencegah melekatnya mudigah ke amnion,
dan memungkinkan janin bergerak.9
Volume cairan amnion diganti setiap 3 jam. Dari awal bulan kelima,
janin menelan cairan amnionnya sendiri dan diperkirakan bahwa janin
meminum sekitar 400 ml perhari, sekitar separuh dari jumlah total. Urin janin
masuk kedalam cairan amnion setiap hari sejak bulan kelima, tetapi urin ini
sebagian besar adalah air karena plasentalah yang berfungsi sebagai organ
untuk pertukaran zat sisa metabolik. Pada saat lahir, selaput amniokorion
membentuk suatu gaya hidrostatik seperti baji yang membantu membuka
kanalis servikalis.9
Volume cairan amnion meningkat dari sekitar 30 ml pada minggu ke 10
menjadi 200 ml pada minggu ke 16 dan mencapai 800 ml pada trimester
pertengahan ketiga (Brace, 1989; Magann, 1997). Cairan amnion adalah

3
sekitar 98 persen air. Usia kehamilan aterm janin mengandung sekitar 2800
ml air dan plasenta 400 ml lainnya, sehingga istilah uterus menampung
hampir 4 liter air (Modena, 2004).5
Pada keadaan tertentu dapat terjadi perubahan volume cairan amnion
abnormal. Jika terjadi peningkatan volume cairan amnion berlebih disebut
polihidramnion jika volume cairan amnion >2000 ml dan jika terjadi
penurunan volume cairan amnion yang abnormal yaitu <500 ml disebut
oligohidramnion. 1,3,5

Umbilical Placenta
co
Yolk sac Amniotic
fluid

Chorion
rd
Embryo

Amnion

Gambar 1. Anatomi cairan amnion10

4
Tabel 1. Jumlah cairan amnion sesuai usia kehamilan3
Umur hamil Jumlah cairan Keterangan
amnion
10 minggu 30-35 cc

15 minggu 125-150 cc

20 minggu 450-500 cc Janin minum cairan amnion sekitar 10-

5
15 cc dan dikeluarkan dalam bentuk urin

36-37 700-800 cc
minggu
38-40 900-1500 cc Minum cairan amnion sekitar 400-500
minggu cc dalam 24 jam

> 40 minggu 800-900 cc Minum cukup banyak tetapi diduga


produksi urinnya berkurang

42 minggu 700-800 cc Mulai terjadi oligohidramion. Berkurang

150 cc/minggu. Tetapi pada posterm


oligohidramnion merupakan petanda
serius apabila bercampur mekonium. Pada
kasus dengan kelainan kongenital anensefalus,
maka minumnya makin berkurang antara 25-
250 cc sehingga terjadi polihidramnion.

Pada kehamilan sangat muda, cairan amnion merupakan ultrafiltasi dari


plasma maternal dan dibentuk oleh sel amnionnya. Pada trimester ke II kehamilan,
cairan amnion dibentuk oleh difusi ekstraseluler melalui kulit janin sehingga
komposisinya mirip dengan plasma janin. Selanjutnya setelah trimester II, tejadi
pembentukan zat tanduk janin dan menghalangi difusi plasma janin sehingga
sebagian besar air ketubannya dibentuk oleh :
a. Sel amnionnya
b. Air kencing janin.
Ginjal janin mulai mengeluarkan urin sejak usia 12 minggu dan setelah
mencapai usia 18 minggu sudah dapat mengeluarkan urin sebanyak 7-14 cc/hari.
Janin aterm mengeluarkan urin 27 cc/jam atau 650 cc/hari. Dengan demikian
komposisi yang membentuk cairan amnion adalah :
1. Bertambahnya cairan amnion bukan merupakan kenaikan linier tetapi bervariasi yaitu:
a. Bertambah 10 cc sampai usia 8 minggu
6
b. Bertambah 60 cc, sampai usia 21 minggu
c. Terjadi penurunan produksi sampai usia hamil 33 minggu
d. Pertambahan tetap sampai usia aterm dan mencapai jumlah sekitar 800-1500 cc
e. Melewati usia kehamilan 42 minggu terjadi penurunan sekitar 150 cc/minggu
sehingga akan terjadi oligohidramnion
2. Setelah usia kehamilan melebihi 12 minggu, yang ikut membentuk air ketuban adalah:
a. Ginjal janin, sehingga dijumpai :
- Urea
- Kreatinin
- Asam urat
b. Deskuamasi kulit janin :
- Terdapat sel janin
- Rambut lanugo
- Vernik kaseosa
c. Sekresi dari paru janin
d. Transudat dari permukaan amnion plasenta :
-Komposisinya mirip plasenta maternal. Komposisi umum cairan amnion
adalah :
• air sekitar 99%
• bahan sekitar organik 1%
• berat jenis (1007-1008)
e. Hormonal atau zat mirip hormon dalam cairan amnion :
-Epidermal growth factor (EGF) dan EGF like growth factor dalam bentuk
transforming growth factor alfa. Fungsi kedua hormon ini ikut serta
menumbuhkembangkan paru janin dan sistem gastrointestinal.
- Parathyroid hormon-related protein (PTH-rP) dan endotehlin-1 berfungsi
untuk memberikan rangsangan pembentukan surfaktan yang sangat
bermanfaat saat bayi mulai bernapas diluar kandungan.
Cairan amnion dapat digunakan untuk melakukan evaluasi tentang kelainan
kongenital janin, gangguan tumbuh kembang janin intrauteri, kematangan paru,

7
kemungkinn terjadinya infeksi intrauteri, asfiksia janin intrauteri campur
mekonium.
3. Sirkulasi cairan amnion janin sangat penting artinya sehingga jumlahnya dapat
dipertahakan dengan tetap. Pengaturannya dilakukan oleh tiga komponen penting
yaitu produksi yang dihasilkan oleh sel amnion, jumlah produksi air kencing, dan
jumlah cairan amnion yang ditelan janin. Setelah trismester II sirkulasinya makin
meningkat sesuai dengan tuannya kehamilan sehingga mendekati aterm mencapai
500 cc/hari.3,5,8
Dalam kemajuan kehamilan, empat jalur memainkan peran utama dalam
regulasi volume cairan amnion. Pertama, urin janin adalah sumber utama cairan
amnion pada paruh kedua kehamilan. Menurut istilah, produksi urin janin dapat
melebihi 1 liter per hari, dan seluruh volume cairan amnion diresirkulasi setiap hari.
Osmolalitas urin janin mirip dengan cairan amnion dan secara signifikan hipotonik
dengan plasma ibu dan janin. Khususnya, osmolalitas plasma ibu dan janin
mendekati 280 mOsm/ml, sedangkan cairan amnion sekitar 260 mOsm/L.
Hipotonisitas dari cairan amnion menyebabkan transfer cairan intramembran yang
signifikan melintasi dan ke pembuluh darah janin pada permukaan plasenta. Transfer
ini mencapai 400 ml per hari dan merupakan pengatur kedua volume cairan (Mann,
1996). Dalam pengaturan dehidrasi ibu, peningkatan osmolalitas ibu lebih
menguntungkan transfer cairan dari janin ke ibu, dan kemudian dari kompartemen
cairan amnion ke janin (Moore, 2010). Kedua, regulasi cairan amnion adalah saluran
pernapasan. Sekitar 350 ml cairan paru-paru diproduksi setiap hari di akhir
kehamilan, dan setengah dari ini segera ditelan. Ketiga, menelan janin adalah
mekanisme utama untuk resorpsi cairan amnion dan rata-rata 500 hingga
1.000 ml per hari (Mann, 1996). Menelan yang terganggu, dapat disebabkan karena
kelainan sistem saraf pusat atau obstruksi saluran gastrointestinal, dapat
menghasilkan tingkat hidramnion yang mengesankan. Jalur keempat adalah aliran
transmembran dan transkutan, yang bersama-sama menyumbang proporsi transportasi
cairan yang jauh lebih kecil pada paruh kedua kehamilan.5

8
2.2 Pengukuran Cairan Amnion
Evaluasi volume cairan amnion adalah komponen dari setiap sonogram standar
yang dilakukan pada trimester kedua atau ketiga. Ini dapat diukur dengan
menggunakan salah satu dari dua teknik semi-kuantitatif, satu poket cairan amnion
atau indeks cairan amnion (Amnion Fluid Indeks = AFI). Dengan menggunakan salah
satu teknik, kantong cairan harus memiliki lebar minimal 1 cm agar dianggap
memadai.5
Penilaian ultrasonografi dan subyektif atau semi-kuantitatif digunakan untuk
mengevaluasi volume cairan amnion. Dengan metode subjektif, pemeriksa
memperkirakan volume cairan ketuban berdasarkan kesan pribadi dari depot cairan
ketuban. Pengalaman sonografi memainkan peran penting di sini. Ketika
mengevaluasi kasus oligohidramnion atau polihidramnion2 a. Satu poket cairan
amnion (Single Deepest Pocket)
Ini disebut juga kantong vertikal amnion terbesar atau maksimal vertikal.
Transduser ultrasonografi dipegang tegak lurus dengan lantai dan sejajar dengan
sumbu panjang wanita itu. Kemudian, saat memindai dalam bidang sagital,
kantong cairan vertikal terbesar diidentifikasi dan diukur. Pengukuran satu poket
cairan amnion dianggap normal jika di atas 2 cm dan kurang dari 8 cm, dengan
nilai di bawah dan di atas kisaran ini yang mengindikasikan oligohidramnion dan
polihidramnion. Ambang batas ini didasarkan pada data dari Chamberlain, dkk
(1984) dan sesuai dengan persentil ke-3 dan ke-97. Saat mengevaluasi kehamilan
kembar dan kehamilan multi janin lainnya, satu kantong terdalam untuk cairan
amnion dinilai di setiap kantung kehamilan, sekali lagi menggunakan
kisaran normal lebih dari 2 cm hingga kurang dari 8 cm. Profil biofisik janin juga
menggunakan ambang poket vertikal terdalam tunggal lebih dari 2 cm untuk
menunjukkan volume cairan amnion normal. 2,9 b. Indeks Cairan Amnion (AFI)
Seperti dengan pengukuran single deepest pocket, transduser ultrasound
diadakan tegak lurus terhadap tanah dan sejajar dengan sumbu panjang wanita itu.
Rahim dibagi menjadi empat kuadran yang sama, kuadran kanan dan kiri atas dan
bawah, masing-masing. AFI adalah jumlah dari single deepest pocket dari setiap
kuadran. Variabilitas intraobserver dari AFI mendekati 1 cm, dan variabilitas
9
interobserver sekitar 2 cm. Variasi lebih besar ketika volume cairan berada di atas
kisaran normal.
Pedoman yang berguna adalah bahwa AFI mendekati tiga kali single
deepest pocket. Penentuan apakah AFI normal didasarkan pada angka numerik
statis atau rentang referensi persentil usia kehamilan spesifik. AFI umumnya
dianggap normal jika lebih besar dari 5 cm dan di bawah 24 atau 25 cm. Nilai di
luar rentang ini masing-masing menunjukkan oligohidramnion dan
polihidramnion. Ambang batas atas 24 cm digunakan dalam dokumen konsensus.
2,9

Pada gambar 2 menunjukkan Indeks Cairan Amnion (AFI) sesuai dengan


gestasi dan nilai ambang batas usia spesifik. Kurva biru mewakili nilai-nilai
persepsi AFI ke 25, 50, dan 97,5, berdasarkan normogram oleh Moore (1990).
Kurva merah dan coklat mewakili nilai persentil ke-50 untuk AFI dari Machado
(2007) dan dari Hinh dan Ladinsky (2005), masing-masing. Bila berarsir biru
muda dan kuning menunjukkan nilai ambang yang digunakan untuk menentukan
masing-masing polihidramnion dan oligohidramnion.5

2.3 Definisi
Polihidamnion atau biasa disebut hidramnion adalah suatu keadaan dimana

10
1,3,4
jumlah cairan amnion lebih banyak dari normal yaitu lebih dari 2000 ml. Cairan
amnion yang berlebihan jika diukur dari 4 kuadran yang disebut Indeks Cairan
amnion (ICA) / Amniotic Fluid Index (AFI) lebih dari 25 cm atau satu poket cairan
amnion diatas 8 cm. Batasan lain menyebutkan bahwa jika air ketuban melebihi
persentil ke-95 atau hampir dua kali lipat jumlah normal.,

Gambar 3. Polihidramnion
Polihidramnion dibagi dalam beberapa tingkat keparahan yaitu ringan jika AFI
adalah 25 hingga 29,9 cm, sedang jika 30 hingga 34,9 cm, dan berat jika 35 cm atau
lebih. Polihidramnion ringan adalah yang paling umum, terdiri dari sekitar dua
pertiga kasus. Polihidramnion moderat sekitar 20 persen, dan hidramnion berat
sekitar 15 persen. Dengan menggunakan satu poket cairan amnion, polihidramnion
ringan didefinisikan sebagai 8 hingga 9,9 cm, sedang 10 hingga 1 1,9 cm, dan
hidramnion berat 12 cm atau lebih.
Secara umum, polihidramnion yang berat jauh lebih mungkin untuk memiliki
etiologi yang mendasari dan memiliki konsekuensi untuk kehamilan daripada
polihidramnion ringan, yang sering idiopatik dan jinak.5

11
Gambar 4. Polihidramnion berat dengan jumlah cairan amnion 5500 ml5

2.4 Kategori
Polidramnion dikategorikan menjadi dua yaitu poihidramnion akut dan
kronik.3,5,8
1. Polidramnion akut/mendadak : penambahan air ketuban terjadi dalam waktu yg
cepat, terjadi kenaikan fundus uteri sekitar 1 cm dalam sehari atau berlangsung
dalam waktu 14 hari. Biasanya terjadi pada kehamilan muda pada usia kehamilan
16-20 minggu. Sumber lain mengatakan dapat terjadi pada usia 18-20 minggu,
dengan lingkar perut ibu yang meningkat pesat. Terdapat keluhan seperti rasa
tidak nyaman, sesak napas, dan dapat terjadi takikardi. Polidramnion akut
biasanya akan menyebabkan persalinan sebelum usia gestasi 28 minggu.
Memerlukan terapi segera untuk mengurangi keluhan penderita
2. Polidramnion kronis : penambahan air ketuban perlahan-lahan, berangsur-angsur.
Ini bentuk yang paling umum / sering terjadi. Kejadiannya berlangsung lebih
lama dari 14 hari. Keluhan tidak terlalu berat dan mendadak. Ibu yang
bersangkutan mungkin mentoleransi distensi abdomen yang berlebihan tanpa
banyak mengalami rasa yang tidak nyaman. biasanya terjadi pada kehamilan
lanjut. Diagnosis pasti bisa didapatkan dari pemeriksaan ultrasonografi (USG).

12
2.4 Epidemiologi
Menurut WHO polihidramnion terjadi pada sekitar 1 dari 250 kehamilan, angka
kejadian polihidramnion yaitu 1,1% sampai 2,8% dari seluruh kehamilan disebabkan
oleh komplikasi pada kehamilan dan 8% sampai 18% dengan kelainan janin. Insiden
polihidramnion yang dilaporkan oleh Mueller adalah 1 dalam 12.448 persalinan.
Sementara itu Barry melaporkan bahwa insiden hidramnion adalah 1 : 5000
persalinan. Brown melaporkan bahwa ditemukan 2 kasus dalam 7230 persalinan,
selain itu Macafee melaporkan ditemukan 2 kasus dalam 12.021 persalinan. Jika
melihat angka tersebut diatas, maka dapat disimpulkan keadaan ini sangat jarang,
namun tetap menjadi komplikasi kehamilan yang harus di deteksi dan didiagnosa
secara tepat agar dapat mencegah komplikasi lain yang lebih berat baik bagi ibu
maupun janin. Pada kehamilan kembar dua, Orhan dkk
melaporkan bahwa kasus polihidramnion pada kehamilan kembar dua /twin
12

pregnancy sebesar 7-14%.


