Anda di halaman 1dari 2

Pertanyaan

1. Presentan menjelaskan bahwa hasil penelitian ini kurang akurat untuk meminimalkan bias,
tolong dijelaskan kenapa begitu dan apa solusinya.
2. Hasil penelitian ini memberikan hasil yang cukup berbeda dibandingkan penelitian-penelitian
sebelumnya, bagaimana presentan menyikapinya? Hasil penelitian yang manakah yang
sebaiknya kita terapkan?
3. Menurut presentan apa saja komponen yang penting untuk kita evaluasi saat pasien control
nifas?
4. Kenapa para peneliti hanya membatasi rekrutmen subjek penelitian hanya yang mengalami
ruptur perineum derajat dua?
5. Dibandingkan dengan Teknik penjahitan pada kasus rupture perineum, apakah memungkinkan
kita melakukan repair perineum dengan surgical glue?

Jawaban

1. Penelitian ini masih memilki celah untuk dapat terjadinya bias dalam perihal pengumpulan data
karena metode yang digunakan oleh peneliti adalah single blind trial. Artinya para interviewer
data mengetahui status variabel dependen dari subjek penelitian. Sehingga memungkinkan para
interviewer mengajukan pertanyaan yang bersifat sugestif. Solusi yang dapat diterapkan adalah
merubah metode pengumpulan data menjadi double blind. Artinya interviewer maupun subjek
penelitian tidak mengethaui status variebel yang di teliti dalam penelitian ini. Sehingga celah
untuk terjadinya bias pengumpulan data dapat diminimalisis sedemikian rupa
2. Hasil penelitian sangat dipengaruhi oleh metode dan populasi penelitian. Hal ini lumrah terjadi.
Temuan yang dimiliki oleh penelliti satu dapat berbeda dengan peneliti lainnya, karena
perbedaan metode penelitian, kondisi serta jumlah subjek penelitian. Menurut saya, penelitian
ini sudah menggunakan metode yang cukup baik dengan jumlah sampel yang cukup reliabel.
Sehingga hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi bagi kita dalam praktik klinis
kedepannya. Untuk bisa memperoleh hasil penelitian yang lebih bisa dipercaya, maka kita perlu
melakukan penelitian serupa di populasi kita sendiri.
3. Masa nifas adalah masa pemulihan paska persalinan hingga seluruh organ reproduksi wanita
pulih kembali sebelum kehamilan berikutnya. Pada 6-8 minggu paska persalinan hal-hal yang
perlu diperhatikan saat masa nifas antara lain, suhu, pengeluaran lochea, payudara, traktur
urinarius, dan sistem kardiovaskuler. Selain dari segi klinik ibu, kondisi kejiwaan ibu paska
persalinan juga harus selalu dipantau dan diberi dukungan. Tak jarang kondisi kejiwaan ini
disepelekan dan menjadi salah satu faktor menurunnya kondisi ibu paska persalinan yang
berujung pada kematian. Penyebab kematian ibu paling banyak adalah perdarahan yang
biasanya terjadi selama masa nifas. Edukasi yang juga penting disampaikan kepada pasien
adalah :
a. Melakukan kontrol/ kunjungan minimal 4 kali, yaitu pada 6 jam, 6 hari, 2 minggu, dan 6
minggu setelah persalinan.
b. Memeriksa tekanan darah, perdarahan pervaginam, kondisi perineum, tanda infeksi,
kontraksi uterus, tinggi fundus, dan temperatur secara rutin.
c. Menilai fungsi berkemih, fungsi cerna, penyembuhan luka, sakit kepala, rasa lelah, dan
nyeri punggung.
d. Pastikan kondisi psikologis ibu baik. Bagaimana suasana emosinya, pastikan mendapat
dukungan dari keluarga, pasangan, dan masyarakat untuk perawatan bayinya.
e. Mendapatkan vaksin tetanus bila perlu.
f. Memberikan edukasi untuk menemui dokter jika terjadi perdarahan berlebihan, sekret
vagina berbau, demam, nyeri perut berat, kelelahan atau sesak, bengkak di wajah dan
alat gerak, serta payudara terasa nyeri atau bengkak.
4. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan adanya bias seleksi. Dalam melakukan rekruitmen subjek
penelitian, sangat penting untuk menyingkirkan berbagai variabel kodependen yang sangat
berisiko mengganggu analisis data penelitian.
5. Hingga saat ini gold standar repair perineum adalah dengan penjahitan. Namun di tahun 2019
Swenson et al telah melakukan studi untuk membandingkan kasus rupture perineum yang
dijahit dan dengan surgical glue. Pada hasil penelitiannya ia menjelaskan bahwa penggunaan
surgical glue untuk repair laserasi perineum derajat dua dapat mengurangi nyeri postpartum
tanpa mengganggu proses penyembuhan luka. Namun hasil penelitian ini masih pelu ditelaah
lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai