Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Kebidanan. Vol. 12 No.

2 ISSN 2580-4774 (Online)


September 2022 Hal 175-185 ISSN 2088-2505 (Print)

Penerapan Home Care Bayi Baru Lahir Usia 0-28 Hari Pasca
Pandemi COVID-19

Oleh
Ririn Ratnasari 1*, Inna Sholicha Fitriani 2 , Anisa Arianti 3
1 Nisa Arianti, (D III Kebidanan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Ponorogo)
2 Ririn Ratnasari, (D III Kebidanan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah

Ponorogo)
3 Inna Sholicha Fitriani ( D III Kebidanan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah

Ponorogo)

Corresponding author: * ririnratnasari85@gmail.com

ABSTRAK
Saat pandemi, Layanan kesehatan yang biasanya mudah diakses
dengan biaya murah , namun terdapat perubahan salah satunya adanya
penerapan home care yang diutamakan bagi pasien Ibu dan Bayi , untuk
mencegah tingkat keparahan dan meningkatkan kesehatannya. Tujuan
penelitian ini menggambarkan penerapan pemberian asuhan kebidanan pada
neonatus dengan home care saat pasca pandemi. Metode yang digunakan
dalam penelitian adalah metode kualitatif berjenis deskriptif dengan
pendekatan studi kasus. Pada asuhan kebidanan ini digunakan metode
pendekatan manajemen kebidanan dengan metode SOAP. Homecare Asuhan
kebidanan yang diberikan saat kehamilan pada Ny. W usia kehamilan 39
minggu yang melahirkan secara spontan pada 13 Februari 2022 ditolong
oleh bidan. Bayi lahir dengan BB 2800 gram, PB 46 cm, LK 33 cm, LD 30 cm,
berjenis kelamin perempuan usia 0-28 hari. Dengan respondennya yaitu
seorang ibu yang mempunyai bayi berusia 0-28 hari bertempat di PMB serta
di rumah Ny. W. Pemberian asuhan kebidanan pada neonatus meliputi
pencegahan infeksi, melakukan penilaian pada bayi, pencegahan kehilangan
panas bayi, pembebasan jalan nafas, menyusui dengan ASI eksklusif dan cara
merawat tali pusat yang benar, KIE tanda bahaya pada neonatus serta
imunisasi. Tidak ada perubahan layanan home care pada bayi baru lahir 0 –
28 hari saat pasca pandemi dalam hal ini layanan home care lebih ditekankan
pada penggunaan APD ( Alat Pelindung Diri ) pada tenaga kesehatan ( bidan )
saat memberikan layanan.

Kata Kunci: Home Care, Bayi baru lahir, Pasca Pandemi

Jurnal kebidanan ITSKes Insan Cendekia Medika Jombang 175


Jurnal Kebidanan. Vol. 12 No. 2 ISSN 2580-4774 (Online)
September 2022 Hal 175-185 ISSN 2088-2505 (Print)

ABSTRACT

During the pandemic, health services are usually easily accessible at


low costs, but there are changes, one of which is the implementation of home
care which is prioritized for mother and baby patients, to prevent severity and
improve their health. The purpose of this study illustrates the application of
obstetric care to neonates with home care during the post-pandemic pandemic.
The method used in the study is a descriptive qualitative method with a case
study approach. In this obstetric care, an obstetric management approach
method with the SOAP method is used. The obstetric care given during
pregnancy to Mrs. W at 39 weeks gestation who gave birth spontaneously on
February 13, 2022 was helped by the midwife. Babies are born with a BB of
2800 grams, PB of 46 cm, LK of 33 cm, LD of 30 cm, female of 0-28 days of age.
With the respondents, namely a mother who has a baby aged 0-28 days located
in PMB and at home Mrs. W. Giving obstetric care to neonates includes
prevention of infection, assessment of the baby, prevention of baby heat loss,
airway release, breastfeeding with exclusive breastfeeding and how to properly
care for the umbilical cord, IEC danger signs in neonates and immunization.
There is no change in home care services for newborns 0-28 days after the
pandemic, in this case home care services are more emphasized on the use of
PPE (Personal Protective Equipment) in health workers (midwives) when
providing home care services.
Keywords: Home Care, Newborns, Post-Pandemic

A. PENDAHULUAN
Layanan kesehatan terutama kepada ibu dan bayi memiliki ketentuan
yang diatur oleh Kementerian Kesehatan , khususnya pada masa pandemi
Covid-19 tetap dilaksanakan dengan layanan yang dapat meminimalkan adanya
penularan dan resikonya baik terhadap tenaga kesehatan maupun pasiennya
Ibu dan bayi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapatnya rintangan dan
tantangan yang harus dihadapi bidan terhadap pemberian layanan terkait
adanya kasus Covid-19 yang walaupun masa ini sudah mulai mengalami
penurunan yang optimal karena adanya vaksinasi serentak di seluruh
Indonesia. (Sugandini, Erawati and Mertasari, 2022). Layanan kesehatan yang
biasanya mudah diakses dengan biaya murah , namun terdapat perubahan salah
satunya adanya penerapan home care yang diutamakan bagi pasien Ibu dan Bayi
untuk mencegah tingkat keparahan dan meningkatkan kesehatannya. (Yusri
and Febri, 2020). Implementasi program perawatan di rumah untuk
neonatus berisiko tinggi juga relatif diinginkan. Namun, beberapa evaluasi dan
peninjauan rutin perlu dilakukan pada instruksi dan implementasi. Perawatan
di rumah selama pandemi COVID-19 dilaksanakan melalui telepon dan tindak
lanjut (Ansari et al., 2021).
Bayi baru lahir ( BBL ) merupakan bayi dengan usia 0 sampai 28 hari yang
mampu berkembang dengan adaptasi penuh dari kehidupan intra uterin ke
ekstra uterin. Bayi baru lahir sangat rentan terhadap adana gangguan kesehatan
yang harus mendapatkan perawatan atau layanan bidan yang optimal salah
satunya melalui program home care, maka dari itu untuk mendapatkan layanan
ini dibutuhkan kunjungan neonatus secara lengkap yaitu KN 1 yang diakses dari

Jurnal kebidanan ITSKes Insan Cendekia Medika Jombang 184


Jurnal Kebidanan. Vol. 12 No. 2 ISSN 2580-4774 (Online)
September 2022 Hal 175-185 ISSN 2088-2505 (Print)

6 hingga 48 jam , KN2 dari 3 sampai 7 hari, KN 3 dalam 8 sampai 28 hari


(Kemenkes RI, 2020a). Selain mendapatkan perawatan bayi baru lahir,
kebutuhan deteksi dini yang optimal pencegahan komplikasi dan
kegawatdaruratan neonatus yang sesuai manajemen kebidanan sebagai standar
tenaga kesehatan juga harus dilakukan. (Bustami et al., 2021).
Menurut data Direktorat Kesehatan Keluarga menyebutkan bahwa Angka
Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2020, jumlah keseluruhan dari kematian balita
adalah 28.158, dan sekitar 20.266 atau 72,0% kematian terjadi disaat masa
neonatus. Hasil yang didapatkan dari keseluruhan laporan kematian, 72,0%
(20.266 kematian) terjadi pada usia bayi 0-28 hari. Sementara, 5.386 kematian
atau 19,1% terjadi saat usia 29 hari – 11 bulan serta 2.506 kematian atau 9,9%
terjadi saat usia 12–59 bulan. Laporan yang didapatkan saat tahun 2020,
kematian neonatal paling banyak disebabkan oleh BBLR. Selain itu penyebab
lain dari kematian neonatal yaitu tetanus neonatorum, kelainan konginetal,
infeksi, asfiksia, dan lainnya (Kemenkes RI, 2020b). Sebagian besar kematian
terjadi pada bulan kedua kehidupan. Oleh karena itu, setiap pengurangan lebih
lanjut dalam kematian bayi secara rumit terkait dengan pengurangan besar
kematian bayi neonatal dan bayi muda (0-59 hari). Berbagai upaya telah
dilakukan untuk mendorong pendekatan inovatif untuk perawatan bayi baru
lahir di tingkat komunitas / rumah(Rasaily et al., 2020).
Laporan AKB di Jawa Timur sendiri mengalami penurunan, data yang
berkaitan dengan kematian bayi berjumlah 3.614 bayi meninggal dan sekitar
2.957 bayi yang meninggal tersebut termasuk neonatus. Dalam kurun waktu 4
tahun belakangan mulai dari 2017 sampai 2020 keseluruhan jumlah laporan
dari kematian yang dialami oleh bayi di Jawa Timur menunjukkan adanya
penurunan. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa pada tahun 2015
sampai 2019 Angka Kematian Bayi cenderung stagnan menurun. Pada Provinsi
Jawa Timur sendiri untuk angka cakupan neonatus dengan komplikasi yang
sudah tertangani yaitu 75,71%. Jika dibandingkan saat tahun 2019
perkembangan dari cakupan indikator ini telah adanya penurunan. Adapun di
Ponorogo sendiri, angka kematian bayi memiliki angka 12,46/1000 kelahiran
hidup, yang dapat dikatakan Ponorogo lebih baik dari angka kematian tingkat
nasional dengan target 23/1000 kelahiran hidup. Kunjungan Neonatal Lengkap
(KN Lengkap) merupakan faktor utama turunnya AKB. Dimana tercapainya
target pelayanan kesehatan bagi bayi secara paripurna selama 5 tahun ini. Pada
tahun 2017 salah satu indikator dari Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu
berupa cakupan pelayanan kesehatan bagi balita (Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Timur, 2020).
Menurut (UNICEF, 2015) dijelaskan bahwa ada hal strategis yang dapat
menurunkan angka kematian neonatus yaitu berupa perawatan yang dilakukan
secara berkesinambungan. Cara meningkatkan perawatan tersebut dapat

Jurnal kebidanan STIKES Insan Cendekia Medika 177


Jurnal Kebidanan. Vol. 12 No. 2 ISSN 2580-4774 (Online)
September 2022 Hal 175-185 ISSN 2088-2505 (Print)

dilakukan dengan meningkatkan akses terhadap pelayanan neonatus,


penanganan terhadap adanya persalinan yang normal hendaknya dilakukan
oleh tenaga medis yang sudah terlatih, pemberian akses yang baik dan tepat
terhadap ibu dan bayi dalam pemberian perawatan obstetri dan neonatus jika
adanya kegawatdaruratan dan juga diberikan perawatan pada ibu dan bayinya
setelah lahir (Sunarti and Abdullah, 2022). Pada kunjungan neonatus diberikan
KIE kepada orangtua berupa menjaga agar bayi tetap hangat, menyusui
sesering mungkin, cara merawat tali pusat yang benar, menjaga personal
hygiene bayi, tanda bahaya pada BBL, imunisasi serta stimulasi tumbuh
kembang. Pada masa pandemi sendiri kunjungan neonatus mengalami
perubahan yang lebih ditekankan pada pengunaan telehealth dan evaluasi
menggunakan media online seperti video whatsapp, tatap muka atau home care
dilakukan hanya apabila terjadi kegawatdaruratan bayi atau kondisi bayi yang
memiliki gejala klinis ke arah masalah patologis saja dengan kapasitas
pengunaan APD ( Alat Pelindung Diri ) yang lengkap bagi bidan atau tenaga
kesehatan yang melakukan kunjungan tersebut(Carter, et al. 2021).
Berdasarkan uraian diatas maka perlu adanya evaluasi dengan penelitian
terhadap penerapan kunjungan rumah atau home care pada pasca pandemi.

B. METODE PENELITIAN
Metode kualitatif digunakan dalam penelitian dengan jenis deskriptif
eksplanatori dengan pendekatan yang digunakan adalah studi kasus yang
dilakukan secara observasi lapangan, untuk mendapatkan informasi dari pasien
dilakukan wawancara dan observasi dengan pengkajian pemeriksaan fisik,
membuat diagnosa, membuat rencana asuhan kebidanan, memberikan
intervensi asuhan kebidanan sesuai standar, menarik evaluasi sesuai
perencanaan, dan melakukan dokumentasi sesuai asuhan kebidanan secara
SOAP. Subyek dari penelitian ini adalah bayi X Ny. W usia mulai 24 jam yang
dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2022 bertempat di PMB T.
Wijayanti, S.ST Keb serta rumah Ny. W Kauman, Ponorogo. Teknik analisa data
dari penelitian ini adalah dengan mengolah data yang sudah terkumpul untuk
dijadikan sebuah dokumentasi dalam bentuk laporan, kemudian hasilnya
dinarasikan berdasarkan kasus dan teori.

C. HASIL PENELITIAN.
Dari hasil observasi yang telah dilakukan riwayat kehamilan pada Ny.W
usia 22 tahun adalah pada usia kehamilan 39 minggu pada tanggal 13 Februari
2022 pukul 03.45 WIB lahir seorang bayi perempuan secara normal tanpa
adanya penyulit saat persalinan dengan berat lahir 2.800 gram di PMB T.
Wijayanti, Kauman, Ponorogo. Bayi lahir spontan dengan Apgar Score 9 (1
menit pertama), 10 (pada menit kelima). Pada kunjungan neonatus untuk home

Jurnal kebidanan ITSKes Insan Cendekia Medika Jombang 184


Jurnal Kebidanan. Vol. 12 No. 2 ISSN 2580-4774 (Online)
September 2022 Hal 175-185 ISSN 2088-2505 (Print)

care ke 1 usia 24 jam didapatkan data Tanda – tanda vital nadi : 122x/menit,
suhu : 36,6℃ c), RR : 45x/menit BB : 2.800 gram, PB : 46 cm, LK : 30 cm, LD : 33
cm, Hasil pemeriksaan fisik normal semua, Eliminasi BAB : 2x/hari, warna hijau
kecoklatan dan lembek BAK : 3x/hari, warna kekuningan, turgor kulit baik, ASI
masih belum banyak , tidak lancer dan disambung susu formula, adanya
kemerahan pada kulit bayi. Tindakan yang dilakukan peneliti adalah
memberitahu ibu hasil pemeriksaan, menganjurkan ibu untuk menyusui
bayinya sesering mungkin tanpa jadwal (on demand) dan tidak diberikan susu
formula, memberikan penjelasan pada ibu cara menyusui yang benar, Ibu
bersedia untuk mengganti sabun pada bayinya, menganjurkan ibu untuk tidak
membedaki bayinya terutama pada daerah genetalia, menganjurkan pada ibu
menjaga personal hygiene pada bayi dengan mengeringkan tubuh bayi dan
mengganti popok ketika basah atau habis BAB dan BAK, menganjurkan pada ibu
untuk menjemur bayinya setiap pagi kurang lebih selama 15 menit pada jam 8
sampai setengah 9 pagi, memberikan KIE tentang perawatan bayi sehari-hari ,
memberitahu ibu jadwal kunjungan ulang dengan Bidan

Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Kunjungan 2 (hari ke-4) Tanggal : 16


Februari 2022 Jam: 09.15 WIB. ASI sudah lancar bayi sering meminum ASI
tetapi terkadang masih disambung dengan susu formula saat malam hari.
Tindakan yang dilakukan adalah memberitahu ibu hasil pemeriksaan,
mengajarkan ibu posisi menyusui yang benar agar bayi tidak malas menyusu,
yaitu dengan cara bayi dimiringkan dan keseluruhan tubuh bayi menghadap
ibu, perut bayi menempel pada perut ibu, bila perlu diberi bantal dibawahnya
agar nyaman, menganjurkan ibu untuk selalui menyusui bayinya sesering
mungkin maksimal 2 jam sekali dan bangunkan bayi apabila tertidur dan sudah
waktunya menyusu, menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya di bawah sinar
matahari pada pagi hari jam 07.00-08.30 dan jemur bayi selama 15-20 menit,
menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayinya , memberikan KIE
kepada ibu tentang imunisasi dasar lengkap, menganjurkan kepada ibu untuk
tidak memberi bedak di daerah genetalia bayi cukup diberi kream saja bila ada
diaper rush, menganjurkan ibu untuk selalu mengobservasi apabila ada tanda
bahaya bayi segera menghubungi bidan, menganjurkan kepada ibu untuk rajin
membawa bayinya ke Posyandu, memberitahu kepada ibu bidan akan
melakukan kunjungan ulang.
Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Kunjungan 3 (hari ke-27) Tanggal: 13
Maret 2022 Jam 08.00 WIB Tempat: Rumah Ny. W I. Keadaan bayi baik sudah
tidak minum susu formula lagi. Pemeriksaan Umum Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis Tanda – tanda vital a) Nadi : 125x/menit b) Suhu :
36,5℃ c) RR : 43x/menit BB : 4000 gram PB : 50 cm LK : 34 cm LD : 32 cm. Tali
pusat sudah terlepas pada hari ke-7, pusar sedikit berair bening, tidak berbau,

Jurnal kebidanan STIKES Insan Cendekia Medika 179


Jurnal Kebidanan. Vol. 12 No. 2 ISSN 2580-4774 (Online)
September 2022 Hal 175-185 ISSN 2088-2505 (Print)

sekitar pusar tidak ada kemerahan. Eliminasi BAB : 2-3x/hari, warna


kekuningan dan lembek BAK : 6-7x/hari, warna kuning jernih b) Nutrisi : ASI,
secara on demand. Tindakan yang dilakukan saat home care adalah
memberitahu ibu hasil pemeriksaan, mengajarkan ibu cara mengamati
perkembangan pendengaran dan juga penglihatan bayinya, menganjurkan
kepada ibu untuk tidak menggunakan gurita bayi terlalu kencang karena bayi
sudah mulai aktif, menganjurkan kepada ibu untuk tidak memberikan bedak
disekitar alat genitalia dan daerah lipatan, memberitahukan kepada ibu untuk
melakukan posyandu sesuai jadwal posyandu setempat dan ke petugas
kesehatan sewaktu - waktu jika ada keluhan.
Tidak ada perubahan layanan home care pada bayi baru lahir 0 – 28 hari
saat pasca pandemi, dalam hal ini layanan home care lebih ditekankan pada
penggunaan APD ( Alat Pelindung Diri ) pada tenaga kesehatan ( bidan ) saat
memberikan layanan home care. Tidak adanya pembatasan akses tatap muka
terhadap orang tua bayi dan bayi baru lahir dengan tenaga kesehatan ( bidan ).
Saat melakukan home care, dari pasien bayi dan keluarga tidak perlu lagi harus
dilakukan skrening swab test sebelum tindakan layanan home care.

D. PEMBAHASAN
Perawatan kesehatan bayi baru lahir universal berkualitas tinggi adalah
hak setiap bayi baru lahir di mana pun. Bayi memiliki hak untuk dilindungi dari
cedera dan infeksi, bernapas secara normal, menjadi hangat dan diberi makan.
Semua bayi baru lahir harus memiliki akses ke perawatan bayi baru lahir yang
penting, yang merupakan perawatan penting untuk semua bayi di hari-hari
pertama setelah kelahiran. Perawatan bayi baru lahir yang penting melibatkan
perawatan segera pada saat kelahiran, dan perawatan penting selama seluruh
periode bayi baru lahir (WHO, 2014). Intervensi memiliki beberapa komponen
seperti kunjungan rumah, sesi pendidikan kesehatan dan dukungan yang
bervariasi dalam frekuensi atau intensitas (Hamer, 2022). Penerapan home care
merupakan bagian dari pemberian intervensi kesehatan bayi baru lahir utama
berbasis masyarakat dengan melakukan kunjungan rumah. (Gogia and Sachdev,
2016). Saat pandemic, Tenaga kesehatan layanan home care bertanggung jawab
untuk mendukung penerima perawatan mengakses pengaturan perawatan
alternatif jika diperlukan. Tenaga kesehatan tidak boleh menghentikan layanan.
(Health, 2022). Kompetensi home care dimodifikasi untuk merawat dengan
tatap muka digantikan oleh telehealth saat pada masa pandemic masih memiliki
presentase kasus yang tinggi (uíz-Fernández, et al, 2022). Penelitian
menunjukkan bahwa praktik perawatan home care merupakan perkembangan
untuk mengurangi stres orang tua dan bayi dan meningkatkan ikatan orang tua-
bayi selama pandemic (Polloni Laura and A, 2021).

Jurnal kebidanan ITSKes Insan Cendekia Medika Jombang 184


Jurnal Kebidanan. Vol. 12 No. 2 ISSN 2580-4774 (Online)
September 2022 Hal 175-185 ISSN 2088-2505 (Print)

Standar Asuhan yang dilakukan saat ada bayi baru lahir adalah
membersihkan jalan pernafasan bayi dan mengevaluasi lancar tidaknya
pernafasan pada bayi, serta melakukan perawatan tali pusat. Bayi baru lahir
harus diperhatikan suhu tubuhnya agar tetap hangat serta harus
memperhatikan suhu tubuh bayi yang terlalu panas. Segera lakukan evaluasi
Apgar Score pada bayi baru lahir. Tubuh bayi dibersihkan dan dikeringkan. Bayi
baru lahir dilakukan pemeriksaan fisik, kemudian dilakukan screening untuk
melihat apakah bayi memiliki kelainan yang menghalanginya untuk hidup
(WHO, 2017). Selama menyusui, posisi bayi diubah agar lebih nyaman. Selain itu
posisi yang benar dalam menyusui akan menentukan kapasitas jumlah asi yang
keluar akan lebih banyak, dan bayi tidak akan mudah tersedak. Diberikan
imunisasi pada bayi yang baru lahir. Terapkan tindakan darurat seperti
hipotermia, asfiksia atau tidak bernapas secara normal. Melakukan rujukan bayi
baru lahir ke fasilitas yang memadai untuk mengatasi kegawatdaruratan apabila
ditemukan keadaan darurat pada bayi. Bayi baru lahir atau neonatus
memerlukan perawatan dengan segera setelah lahir langsung dilakukan IMD
serta melakukan penilaian sepintas meliputi bayi yang dilahirkan cukup bulan,
tangisan kuat, warna kulit bayi kemerahan serta tonus otot baik. Didukung
dengan teori yang ada dari Ambarwati (2010) IMD ialah dimana bayi segera
menyusu setelah lahir. Cara melakukannya ialah membiarkan bayi mencari
dengan sendirinya putting susu ibunya yang bermanfaat agar meningkatkan
bounding attachment antara ibu dan bayinya (UNICEF, 2018). Selain itu ada
manfaat yang tak kalah penting yaitu sebagai penyelamat kehidupan bagi si ibu
dan bayi karena dengan dilakukannya IMD bisa merangsang kotraksinya otot-
otot rahim sehingga dapat mencegah perdarahan yang bisa saja terjadi pada ibu
pasca melahirkan, dapat juga mempertahankan suhu tubuh pada bayi karena
adanya skin to skin serta bayi dapat memperoleh kolostrum yang mempunyai
manfaat untuk meningkatkan kekebalan tubuh bayi. Lakukan IMD pada bayi
setidaknya 1 jam (Hayu Lestari, 2018).
Setelah kelahiran bayi kemudian dilakukan pemeriksaan dan hasilnya
menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan baik, tidak adanya kelainan, tali pusat
sudah terbungkus dengan kassa yang steril. Pengukuran antropometri telah
dilakukan dan hasilnya adalah sebagai berikut: panjang badan 46 cm, berat
2800 gram, lingkar kepala 30 cm, dan lingkar dada 33 cm. Pengukuran refleks
bayi bagus seperti refleks moro, babinski, rooting, swallowing, grasping, tonic
neck serta refleks sucking semua dalam keadaan baik. Anus berlubang, tidak ada
kelainan kongenital, dan labia mayora menutupi labia minora genitalia bayi
perempuan.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik pada bayi kemudian ibu diberitahu
bahwa bayi akan menerima suntikan vitamin K untuk mencegah kemungkinan
pendarahan, bayi juga akan menerima salep mata untuk mencegah infeksi mata,

Jurnal kebidanan STIKES Insan Cendekia Medika 181


Jurnal Kebidanan. Vol. 12 No. 2 ISSN 2580-4774 (Online)
September 2022 Hal 175-185 ISSN 2088-2505 (Print)

serta selalu menjaga kehangatan bayinya dengan memberikan pakaian yang


bersih dan membedong bayi serta selalu menjaga suhu ruangan untuk tetap
terjaga kehangatan. Cara yang dapat dilakukan agar bayi tetap hangat dan tidak
kehilangan panas yaitu: memastikan keadaan tubuh bayi tetap kering dengan
dilap dengan menggunakan kain bersih atau handuk, meyelimuti bayi dengan
menggunakan selimut yang hangat, menggunakan topi pada bayi, menganjurkan
ibu agar memeluk dan menyusui bayinya dikarenakan bisa menjaga suhu tubuh
bayi tetap hangat serta menghindari kehilangan panas pada bayi (Sinta , 2019).
Setelah 1 jam pemberian vitamin K, kemudian bayi diberikan injeksi HB 0
yang diinjeksikan pada paha kanan bayi yang bermanfaat aga bayi tidak
terjangkit infeksi hepatitis B. Tidak lupa untuk dilakukan perawatan tali pusat
pada bayi dengan cara menurut (Rukiyah, 2010) popok bayi dilipat pada bagian
bawah puntung tali pusat bayi, jika tali pusar bayi kotor, cucilah dengan sabun
dan air DTT, lalu keringkan dengan kain bersih. Setelah itu dilakukan pemberian
ASI eksklusif serta cara menyusui bayi yang benar. Kemudian 6 jam setelah bayi
lahir kemudian bayi dimandikan untuk membersihkan tubuh bayi. konseling
bayi baru lahir tentang tanda-tanda bahaya berupa: Kejang, kantuk berlebihan,
lemas, dan menggigil pada bayi bernapas ˃ 60 kali permenit. Tubuh terlalu
panas (˃38°C) atau terlalu dingin (˂36°C). Isapan bayi lemah atau sering
muntah. Tubuh bayi berwarna kuning (ikterus) biru ataupun pucat. Infeksi tali
pusat berupa tali pusat memerah, mengeluarkan cairan, bengkak, berbau busuk
serta berdarah. Bayi tidak BAK dalam 24 jam atau BAB dalam 3 hari, feses
lembek atau cair serta terdapat lendir dan darah (Buda and Sajekti, 2011).
Memberikan KIE kepada ibu untuk melakukan imunisasi kepada bayinya
di posyandu ataupun puskesmas. Imunisasi merupakan suatu langkah yang
harus diberikan untuk memperkuat sistem kekebalan yang ada dalam tubuh
dari paparan penyakit. Imunisasi dasar merupakan suatu hak yang harus
didapatkan oleh anak supaya dapat menghindari dan mencegah penyakit.
Vaksin yang diberikan pada bayi usia 0-1 bulan yaitu vaksin BCG dan polio, yang
pertama vaksin BCG (Bacille Calmette Guerrin) yang bermanfaat untuk
meningkatkan kekebalan terhadap penyakit Tuberculosis, dimana setelah
pemberian vaksin akan memberikan efek benjolan merah selama seminggu
setelah vaksin. Yang kedua polio yaitu memberikan manfaat kekebalan
terhadap penyakit kelumpuhan pada kaki (poliomyelitis) vaksin polio diberikan
secara tetes atau oral (Anisca and Ira, 2019).
Stimulasi perkembangan dan pertumbuhan pada bayi juga penting tujuan
stimulasi ini dimaksudkan untuk mendukung tumbuh kembang yang optimal
sesuai dengan yang diharapkan. Stimulasi yang dapat diberikan yaitu berupa
stimulasi bermain yang berguna untuk merangsang sistem indra (perabaan,
pendengaran, penglihatan, pengecapan, pembauan). Selain stimulasi bermain
dapat pula berupa stimulasi kecerdasan dengan media musik dikarenakan

Jurnal kebidanan ITSKes Insan Cendekia Medika Jombang 184


Jurnal Kebidanan. Vol. 12 No. 2 ISSN 2580-4774 (Online)
September 2022 Hal 175-185 ISSN 2088-2505 (Print)

manfaat musik pada bayi yaitu musik bisa mencerdaskan bayi, meningkatkan
percabangan sel saraf sehingga informasi dapat ditransfer dengan cepat dari
satu sel ke sel lain, mengurangi jumlah sel saraf otak yang mati sehingga lebih
banyak sel saraf bayi (Handayani et al., 2018).

E. KESIMPULAN DAN SARAN


Home care Asuhan kebidanan pada neonatus meliputi pencegahan infeksi,
melakukan penilaian pada bayi, pencegahan kehilangan panas bayi,
pembebasan jalan nafas, menyusui dengan ASI eksklusif dan cara merawat tali
pusat yang benar, KIE tanda bahaya pada neonatus serta imunisasi. Tidak ada
perubahan layanan home care pada bayi baru lahir 0 – 28 hari saat pasca
pandemic, dalam hal ini layanan home care lebih ditekankan pada penggunaan
APD ( Alat Pelindung Diri) pada tenaga kesehatan ( bidan ) saat memberikan
layanan home care. Melakukan home care untuk penilaian klinis dan asuhannya
setelah lahir sesuai protokol sangat dibutuhkan bagi masyarakat, sehingga
perlunya kapasitas layanan home care yang lebih optimal dari tenaga kesehatan
untuk ibu dan bayinya dengan berbagai alternative seperti digitalisasi dan
jaringan dari tokoh masyarakat terdekat agar walaupun rintangan seperti saat
pandemi dapat teratasi dengan baik.

F. DAFTAR PUSTAKA
Anisca, dillyana tri and Ira, N. (2019) ‘Correlation of Knowledge , Attitude and
Mother Perception’, Jurnal Promkes, 7(1), pp. 67–77.
doi:10.20473/jpk.V7.I1.2019.68.
Ansari, A. et al. (2021) ‘Effect of COVID-19 on High-risk Neonate Home Care
Program’, Sage Journal, 33(4), pp. 314–319.
doi:10.1177/10848223211035320.
Buda, E. and Sajekti, S. (2011) Buku Ajar : Asuhan Kebidanan Pada Neonatus,
Bayi Dan Balita. Surabaya: Akademi Kebidanan Griya Husada.
Bustami, L.E.S. et al. (2021) ‘Continuity of Care Pada Neonatus Dan Bayi Di Era
Pandemi Covid-19 Di Sumatera Barat’, LOGISTA - Jurnal Ilmiah
Pengabdian kepada Masyarakat, 5(1), p. 161.
doi:10.25077/logista.5.1.161-165.2021.
Carter, B.S., Willis, T. and Carter, B.S. (2021) ‘Neonatal family-centered care in a
pandemic’, Journal of Perinatology, pp. 1177–1179.
doi:10.1038/s41372-021-00976-0.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (2020) Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Timur 2020. Surabaya: DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR.
Gogia, S. and Sachdev, H.P.S. (2016) ‘Home-based neonatal care by community
health workers for preventing mortality in neonates in low- and
middle-income countries: A systematic review’, Journal of Perinatology,

Jurnal kebidanan STIKES Insan Cendekia Medika 183


Jurnal Kebidanan. Vol. 12 No. 2 ISSN 2580-4774 (Online)
September 2022 Hal 175-185 ISSN 2088-2505 (Print)

36(S1), pp. S54–S72. doi:10.1038/jp.2016.33.