Yang sering dijumpai adalah polihidramnion yang ringan dengan jumlah cairan
2-3 liter sebanyak 80-85 %, kemudian yang sedang sebanyak 17 %, dan yang berat
sebanyak 5 %. Cairan ketuban paling banyak dihasilkan oleh proses urinasi atau
produksi air seni janin. Pada kehamilan sekitar 33 minggu, volume air ketuban sekitar
1-1,5 liter yang berangsur berkurang hingga kehamilan cukup bulan (40 minggu). 5

2.5 Etiologi
Etiologi polihidramnion sangat bervariasi, diantaranya : 1,4,5,8
a. Anomali kongenital
Derajat polihidramnion berkorelasi dengan kemungkinan bayi yang
anomali. Di Rumah Sakit Parkland, prevalensi anomali neonatus adalah sekitar 8
persen dengan polihidramnion ringan, 12 persen dengan polihidramnion sedang,
dan lebih dari 30 persen dengan polihidramnion berat. Bahkan jika tidak ada
kelainan yang terdeteksi dengan sonografi target, kemungkinan besar anomali
yang diidentifikasi saat lahir adalah 1 hingga 2 persen jika polihidramnion ringan
atau sedang dan 10 persen jika polihidramnion berat. Secara keseluruhan risiko

13
bahwa kelainan yang mendasari akan ditemukan setelah persalinan telah berkisar
dari 9 persen pada periode neonatal hingga 28 persen di antara bayi yang diikuti 1
tahun. Risiko anomali sangat tinggi dengan polihidramnion yang hidup
berdampingan dengan pembatasan pertumbuhan janin. Meskipun kelainan
volume cairan amnion berhubungan dengan malformasi janin, sebaliknya
biasanya tidak demikian.
Dalam Spanish Collaborative Study of Congenital Malformations yang
mencakup lebih dari 27.000 bayi anomali, hanya 4 persen kehamilan yang
dipersulit oleh polihidramnion, dan 3 persen lainnya dengan oligohidramnion.
Anomali kongenital dibagi dua yaitu sistem saraf pusat (anencephalus dan
spina bifida), dan traktus gastrointestinal (atresia esofagus)
b. Diabetes mellitus
Diabetes pada 15 hingga 20 persen. Konsentrasi glukosa cairan amnion
lebih tinggi pada wanita diabetes dibandingkan pada mereka yang tidak diabetes,
dan AFI dapat berkorelasi dengan konsentrasi glukosa cairan amnion. Temuan
semacam itu mendukung hipotesis bahwa hiperglikemia ibu menyebabkan
hiperglikemia janin, yang mengakibatkan diuresis osmotik janin ke dalam
kompartemen cairan amnion. Pemeriksaan ulang untuk diabetes gestasional pada
kehamilan dengan polihidramnion tampaknya tidak menguntungkan, asalkan hasil
tes toleransi glukosa trimester kedua adalah normal.
c. Kehamilan kembar (multifetal)
Polidramnion umumnya didefinisikan dalam kehamilan multifetal sebagai
satu poket cairan amnion berukuran 8 cm atau lebih. Lebih lanjut dapat
dikategorikan sedang jika satu poket cairan amnion setidaknya 10 cm dan berat
jika setidaknya 12 cm. Dalam ulasan hampir 2000 kehamilan kembar,
polihidramnion teridentifikasi pada 18 persen kehamilan monokorionik dan
dikorionik. Polihidramnion berat lebih kuat terkait dengan kelainan janin. Pada
kehamilan monokorionik, polihidramnion dari satu poket dan oligohidramnion
dari yang lain adalah kriteria diagnostik untuk twin-twin transfusion syndrome
(TTTS).
d. Idiopatik
14
Sekitar 70 persen dari kasus polihidramnion dan dengan demikian
diidentifikasi pada sebanyak 1 persen kehamilan. Idiopatik polihidramnion jarang
diidentifikasikan selama sonografi midtrimester dan sering terjadi pada kehamilan
berikutnya. Usia kehamilan pada deteksi sonografi biasanya terletak antara 32 dan
35 minggu. Meskipun ini merupakan diagnosis eksklusi, kelainan janin yang
mendasari kemudian dapat menjadi jelas dengan bertambahnya usia kehamilan,
terutama jika derajat polihidramnion menjadi berat. Dengan tidak adanya etiologi,
polihidramnion idiopatik ringan pada sekitar 80 persen kasus, dan resolusi
dilaporkan pada lebih dari sepertiga kehamilan yang terkena. Polihidramnion
idiopatik paling umum merupakan temuan jinak, dan hasil kehamilan terkait
biasanya baik.
e. Penyebab lainnya
Infeksi kongenital, alloimunisasi sel darah merah, dan korioangioma plasenta
adalah etiologi yang lebih jarang. Infeksi yang muncul pada polihidramnion
meliputi citomegalovirus, toksoplasmosis, sifilis, dan parvovirus. Polihidramnion
merupakan komponen hidrops fetalis, dan beberapa anomali, infeksi, dan
alloimunisasi dapat menyebabkan janin hidropik.

2.6 Patofisiologi
Selama kehamilan, cairan amnion dij aga keseimbangannya oleh beberapa
mekanisme yaitu :
- T r a n s f e r dari plasma maternal melalui plasenta
- Janin meminum cairan amnion dan reabsorbsinya melalui usus
(gastrointestinal)
- Janin membuang cairan amnion melalui berkemih (urin janin) Mekanisme
terjadinya polihidramnion hanya sedikit yang kita ketahui.
Secara teori polihidramnion terjadi karena produksi cairan amnion bertambah, diduga
yang menghasilkan cairan amnion adalah epitel amnion, tetapi cairan amnion juga
dapat bertambah karena cairan lain masuk kedalam ruangan amnion, misalnya air
kencing janin atau cairan otak pada anencephalus. Selain itu karena pengaliran air
ketuban terganggu yaitu cairan amnion yang telah dibuat dialirkan dan diganti dengan
15
yang baru. Salah satu jalan pengaliran adalah ditelan oleh janin, diabsorbsi oleh usus
dan dialirkan ke plasenta akhirnya masuk kedalam peredaran darah ibu. Jalan ini
kurang terbuka kalau janin tidak menelan seperti pada atresia esofagus, anencefalus,
dan tumor-tumor plasenta. Pada anencefalus dan spina bifida diduga bahwa
polihidramnion terjadi karena transudasi cairan dari selaput otak dan selaput sum-sum
tulang belakang. Selain itu anak anencephalus tidak menelan dan pertukaran air
terganggu karena pussatnya kurang sempurna hingga anak ini kencing berlebihan.
Pada atresia esophagus polihidramnion terjadi karena adanya obstruksi
gastrointestinal sehingga anak tidak menelan. Pada kehamilan kembar,dapat terjadi
polihidramnion diduga salah satu janin pada kehamilan satu telur jantungnya lebih
kuat,dan karena itu juga menghasilkan banyak urine,selain itu penyebab
polihidramnion pada kehamilan kembar dapat disebabkan karena luas amnion lebih
besar pada kehamilan ganda dibandingkan pada kehamilan normal. Pada kasus
polihidramnion sering ditemukan plasenta yang lebih besar dari kehamilan normal.
Pada kasus ibu dengan diabetes mellitus peningkatan diuretik osmotik pada kondisi
hiperglikemia menjelaskan pertambahan volume cairan amnion.1,4,5,13,14

2.7 Gejala dan Tanda Klinis


- S e s a k napas, terutama dalam posisi tidur. Hal ini terjadi akibat uterus menekan
organ sekitar
- Edema pada ekstremitas bawah, vulva dan dinding abdomen akibat kompresi vena
oleh uterus yang besar
- Oligouria akibat obstruksi ureter karena uterus yang besar.
-Proteinuria dan preeklamsia.1

2.8 Diagnosis u’3’4’5 Anamnesis


- P e r u t lebih besar dan terus lebih berat dari biasa - P e r u t yang ringan keluhan-
keluhan subjektif tidak banyak - P a d a yang akut dan pada pembesaran uterus yang
cepat maka terdapat keluhan-keluhan yang disebabkan karena tekanan pada organ
terutama pada diafragma,seperti sesak,nyeri ulu hati - N y e r i perut karena
tegangnya uterus,mual dan muntah - E d e m a pada tungkai,vulva,dinding perut
16
- P a d a proses akut dan perut besar sekali,bisa syok,berkeringat dingin dan sesak

Pemeriksaaan fisis
Inspeksi :
- K e l i h a t a n perut sangat buncit dan tegang, kulit perut berkilat, retak-retak kulit
jelas, dan kadang-kadang umbilikus mendatar - J i k a akut si ibu terlihat sesak dan
sianosis, serta terlihat payah membawa kandungannya Palpasi :
- P e r u t tegang dan nyeri tekan serta terjadi edem pada dinding perut valve dan
tungkai
- F u n d u s uteri lebih tinggi dari tuannya kehamilan sesungguhnya -Bagian-bagian
janin sukar dikenali karena banyaknya cairan - K a l a u pada letak kepala, kepla janin
bisa diraba maka ballotement jelas sekali
- K a r e n a bebasnya janin bergerak dan kepala tidak terfiksir, maka dapat terjadi
kesalahn-kesalahan letak janin Auskultasi :
- D e n y u t jantung janin tidak terdengar atau jika terdengar sangat halus sekali

Pemeriksaan penunjang
USG abdomen
-Penilaian USG digunakan untuk mengevaluasi volume cairan amnion. Selain itu
dengan USG kelainan bawaan seperti anencephali, spina bifida dan beberapa
kelainan lain yang memicu terjadinya polihidramnion dapat diketahui, dan juga
USG bermanfaat untuk membedakan polihidramnion, ascites atau kista ovarium
yang besar.
-Pemeriksaan USG sudah banyak tersedia dan tidak invasif.
-Metode yang dapat digunakan untuk mengukur caitan amnion yaitu dengan Amnion
Fluid Index (AFI) adalah perkiraan atau perhitungan kasar terhadap jumlah cairan
amnion dan merupakan bagian dari profil biofisik. Pengukuran indeks cairan
amnion (ICA) / AFI dilakukan melalui pemeriksaan USG dengan cara penilaian
semikuantitatif. Cara pengukuran AFI :