Hamer, O. et al. (2022) ‘The effectiveness of neonatal early supported transfer to
home interventions for parents and preterm infants in neonatal
intensive care units: A systematic review and meta-analysis’, Journal of
Neonatal Nursing [Preprint], (August). doi:10.1016/j.jnn.2022.08.005.
Handayani, T.E. et al. (2018) MODUL AJAR ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS,
BAYI DAN BALITA. Edited by septiani p Triana. Magetan: Poltekkes
Kemenkes Surabaya.
Hayu Lestari, R. (2018) ‘Pengaruh Perawatan Rutin Bayi Baru Lahir Terhadap
Keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini Di Ruang Ponek Rsud Kabupaten
Jombang’, Journal of Health Sciences, 9(2). doi:10.33086/jhs.v9i2.172.
Health, A.G.D. of (2022) ‘Managing Home Care Through COVID-19’, pp. 1–11.
Available at: https://www.health.gov.au/health-.
Kemenkes RI (2020a) Panduan Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi Dalam Situasi Pandemi COVID 19. Jakarta: KEMENKES RI.
Kemenkes RI (2020b) PROFIL KESEHATAN INDONESIA TAHUN 2020.
Polloni Laura and A, V. (2021) ‘Neonatal Family-Centered Care in a Pandemic’,
Journal Of Perinatology, 41(5). doi:http://dx.doi.org/10.1038/s41372-
021-00976-0.
Rasaily, R. et al. (2020) ‘Effect of home-based newborn care on neonatal and
infant mortality: A cluster randomised trial in India’, Journal of
Perinatology, 5(9), pp. 1–11. doi:10.1136/bmjgh-2017-000680.
Sinta, L. El et al. (2019) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi dan
Balita. Sidoarjo: Indomedia Pustaka.
Sugandini, W., Erawati, N.K. and Mertasari, L. (2022) ‘Evaluasi Layanan
Kesehatan Maternal, Neonatal, dan Keluarga Berencana (KB) pada Masa
Pandemi Covid-19 di Praktik Mandiri Bidan’, Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Sains dan Humaniora, 5(3), p. 397.
doi:10.23887/jppsh.v5i3.39797.
Sunarti and Abdullah, V.I. (2022) ‘Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Fisiologis
Pada Bayi Ny .“ H ” Usia 0 Hari Di Puskesmas Fak-Fak Tahun 2021’,
Jurnal Cakrawala Kesehatan, XIII(1), pp. 1–14.
uíz-Fernández, María Dolores; Fernández-Medina, Isabel María; Gálvez Ramírez,
Felisa; Granero-Molina, José; Fernández-Sola, Cayetano; Hernández-
Padilla, J.M. (2022) ‘Experiences of Home Care Nurses During the
COVID-19 Pandemic Nursing Research’, Noursing Research, 71(2).
doi:10.1097/NNR.0000000000000566.
UNICEF (2018) ‘Neonatal Care Clinical Guidelines’, Ministry of Health Eswatini,
p. 180. Available at:
https://www.unicef.org/eswatini/media/631/file/UNICEF-Sd-

Jurnal kebidanan ITSKes Insan Cendekia Medika Jombang 184


Jurnal Kebidanan. Vol. 12 No. 2 ISSN 2580-4774 (Online)
September 2022 Hal 175-185 ISSN 2088-2505 (Print)

Neonatal-Guidelines-report-2018.pdf.
WHO (2014) Newborn health.
WHO (2017) Recommendations on newborn health: approved by the WHO
Guidelines Review Committee, Who. Available at:
https://www.who.int/maternal_child_adolescent/documents/newborn
-health-recommendations/en/%0Ahttp://apps.who.int/.
Yusri, V. and Febri, Y. (2020) ‘Gambaran Kebutuhan HomeCare Selama Masa
Pandemi Pada ibu Nifas’, Jurnal Menara Medika, 2(2), pp. 119–127.

Jurnal kebidanan STIKES Insan Cendekia Medika 185

Anda mungkin juga menyukai