17
1. Membagi uterus menjadi empat kuadran menggunakan linea nigra sebagai
sumbu vertikal dan umbiliku sebagai sumbu horizontal
2. Kantong dengan dimensi verikal terbesar diukur disetiap kuadran
3. Jumlah dari keempat pengukuran adalah AFI
Nilai normal AFI adalah 5-24 cm. Jika <5 cm disebut polihidramnion dan >24

cm disebut polihidramnion. Sedangkan dengan pengukuran satu poket cairan


amnion, bila terdapat <2 cm dikatakan oligohidramnion dan jika terdapat >8 cm
dikatakan polihidramnion.3,5,7,8

• • • . n

Tabel 2. Polihidramnion sesuai tingkat keparahannya


Satu poket cairan amnion Indek Cairan Amnion
(Chamberlain) (Phelan’s)
Polihidramnion
Moderate Severe Moderate Severe
8-16 cm > 16 cm 25-35 cm > 35 cm

Gambar 5. Polihidramnion severe dengan metode Phelan et all. (pengukuran


AFI = 671 mm) pada pasien berusia 25 tahun pada trisemester kedua
kehamilan 7

18
35
2.9 Penatalaksanaan 5
Pengobatan polihidramnion diarahkan ke penyebab yang mendasarinya.
Kadang-kadang, polihidramnion berat dapat menyebabkan persalinan prematur dini
atau perkembangan gangguan pernapasan ibu. Dalam kasus seperti itu, amniosentesis
dalam volume besar yang disebut amnioreduksi mungkin diperlukan. Tekniknya
mirip dengan teknik genetika amniosentesis. Umumnya dilakukan dengan jarum yang
lebih besar, 18 atau 20 gauge, dan menggunakan botol kontainer yang dievakuasi atau
jarum suntik yang lebih besar. Sekitar 1.000 hingga 2.000 ml cairan ditarik perlahan
lebih dari 20 hingga 30 menit, tergantung pada tingkat keparahan polihidramnion dan
usia kehamilan.
Tujuan amniosentesis adalah untuk mengembalikan volume cairan amnion ke
kisaran normal. Polihidramnion cukup parah sehingga memerlukan amnioreduksi
hampir selalu memiliki penyebab yang mendasarinya, dan prosedur amnioreduksi
berikutnya mungkin diperlukan sebanyak mingguan atau bahkan setiap dua minggu.
Dalam sebuah tinjauan terhadap 1.38 kehamilan tunggal yang membutuhkan
amnioreduksi untuk polihidramnion, malformasi gastrointestinal janin diidentifikasi
pada 20 persen, kelainan kromosom atau kondisi genetik pada hampir 30 persen, dan
kelainan neurologis pada 8 persen. Hanya dalam 20 persen kasus adalah
polihidramnion idiopatik. Prosedur amnioreduksi awal dalam seri ini dilakukan pada
usia kehamilan 31 minggu, dan usia kehamilan rata-rata saat melahirkan adalah 36
minggu. Komplikasi dalam 48 jam setelah amnioreduksi meliputi persalinan 4 persen
dan selaput pecah 1 persen. Di sini tidak ada kasus korioamnionitis, solusio plasenta,
atau bradikardia yang membutuhkan persalinan.

Pengobatan polihidramnion dapat dibagi menjadi tiga jenis terapi, yaitu

1. Polidramnion menahun. Terapi yang diberikan adalah obat oral:


a. Indometasin 25-50 mg tiga kali/hari
Keuntungannya: Menurunkan produksi urin janin sehingga menurunkan
jumlah cairan amnion. Kerugiannya: Dapat menimbulkan vasokonstriksi

19
umum pembuluh darah termasuk yang menuju SSP dan mempercepat
tertutupnya duktus arteriosus Bothali sehingga terjadi perubahan hemodinamik
setelah lahir.
b. Pemberian obat Indometasin harus diikuti dengan pemeriksaan USG untuk
menerapkan AFI atau poket vertikal dalam kantong amnion. Dengan demikian
dapat dihindari terjadi oligohidramnion.
2. Polidramnion akut/mendadak usia kehamilan kurang dari 35 minggu.
Penatalaksanaan untuk polihidramnion akut dapat dilakukan dengan dua metode,
yaitu: a. Amniosentetis
- D i n d i n g abdomen didesinfeksi - D i t u t u p
dengan duk steril sekitarnya
- Jarum spiral no. 22 dimasukkan menembus dinding abdomen langsung ke
kavum uteri dengan tuntunan USG
- Selanjutnya air ketuban dikeluarkan sekitar 500 cc setiap kali tindakan
- Amniosentesis dilakukan pada janin yang masih prematur dengan usia
kehamilan kurang dari 35 minggu.
- Amniosentesis tidak sulit dilakukan tetapi mempunyai komplikasi di
antaranya: Sebagai induksi persalinan premature, terjadi solusio plasenta,
trauma langsung pada janin, plasenta dan menimbulkan perdarahan
intrauteri, dan infeksi khoriomanionitis
Jika terjadi komplikasi yang serius, tindakan selanjutnya adalah operasi
profilaksis mortalitas maternal.

20
Ultrasound equipment Amniotic
Fetus fluid

食/V DAJV I

Gambar 6. Amniosentesis
b. Memecahkan ketuban
Pada pemeriksaan ultrasonografi usia kehamilan kurang dari 35 minggu, tetapi
memiliki kelainan kongenital yang fatal, maka dilakukan amniotomi. Amniotomi
dengan pertimbangan untuk melakukan induksi persalinan dan mengharapkan
“eutanasia” terhadap janin yang tidak mungkin bertahan hidup, karena kelainan
kongenitalnya bersifat fatal.
Amniotomi dilakukan pada hasil USG dengan kelainan kongenital yang berat,
tanpa memandang usia kehamilannya. Sudah tentu dipertimbangkan ini di ambil
setelah mendapat persetujuan keluarga dalam bentuk “Informed Consent”
sehingga jika terjadi masalah akan terbebas dari tuntutan hukum.
3. Polihidramnion mendadak dengan usia kehamilan di atas 35 minggu. Amniotomi
merupakan satu-satunya tindakan untuk dapat mencapai sasaran:

21
a. Mengurangi keluhan manifestasi klinis polihidramnion akut.
b. Bahwa dengan usia di atas 35 minggu, dapat diperkirakan kemungkinan janin akan
dapat diselamatkan dengan kemampuan perawatan dan pelayanan prematuritas.

Teknik amniotomi yang di lakukan sebagai berikut.


a. Harus sudah ada pembukaan sedikitnya 2 cm untuk dapat memasukkan alat
pemecah ketuban.
b. Setelah ketuban pecah, jari masih tetap dipertahankan didalam vagina sehingga
aliran air ketuban dapat di kendalikan.
c. Pengendalian aliran air ketuban ini menghindari sebanyak mungkin komplikasi
yang mungkin terjadi.

Komplikasi amniotomi pada polihidramnion:


a. Terjadi fetal distres sehingga segera dilakukan tindakan seksio sesarea.
b. Solusio plasenta dan prolaps tali pusat, pada aliran air ketuban yang deras akan
meningkatkan tindakan seksio sesarea pada hidramnion.

Amniotomi merupakan salah satu bentuk induksi persalinan sehingga setelah


tindakan sebaiknya ditunggu, sekitar 6 jam. Waktu 6 jam ditetapkan sebagai batas
waktu untuk terjadinya infeksi asenden yang dapat membahayakan janin dan ibunya.
Sementara menunggu, ibu hamil dapat diberikan profilaksis antibiotika yang adekuat.

Pada kasus postpartum dengan induksi atau operasi masih harus dipikirkan
kemungkinan perdarahan postpartum dengan segala akibatnya. Untuk mengurangi
kemungkinan perdarahan postpartum sebaiknya dilakukan tata laksana proaktif
dengan memberikan oksitosin bolus di sertai drip, sehingga kontraksi otot uterus dapat
terjamin, untuk menghentikan perdarahan.
Tingkatan penatalaksanaan perdarahan postpartum adalah:
1. Oksitosin bolus dan drip
2. Masase uterus secara Easment- Hamilton
3. Melakukan ligasi art Hipogastrika
4. Melakukan histerektomi supravaginal

22
Kematian janin yang berkaitan dengan polihidramnion adalah:
1. Karena prematuritas
2. Kelainan kongenital
3. Kegagalan fungsi alat vital akibat prematuritasnya
4. Mudah terjadi infeksi

Kematian maternal pada hidramnion adalah:


1. Perdarahan akibat persalinan transvaginam-transabdominal
2. Infeksi postpartum
3. Trauma persalinan

Dengan demikian, masalah hidramnion menahun dan mendadak,


memerlukan perhatian serius karena komplikasinya yang dapat menimbulkan
morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada janin dan maternal.

2.10 Diagnosis Banding1


-Ascites -Kista
ovarium - G e m e l i

2.11 Komplikasi1
-Komplikasi maternal dapat berupa solusio plasenta (Abruptio plasentae),
disfungsi uterus, dan perdarahan postpartum. Solusio plasenta jarang terjadi,
tetapi dapat terjadi karena dekompresi uterus akibat hilangnya cairan amnion
sehingga plasenta terlepas secara prematur.
Disfungsi uterus dan perdarahan postpartum diakibatkan oleh atonia uteri yang
terjadi karena distensi berlebihan.
-Komplikasi fetal dapat berupa pertumbuhan janin terhambat, kelahiran prematur,
kematian janin, dan fetus dengan anomali.

2.12 Prognosis2,4,5
Tergantung pada penyebab dan tingkat keparahannya. Suatu penelitian besar
terhadap 85.000 ibu hamil, 3.900 diantaranya mengalami peningkatan AFI,

23
ditemukan bahwa polihidramnion merupakan faktor resiko morbiditas dan
mortalitas perinatal dan maternal.
Untuk anak kurang baik walaupun ada foto rontgen tidak tampak kelainan.
penyebab prognosis yang kurang baik adalah cacat bawaan, persalinan kurang
bulan, persalinan kurang bulan, prolapsus tali pusat, eritroblastosis, preeklamsia dan
diabetes.
Beberapa hal yang umum terjadi dengan polihidramnion yaitu berat lahir lebih
dari 4000 gram, persalinan sesar, dan kematian perinatal. Kehamilan dengan
polihidramnion idiopatik dikaitkan dengan berat lahir melebihi 4000 gram dalam
hampir 25 persen kasus, dan kemungkinan tampaknya lebih besar jika
polihidramnion sedang atau berat. Alasan untuk hubungan ini adalah bahwa janin
yang lebih besar memiliki output urin yang lebih tinggi, berdasarkan peningkatan
volume distribusinya, dan urin janin merupakan kontributor terbesar volume cairan
amnion. Angka kelahiran sesar juga lebih tinggi pada kehamilan dengan
polihidramnion idiopatik, dengan angka 35 yang hingga 55 persen.
Beberapa penelitian tidak menemukan peningkatan angka kematian bayi lahir
mati atau neonatal dengan idiopatik polihidramnion, sedangkan yang lain
menunjukkan risiko yang lebih besar.
Dengan menggunakan data akta kelahiran dari negara bagian California,
Pilliod dkk (2015) mengidentifikasi polihidramnion di 0,4 persen dari kehamilan
tunggal, non-anomali, dan kehamilan yang terkena memiliki tingkat kelahiran mati
yang jauh lebih besar secara signifikan. Pada 37 minggu, risiko lahir mati tujuh kali
lipat lebih tinggi pada kehamilan dengan polihidramnion. Pada 40 minggu, risiko ini
lebih dari sepuluh kali lipat lebih tinggi 66 per 10.000 kelahiran dibandingkan
dengan 6 per 10.000 tanpa polihidramnion.
Risiko tampaknya diperparah ketika janin dengan pertumbuhan terhambat
diidentifikasi dengan polihidramnion. Kombinasi ini juga memiliki hubungan yang
diakui dengan trisomi 18. Ketika penyebab yang mendasarinya diidentifikasi,
tingkat polihidramnion telah dikaitkan dengan kemungkinan kelahiran prematur,
bayi baru lahir dengan usia kehamilan yang kecil, dan kematian perinatal. Namun,
polihidramnion idiopatik umumnya tidak berhubungan dengan kelahiran prematur.
24
BAB III
KESIMPULAN

Polihidrmnion atau biasa disebut hidramnion adalah suatu keadaan


dimana jumlah cairan amnion lebih banyak dari normal yaitu lebih dari 2000
ml. Polidramnion dikategorikan menjadi dua yaitu poihidramnion akut dan
kronik. Polihidramnion dibagi dalam dua kategori yaitu polidramnion
akut/mendadak yaitu penambahan air ketuban terjadi dalam waktu yg cepat,
terjadi kenaikan fundus uteri sekitar 1 cm dalam sehari atau berlangsung
dalam waktu 14 hari. Polidramnion akut biasanya akan menyebabkan
persalinan sebelum usia gestasi 28 minggu. Memerlukan terapi segera untuk
mengurangi keluhan penderita. Dan polidramnion kronis yaitu penambahan
air ketuban perlahan-lahan, berangsur-angsur. Ini bentuk yang paling umum /
sering terjadi. Kejadiannya berlangsung lebih lama dari 14 hari.
Etiologi dari polihidramnion yaitu idiopatik (> 50 % kasus), malformasi
pada janin terutama sistem saraf pusat (anensefali dan spina bifida), dan
traktus gastrointestinal (atresia esophagus), eritroblastosis fetalis /
Isoimunisasi rhesus, kehamilan kembar, dan diabetes mellitus. Gejala dari
polihidramnion dapat ditemukan sesak napas, terutama dalam posisi tidur,
edema pada ekstremitas bawah, vulva dan dinding, dan oligouria akibat
obstruksi ureter karena uterus yang besar.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk diagnosis
polihidramnion yaitu dengan USG menggunakan metode Indeks Cairan
amnion (ICA) / Amniotic Fluid Index (AFI) . Dikatakan polihidramnion jika
lebih dari 25 cm atau satu poket air ketuban diatas 8 cm. Untuk tatalaksan
polihidramnion dibagi berdasarkan akut dan menahun.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Chris Tanto, 2014. Kapita Selekta Kedokteran EdIsi 4. Jakarta: Media


Aesculapius
2. Hamza A. dkk.2013. Polyhydramnios: Causes, Diagnosis and Therapy.
Homburg: Gebfra Science
3. Manuaba IBG, dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta:EGC
4. Martaadisoebrata D, dkk. 2003. Kelainan Telur, Plasenta, Air Ketuban,
Cacat, dan Gangguan Janin. Obstetri Petologi, Ilmu Kesehatan Reproduksi.
2 ed. Jakarta: EGC.
5. Cunningham FG, dkk. 2018. Williams obstetric. 25nd ed. New York:
McGraw-Hill Companies, Inc
6. Prawirohardjo S. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
7. Kouame N, dkk. 2013. Polyhydramnios: A warning sign in the prenatal
ultrasound diagnosis of foetal malformation. Abidjan: Elsevier Masson
8. Yeast DJ. 2006. Polyhydramnios: Etiology, Diagnosis, and Treatment.
American Academy of Pediatrics. NeoReview.
9. Karlinah N, dkk. 2015. Bahan Ajar Embriologi Manusia. Yogyakarta:
Deepublish.
10. Kamus Kedokteran Mosby, edisi 9. 2009. Elseiver.
11. Mughal AI, dkk. 2010. Fetal anomalies in ultrasonographically detected
polyhydramnions. Journal of Rawalpindi Medical College.
12. Orhan A, dkk. 2005. The Impact of hydramnions on pregnancy outcome in
twin pregnancy Journal of Perinatalogy.
13. Gilbert WM. 2006. Amniotic fluid dynamics. NeoReviews
14. Gibbs RS, d k k . 2008. Danforth’s obstetrics and gynecology. 10th ed.
Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins

26

Anda mungkin juga menyukai